• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH THERAPI DZIKIR TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA. Siti Khoiroh Muflihatin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH THERAPI DZIKIR TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA. Siti Khoiroh Muflihatin"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

0

PENGARUH THERAPI DZIKIR TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA

Siti Khoiroh Muflihatin

E-mail : siti.khoir96@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre test and post test control group yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe 2. Jumlah sampel 20 orang yang di rawat di Rumah Sakit yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan kriteria inklusi tidak mengalami komplikasi akut DM, mendapatkan terapi insulin dan beragama Islam. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok (p=0.000) dan rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0.003), Selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p= 0.133) akan tetapi jika dilihat dari selisih mean rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi yang paling besar adalah pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Terapi dzikir efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini merekomendasikan agar terapi dzikir dapat diterapkan di pelayanan klinik sebagai terapi tambahan pada terapi standar untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2.

Kata Kunci : Terapi dzikir , Kadar glukosa darah

ABSTRACT

This is quasi experiment study with pretest and posttest with control group. This study aimed to determine of Dhikr theraphy on Blood Glucose score on Diabetic Type 2 Patient. Total sample on this study were 20 Diabetic Type 2 Patients who were hospitalized, divided into 2 groups patients. First group consist of patients who were received both dhikr and second group received control. The inclusion criteria patients were not experience diabetic acute complication, received insulin therapy, and believe in Islam. The result shows there is significant different between blood sugar level before and after intervention on every groups (p=0.000) and significant different on the mean blood sugar level after intervention (p=0.003). The mean different of blood glucose level before and after intervention shows no significant different amongst groups (p= 0.133) but when seen from the difference between the average mean blood glucose levels before and after the intervention is greatest in the intervention group than the control group.. From the research it can be concluded that the Dhikr therapy is effective effective to decrease blood sugar level in patients with type 2 diabetes.. This study recommends to give Dhikr therapy as a complementary therapy to standard (insulin) therapy to maintain blood sugar on normal level on diabetic type 2 patients.

(2)

1 LATAR BELAKANG

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme menahun/kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) yang disebabkan karena jumlah insulin yang kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih akan tetapi kurang efektif, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin (Waspadji, 2012).

Berbagai penelitian epidemiologi

menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM di berbagai penjuru dunia termasuk juga di Indonesia (Perkeni, 2011). Meningkatnya jumlah penderita DM dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya hidup, pola makan yang salah, obat-obatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah, kurangnya aktifitas fisik, proses menua, kehamilan, perokok dan stres (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2011).

Pada penderita DM, stres fisiologi dan emosional seperti keadaan sakit, infeksi dan

pembedahan dapat menimbulkan

hiperglikemia. Sebagai respon terhadap stres akan terjadi peningkatan hormon-hormon stres yaitu glukagon, epinefrin, norepinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Hormon-hormon ini akan meningkatkan produksi

glukosa oleh hati dan mengganggu

penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta lemak dengan cara melawan kerja insulin. Oleh karena itu diperlukan

manajemen keperawatan yang tepat untuk mengatasi stres pada pasien selain terapi medis sehingga glukosa darah pasien dapat terkontrol, salah satunya adalah dengan terapi komplementer. Terapi komplementer yang sering digunakan pada pasien diabetes untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah adalah Mind Body Medicine (Lorentz, 2006).

Bentuk Mind Body Medicine yang dapat digunakan untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah diantaranya adalah dengan therapi dzikir. Therapi dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menjaga dalam bentuk ucapan lisan, gerakan lisan, gerakan hati atau gerakan anggota badan yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa dengan cara-cara yang diajarkan oleh Allah dan Rosul-Nya, agar hati dan pikiran lebih tenang, nyaman dan rileks serta memberikan perasaan dekat dengan Tuhan (Suhaimie, 2005). Kondisi ini

mendukung untuk pengontrolan kadar

glukosa darah melalui mekanisme respon relaksasi. Dengan relaksasi maka hipotalamus akan mengatur dan menurunkan aktifitas sistem saraf simpatis dengan menurunkan

aktivasi dan reaktivitas sistem

sympathoadrenal dan hipotalamus pituitary

adrenal (HPA) sehingga menghambat

produksi / kerja hormon-hormon stres seperti adrenalin dan kortisol yang akan memicu serangkaian perubahan fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan darah, pelambatan denyut jantung, terjadi pebaikan oksigenasi

