• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam dan kekayaan sumber daya manusia. Meskipun demikian, Indonesia masih kalah bersaing bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Berdasarkan data dari world economic forum, daya saing di Indonesia masih dikatakan baik atau melebih dari rata-rata bila dibandingkan dengan negara – negara Asia lainnya, seperti Filipina, India, Vietnam, dan negara – negara Asia lainnya. Berikut tabel dari world economic forums.

Gambar 1. 1 The Global Competitiveness Indonesian in Asia 2015-2016

(2)

Dari data tersebut, meskipun daya saing Indonesia masih dapat dikatakan baik bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indonesia berada pada tingkat ke-34 dari 144 negara. Saat ini Indonesia menurun menjadi peringkat ke-37 dari 140 negara. Dan hal ini cenderung tidak stabil. Berikut data mengenai global competitiveness index 2015-2016.

Tabel 1. 2 The Global Competitiveness Index 2015–2016 rankings and 2014–2015 comparisons

Sumber: World Economic Forum (2015)

Dalam hal ini, suatu perusahaan atau organisasi, tentunya juga harus bisa berperan untuk membantu meningkatkan daya saing di Indonesia. Organisasi harus bisa untuk memproduksi produk yang inovatif dan berkualitas, sehingga produk tersebut mampu bersaing dengan negara – negara lainnya. Dan untuk

(3)

mewujudkannya, tentunya organisasi memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber daya manusia tentunya memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia merupakan sumber yang mengendalikan organisasi, serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi dalam menghadapi tuntutan zaman. Pertumbuhan perekonomian yang semakin terus berkembang, perusahaan diharapkan untuk mampu bersaing dengan perusahaan - perusahaan lainnya. Tuntutan ekonomi yang semakin meningkat, perusahaan tentu saja membutuhan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik lagi untuk mampu bersaing.

Akan tetapi, sumber daya manusia ini masih kurang memadai. Berdasarkan data mengenai daya saing Indonesia, Global Competitive Index (GCI) ini menggunakan 12 pillar untuk mengukur daya saing sebuah negara. Pilar-pilar ini dimulai dari pilar institusi atau kelembagaan (institution), infrastruktur (infrastructure), ekonomi makro (macroeconomic environment), kesehatan dan pendidikan dasar (health and primary education), pendidikan tinggi dan pelatihan (higher education and training), efisiensi pasar barang (goods market efficiency), efisiensi pasar tenaga kerja (labour market efficiency), pengembangan pasar keuangan (financial market development), kesiapan teknologi (technology readiness), besarnya pasar (market size), kecanggihan bisnis (business sophistication) dan inovasi (innovation).

Pilar-pilar pada pendidikan tinggi dan pelatihan (higher education and training), efisiensi pasar barang (goods market efficiency), efisiensi pasar tenaga kerja (labour market efficiency), pengembangan pasar keuangan (financial market development), kesiapan teknologi (technology readiness), besarnya pasar (market size), merupakan kunci untuk memiliki ekonomi yang efisien. Berikut tabel beberapa negara dari World Economic Forum mengenai efficiency enhancers.

(4)

Tabel 1. 3 The Global Competitiveness Index 2015-2016: Efficiency Enhancers

Sumber: World Economic Forum (2015)

Berdasarkan data tersebut, Indonesia berada di peringkat 46. Dan pada tahun sebelumnya Indonesia ternyata juga berada di peringkat 46. Dilihat dari peringkat tenaga kerjanya, Indonesia berada di peringkat 115 dari 140 negara. Jadi, meskipun Indonesia memiliki sumber daya manusia yang banyak, tetapi masih kurang memadai.

Menurut Rahman (2015) melihat penurunan daya saing yang terjadi, menjadi suatu pertanyaan apakah Indonesia sudah siap atau tidak dalam mengahadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Khususnya menyangkut isu daya saing tenaga kerja Indonesia yang masih rendahh produktivitasnya.

