• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KETERBACAAN BAHAN BACAAN DALAM MATA KULIAH DOKKAI SAKUBUN 3 MENGGUNAKAN PENDAPAT DARI MAHASISWA, NATIVE SPEAKER DAN PERANGKAT LUNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KETERBACAAN BAHAN BACAAN DALAM MATA KULIAH DOKKAI SAKUBUN 3 MENGGUNAKAN PENDAPAT DARI MAHASISWA, NATIVE SPEAKER DAN PERANGKAT LUNAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

| 1 ANALISA KETERBACAAN BAHAN BACAAN DALAM MATA KULIAH

DOKKAI SAKUBUN 3 MENGGUNAKAN PENDAPAT DARI MAHASISWA, NATIVE SPEAKER DAN PERANGKAT LUNAK

Rike Febriyanti

Japanese Education Program

Faculty of Cultural Studies Brawijaya University

Abstrak

Membaca adalah salah satu bagian terpenting dalam proses pendidikan. Mengingat pentingnya posisi membaca maka pendidik harus memperhatikan kualitas tingkat keterbacaan bahan bacaan yang digunakan. Bahan bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi akan sangat menolong mahasiswa dalam mengembangkan kemampuannya. Dokkai Sakubun 3 adalah mata kuliah yang ditujukan bukan hanya mengajarkan kemampuan membaca tetapi juga menulis tingkat lanjut. Bahan bacaan Dokkai Sakubun 3 tersebut belum pernah dianalisa tingkat keterbacaannya. Oleh karena itu penulis mengukur tingkat keterbacaan bahan bacaan tersebut menggunakan instrument internal yaitu menganalisa isibacaan menggunakan perangkat lunak dan instrument eksternal yaitu pendapat mahasiswa pengguna bacaan dan native speaker. Dari hasil penelitian, penulis mendapati bahwa bahan bacaan sulit dipahami oleh mahasiswa karena ide utama dan kata kata baru sulit dipahami, banyak sekali huruf kanji baru tanpa furigana dalam bacaan sehingga harus mencari di kamus dan pola kalimat yang benar benar baru walaupun dosen pengampu memberi waktu yang cukup untuk membaca, ilustrasi yang disediakan kurang membantu, soal yang disajikan setelah bacaan cukup mudah dan tata letaknya nyaman. Para mahasiswa menyatakan bahwa setelah berdiskusi dan belajar membaca cepat, mereka lebih mudah memahami bacaan.

Kata Kunci: survey, keterbacaan, dokkai, sakubun Pendahuluan

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kallau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Pengertian membaca telah banyak didefinisikan oleh para ahli, diantaranya menurut Koswara( 1998: 6) mengemukakan bahwa membaca adalah memperoleh pengertian dari kata-kata yang ditulis orang lain dan merupakan dasar dari pendidikan awal. Aminudin (1987:6) mengemukakan bahwa membaca adalah

(2)

| 2 mereaksi, yaitu memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih dahiulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisanlainnya.

Melalui kedua pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa yang paling penting bahwa membaca merupakan dasar awal dari pendidikan.Dan dalam membaca seseorang harus melaksanakn pengamatan huruf-huruf terlebih dahulu sebagai bahan acuan yang perlu diperhatikan dalam tanda-tanda baca. Dengan demikian, dalam tataran yang lebih tinggi membaca bukan sekedar memahami lambing-lambang bunyi ujar saja melainkan pula berusaha memahami, menerima atau ,menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh si pengarang.

Dokkai Sakubun 3 adalah salah satu mata kuliah dimana dosen pengampu mata kuliah menyusun teks bacaan bagi mahasiswanya. Materi bacaan tersebut disusun dari kompilasi bahan bacaan yang diambil dari berbagai sumber seperti majalah, koran dan website berbahasa Jepang. Dosen pengampu tersebut menyusun bahan bacaan sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Brawijaya.Bahan bacaan tersebut telah dipergunakan selama beberapa tahun tapi belum pernah diketahui tingkat kesulitan keterbacaan bahan bacaan tersebut. Penulis sebenarnya telah mendapat masukan dari beberapa mahasiswa mengenai tingkat keterbacaan bahan bacaan tersebut, tetapi sebagai tenaga pengajar di Universitas Brawijaya penulis memutuskan untuk melakukan analisa keterbacaan terhadap materi Dokkai Sakubun 3 agar mempunyai landasan ilmiah yang kuat untuk melakukan perbaikan pada mata kuliah tersebut.