(3)

2

dan metabolisme menurun (Smeltzer & bare, 2010; Anderson & Taylor, 2011).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain pre test and post test control group. Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 responden yang tebagi dalam 2

kelompok. 10 responden merupakan

kelompok intervensi terapi dzikir dan 10 responden merupakan kelompok kontrol (diberikan intervensi PMR) . Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposif sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.

Prosedur terapi dzikir dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari selama 4 hari berturut turut dengan waktu 15 menit. Kadar glukosa darah kedua kelompok diukur sebanyak 2 kali sehari setelah intervensi yaitu pada pukul 06.00 dan 16.00 Wita. Pemeriksaan kadar glukosa darah mulai dilakukan pada hari sebelum intervensi dimulai sampai setelah

hari ke-empat intervensi dengan

menggunakan glukometer.

Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji dependent t-test dan uji independent t- test.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia, dan Kadar Glukosa Darah Pasien di RSUD Abdul

Wahab Syahranie Samarinda (n = 20)

N o Variabel Mean SD 1 Usia (gabungan) - Intervensi - Kontrol 54.00 54.50 53.50 9.492 10.374 9.058 2 Glukosa darah pre test pukul

16.00 Wita (gabungan) - Intervensi - Kontrol 293.60 290.40 296.80 57.890 68.221 48.971 3 Glukosa darah pre test pukul

06.00 Wita (gabungan) - Intervensi - Kontrol 231.40 228.10 234.70 46.874 46.431 49.583 4 Rata-rata glukosa darah pre

test (gabungan) - Intervensi - Kontrol 262.75 259.50 266.00 42.703 47.117 40.078

Tabel 1 mennjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 54 tahun, Rata-rata glukosa darah pre test pukul 16.00 Wita adalah 293.60 mg/dl, rata-rata glukosa darah pre test pukul 06.00 Wita adalah 231.40 mg/dl, sedangkan nilai rata-rata glukosa darah pre test adalah 262.75 mg/dl.

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Berat Badan (IMT), Penyakit Penyerta dan Jenis Insulin di RSUD Abdul

Wahab Syahranie Samarinda, (n = 20)

Variabel Intervensi Kel. Kontrol Kel Total F % F % F % Jenis Kelamin

Laki-laki 3 30 4 40 7 35 Perempuan 7 70 6 60 13 65 Berat Badan (IMT)

BB kurang 1 10 1 10 2 10 BB normal 4 40 5 50 9 45 BB lebih 5 50 4 40 9 45

(4)

3 Penyakit penyerta

Ulkus diabetikum 4 40 6 60 10 50 Non ulkus diabetikum 6 60 3 30 9 45 Tanpa penyakit penyerta 0 0 1 10 1 5 Jenis insulin Insulin pandrial 6 60 5 50 11 55 Insulin basal + pandrial 4 40 5 50 9 45

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa jenis kelamin responden pada penelitian ini paling banyak adalah perempuan (65%), berdasarkan berat badan yang paling banyak adalah berat badan normal (45%) dan berat badan lebih (45%) meskipun jika dilihat dai nilai rata rata keseluruhan didapatkan nilai 23. 245 (berat badan berlebih), sebagian besar responden dalam penelitian ini dirawat dengan penyakit penyerta dimana penyakit penyerta yang terbanyak adalah ulkus kaki diabetik (50 %) sedangkan berdasarkan jenis insulin yang didapatkan sebagian besar responden hanya mendapatkan insulin prandial saja (55%).

Tabel 3

Perbedaan Rata-rata Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Intervensi Pada

Masing-Masing Kelompok di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.

N o

Kelompok Mean SD T P Value

1 Intervensi Sebelum 259.50 47.117 5.323 0.000* Setelah 159.10 55.571 2 Kontrol Sebelum 266.00 40.078 8.796 0.000* Setelah 170.30 16.385 *Bermakna pada α : 0.05

Pada tabel 3 terlihat perbedaan rata rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok dimana pada kedua

kelompok di dapatkan nilai P value 0.000 yang berati bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing masing kelompok.