Berdasarkan dari penelitian Gallup pada Desember 2013, yang membahas mengenai salah satu permasalahan pada karyawan di Indonesia adalah tingkat keterlibatan karyawannya. Dan dari penelitian ini, menyatakan bahwa Filipina adalah negara yang memiliki keterlibatan karyawan tertinggi, dengan jumlah 29% karyawan yang bisa dikatakan terlibat aktif dan loyal pada organisasi mereka bekerja. Sedangkan Indonesia berada pada posisi ke-5 di mana total pekerja yang engaged atau yang mampu ikut terlibat pada organisasi hanya sekitar 8%.

(5)

Tabel 1. 4 Tingkat Keterlibatan Sumber Daya Manusia

Sumber: Gallup (2013)

Dari diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa karyawan di Indonesia masih memiliki keterlibatan dengan perusahaan yang rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Dalam dari survey Gallup ini, sebuah riset dilakukan oleh Prasetiya Mulya Executive Leaning Institute (PM-ELI) pada Maret 2015. Riset ini diterapkan pada 225 responden yang bekerja di berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia. Dari berbagai dasar variabel, termasuk berdasarkan level jabatan di perusahaan—yang mayoritas merupakan pimpinan tingkat awal dan menengah, terungkap rendahnya tingkat engagement mereka pada organisasi (hanya 40%). Sebaliknya, mereka yang menyatakan tidak engaged pada organisasi lebih banyak jumlahnya (mencapai 59%), atau separuh lebih dari total responden. Berikut persentase tipe employee engagement dari total 225 responden pada riset PM-ELI.

Gambar 1. 2 Employee Engagement in Indonesia Sumber : PM-ELI (2015)

(6)

Dan yang menarik dari riset Gallup maupun PM-ELI ini adalah perbandingan ragam generasi yang umumnya menampilkan sikap dan tingkat yang berbeda terkait dengan keterlibatatan mereka pada organisasi dan pekerjaan. Generasi tua atau yang dikenal sebagai baby boomers, cenderung lebih engagedbila dibandingkan dengan generasi yang lebih muda (generasi X dan y). Berikut perbandingan tingkat engagement lintas generasi dari hasil penelitian PM-ELI baru-baru ini.

Gambar 1. 3 Percentages of Employee Engagemet Sumber: PM-ELI (2015)

Dari data tersebut, membuktikan bahwa generasi yang lebih muda cenderung tidak mudah engaged dibanding generasi diatasnya. Sehingga yang menjadi tantangan yang dihadapi organisasi pada saat ini dan di masa yang akan datang adalah mengenai bagaimana menghasilkan sumber daya manusia yang berkomitmen, berkualitas, inovatif, dan memiliki kreatifitas yang tinggi. Organisasi yang sukses membutuhkan karyawan yang akan melakukan lebih dari sekedar tugas formal mereka dan mau memberikan kinerja yang melebihi harapan.

Dan sistem kerja di organisasi - organisasi di seluruh dunia saat ini sudah mulai berubah, dari bekerja secara individual menjadi bekerja dalam tim (work team). Dalam bekerja tim, ada kalanya terjadi masalah dalam pelaksanaan pekerjaan oleh salah satu anggota tim, yang bila dibiarkan tentunya akan mengganggu kinerja tim secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan adanya karyawan lain yang bersedia membantu mengerjakan pekerjaan rekannya.

(7)

Tingkat kesediaan bekerja ekstra inilah yang disebut Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Lubis, 2015).

Menurut Organ (2010) dalam Lubis (2015), Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku individu yang bebas, yang tidak secara langsung atau eksplisit diakui oleh sistem pemberian penghargaan dan dalam mempromosikan fungsi efektif organisasi. Dengan kata lain, OCB adalah perilaku karyawan yang melebihi peran yang diwajibkan, yang tidak secara langsung atau eksplisit diakui oleh sistem reward formal Merupakan perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja formal seorang karyawan, namun mendukung berfungsinya organisasi tersebut secara efektif.

Dan menurut Organ dan Konovsky (1989) dalam Swaminathan dan Jawahar (2013) menjelaskan bahwa terdapat variabel terkuat yang dapat mempengaruhi OCB, yaitu adalah kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja karyawan berperan penting dalam kemampuan perusahaan untuk menarik dan memelihara karyawan yang berkualitas. Kepuasan kerja karyawan juga dapat berfungsi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan, menurunkan tingkat absensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan loyalitas karyawan dan mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan terutama karyawan ahli atau professional yang sangat besar peranannya dalam pengoperasian perusahaan.

Apabila para karyawan tidak memperoleh kepuasan kerja maka banyak konsekuensi - konsekuensi yang harus dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan kerja atau perusahaan.

Dan dalam menciptakan kepuasan kerja karyawan itu tidaklah mudah karena kepuasan kerja dapat tercipta jika variabel – variabel yang mempengaruhinya, seperti komitmen organisasi dan budaya organisasi. Menurut Lincoln dan Kalleberg (1990) dalam Suparjo dan Darmanto (2015) menunjukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh secara positif terhadap pada komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan salah satu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka terhadap organisasi tempat bekerja. Tumbuhnya komitmen dalam suatu organisasi tidak muncul dengan sendirinya, komitmen

(8)

organisasi merupakan sikap loyalitas seorang pekerja pada suatu organisasi dan hal itu merupakan suatu proses berkelanjutan.

Selain komitmen organisasi, budaya organisasi juga merupakan variabel yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Setiap perusahaan pasti memiliki budaya organisasi yang berbeda-beda. Budaya organisasi mengandung nilai-nilai, keyakinan, dan menjadi prinsip dasar karyawan dalam bekerja. Budaya kerja yang dianut oleh pimpinan perusahaan dan diimplementasikan oleh karyawan menjadi perilaku karyawan yang kemudian menentukan arah keberhasilan suatu perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang merupakan salah satu perusahan swasta terbesar di Indonesia penghasil pulp, paper, dan produk packaging. Tujuan dari PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang ini adalah mengakomodasikan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia. Strateginya yaitu dengan mempertahankan keunggulan dalam hal pengadaan bahan baku, efisiensi produksi, penyebaran distribusi yang luas dan terus mengembangkan sumber dayanya.

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan beberapa karyawan yang ada pada perusahaan ini, diduga tingkat kepuasan kerja karyawan pada perusahaan ini cenderung rendah. Dan permasalahan yang menarik dari perusahaan ini adalah meskipun tingkat kepuasannya cenderung rendah, karyawan masih tetap tinggal atau bertahan pada perusahaan. Dan dari permasalahan ini, peneliti tertarik untuk membahas mengenai dengan tingkat kepuasan kerja yang rendah dan tingkat komitmen pada karyawan apakah dapat mempengaruhui tingkat Organizational Citizenship Behavior. Dan tentunya tidak hanya faktor komitmen organisasi saja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, budaya organisasi juga dapat mempengaruhui kepuasan kerja karyawannya. Untuk itu peneliti mengambil judul “Pengaruh Komitmen Organisasi dan Budaya Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior Pada Karyawan Departemen Produksi di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(9)

1. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh secara langsung terhadap Kepuasan Kerja pada karyawan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang? 2. Apakah Budaya Organisasi berpengaruh secara langsung terhadap Kerpuasan

Kerja pada karyawan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang?

3. Apakah Kepuasan Kerja berpengaruh secara langsung terhadap Orgaznizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang?

4. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh secara langsung terhadap Orgaznizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang?

5. Apakah Budaya Organisasi berpengaruh secara langsung terhadap Orgaznizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang?

6. Apakah Komitmen Organisasi dan Budaya Organisasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap Orgaznizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Serang?

1.3Ruang Lingkup

Pada penelitian ini terdapat batasan variable yang digunakan. Menurut Colquit, et al. (2011:72) mengatakan bahwa terdapat tiga dimensi dalam komitmen organisasi, yaitu: komitmen afektif (affective commitment), komitmen berkelanjutan (continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment).

Pada budaya organisasi menurut Robbins dan Judge (2015:355), budaya organisasi ini terdapat tujuh dimensi, yaitu: Inovasi dan Pengambilan Resiko (Innovation and Risk Taking), Perhatian pada Detil (Attention to Detail), Orientasi Hasil (Outcome Orientation), Orientasi Orang (People Orientation), Orientasi Tim (Team Orientation), Keagresifan (Aggressiveness), dan Stabilitas (Stability)

Dan pada kepuasan kerja, peneliti hanya mengambil empat dimensi kepuasan kerja dari lima dimensi kepuasan kerja menurut Colquit, et al. (2011:107-109), yaitu: pembayaran, seperti gaji dan upah, pekerjaan itu sendiri, rekan kerja, dan promosi

(10)

Sedangkan mengenai Organizational Citizenship Behavior menurut Organ (1988) dalam Swaminathan dan Jawahar (2013), terdapat lima dimensi organizational citizenship behavior. Peneliti akan mengambil lima dimensi tersebut, yaitu altruism, courtesy, sportsmanship, civic virtue, dan conscientiousness.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh Komitmen Organisasi secara langsung terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.

2. Mengetahui pengaruh Budaya Organisasi secara langsung terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.

3. Mengetahui pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan secara langsung terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).

4. Mengetahui pengaruh Komitmen Organisasi secara langsung terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).

5. Mengetahui pengaruh Budaya Organisasi secara langsung terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).

6. Mengetahui pengaruh Komitmen Organisasi dan Budaya Organisasi secara tidak langsung terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).

1.5Manfaat Penelitian 1. Penulis

 Sebagai bentuk pengaplikasian teori yang sudah dipelajari di perkuliahan

 Penulis dapat menganalisa suatu masalah

 Penulis dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai ilmu manajemen 2. Perusahaan

Dapat memberikan informasi dan rekomendasi terhadap perusahaan dalam mengembangkan perusahaan.

3. Pembaca

Diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna dan dapat menjadi referensi terhadap penelitian dalam bidang yang sama di masa yang akan datang.

(11)

1.6State of The Art

State of the art dimaksudkan untuk menganilisis penelitian yang pernah ada

sebelumnya, yang sejalan dan mempunyai konsep yang hampir sama. Berikut adalah tabel mengenai State of the Art.

Tabel 1. 5 State of the Art

Judul & Penulis Metode Hasil Adaptasi

Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Nutrifood Indonesia di Jakarta Hasbi Widagdo, Agung Wahyu Handaru, Andi Pangeran (2013) Analisis menggunakan regresi sederhana dan analisis regresi ganda. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dibudidayakan menggunakan SPSS 19.0 budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan adalah 45,3%; komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan adalah 35,6%; budaya organisasi & komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan secara simultan adalah 44.7%.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa komitmen organisasi dan budaya organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, dan dari hasil penelitian dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini. Job Satisfaction as a Predictor of Organizational Citizenship Behavior: An Empirical Study (Samantha Swaminathan dan P. David Jawahar (2013)) Korelasi dan analisis regresi berganda digunakan untuk menginterpretasi kan data. Terdapat hubungan positif antara OCB dan Kepuasan Kerja bagi lembaga

pendidikan tinggi di Tamil, India.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja dapat

mempengaruhi OCB, dan hasil penelitian dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini.

(12)

Tabel 1.6 State of the Art (lanjutan)

Judul & Penulis Metode Hasil Adaptasi

Pengaruh Iklim Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Pembentukan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Karyawan dalam Rangka Peningkatan Kinerja (M. Saleh Lubis (Mei 2015)) Menggunakan metode pengujian hubungan kausalistik antar variabel dimana variabel diukur dengan instrument berbentuk skala Likert. Menunjukan bahwa seluruh variabel independen yaitu iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan baik terhadap OCB maupun terhadap kinerja karyawan STIE Pasaman Simpang Empat. Demikian juga OCB berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa komitmen

organisasi dapat membentuk OCB, dan dari hasil penelitian menunjukan komitmen dapat mempengaruhi OCB. Sehingga dari hasil penelitian dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini. The Influence of Personality and Organizational Culture on Employee Performance Through Organizational Citizenship Behavior (Made Darsana (2013)) Pendekatan kuantitatif, pengumpulan data kuesioner, dan teknik analisis SEM Kepribadian karyawan dan budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap kinerja melalui OCB semua BPR di Gianyar Bali.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa budaya organisasi dapat

mempengaruhi OCB, dan dari hasil penelitian dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini.

(13)

Tabel 1.7 State of the Art (lanjutan)

Judul & Penulis Metode Hasil Adaptasi

The Influence of Organizational Culture, Organizational Commitment to Job Satisfaction and Employee Performance (Study at Municipal Waterworks of Jayapura, Papua Indonesia) Jack Henry Syauta, Eka Afnan Troena, Margono Setiawan, dan Solimun (2012) Menggunakan analisis deskriptif untuk menentukan karakteristik dan deskripsi responden untuk setiap indikator variabel. 1.Menunjukkan bahwa budaya organisasi tidak mempengaruhi secara langsung terhadap kinerja karyawan. 2.Budaya organisasi dapat mempengaruhi kinerja jika dimediasi oleh kepuasan kerja. 3.Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan secara langsung atau tidak langsung melalui kepuasan kerja.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa komitmen organisasi dan budaya organisasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, dan dari hasil penelitian dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini.

(14)

Tabel 1.8 State of the Art (lanjutan)

Judul & Penulis Metode Hasil Adaptasi

Mediating Role of Jobs Satisfaction among Organizational Commitment, Organizational Culture, and Orgnizational Citizenship Behavior : Empirical Study on Private Higher Education in Central Java, Indonesia

Suparjo & Susetyo Darmanto (2015) Menggunakan teknik analisis SEM sebanyak 226 responden. Terdapat hubungan yang signifikan antara Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, dan OCB, serta Kepuasan kerja memediasi hubungan antara Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, dan OCB.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa komitmen organisasi dan budaya organisasi dapat mempengaruhi OCB dan Kepuasan kerja sebagai variabel intervening, dan hasil penelitian dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini. Sumber: Penulis (2015)

Gambar

Gambar 1. 1 The Global Competitiveness Indonesian in Asia 2015-2016
Tabel 1. 2 The Global Competitiveness Index 2015–2016 rankings and 2014–2015  comparisons
Tabel 1. 3 The Global Competitiveness Index 2015-2016: Efficiency Enhancers
Gambar 1. 2 Employee Engagement in Indonesia  Sumber : PM-ELI (2015)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Keadaan Keuangan Perusahaan Data yang diperoleh peneliti dari hasil penelitian pada Jaya Reklame di Sangatta meliputi keadaan keuangan perusahaan yang disajikan

PERKEBUNAN NUSANTARA VIII TAMBAKSARI unit PLTA Cinangling Subang ini, maka pembuatan laporan kerja praktek yang dibuat penulis baik berupa lisan (bimbingan dan pengarahan

Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga ( Bastaman, 1996).. Pengertian mengenai makna

Adapun data kosa kata dialek-dialek tersebut diambil dari peneliti-peneliti lain yang sebelumnya telah meneliti bahasa tersebut, diantaranya dialek Luwu dari Wahyu (2014),

Menentukan bobot latihan setiap jenis keterampilan berdasarkan hasil analisis terhadap respons yang muncul dan tingkat kesulitan yang dialami mahasiswa dalam mempraktikkan

Implementasi untuk sistem pengukuran demikian dapat dilakukan cukup dengan mempergunakan dua mikrokontroler, yaitu satu master I2C yang melakukan pengukuran dosis radiasi

Motivasi belajar siswa sangat penting dalam pembelajaran, sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi harus siswa sendiri

Berdasarkan Peraturan 5 (3) Peraturan-peraturan PIBG 1998 yang menggariskan „Persatuan boleh, dengan kebenaran Guru Besar atau Pengetua menganjurkan kegiatan kurikulum dan