Pembatasan masalah dilakukan berdasarkan cakupan masalah agar penelitian yang dilakukan tidak keluar dari fokus kajiannya. Penelitian ini dibatasi pada cara analisisnya, yaitu cara analisis ekternal dengan menggunakan wawancara terhadap native speaker, terhadap mahasiswa dan menggunakan program Text Analysis Tools. Pemilihan cara analisis eksternal menggunakan wawancara terhadapnative speaker digunakan dengan alasan bahwa Universitas Brawijaya saat pelaksanaan penelitian ini mendapat bantuan 4 native speaker dari program Pendidikan Bahasa Jepang untuk Penutur Asing dari Prefectural University of Kumamoto, Jepang. Para native speaker tersebut memiliki kompetensi untuk menilai tingkat keterbacaan dari teks Dokkai Sakubun 3. Selain menggunakan jasa native speaker, penulis juga menggunakan wawancara terhadap mahasiswa selaku pengguna dari teks Dokkai Sakubun 3. Merekalah pengguna langsung dari teks tersebut selama 1 semester sehingga merekalah yang paling patut dimintai pendapatnya terhadap tingkat keterbacaan dari teks Dokkai Sakubun 3. Sementara itu, Text Analysis Tools adalah program khusus berbasis Net framework yang tersedia di internet untuk menganalisa keterbacaan teks yang menggunakan huruf kanji dan berbahasa jepang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, cakupan masalah, dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimanakah tingkat keterbacaan dari teks Dokkai Sakubun 3 dari sudut pandang mahasiswa, penutur asli dan program Text Analysis Tools?

(3)

| 3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari teks Dokkai Sakubun 3 dari sudut pandang mahasiswa,

2. Untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari teks Dokkai Sakubun 3 penutur asli

3. Untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari teks Dokkai Sakubun 3 program Text Analysis Tools

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini dapat menjadi awal yang sangat baik untuk dapat memperbaiki tingkat keterbacaan dari buku teks yang akan disajikan kepada mahasiswa. Semakin tinggi tingkat keterbacaan bahan bacaan, maka mahasiswa akan sangat mudah memahami bacaan sehingga diharapkan tingkat penguasaan bahasa Jepang para mahasiswa akan semakin meningkat.

2. Penelitian ini akan menjadi dasar untuk penyusunan bahan bacaan bagi mahasiswa di masa depan.

Landasan Teori

Tarigan (1979:9) mendefinisikan membaca adalah suatu proses yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Dapat dirumuskan bahwa tujuan membaca adalah memperoleh pesan dari penulis yang terdapat dalam bacaan. Jadi, implikasi yang akan terjadi jika keterbacaan suatu buku teks rendah adalah tidak tersampaikan pesan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca (siswa), padahal hasil dari kegiatan membaca tersebut merupakan persiapan untuk jenjang pendidikan berikutnya.

Keterbacaan merupakan padanan redability dalam bahasa inggris.Istilah ini diartikan Harjasujana, dkk. (1999:10) yaitu:1) Kemudahan tipografi atau tulisan tangan,2) Kemudahan membaca yang disebabkan oleh daya tarik bahan bacaan dan tingkat minat baca atau,3) Kemudahan memahami bahan bacaan yang disebabkan kecerdasan bahasanya.Sementara itu, Sakri dalam Harjasujana dkk.(1999:11) menjelaskan bahwa, keterbacaan merupakan antara ketedasan dan kejelahan. Ketedasan berhubungan dengan keterbacaan bahasa, sedangkan kejelahan berhubungan dengan keterbacaan tata huruf. Baik ketedasan mapun kejelahan ditentukan oleh banyak faktor. Berbagai faktor yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah ihwal ketedasan. Tata huruf dan daya tarik wacana hanya disingggung pada waktu diperlukan untuk melancarkan pembicaraan. Keterbacaaan (redability) merupakan ukuran tentang sesuai-tidaknya suatu bahan bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesukaran atau kemudahan wacananya. Uraian di atas penulis simpulkan bahwa tingkat keterebacaan dapat diartikan sebagai tingkat kesulitan atau kemudahan wacana.

Salah satu sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran adalah buku teks. Menurut Bacon dalam Tarigan (1990:11), buku teks adalah buku yang dirancang untuk digunakan di kelas yang disusun secara cermat oleh para pakar dan

(4)

| 4

diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi. Kehadiran buku teks sangat memengaruhi kegiatan pembelajaran di kelas. Buku teks tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Saat ini, sumber belajar yang sangat dekat dan praktis adalah buku teks. Hal tersebut karena di dalam buku teks sudah termuat tujuan-tujuan intruksional yang menjadi pedoman keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Hall-Quest (dalam Tarigan dan Tarigan, 1990:11) yang mendefinisikan buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun dengan maksud dan tujuan intruksional.

Terdapat sepuluh kriteria buku teks dapat dikatakan berkualitas tinggi seperti yang dikemukakan oleh Greene dan Petty berikut:

(1) buku teks haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang mempergunakannya; (2) buku teks itu haruslah mampu memberikan motivasi kepada para siswa yang memakainya; (3) Buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya; (4) buku teks itu harus mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya; (5) buku teks itu isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu; (6) buku teks itu haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya; (7) buku teks itu haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa yang memakainya; (8) buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandangan atau “point of view” yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya yang setia; (9) Buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa; (10) buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa pemakainya. (Greene dan Petty dalam Tarigan, 1990:20-21).

Metode Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menggunakan data eksternal dan internal dari bahan bacaan Dokkai Sakubun 3. Penulis menggunakan interview yang terstruktur kepada baik para native speaker maupun para mahasiswa. Penulis menggunakan pertanyaan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya untuk mendapatkan tanggapan dari para native speaker maupun para mahasiswa. Pada dasarnya pertanyaan kepada native speaker adalah sama tetapi kepada native speaker penulis menggunakan open ended question dan wawancara sementara bagi mahasiswa membagikan survey dengan 13 pertanyaan menggunakan likert scale. Jumlah native speaker yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah 4 orang, sedangkan jumlah mahasiswa yang berhasil dimintai tanggapannya adalah 17 orang mahasiswa dari 20 mahasiswa yang terdaftar dalam kelas mata kuliah Dokkai Sakubun 3. Selain meminta tanggapan dari native speaker dan mahasiswa, penulis juga menggunakan beberapa program untuk mengukur tingkat keterbacaan dari bacaan Dokkai Sakubun 3 yaitu Gunning Fog index, Coleman Liau index, Flesch Kincaid Grade level , (Automated Readability Index) dan SMOG.

(5)

| 5 Pembahasan

1. Pandangan Mahasiswa Terhadap Keterbacaan Teks Dokkai Sakubun 3

Untuk mengetahui pandangan mahasiswa terhadap keterbacaan materi bacaan Dokkai Sakubun 3, penulis membagikan survey dengan hasil sebagai berikut.

Karena data dalam bentuk skala likert, maka penulis melakukan analisa frekuensi untuk setiap jawaban sebagai berikut:

Penulis dalam bab ini juga menyampaikan hasil analisa data survey dibagian bawah dari setiap pertanyaan yang telah diajukan kepada mahasiswa.

a. Pertanyaan nomor 1 dan respon mahasiswa.

1. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, seberapa mudahkah Anda mengetahui ide utama dari bacaan tersebut?

a. Sangat mudah b. mudah c. agak mudah d. sulit e. sangat sulit Hasil: Dari 17 tanggapan yang disampaikan oleh para mahasiswa, 41%

mahasiswa menyampaikan bahwa materi bacaan Dokkai Sakubun 3 agak mudah untuk diketahui ide utamanya dan prosentase yang sama. 41% mahasiswa menyatakan bahwa materi tersebut sulit untuk diketahui ide utamanya. Sementara

(6)

| 6

itu 18% mahasiswa menyatakan bahwa materi tersebut mudah untuk diketahui ide utamanya.

b. Pertanyaan nomor 2 dan respon mahasiswa.

2. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, seberapa banyakkah kata kata yang tidak anda mengerti artinya?

a. Sangat sedikit

b. sedikit c. agak

banyak

d. banyak e. sangat banyak

Dari 17 mahasiswa, penulis mendapati bahwa mayoritas mahasiswa yaitu 82% menyatakan bahwa banyak kata kata yang mereka tidak mengerti artinya. Sementara itu, hanya 18% mahasiswa yang menyatakan bahwa agak banyak kata kata yang tidak mereka mengerti artinya. Jika dihubungkan dengan hasil survey pertanyaan nomor 1 diatas, maka kita dapat memperkirakan bahwa separuh dari 82% mahasiswa yang menyatakan bahwa banyak kata kata yang mereka tidak mengerti artinya yang kemudian mengalami kesulitan dalam memahami ide utama dari bahan bacaan. Dilain pihak, separuh yang lain dari 82% mahasiswa tersebut agak sulit memahami bahan bacaan.

c. Pertanyaan 3 dan respon mahasiswa

3. Apakah waktu yang diberikan oleh dosen anda untuk membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3 cukup?

a. Sangat cukup b. cukup c. agak cukup d. Tidak cukup e. sangat tidak cukup Dari 17 mahasiswa, ada 10 mahasiswa atau 59% dari total keseluruhan data, yang

menyatakan bahwa dosen pengampu telah memberikan waktu yang cukup bagi mahasiswa untuk membaca teks bahan bacaan saat Dokkai Sakubun 3. Hanya 1 mahasiswa yang menyatakan bahwa waktu sangat cukup, 4 orang menyatakan agak cukup dan 2 orang menyatakan waktu tidak cukup.

d. Pertanyaan 4 dan respon mahasiswa.

4. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, seberapa banyakkah huruf kanji yang benar benar baru bagi anda dan menurut anda belum pernah diajarkan sebelumnya?

a. Sangat sedikit b. sedikit c. agak banyak d. banyak e. sangat banyak Dari 17 mahasiswa yang telah memberi respon, ada 9 mahasiswa atau 53% yang

menyatakan bahwa banyak huruf kanji yang yang benar benar baru bagi mereka. Dilain pihak, ada 41% atau 7 mahasiswa yang menyatakan banwa agak banyak huruf kanji yang yang benar benar baru bagi mereka.

(7)

| 7

e. Pertanyaan 5 dan respon mahasiswa

5. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, seberapa seringkah anda membuka kamus?

a. Sangat sering b. sering c. agak sering d. jarang e. sangat jarang Ketika menjawab pertanyaan ke 5 ini ada 9 orang mahasiswa atau 53% dari

seluruh responden yang menyatakan bahwa mereka sering membuka kamus untuk mencari arti kata kata sulit dalam bahan bacaan, 4 orang mahasiswa atau 29% menyatakan bahwa mereka sangat sering membuka kamus, dan 3 orang sisanya menyatakan agak sering.

f. Pertanyaan 6 dan respon mahasiswa

6. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, seberapa banyakkah pola kalimat yang benar benar baru bagi anda dan menurut anda belum pernah diajarkan sebelumnya?

a. Sangat sedikit b. sedikit c. agak sedikit d. banyak e. sangat banyak 53% data atau 9 orang mahasiswa menyatakan bahwa banyak pola kalimat yang

benar benar baru bagi mereka dan menurut mereka belum pernah diajarkan sebelumnya, 35% atau 6 orang menyatakan bahwa agak banyak pola kalimat yang benar benar baru bagi mereka dan menurut mereka belum pernah diajarkan sebelumnya dan hanya 2 orang yang menyatakan sedikit pola kalimat baru.

g. Pertanyaan 7 dan respon mahasiswa

7. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, apakah gambar ilustrasi yang ada membantu anda memahami bacaan?

a. Sangat tidak membantu b.Cukup membantu c. Agak membantu d. Banyak membant u e. sangat banyak

41% atau 7 orang mahasiswa menyatakan bahwa gambar ilustrasi cukup membantu, 6 orang atau 35% menyatakan agak membantu dan 12% menyatakan banyak membantu mereka dalam memahami bacaan.

h. Pertanyaan 8 dan respon mahasiswa

8. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, apakah besar huruf, jarak spasi, tata letak, kualitas cetakan membuat anda nyaman membaca?

a. Sangat nyaman

b. nyaman c. agak nyaman d. tidak

nyaman

e. sangat tidak nyaman 65% atau 11 orang mahasiswa menyatakan bahwa besar huruf, jarak spasi, tata

letak, kualitas cetakan membuat mereka merasa nyaman membaca, 1 orang menyatakan sangat nyaman, tetapi 3 orang menyatakan agak nyaman dan 2 orang menyatakan tidak nyaman.

(8)

| 8

i. Pertanyaan 9 dan respon mahasiswa

9. Ketika anda selesai membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, seberapa mudahkah anda dapat menyelesaikan soal soal mengenai bacaan tersebut?

a. Sangat mudah

b. mudah c. biasa saja d. sulit e. sangat

sulit Dari 17 mahasiswa, 13 atau 65% orang mahasiswa menyatakan bahwa soal soal

yang disajikan setelah membaca teks mudah untuk diselesaikan. Malahan 2 orang atau 12% menyatakan sangat mudah dan 2 orang atau 12% menyatakan biasa saja.

j. Pertanyaan ke 10 dan respon mahasiswa

10. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3, seberapa menarikkah topik bacaan tersebut?

a. Sangat menarik b. menarik c. biasa saja d. membosankan e. sangat membosa nkan 76% bahwa topik bacaan di mata kuliah Dokkai Sakubun 3 tersebut menarik dan

sisanya menyatakan topik bacaan tersebut biasa saja. k. Pertanyaan ke 11 dan respon mahasiswa

11. Ketika anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3 dengan cara scanning (membaca cepat), kira kira seberapa mengertikah anda dalam memahami isi bacaan tersebut?

a. Sangat mengerti b. Mengerti c. Agak mengerti d. Tidak mengerti e. Sama sekali tidak mengerti 71% atau 12 orang mahasiswa menyatakan bahwa mengerti dan 5 orang

mahasiswa menyatakan bahwa mereka agak mengerti topik bacaan di mata kuliah Dokkai Sakubun 3.

l. Pertanyaan ke 12 dan respon mahasiswa

12. Setelah anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3 dengan cara scanning (membaca cepat), dan mencari huruf kanji dan kosakata baru, kira kira seberapa mengertikah anda dalam memahami isi bacaan tersebut?

a. Sangat mengerti b. Mengerti c. Agak mengerti d. Tidak mengerti e. Sama sekali tidak mengerti

(9)

| 9

10 orang mahasiswa atau 59% dari seluruh responden menyatakan bahwa mereka agak mengerti isi bacaan tersebut menggunakan teknik membaca cepat, 5 orang atau 29% menyatakan mengerti dan sisanya menyatakan tidak mengerti.

13. Setelah anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3 dengan cara mencari huruf kanji dan kosakata baru, lalu mendiskusikan ini dengan dosen di kelas Dokkai Sakubun 3, kira kira seberapa mengertikah anda dalam memahami isi bacaan tersebut? a. Sangat mengerti b. Mengerti c. Agak mengerti d. Tidak mengerti e. Sama sekali tidak mengerti 47% atau 8 orang mahasiswa menyatakan sangat mengerti, 41% atau 7 orang

menyatakan mengerti dan sisanya menyatakan agak mengerti Setelah anda membaca materi bacaan yang ada di modul mata kuliah Dokkai Sakubun 3 dengan cara mencari huruf kanji dan kosakata baru, lalu mendiskusikan ini dengan dosen di kelas Dokkai Sakubun 3.

2. Keterbacaan bahan bacaan dalam analisa native speaker.

Setelah berdiskusi dengan native speaker yang telah menggunakan bacaan dalam mata kuliah Dokkai Sakubun 3 maka mereka menyampaikan beberapa hal:

1. Bahan bacaan dalam mata kuliah Dokkai Sakubun 3 tergolong sulit untuk mahasiswa yang mempelajari bahasa Jepang sebagai foreign language. 2. Bahan bacaan tersebut sulit untuk dibaca dan dipelajari karena untuk kata

kata yang sulit tidak terdapat penjelasan yang lebih sederhana dalam bahasa Jepang.

3. Bahan bacaan tersebut sulit untuk dibaca dan dipelajari karena tidak terdapat cara baca huruf kanji yang lebih sederhana dalam bahasa Jepang atau furigana.

4. Bahan bacaan tersebut sulit untuk dibaca dan dipelajari karena untuk kata kata yang sulit gambar yang membantu pemahaman sangat kurang..

3. Keterbacaan bahan bacaan Dokkai Sakubun 3 dianalisa mengggunakan

program Gunning Fog index, Coleman Liau index, Flesch Kincaid Grade level, (Automated Readability Index) dan SMOG.

(10)

| 10

Dari tabel di atas, kita bisa melihat bahwa:

1. Dari Flesch Kincaid grade level (5.41), bacaan dalam Dokkai Sakubun 3 tergolong sangat sulit untuk dipahami dan diianjurkan bagi lulusan universitas.

2. Dari Gunning Fog index (9.12) kita bisa melihat bahwa bacaan dalam Dokkai Sakubun 3 tergolong cukup sulit.

3. Dari Coleman Liau index (186.04) kita bisa melihat bahwa bacaan dalam Dokkai Sakubun 3 tergolong sangat sulit.

4. Dari SMOG index (3) kita bisa melihat bahwa bacaan dalam Dokkai Sakubun 3 tergolong sangat sulit.

5. Dari Automated Readibility index (15.2) kita bisa melihat bahwa bacaan dalam Dokkai Sakubun 3 tergolong sangat sulit.

Dalam tulisan-tulisan atau teks-teks Barat mengenai Timur, Timur hampir selalu diperlakukan sebagai bangsa yang melanggar moralitas seksual. Segala sesuatu tentang Timur ditampilkan sebagai sejenis panggung yang seolah-olah selalu menampilkan tontonan seks yang berbahaya, dengan kebebasan seksualnya yang berlebihan (Said, 1977). Teks-teks tersebut ditambahkan Said (1977) juga menyajikan Timur sebagai yang eksotis, yang begitu asing, memesona, penuh misteri dan moralitasnya yang tampak sesat, direduksi besar-besaran untuk kemudian dikemas menjadi serangkaian detail-detail dalam suatu gaya prosa yang normatif.

Dari teks-teks tersebut, eksotisme Timur ini tidak hanya menampilkan ancaman seks di negeri Timur, tetapi juga menampilkan ancaman-ancaman lain yang tidak kalah mencemaskan. Ancaman-ancaman-ancaman tersebut memberangus kecermatan, rasionalitas dan identitas pribadi manusia Barat, yaitu kecantikan Timur yang tidak terbayangkan, keindahannya yang tidak manusiawi, dan kejauhannya yang tidak terbatas (Said, 1977:168).

Seperti pemaparan di atas, representasi eksotisme Jepang dalam tulisan ini merupakan hasil representasi yang terdapat dalam narasi Sayonara. Oleh sebab itu, naratologi diperlukan untuk membantu dalam menganalisis eksotisme Jepang

(11)

| 11

dalam Sayonara, karena menurut Bal (1997) naratologi merupakan teori narasi, citra dan peristiwa untuk memahami dan menganalisis struktur narasi. Dengan demikian, analisis struktur narasi dilakukan untuk menemukan informasi-informasi yang berhubungan dengan penutur narasi atau narator (Fludernik, 2009:8-9).

Fungsi narator menurut Genette (sebagaimana yang dikutip Lecthe, 2001) berfungsi untuk mengisahkan cerita dan memberi kesempatan masuknya suatu gagasan-gagasan tertentu. Dalam konteks ini, terdapat hubungan antara narator dan dunia fiksi (teks), yaitu narator merupakan bagian dari dunia yang diceritakan (Fludernik, 2009:98). Artinya, narator di sini adalah narator narator yang menjadi salah satu tokoh dalam peristiwa.

Narator yang menjadi salah satu tokoh dalam peristiwa ini menurut Genette (1980) merupakan narasi orang pertama yang cenderung subjektif dan naif. Penggambaran yang disampaikan oleh narator orang pertama ini pun cenderung berupa prasangka yang terkadang dilebih-lebihkan. Oleh sebab itu, menurut Genette (1980) narator yang berperan sebagai tokoh ini memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengisahkan cerita. Narator ini hanya mampu menceritakan tentang yang dilihat dan didengarnya sendiri, yang sedang dipikirkan dan yang dapat ia pahami sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya, dan pengalaman, serta pengetahuannya yang terbatas.

Narasi yang disampaikan narator dalam cerita terkait dengan sudut pandang, karena peristiwa di dalam narasi disajikan berdasarkan perspektif atau sudut pandang tertentu. Menurut Genette (1980), melalui sudut pandang dapat mengungkapkan fokus narasi karena menunjukkan melalui sudut pandang siapa narasi diceritakan. Mengenai sudut pandang ini, Genette mengistilahkannya dengan fokalisasi, dan orang yang melakukan fokalisasi disebut dengan fokalisator.

Genette (1980) menambahkan, fokalisasi pada narator orang pertama cenderung terbatas, karena fokalisasinya hanya mewakili pandangan dari satu tokoh, artinya posisi pemandang ada di dalam cerita. Oleh sebab itu, narator tersebut merupakan narator yang berbicara dan memandang, sehingga menyebabkan ia memiliki sudut pandang yang subjektif. Namun, ada kalanya narasi yang dituturkan orang pertama memiliki fokalisasi jamak. Artinya, satu narator dapat terdiri dari beberapa fokalisator.

Dengan demikian, berdasarkan pemaparan di atas, representasi eksotisme Jepang artinya menampilkan Jepang yang eksotis dalam karya sastra, atau segala sesuatu di dalam karya sastra yang terkait dengan eksotisme Jepang, dianggap mewakili Jepang itu sendiri. Hasil representasi eksotisme Jepang itu sendiri menampilkan Jepang berdasarkan subjektivitas tokoh Amerika dan pandangannya yang terbatas mengenai Jepang dalam narasi Sayonara kara James. A. Michener.

Penutup

1. Kesimpulan

Setelah meneliti keterbacaan teks yang terdapat dalam Dokkai Sakubun 3, penulis menyimpukaan bahwa teks tersebut sulit untuk dibaca dan dipahami oleh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut karena ide utama sulit dipahami, kata kata baru sulit dipahami, banyak sekali huruf kanji baru yang dipakai dalam bacaan sehingga mereka harus sering membuka kamus dan pola kalimat yang

(12)

| 12

benar benar baru walaupun dosen pengampu memberi waktu yang cukup untuk membaca, ilustrasi yang disediakan cukup membantu pemahaman, soal soal yang disajikan setelah bacaan cukup mudah dan tata letaknya nyaman. Para mahasiswa menyatakan bahwa setelah berdiskusi dan belajar membaca cepat, mereka lebih mudah memahami bacaan. Selain itu, karena teks sepenuhnya diajarkan dalam bahasa Jepang, maka teks tersebut sulit untuk dipahami karena tidak terdapat penjelasan yang memadai untuk kata kata sulit, tidak terdapat furigana untuk menolong mahasiswa membaca huruf kanji dari kata kata baru dan kurangnya gambar pendukung.

2. Saran

Setelah menyampaikan kesimpulan, penulis hendak menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

a. Jika bahan bacaan sebuah mata kuliah telah disusun, maka sebaiknya dilakukan analisa secara mendalam mengenai keterbacaan dari teks tersebut menggunakan instrument internal (teks itu sendiri menggunakan perangkat lunak yang bisa diunduh dengan cuma-cuma) dan instrument eksternal (native speaker jika ada dan para mahasiswa) supaya bisa melakukan perbaikan secara berkala atas bahan bacaan. b. Untuk teks berbahasa Jepang, penulis bahan bacaan sebaiknya

menyertakan gambar pendukung yang memadai, furigana untuk huruf huruf kanji yang baru digunakan untuk mempermudah pembacaan dan penjelasan yang sederhana untuk kata kata sulit.

(13)

| 13 Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. (2010). Strategi Membaca Teori dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press

Akhmad Slamet Harjasujana dan Yeti Mulyati. 1996. Membaca 2. Jakarta: Depdiknas.

Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek

Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univercity Press

Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV. Sinar Baru.

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah standar C-TPAT berpengaruh terhadap proses quality control PT Batik Danar Hadi yaitu dengan diterapkannya standar C-TPAT proses quality control

Sesuai dengan undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 didalamnya berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

tingkat pendapatan yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar keseimbangan uang riil.  Kurva LM digambar untuk penawaran

[r]

permohonan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Kantor

Selain itu ada beberapa jawaban responden mengenai pendekatan story telling dalam pembelajaran chuukyuu dokkai sebagai berikut: (1) dengan adanya tuntutan untuk menceritakan

Salah satu cara yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan pendapatan pajak bumi dan bangunan yaitu dengan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, beberapa

[r]