Tabel 4

Perbedaan Selisih Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Intervensi Antar Kelompok di RSUD Abdul Wahab Syahranie

Samarinda

Kelompok Selisih Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Mean SD SE F P Value

Intervensi 1 100.5 59.644 18.861 2.480 0.133 Intervensi 2 95.7 34.406 10.880

Pada tabel 4 didapatkan perbedaan selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan

setelah intervensi antar kelompok

menunjukkan nilai P value > 0,05, hal ini berati bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok. Namun jika dilihat dari nilai selisih rata-rata terlihat bahwa selisih rata-rata kadar glukosa darah paling banyak terdapat pada kelompok intervensi (terapi dzikir) dibandingkan kelompok kontrol (PMR).

Tabel 5

Perbedaan Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi Antar Kelompok di RSUD

Abdul Wahab Syahranie Samarinda.

Kelompok Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi N Mean SD F P Value

Intervensi 10 159.1 55.571 12.101 0.003 Kontrol 10 170.3 16.385

(5)

4

Pada tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antar kelompok dimana didapatkan nilai P Value

0.003 (p<0,05) hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antar kelompok.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi diberikan terapi dzikir sementara pada kelompok kontrol diberikan intervensi relaksasi otot progresif (PMR) dengan tujuan untuk menerapkan prinsip adil pada kedua kelompok responden dengan sama sama

memberikan intervensi, meskipun

intervensinya berbeda.

Hasil pada penelitian terlihat perbedaan rata rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok dimana pada kedua kelompok di dapatkan nilai P value

0.000 yang berati bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing masing kelompok.

Mekanisme therapi dzikir dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pasien erat kaitannya dengan stres yang dialami oleh pasien baik stres fisik maupun psikologis. Kondisi stres akan memicu peningkatan hormon-hormon stres seperti epinefrin,

kortisol, glukagon dan ACTH yang

berdampak pada peningkatan kadar glukosa darah. Brown (1997) dalam Snyder & Lindquist (2010) menyebutkan bahwa respon stres merupakan bagian dari jalur umpan balik yang tertutup antara otot-otot dan pikiran. Penilaian terhadap stressor mengakibatkan ketegangan otot yang mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur umpan balik. Therapi dzikir akan menghambat jalur tersebut dengan cara mengaktifasi kerja sistem saraf parasympatis dan memanipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk

memperkuat sikap positif sehingga

rangsangan stres terhadap hipotalamus berkurang.

Dzikir termasuk komponen dari doa yang dimaknai dengan mengingat kepada Allah SWT. Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menajaga dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan hati atau gerakan anggota tubuh yang mengandung arti pujian dan rasa syukur serta doa untuk mendapatkan ketentraman batin,

keselamatan dan pertolongan. Dzikir

merupakan salah satu ritual yang biasa dilakukan oleh umat Islam yang dapat

menimbulkan respon relaksasi dan

memberikan efek terhadap kesehatan jangka

panjang. Beberapa penelitian telah

menunjukkan bahwa praktik spiritual seperti dzikir dan doa akan menimbulkan emosi yang positif, emosi ini pada gilirannya akan membantu menurunkan stres seseorang

(6)

5

dengan cara mengaktifasi kerja sistem syaraf parasympatis dengan cara menghambat hormon hormon stres dan mengeluarkan endorphin yang pada akhirnya terjadi respon

relaksasi sehingga dapat membantu

menurunkan kadar glukosa darah.

Doa merupakan komponen dari kebutuhan spiritualitas yang telah menjadi bagian dari keperawatan kesehatan sejak berabad-abad lamanya. Menurut Dr. Ralp Snyderman dalam Sanusi (2012) menyatakan dalam keperawatan kesehatan, ilmu pengetahuan tanpa kerohanian, keimanan dan keagamaan (dzikir dan doa) tidaklah efektif. Selain itu

Hawari dalam Sanusi (2012) juga

menggarisbawahi bahwa komitmen seseorang terhadap agamnaya amat penting dalam

pencegahan terjangkitnya penyakit,

meningkatkan kemampuan dalam mengatasi penderitaan saat sakit serta mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan.

