• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. diproses. Informasi ditentukan oleh efeknya pada para pemakai, bukan oleh bentuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. diproses. Informasi ditentukan oleh efeknya pada para pemakai, bukan oleh bentuk"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Informasi

2.1.1 Pengertian Informasi

Menurut Hall (2001 : 14), informasi sering kali didefinisikan sebagai data yang diproses. Informasi ditentukan oleh efeknya pada para pemakai, bukan oleh bentuk fisiknya. Adapun menurut McLeod Jr.(1998 : 15), Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti. Maupun menurut Gondodiyoto (2003 : 21), menyatakan bahwa informasi merupakan data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan nyata yang dapat dipahami dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, sekarang maupun masa depan.

Jadi dengan demikian yang dimaksud dengan pengertian informasi adalah data yang telah diolah, dan dapat digunakan oleh pemakai untuk mengambil keputusan.

2.1.2 Kualitas Informasi

Mengenai kualitas informasi, menurut Mukhtar yang dikutip oleh Gondodiyoto (2003 : 22), mempunyai pendapat yang pada garis besarnya dapat disimpulkan bahwa agar suatu informasi bisa berguna agar suatu informasi bisa berguna haruslah memiliki beberapa cirri-ciri atau karakteristik berikut ini :

(2)

Informasi haruslah bebas dari kesalahan dan haruslah akurat dalam mempresentasikan suatu kejadian atau kegiatan dari suatu organisasi

2. Relevan (cocok atau sesuai)

Infomasi yang relevan harus memberikan arti kepada pembuat keputusan. Informasi ini bisa mengurangi ketidakpastian dan bisa meningkatkan nilai dari suatu kepastian 3. Timely (tepat waktu)

Informasi yang disajikan tepat pada saat dibutuhkan dan bisa mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

4. Complete (lengkap)

Informasi yang disajikan termasuk didalamnya semua data-data yang relevan dan tidak mengabaikan kepentingan yang diharapkan oleh pembuat keputusan.

5. Understandable (dimengerti)

Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh si pembuat keputusan

Menurut Oetomo (2002 : 15), Kualitas Informasi dibagi menjadi 5 karakteristik, yaitu:

1. Keakuratan dan teruji kebenarannya

Informasi harus bebas dari kesalahan – kesalahan, tidak bias, dan tidak menyesatkan. Kesalahan – kesalahan itu berupa kesalahan perhitungan maupun akibat gangguan (noise) yang dapat mengubah dan merusak informasi tersebut. 2. Kesempurnaan Informasi

(3)

Untuk mendukung faktor pertama diatas, maka kesempurnaan informasi menjadi faktor penting, dimana informasi disajikan lengkap tanpa pengurangan, penambahan atau pengubahan

3. Tepat Waktu

Informasi harus disajikan secara tepat waktu, mengingat informasi akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Keterlambatan informasi akan mengakibatkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan.

4. Relevansi

Informasi akan memiliki nilai manfaat yang tinggi, jika informasi tersebut diterima oleh mereka yang membutuhkan, dan menjadi tidak berguna jika diberikan kepada mereka yang tidak membutuhkan.

5. Mudah dan Cepat

Informasi yang dibutuhkan harus mudah dan cepat diakses. Apabila informasi sulit diakses, maka orang menjadi tidak berminat untuk memperolehnya. Oleh karena itu, dibutuhkan informasi yang mudah dan cepat.

2.1.3 Manfaat Informasi

Menurut Cespedes (1995 : 116), Informasi berguna untuk membuka peluang bisnis. Dengan semakin lancarnya komunikasi antara beberapa kelompok kerja, maka akan semakin lancar arus informasi, sehingga peluang bisnis akan semakin banyak.

2.2 Pemasaran

(4)

Menurut McCarthy dan Perreult (1984 : 10), Pemasaran adalah sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dan sekaligus merupakan proses sosial. McCarthy dan Perreult membagi pemasaran menjadi dua, yaitu : Pemasaran Mikro dan Pemasaran Makro.

1. Pemasaran Mikro

Pemasaran Mikro adalah pelaksanaan sejumlah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, dengan mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien, serta mengarahkan arus barang dan jasa yang dibutuhkan dari produsen kepada pelanggan atau klien.

2. Pemasaran Makro

Pemasaran Makro adalah proses sosial yang mengarahkan arus ekonomi barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, yang secara efektif menyesuaikan penawaran dan permintaan serta mencapai tujuan masyarakat.

2.2.2 Peranan Informasi Dalam Pemasaran

Menurut Cespedes (1995 : 116), Dalam pemasaran, informasi memiliki nilai yang tinggi dalam mempengaruhi proses jual beli. Tetapi, kelompok pemasaran yang berbeda, memiliki kebutuhan informasi yang berbeda. Bahkan dalam pengembangan pasar, akan menyebabkan terjadinya interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Kejadian yang telah dialami oleh beberapa firma, kini disarankan untuk dipraktekkan oleh perusahaan produk industri.

(5)

Menurut Bickelhaupt (1979 : 104), Pemasaran Asuransi adalah proses mendapatkan nasabah dalam hubungannya dengan kontrak asuransi penanggung kepada tertanggung. Pemasaran Asuransi adalah bagian utama dari pendekatan fungsional dalam mempelajari bagian dari asuransi.

Dalam praktek, seringkali pemasaran disamakan atau diidentifikasikan sebagai : 1. Nama sebuah unit kegiatan dalam suatu organisasi perusahaan dalam berbagai

istilah, tingkat atau tanggung jawab.

2. Salah satu aspek dalam kegiatan perusahaan.

3. Suatu metode pendekatan dalam pemecahan masalah

4. Sinonim untuk penjualan atau kegiatan usaha khusus lainnya

Apabila dilihat lebih lanjut, pemasaran adalah merupakan suatu proses, suatu sistem atau kegiatan manajerial dimana tindakan ini sangat terpenting pada konsep pemasaran yang merupakan filosofi pandangan hidup ataupun cara berpikir manajerial.

Dalam pengertian umum, pemasaran tidak lebih dalam kegiatan jasa. Tetapi, lebih ditekankan sebagai garis pemikiran terutama pada nasabah dan pasar ditinjau dari perusahaan sebagai suatu keseluruhan dan merupakan tanggung jawab management. Dan ditinjau dari sudut asuransi merupakan usaha yang terus menerus dilakukan perusahaan agar tetap berpikir kearah orientasi pasar dan orientasi konsumen dalam kegiatan sehari – hari.

Menurut Harsono (1996 : 398), Pemasaran Asuransi pada dasarnya dapat berorientasi pada produk, penjualan atau pada konsumen.

(6)

Kegiatan pemasaran yang berorientasi kepada produk adalah merupakan tahap awal dimana perusahaan asuransi melakukan pembagian fungsi – fungsi pemasaran dalam organisasi.

Dalam asuransi jiwa peranan dari pada “actuary manager” sangat dominant dalam mengkelola kegiatan perusahaan, para pemasar hanya menawarkan produk-jasa yang telah disiapkan oleh unit aktuaria atau dengan kata lain yang ditawarkan adalah produk-jasa sesuai dengan keinginan perusahaan.

2. Orientasi Penjualan

Kegiatan pemasaran yang berorientasi kepada penjualan meliputi pengembangan dari pada tehnik-tehnik penjualan, motivasi dari pada salesman dan konsep-konsep umum dalam menciptakan kebutuhan dan bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut.

Dalam asuransi jiwa kegiatan pemasaran yang berorientasi pada penjualan ini akan melibatkan para petugas dinas luar ataupun agen-agen asuransi yang cukup besar mengingat bahwa dalam usaha mencapai target penjualan dengan karakteristik pasar yang lebih mengarah kepada individu usaha untuk mengkoordinir dan mengawasi kegiatan lapangan sangat penting dan untuk mencapai target yang telah ditetapkan para petugas lapangan atau para agen perlu dibekali pengetahuan teknis serta psikologis usaha.

3. Orientasi Konsumen

Kegiatan pemasaran yang berorientasi kepada konsumen merupakan tahap integrasi manajemen pemasaran baik dalam asuransi jiwa maupun asuransi kerugian yang

(7)

mencakup proses identifikasi dalam usaha mencari tahu keinginan ataupun pemuasan kebutuhan para konsumen atas suatu produk.

Dalam struktur pasar dimana unsur persaingan ada, maka hal yang juga terjadi dalam industri asuransi, ada berbagai faktor yang perlu diperhatikan agar peluang-peluang pasar yang ada dapat didayagunakan semaksimal mungkin, antara lain dengan cara :

a. Dengan adanya tingkat persaingan antara perusahaan asuransi serta produk (polis asuransi) yang ditawarkan, sampai seberapa jauh perubahan nilai dalam masyarakat atas keadaan tersebut, sehingga diketahui peluang-peluang yang ada, bahaya atau hambatan apa yang mungkin timbul sehingga berpengaruh pada kegiatan pemasaran perusahaan.

b. Tindakan-tindakan penyesuaian apa sajakah yang perlu dilakukan dengan lingkungan yang berubah-ubah sesuai dengan dinamika kegiatan perekonomian. c. Kebutuhan untuk memebagi pasar dalam segmentasi -segmentasi ataukah

sebaliknya menyatukan pasara dalam suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh atau terpadu sehingga dapat menciptakan posisi persaingan yang lebih kuat bagi perusahaan.

d. Pentingnya memahami perilaku, pandangan hidup, kebiasaan konsumen (tertanggung/ calon tertanggung) dalam membeli produk-produk asuransi baik dilihat dari jenis asuransi maupun kondisi yang dikehendakinya.

2.3 Asuransi

(8)

Menurut Dickson (1997 : 1), Asuransi merupakan suatu mekanisme pengalihan resiko, dimana individu atau badan usaha dapat memindahkan ketidakpastian yang dialaminya kepada pihak lain dengan membayar sejumlah imbalan yang disebut premi. Jumlah premi yang dibayarkan biasanya relatif kecil jika dibandingkan dengan potensi dengan jumlah kerugian yang mungkin terjadi. Melalui mekanisme ini biaya kerugian yang timbul karena ketidak pastian dialihkan kepada pihak penanggung.

2.3.2 Jenis Asuransi

Kertanegoro (1996 : 76) menyatakan Asuransi merupakan istilah generik yang luas, meliputi seluruh lembaga yang menangani risiko melalui metode pembagian dan pengalihan risiko. Asuransi dapat dibedakan dalam beberapa golongan tertentu berdasarkan bahaya (peril) yang dipertanggungkan atau sifat–sifat programnya. Namun, secara garis besar, asuransi dibedakan secara fundamental antara asuransi privat dan asuransi sosial.

Asuransi privat (private insurance) terdiri dari program-program asuransi sukarela (voluntary) yang tersedia bagi individu sebagai alat perlindungan dirinya terhadap kemungkinan kerugian yang diakibatkan karena suatu risiko. Sifat khusus asuransi privat adalah sukarela, pengalihan risiko umumnya dilakukan melalui perjanjian berupa polis. Sedangkan asuransi sosial (social insurance) bersifat wajib (compulsory), dan program-programnya ditentukan dengan undang–undang, sehingga tidak dikenal adanya perjanjian berupa polis. Tujuan utama asuransi sosial adalah memberikan perlindungan dasar bagi masyarakat secara merata.

(9)

Menurut UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Pasal 1 ayat 1 adalah :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada yang tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hokum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Menurut Pasal 246 Kitab Hukum Dagang Indonesia, Asuransi adalah : “Suatu perjanjian dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima pembayaran premi untuk memberikan penggantian bila terjadi kerugian atau kerusakan, kehilangan, keuntungan yang diharapkan, yang timbul karena peristiwa yang tidak pasti”.

2.4 Evaluasi Terhadap Kualitas Informasi Pemasaran 2.4.1 Evaluasi Informasi

Menurut Remenyi (2000 : 42), evaluasi Informasi adalah sebuah proses yang penting dalam suatu organisasi, karena proses evaluasi itu sendiri sama dengan mempelajari organisasi tersebut. Dengan melakukan evaluasi informasi, organisasi akan belajar bagaimana cara mengalokasikan dananya dengan baik. Ini akan membuka mata organisasi tentang seberapa pentingnya informasi bisa berguna dalam proses bisnis. Dan proses ini akan menghasilkan keputusan yang lebih baik.

(10)

2.4.2 Evaluasi Kualitas Informasi Pemasaran Asuransi

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil agen dan analisis yang dilakukan, serta dilandasi oleh faktor penentu keberhasilan tersebut, dapat dideskripsikan kebutuhan informasi pemasaran yang berkualitas akan memberikan dukungan optimal dalam proses pemasaran asuransi, adalah sebagai berikut :

1. Informasi mengenai jumlah pertanggungan, jumlah premi, jumlah klaim yang dapat dilihat dari berbagai dimensi, diantaranya per sumber bisnis dan per jenis asuransi untuk setiap cabang pemasaran.

2. Informasi mengenai trend premi dan klaim.

3. Informasi mengenai kontribusi premi setiap cabang pemasaran, setiap jenis asuransi dan setiap sumber bisnis dari keseluruhan premi yang diperoleh.

4. Informasi mengenai varians promosi dan varians premi. 5. Informasi mengenai rate standar untuk suatu periode tertentu.

6. Informasi mengenai identitas, produk, premi, klaim serta rate pesaing.

7. Informasi mengenai pangsa pasar perusahaan perasuransian berdasarkan jumlah pendapatan premi.

8. Informasi mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah khususnya dalam hal perasuransian.

Dari analisis yang kami lakukan setelah melakukan wawancara dan faktor-faktor penentu keberhasilan dalam pemasaran asuransi maka dalam memberikan informasi kepada nasabah yang menyangkut dengan kepentingan nasabah, meliputi :

(11)

1. Layanan produk 2. Premi

3. Polis 4. Klaim

Setelah itu kami hubungkan dengan karakteristik kualitas informasi, yaitu : 1. Keakuratan dan teruji kebenarannya

2. Kesempurnaan informasi 3. Tepat waktu

4. Relevansi

5. Mudah dan cepat

2.5 Teori Pendukung

2.5.1 Teknik Analisis Data

Sugiyono (2002 : 142) menyatakan bahwa dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokkan data berdasarkan variable dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif ini menggunakan statistik deskriptif. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial non parametris.

(12)

2.5.2 Statistik

Menurut Supranto (1987 : 13) Statistik adalah ilmu dan seni pengembangan dan penerapan metode yang paling efektif untuk mengumpulkan, mentabulasikan, serta menginterpretasikan data kuantitatif sedemimikan rupa, sehingga kemungkinan salah dalam kesimpulan dan estimasi dapat diperkirakan dengan menggunakan penalaran induktif berdasarkan matematika probabilitas.

Dalam arti sempit, statistik berarti data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif). Dalam arti luas, statistik berarti suatu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, cara pengolahan, penyajian dan analisis data serta cara pengambilan keputusan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang tidak menyeluruh.

2.5.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

2.5.2.2 Statistik Inferensial Non Parametris

Statistik inferensial non parametris adalah statistik yang tidak mengujii parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Selain itu, statistik non parametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berditribusi normal. Statistik non parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal.

(13)

2.5.3 Hipotesis

Menurut Hasan (2002 : 50), Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti dibawah dan “thesa” yang berarti kebenaran).

Hipotesis adalah proposisi yang masih bersifat sementara dan masih harus mencari kebenarannya. Proposisi adalah pernyataan tentang suatu konsep. Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang biasa dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah yang berhubungan dengan variabel–variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut.

2.6 Kuesioner

2.6.1 Penyusunan Kuesioner

Menurut Hasan (2002 : 83), Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respons) atas-atau, menjawab-pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk dapat menggunakan tekniki ini, disyaratkan responden harus memiliki tingkat pendidikan yang memadai.

Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pertanyaan yang ada dalam kuesioner dapat dibedakan atas 3 golongan, yaitu sebagai berikut :

(14)

Merupakan kuesioner yang pertanyaan atau pertanyaannya memberikan kebebasan dengan responden, untuk memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka.

2. Kuesioner Tertutup(closed questionnaire)

Merupakan Kuesioner yang pernyataan atau pertanyaannya tidak memberikan kebebasan kepada responden, untuk memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai dengan keinginqan mereka.

3. Kuesioner Semi Terbuka (semi opened questionnaire)

Merupakan kuesioner yang pertanyaan atau pernyataannya memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban dan pendapat menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan.

Dalam kuesioner ini, digunakan skala likert, yaitu jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat , dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang.

Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini, dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-item instrumen, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen ini, memiliki gradasi dari tertinggi (sangat positif) sampai pada terendah (sangat negatif), yang jika dinyatakan dalam bentuk kata-kata dapat berupa, antara lain sebagai berikut.

a. Sangat Baik a. Senang Sekali b. Cukup Baik b. Senang

(15)

c. Sedang c. Cukup Senang d. Kurang Baik d. Kurang Senang e. Sangat Tidak Baik e. Tidak Senang

Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban-jawaban terebut diberi skor :

a. Sangat baik / Senang sekali, dengan skor 5 b. Cukup baik / senang, dengan skor 4 c. Sedang / cukup senang, dengan skor 3 d. Kurang baik / kurang senang, dengan skor 2 e. Sangat tidak baik / tidak senang, dengan skor 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk multiple choice atau checklist.

2.6.2 Populasi dan Sample 2.6.2.1 Populasi

Menurut Hasan (2002 : 58), populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.

2.6.2.2 Sampel

Menurut Hasan (2002 : 58), sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara–cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.

(16)

Menurut Gay yang dikutip oleh Hasan (2002 : 60), berpendapat bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Metode deskriptif, minimal 10% populasi. Untuk populasi relatif lebih keci, minimal 20%.

2. Metode deskriptif korelasional, minimal 30 subyek. 3. Metode expost facto, minimal 15 subyek perkelompok. 4. Metode experimental, minimal 15 subyek perkelompok.

2.6.3 Pengujian Data Penelitian

Kuesioner sebagai instrumen penelitian harus diuji kelayakannya terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya. Pengujian yang dilakukan terdiri dari pengujian validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner tersebut kepada seluruh responden yang ada. Jika hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa kusioner tersebut valid dan reliable, barulah penelitian dapat dilanjutkan.

2.6.3.1 Pengujian Validitas

Menurut Umar (2003 : 80), validitas adalah suatu instrumen penelitian yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Validitas digolongkan ke dalam 4 jenis yaitu :

(17)

Pengujian validitas yang mempertanyakan apakah butir-butir pertanyaan dalam instrumen itu telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan.

2. Validitas Isi

Validitas isi adalah suatu pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep

3. Validitas Empiris

Validitas empiris adalah perhitungan validitas yang memerlukan data-data di lapangan dari hasil uji coba yang bersifat data kuantitatif.

4. Validitas Prediktif

Validitas prediktif adalah suatu pengukur yang dibuat oleh periset seringkali dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

Untuk menguji validitas, baik konstruksi, isi maupun prediktif digunakan rumus yang sama, yaitu :

r = n(∑xy ) – (∑x ∑y) ___ √ [ n∑X²-(∑X)² ] [ n∑ y² - (∑y)² ]

2.6.3.2 Pengujian Reliabilitas

Menurut Nugiyantoro dkk, (2002 : 319), Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu.

(18)

Untuk menghitung reliabilitas, digunakan rumus Alpha Cronbach : r = k (1 - Σσi² )

k – 1 σ²

r : Koefisien reliabilitas yang dicari k : Jumlah responden

Σσi² : Varians butir – butir pertanyaan (soal) σ² : Varians skor tes

Untuk mengerjakan rumus diatas dalm uji reliabilitas sebuah instrumen, yang sering banyak memakan waktu adalah penghitungan varians (σi ²) tiap butir soal, tergantung jumlah butir pertanyaan yang ada. Semakin banyak jumlah pertanyaan akan semakin banyal kerja penghitungan varians tiap butirnya. Varians butir itu sendiri dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

(ΣΧ¡)² σi² = ΣX¡² - N___

N

σi² = Varians butir pertanyaan ke-n ΣX¡ = Jumlah Skor pertanyaan ke-n

Setelah penghitungan indeks reliabilitas untuk sebuah instrument yang diujicobakan ditemukan dengan Alpha Cronbach, selanjutnya perlu ditafsirkan arti dari harga indeks yang diperoleh itu. Perlu diketahui bahwa penghitungan reliabilitas dari Alpha Cronbach itu mengasumsikan skor-skor hasil pengukuran yang diperoleh berdistribusi normal. Indeks reliabilitas untuk jenis-jenis

(19)

reliabilitas tersebut dinyatakan reliable jika harga r yang diperoleh paling tidak mencapai 0.6000.

2.6.3.3 Pengujian Hipotesis

Pada pengujian hipotesis dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji chi kuadrat (χ²), karena sampel yang digunakan hanya satu. Selain itu, variabel data ukur berbentuk nonparametrik dan berskala ordinal. Menurut Nurgiyantoro dkk. (2002 : 225), uji chi kuadrat digunakan untuk menguji perbedaan frekwensi data berskala ordinal. Adapun rumus dari uji chi kuadrat adalah sebagai berikut :

χ² =

(Oi - Ei)²

Ei

χ² : chi kuadrat

O : Frekuensi observasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar akuntansi yang diajar

Dimaksudkan evaluasi disini adalah mengetahui sejauh mana langkah konseling yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dapat dilihat pada perkembangan selanjutnya

Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun maka target luaran yang diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat tentang Penerapan Diabetes Self

Meskipun secara parsial persepsi harga tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian namun penilaian terhadap harga serta kualitas dari suatu

Dalam hal ini yang menjadi kajian peneliti adalah yang berkaitan dengan objek jaminan fidusia yang disita oleh Negara akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan debitur

Ditinjau dari sumber penghasilan utama rumah tangga, ternyata di Kecamatan Pagerwojo yang terbesar adalah sektor pertanian hal ini dikarenakan Kecamatan Pagerwojo

Pada tugas akhir ini akan dirancang suatu software untuk mendeteksi penyakit kelainan jantung PACs mengunakan RR interval dan algoritma QRS Detection Pan and

Sebelum pemasangan instalasi plumbing, fixture-fixture dan peralatan lain, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh barang-barang yang akan dipasang dan atau brosur-brosurya