Terapi dzikir lebih menekankan pada unsur keyakinan yang kuat pada Allah SWT sebagai sang pencipta yang akan selalu memberikan perlindungan dan pertolongan serta bukan hanya sebatas ketika proses relaksasi saja akan tetapi sampai pada perwujutan dzikir itu sendiri kedalam segi kehidupan sehari hari. Terapi ini melibatkan unsur spiritualitas yaitu keimanan dan keyakinan serta kedekatan pada sang pencipta. Energi dari spiritualitas

membantu klien untuk selalu merasa sehat (Zamry, 2012).

Hasil pada kelompok kontrol juga didapatkan pebedaan yang signifikan antara rata-rata gula darah sebelum dan setelah intervensi dengan nilai p value : 0.000. PMR dapat menurunkan kadar glukosa darah pasien DM dengan memunculkan kondisi rileks. Respon relaksasi yang dicapai akan menurunkan kondisi stres tubuh yang diikuti dengan

penurunan hormon-hormon stres yang

berpengaruh terhadap kadar glukosa darah. Efek relaksasi terhadap kadar glukosa darah adalah dengan menekan produksi hormon stres seperti epinefrin dan kortisol sehingga mencegah peningkatan kadar glukosa darah (Smeltzer, et.al, 2009)

Hasil dari perbedaan selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi antara klompok intervensi (dzikir) dan kelompok kontrol (PMR) menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05), akan tetapi bila dilihat dari nilai mean rata-rata selisihnya didapatkan selisih rata rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi lebih tinggi pada kelompok intervensi (Dzikir) dibandingkan kelompok kontrol (PMR). Respon relaksasi yang didapatkan pada kelompok intervensi (terapi dzikir) lebih besar dimana selain mendapatkan perasaan rileks dari tarik nafas dalam sebelum melakukan dzikir juga mendapatkan perasaan rileks dari keyakinan dan kepasrahan diri

(7)

6

secara total terhadap Allah SWT sebagai dzat yang memberikan pertolongan dan rasa nyaman serta ketenangan dan kesembuhan penyakit melalui dzikir. Komitmen religius dan spiritual melalui dzikir dan doa menyediakan semacam “bantalan” melawan stressor mayor maupun minor dengan menggunakan jalur fisiologis langsung. Praktik-praktik religius seperti doa dan dzikir

akan melawan respon stres melalui

mekanisme respon relaksasi. Pada respon relaksasi terjadi peredaan ketegangan otot, penurunan tekanan darah, denyut jantung melambat, pengurangan aktifitas sistem saraf simpatis, pengurangan aktifitas aksis hipofise-korteks adrenal, dan perbaikan oksigenasi yang pada akhirnya akan memberikan efek penurunan kadar glukosa darah pada pasien DM (Pasiak, 2012).

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Rata-rata usia responden adalah 54 tahun, mayoritas responden adalah perempuan, rata-rata IMT responden adalah 23.245 (berat badan lebih). Jenis insulin yang digunakan terbanyak adalah jenis insulin prandial dan mayoritas responden dirawat dengan penyakit penyerta, penyakit penyerta terbanyak adalah ulkus kaki diabetikum.

Secara umum therapi dzikir berpengaruh terhadap penrunan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah diberikan intervensi pada masing-masing kelompok.

Selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna, akan tetapi berdasarkan hasil selisih rata-rata kadar glukosa darahnya terlihat bahwa selisih terbanyak adalah pada kelompok intervensi (dzikir) dibandingkan kelomok kontrol (PMR).

Terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Saran :

Terapi dzikir dapat menjadi tindakan mandiri perawat pada pasien diabetes melitus yang dapat dilakukan dengan mudah tanpa membutuhkan banyak biaya. Agar terapi ini dapat dilaksanakan, maka perlu adanya sosialisasi tentang therapi dzikir di pelayanan ruang rawat rumah sakit sehingga semua

perawat dapat mengaplikasikan dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien DM. Selain itu therapi ini juga bisa diterapkan pada pasien non muslim dengan cara mengganti terapi dzikir dengan doa/ritual yang sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing pasien.

(8)

7

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti topik yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar dan memperhatikan faktor diit pasien sebagai faktor konfonding, serta dicoba untuk dilakukan pada jenis penyakit yang berbeda. Selain hal tesebut disarankan untuk penelitian selanjutnya dimana dalam mengukur kadar glukosa darah tidak menggunakan uji klinis dengan glukometer akan tetapi dianjurkan untuk menggunakan pemeriksaan hasil laboratrium hematologi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Direkomendasikan pada penelitian lebih lanjut disamping melihat sistem endokrin juga di telaah bagaimana perubahan di dalam sistem pernafasan dan kardiovaskuler pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.G., & Taylor, A.G. (2011). The metabolic sindrome and mind body terapies : A systematic review.

Journal of Nutrition and Metabolism.

11. 1-8.

Lorentz, M. (2006). Stress and

psychoneuroimmunology revisited: Using mind body interventions to reduce stress. Alternative Journal of Nursing, 11, 1-11.

Pasiak, T., (2012). Tuhan dalam otak manusia: Mewujudkan kesehatan spiritual berdasarkan neurosains,

Bandung: Mizan.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(Perkeni). (2011). Konsensus

pengelolaan dan Pencegahan

Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Author. Xviii

Sanusi, M. (2012). Berbagai terapi kesehatan melalui amalan-amalan ibadah.

Jogjakarta: Najah.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Texbook of medical surgical nursing Brunner & Suddarth’s. (11th.ed.). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Snyder, M., & Lindquist, R. (2010),

Complementary & Alternative terapies in nursing (6th-ed). New York: Springer Publishing Comphany.

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2011). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. (2th ed). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suhaimie, M.Y. (2005). Dzikir dan Doa.

Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Waspadji, S., Soebekti, I., Yunir, E.M., & Sukardji, K. (2012), Petunjuk praktis bagi penyandang diabetes tipe 2.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zamry, A.M. (2012). Sehat tanpa obat : Cara Islami meraih kesehatan jasmani & ruhani. Bandung: Marja.

Gambar

Tabel  1  mennjukkan  bahwa  rata-rata  usia  responden adalah 54 tahun, Rata-rata glukosa  darah pre test pukul 16.00 Wita adalah 293.60  mg/dl,  rata-rata  glukosa  darah  pre  test  pukul  06.00  Wita  adalah  231.40  mg/dl,  sedangkan  nilai  rata-rata

Referensi

Dokumen terkait

Aspek pembelajaran yang dapat dioptimalkan pada siswa SD kelas rendah melalui penggunaan alat peraga timbangan matematis ini adalah aspek kognitif berupa pemahaman

Data warehouse biasanya dimodelkan oleh struktur basis data multidimensional, dimana setiap dimensi berkaitan dengan sebuah atribut atau sekumpulan atribut dalam skema, dan

Pelaksanaan UKG di kabupaten Karangnyar ditinjau dari gambar 4 sebanyak 40 atau 72,7% guru tidak mengalami kendala jaringan internet saat pelaksanaan UKG, akan tetapi

Pelatihan Manajemen Organisasi dan Dinamika Kelompok bagi KMPH Merawan dilaksanakan di Dusun Buring Desa Muara Merang pada tanggal 27 – 29 Mei 2010. Tujuan utama pelatihan ini

Penjelasan dari hasil yang dilakukan pemrosesan pemecahan setiap tahapan optimalitas yang dilakukan dengan menggunakan teknik dynamic programming menggunakan

Ini tidak seperti pada pass-by-value , method dapat memodifikasi variable asli dengan menggunakan alamat memori tersebut, meskipun berbeda nama variable yang digunakan

Gelas beker III ditambahkan Aquades sebanyak 20 ml, lalu dicampurkan dengan cara diaduk membentuk huruf w supaya terhomogenisasi secara sempurna, selanjutnya

Kegiatan penelitian mendukung pengcmbangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan