• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

http://digilib.unimus.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Muskuloskeletal Disorders (MSDs)

1. Definisi Muskuloskeletal Disorders(MSDs)

MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang mencakup sistem saraf, tendon, otot dan struktur penunjang .bagian tubuh yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah punggung dan bahu.17

Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dan WHO MSDs merupakan gangguan yang disebabkan ketika seseorang melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot.18,19

MSDs umumnya terjadi tidak secara langsung melainkan penumpukan-penumpukan cidera benturan kecil dan besar yang terakumulasi secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama.Yang diakibatkan oleh pengangkatan beban saat bekerja, sehingga menimbulkan cidera dimulai dari rasa sakit, nyeri, pegal-pegal pada anggota tubuh. Musculoskeletal disorders merupakan suatu istilah yang memperlihatkan bahwa adanya gangguan pada sistem musculoskeletal.20

2. Gejala MSDs

MSDs ditandai dengan adanya gejala sebagai berikut yaitu : nyeri, bengkak, kemerah-merahan, panas, mati rasa retak atau patah pada tulang dan sendi dan kekakuan, rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi tangan, susah untuk digerakkan.21 MSDs diatas dapat menurunkan produktivitas kerja, kehilangan waktu kerja, menimbulkan ketidakmampuan secara temporer atau cacat tetap.22

Untuk memperoleh gambaran tentang gejala MSDs bisa menggunakan Nordic Body Map (NBM) dengan cara melihat tingkat keluhan sakit dan tidak sakit. Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM) sehingga dapat

(2)

http://digilib.unimus.ac.id

diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh para pekerja.23

3. Keluhan MSDs

Munculnya keluhan MSDs pada tubuh buruh angkut dipasar ditandai dengan adanya gejala-gejala yang dirasakan oleh para buruh. Sedangkan pengertian keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.24 Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan sendi, ligament dan tendon. Secara garis besar keluhan ini dibagi menjadi dua yaitu keluhan sementara dan keluhan menetap.25

a) Keluhan sementara adalah keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, keluhan ini dapat hilang jika melakukan istirahat dan pembebanan dihentikan sementara.

b) keluhan menetap adalah keluhan otot yang bersifat menetap walaupun sudah melakukan pemberhentian pengangkatan beban tetapi rasa sakit diotot masih muncul. Keluhan otot biasanya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan yang disebabkan oleh pembebanan saat bekerja yang terlalu berat dengan durasi yang cukup lama.

4.Jenis-jenis MSDs

Adanya gangguan muskuloskeletal yang diakibatkan oleh cidera pada saat bekerja yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan cara bekerja. Sehingga menyebabkan kerusakan pada otot, syaraf, tendon, persendian.Sedangkan arti gangguan musculoskeletal sendiri adalah penyakit yang menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan. Gangguan musculoskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan dapat terjadi bilamana ada ketidak cocokan antara kebutuhan fisik kerja dan kemampuan fisik tubuh manusia.26

Jenis-jenis keluhan MSDs pada bagian tubuh dibagi menjadi beberapa bagian antara lain yaitu

(3)

http://digilib.unimus.ac.id

Penderita akan merasakan otot leher mengalami peningkatan tegangan dan leher akan merasa kaku. Ini disebabkan karena leher selalu miring saat bekerja dan peningkatan ketegangan otot. Leher merupakan bagian tubuh yang perlindungannya lebih sedikit dibandingkan batang tubuh yang lain. Sehingga leher rentan terkena trauma atau kelainan yang menyebabkan nyeri pada leher dan gangguan gerakan terutama bila dilakukan gerakan yang mendadak dan kuat27

Faktor risiko yang dapat menyebabkan nyeri leher pada pekerjaan dengan aktifitas pergerakan lengan atas dan leher yang berulang-ulang, beban statis pada otot leher dan bahu, serta posisi leher yang ekstrem saat bekerja.Pekerjaan yang sebagian besar waktunya selalu duduk menggunakan komputer juga mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami nyeri leher.28

Gejala yang muncul pada saat nyeri leher antara lain rasa sakit dileher dan terasa kaku, nyeri otot-otot yang terdapat pada leher, sakit kepala dan migraine. Nyeri leherakan cenderung merasa seperti terbakar. Nyeri bisa menjalar ke bahu, lengan, dan tangan dengan keluhan terasa baal atau seperti ditusuk jarum. Nyeri yang tiba-tiba dan terus menerus dapat menyebabkan bentuk leher yang abnormal, kepala menghadap ke sisi yang sebaliknya.29

b). Nyeri bahu

Nyeri bahu hampir selalu didahului dengan munculnya tanda rasa nyeri pada bahu terutama pada saat melakukan aktifitas gerakan yang melibatkan sendi bahu sehingga seseorang yang merasakan nyeri pada bahu merasa ketakutan untuk menggerakkan sendi bahunya.Nyeri bahu pada pekerja yang dalam aktifitasnya harus mengangkat beban berat, bukan desebabkan oleh proses degerasi tetapi terjadi bila lengan harus diangkat sebatas atau melebihi akronion. Posisi tersebut bila berlangsung secara terus-menerus akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon.30

(4)

http://digilib.unimus.ac.id

Tekanan tinggi pada otot bahu akan menyebabkan meningkatnya aktifitas kontraksi otot dimana dapat mendorong terjadinya peningkatan pada keduanya yaitu kelelahan otot dan tegangan tendon. Tekanan juga dihubungkan dengan beban statis pada otot bahu.31 gejala yang biasanya muncul akibat nyeri pada bahu yaitu : nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi, kerusakan jaringan kolagen dan jaringan lunak.

c). Nyeri punggung.

Nyeri punggung disebabkan oleh ketegangan otot dan postur tubuh yang saat mengangkat beban barang dengan posisi salah, beban barang yang terlalu berlebihan.Sikap punggung yang membungkuk dalam bekerja, membungkuk sambil menyamping, Posisi duduk yang kurang baik dan di dukung dengan desain kursi yang buruk, beresiko menyebabkan penyakit akibat hubungan kerja berupa gangguan musculoskeletal yang dapat menyebabkan kekakuan dan kesakitan pada punggung.32

Keluhan pada punggung atau keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat sakit. Nyeri punggung dapat merupakan akibat dari aktifitas kehidupan sehari-hari khususnya dalam pekerjaan yang berkaitan dengan postur tubuh seperti mengemudi, pekerjaan yang membutuhkan duduk yang terus menerus, atau yang lebih jarang nyeri punggung akibat dari beberapa penyakit lain.33 5. Upaya pencegahan MSDs

Diperlukan suatu upaya pencegahan untuk meminimalisasi timbulnya MSDs pada lingkungan kerja.upaya pencegahan tersebut dapat mempunyai manfaat berupa penghematan biaya, meningkatkan produktivitas serta kualitas kerja dan meningkatkan kesehatan para karyawan.34 Berikut upaya yang bisa dilakukan oleh para pekerja untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja yaitu:

1. Peregangan otot sebelum melakukan pekerjaan pada setiap harinya. 2. Posisi sedikit berlutut saat mengambil barang jangan membungkuk. 3. Mencodongkan punggung saat mengangkat beban.

(5)

http://digilib.unimus.ac.id B. Faktor risiko MSDs

MSDs dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian cedera yang terdiri dari:

a) Faktor individu 1) Lama kerja

Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan sisanya 14-18 jam digunakan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga dan berkumpul dengan masyarakat.Adanya penambahan jam kerja yang dapat menurunkan efisiensi pekerja, menurunkan produktivitas, timbulnya kelelahan dan dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan. Seseorang biasanya bekerja selama 40-50 jam dalam seminggu.35

Menurut Disnaker Lama kerja juga diatur dalam undang-undang no 13 tahun yang menyatakan bahwa jam kerja yang berlaku 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, 8 jam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja. menurut pasal 77 ayat 2 dalam undang-undang no 13 tahun 2003 menyatakan bahwa jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak diperbolehkan bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu. Dapus depnaker.36

Lama kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan dapat meningkatkan resiko gangguan musculoskeletal disorders terutama untuk jenis pekerjaan dengan menggunakan kekuatan kerja yang cukup tinggi.37

2) Masa kerja

Masa kerja adalah waktu yang dihitung dari pertama kali pekerja masuk kerja sampai penelitian berlangsung.Penentuan waktu dapat diartikan sebagai pengukuran kerja untuk mencatat tentang jangka waktu dan perbandingan kerja yaitu mengenai suatu unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam suatu keadaan. Yang berguna untuk menganalisa keterangan hingga ditemukan

(6)

http://digilib.unimus.ac.id

waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pada tingkat prestasi tertentu.38 secara umum pekerja dengan masa kerja > 4 tahun memiliki kerentanan untuk munculnya gangguan kesehatan dibandingkan dengan masa kerja yang < 4 tahun.39

Masa kerja merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mempunyai risiko terkena MSDs terutama pada pekerja yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.Dikarenakan masa kerja mempunyai hubungan dengan keluhan otot. Semakin lama waktu seseorang untuk bekerja maka seseorang tersebut semakin besar resiko untuk mengalami MSDs40

Sebuah penelitian di kota Jakarta menyatakan bahwa kelompok pekerja yang memiliki keluhan MSDs sebanyak 9,4% dengan rata-rata masa kerja 170,3 bulan (tahun), sedangkan kelompok dengan masa kerja 82 bulan (7tahun) sebanyak 77,3%. Hal ini menunjukkan bahwa keluhan MSDs berbanding lurus dengan bertambahnya masa kerja.15

3) Umur

pertambahan umur pada masing-masing orang menyebabkan adanya penurunan kemampuan kerja pada jaringan tubuh (otot, tendon, sendi dan ligament). Penurunan elastisitas tendon dan otot meningkatkan jumlah sel mati sehingga terjadi adanya penurunan fungsi dan kapabilitas otot, tendon, ligament yang akan meningkatkan respon setres mekanik sehingga tubuh menjadi rentan terhadap MSDs. Dengan demikian adanya kecenderungan bahwa risiko MSDs meningkat seiring bertambahnya umur.41

Keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang pada usia kerja yaitu 24-65 tahun. Biasanya Keluhan pertama dialami pada usia 30 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. 42

pada usia 30 thn terjadi degenerasi berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan.

(7)

http://digilib.unimus.ac.id

Hal ini menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi resiko orang mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala keluhan MSDs.43

menurut penelitian di kota Bogor menyatakan bahwa keluhan MSDs tertinggi dialami oleh kelompok dengan usia 35 tahun keatas sebanyak 41 orang dengan persentase sebesar 58,6% dan usia kurang dari 35 tahun terdapat 29 orang mengalami keluhan MSDs dengan persentase sebesar 41,4%.13

4). status gizi

Berat badan, tinggi badan dan massa tubuh erat kaitannya dengan status gizi pada seseorang. Gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada karyawan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis dan tempat kerja dengan adanya tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Status gizi pada seorang pekerja umur 18 tahun keatas ditandai dengan indeks massa tubuh . indeks massa tubuh dihitung berdasarkan pada berat badan dan tinggi badan.44

Keterikatan antara indeks masa tubuh dengan MSDs yaitu semakin gemuk seseorang maka akan bertambah besar risiko orang tersebut untuk mengalami MSDs. Hal ini disebabkan karena seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk menopang berat badan dari dengan cara mengontraksikan otot punggung. Dan jika ini dilakukan terus menerus dapat menyebabkan adanya penekanan pada bantalan saraf tulang belakang.45

Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator kondisi status gizi pada pekerja. Dengan menggunakan rumus

BB2/TB (berat badan2/tinggi badan), sedangkan menurut WHO

dikategorikan menjadi tiga yaitu kurus ringan (<17,0), kurus berat (17,0-18,5), normal (>18,5- 25), gemuk (>25,0-27,0) dan obesitas

(8)

http://digilib.unimus.ac.id

(>27,0). Kaitan indeks masa tubuh dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang maka bertambah besar risiko untuk mengalami MSDs.44

Hasil penelitian pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Manado menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan MSDs.46

5). Kebiasaan Merokok

Semakin lama dan semakin tingginya frekuensi merokok seseorang maka semakin tinggi pula tingkat keluhan yang dirasakan. Meningkatnya keluhan otot ada hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. kebiasaan merokok dibagi menjadi 4 kategori yaitu kebiasaan merokok berat > 20 batang/hari, sedang 10-20 batang/hari, ringan < 10 batang/hari dan tidak merokok.47

Meningkatnya keluhan otot ada hubungan dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok seseorang. Risiko meningkatnya kebiasaan merokok pada seseorang 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. mereka yang berhenti merokok selama setahun memiliki risiko MSDs.48 Adanya kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Jika seseorang dituntut untuk melakukan tugas dengan pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen didalam darah rendah dan pembakaran karbohidrat terhambat, sehingga dalam hal ini terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri otot.49

Hasil dari penelitian di kota klaten menunjukkan bahwa kebiasaan merokok ada hubungannya dengan keluhan MSDs yaitu dengan persentase 19,04% beresiko tinggi dan 54,76% beresiko sedang.13 Pekerja yang memiliki kebiasaan merokok lebih berisiko mengalami keluhan MSDs dibanding dengan pekerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok

(9)

http://digilib.unimus.ac.id

b). faktor pekerjaan.

1). Beban angkut

Beban angkut adalah ektifitas pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja meliputi beban fisik maupun beban mental. Akibat beban angkut yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.50 Beban angkut fisiologis dapat didekati dari banyaknya O2 yang digunakan tubuh, jumlah

kalori yang dibutuhkan, nadi kerja/menit, kecepatan penguapan berkeringat.51

Beban yang diperbolehkan diangkat pada seseorang menurut ILO yaitu 23-25 Kg. mengangkat suatu beban yang terlalu berat dapat mengakibatkan Diskus pada tulang belakang serta dapat menyebabkan kelelahan karena adanya peningkatan yang disebabkan oleh tekanan pada diskus intervertebralis.52

C. Angkat angkut secara manual (MMH)

Manual Material Handling (MMH) didefinisikan sebagai pekerjaan yang mempunyai keterikatan dengan mengangkut, mendorong, menarik, menahan atau memindahkan beban dengan cara dua tangan atau dengan cara pergerakkan seluruh tubuh. Pekerjaan Manual Material Handling dapat menyebabkan setres pada kondisi fisik pekerja tersebut sehingga akan mengakibatkan terjadinya cedera, energi terbuang dan waktu kerja tidak efisien53

Kegiatan mengangkat dan mengangkut banyak terdapat dilingkungan pertanian, perkebunan, pasar dan sektor perekonomian lainnya. Di kehidupan sehari-hari kita juga dapat menemui adanya pekerjaan yang memindahkan secara manual seperti memindahkan pasien di Rumah Sakit, memindahkan kotak atau peti, dan lain sebagainya.54

(10)

http://digilib.unimus.ac.id

Pemindahan material secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomi maka menimbulkan terjadinya kecelakaan saat bekerja. Kecelakaan saat bekerja dapat merusak jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkut yang berlebihan atau biasa disebut over exertion lifting and carrying.55

Beberapa parameter yang perlu diperhatikan untuk pemindahan material secara manual yaitu sebagai berikut :56

a. Beban yang harus diangkat.

b. Perbandingan antara berat beban dan orangnya. c. Jarak horizontal dari beban terhadap orangnya. d. Ukuran beban yang akan diangkat.

Batasan beban

Batasan beban yang boleh diangkat yaitu :

Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh pekerjaan. Maka perlu adanya batasan angkut untuk para pekerja yaitu57:

1. Batasan angkut secara legal

Batasan angkut secara legal adalah batasan berat beban yang sudah ditetapkan oleh suatu lembaga atau negara.Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat. Batasan angkut yang digunakan secara internasional yaitu :56

a. Pria di bawah usia 16 tahun mengangkat beban maksimum 14 kg. b. Pria usia di atas 16-18 tahun mengangkat beban maksimum 18 kg. c. Pria diatas usia 18 tahun tidak ada batasan maksimum untuk

mengangkat.

d. Wanita usia 16-18 tahun mengangkat beban maksimum 11 Kg. e. Wanita usia lebih dari 18 tahun mengangkat beban maksimum 16

(11)

http://digilib.unimus.ac.id

Batasan angkat di Indonesia ditetapkan melalui peraturan menteri tenaga kerja transmigrasi dan koperasi NO.PER 01/MEN/1978 tentang kesehatan dan keselamatan dalam penebangan dan pengangkutan kayu.58

Tabel 2.1.

Angkat menurut peraturan menteri tenaga kerja transmigrasi dan koperasi No. 01 tahun 1978.

Aktivitas mengangkat

Dewasa Tenaga kerja muda

Lk (kg) Wanita (kg) Lk (kg) Wanita (kg)

Hanya mengangkat sekali-sekali

40 10 15 10-12

Terus-menerus 15-18 10 10-15 6-9

Sumber : Ergonomi (konsep dasar dan aplikasinya)58

2. Batasan angkut secara biomekanika.58

Batasan angkut secara biomekanika adalah analisa biomekanika tentang posisi aktivitas kerja, ukuran badan, dan ukuran manusia.

3. Batasan angkut secara fisiologis.

Batasan angkut secara fisiologis ditetapkan dengan cara mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari adanya aktivitas angkat berulang atau ditentukan dari jumlah oksigen konsumsi oksigen. Kelelahan kerja terjadi yang disebabkan oleh adanya aktivitas berulang-ulang sehingga akan meningkatkan risiko rasa nyeri pada tberulang-ulang belakang.59

4. Batasan angkut secara psiko-fisik.

Batasan angkut secara psiko-fisik menggunakan metode berdasarkan jumlah eksperimen yang bertujuan mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda-beda.

Tabel 2.2

berat beban yang dapat ditolerir untuk aktivitas angkat yang sering

Frekuensi angkat Berat yang boleh diangkat (Kg)

Satu kali dalam 30 menit 95

Satu kali dalam 25 menit 85

Satu kali dalam 15-20 menit 66

(12)

http://digilib.unimus.ac.id

Satu kali dalam 5 menit 33

Sumber : Ergonomi (konsep dasar dan aplikasi)59 D. Prinsip ergonomi

Dalam kegiatan angkat angkut ada beberapa prinsip ergonomi yang harus diterapkan untuk mencegah terjadinya cidera pada anggota tubuh yang rawan, maka kegiatan angkat angkut harus dilakukan dengan teknik yang benar yaitu:60

1. Pegangan terhadap bahan yang akan diangkat harus tepat. 2. Lengan harus dekat dengan badan dengan posisi lurus. 3. Posisi tulang belakang harus lurus.

4. Dagu segera ditarik setelah kepala bisa ditegakkan.

5. Pada saat mengangkat posisi kaki meregang untuk menarik dan mendorong sedangkan gaya untuk gerakan dan perimbangan.

6. Beban diusahakan sedekat mungkin terhadap garis vertical yang mulai pusat gravitasi tubuh.

Beberapa penerapan ergonomi yang dapat digunakan dalam kegiatan angkat angkut yaitu :61

1. Semua rintangan sebaiknya disingkirkan sebelum dimulainya pekerjaan.

2. Tinggi maksimum pengangkatan dari lantai tidak lebih dari 35cm. 3. Beban yang akan diangkut harus sedekat mungkin dengan tubuh. 4. Punggung harus dalam keadaan lurus agar bahaya yang dapat

menyebabkan kerusakan terhadap discus dapat terhindari. 5. Mengangkat beban.

Ada beberapa macam cara untuk mengangkat beban yaitu dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menyebabkan cidera pada tulang punggung, jaringan otot, dan sendi yang diakibatkan oleh gerakan yang berlebihan.

(13)

http://digilib.unimus.ac.id

Menurut ILO tentang beban yang boleh diangkat tidak melebihi aturan yang sudah ditetapkan yaitu 62:

1. Laki-laki dewasa 40 Kg. 2. Wanita dewasa 15-20 Kg. 3. Laki-laki 16-18tahun 15-20 Kg. 4. Wanita 16-18 tahun 12-15 Kg. b. Organisasi kerja

Pekerjaan harus diatur di berbagai cara yaitu: 1. Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun. 2. Jarak mengangkat beban dikurangi. 3. Frekuensi gerakan diminimalisasi.

4. Saat membawa beban bidang tidak licin dan saat mengangkat tidak terlalu tinggi.

c. Mengangkat beban63

Semua tenaga kerja perlu diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai berdasarkan dua prinsip yaitu :

1. Lebih banyak menggunakan otot lengan dibandingkan otot punggung.

2. Saat mulai pergerakan horizontal maka menggunakan momentum berat badan.

Metode ini termasuk 5 faktor dasar yaitu :

a). Posisi kaki yang benar.

b). Punggung yang kuat dan kekar. c). Mengangkat dengan benar. d). Menggunakan berat badan.

Cara mengangkat beban menurut OSHA (Occupational safety and health administration) dibagi menjadi beberapa yaitu64 :

(14)

http://digilib.unimus.ac.id

2. Mendorong atau menarik 3. Memutar

4. Membawa 5. Menahan

Cara mengangkat beban karung:65

Memperhatikan posisi dasar badan sebelum mengangkat dan memperhatikan cara memegang dua sudut karung.

1. Badan dan karung dirapatkan agar tangan kanan dapat mendekap karung dari bawah.

2. Tangan kiri digerakkan kepinggang karung. 3. Saat mengangkat karung lutut diluruskan. 4. Kaki kiri melangkah kearah tujuan.

5. Pengangkat membelakangi tempat meletakkan benda.

6. Saat akan meletakkan benda kembali kaki kiri ditekuk secara perlahan-lahan dan kemudian badan dimiringkan kekanan.

7. Bahu kanan direndahkan agar beban terlepas dengan selamat.

Dalam kegiatan angkut barang harus memperhatian kesehatan kerja, dimana setiap buruh memiliki masa istirahat yang cukup. masa istirahat sebaiknya 5 menit setiap 1-2 jam diwaktu bekerja untuk meregangkan badan agar tidak mengalami kekakuan otot. Pada buruh yang bekerja di tempat kerja dengan waktu bekerja yang bebas dapat mengambil waktu istirahat sesuai dengan kebutuhan mereka.66

Kegiatan mengangkat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:67

1. Beban yang diperkenankan menurut ILO yaitu 23-25 kg, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

(15)

http://digilib.unimus.ac.id

Kondisi lingkungan licin, kasar, naik turun dll, dapat mempengaruhi terjadinya MSDs.

3. Ketrampilan bekerja.

4. Ukuran beban yang akan diangkut. 5. Metode mengangkut yang benar.

Ada beberapa cara mengangkat beban yang benar yaitu dengan posisi tubuh setegak mungkin, punggung dalam keadaan lurus, posisi lutut kuat, posisikan tubuh dekat dengan beban yang akan diangkat.

6. Jenis kelamin.

Jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi kegiatan mengangkat mengangkut.

7. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban.

8. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat. d. Memberikan nasehat tentang hygiene dan kesehatan,

khususnya pada wanita yang sudah berumur dan wanita muda.

e. Adanya pemeriksaan berkala yang bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi jika ada kelalaian.

(16)

http://digilib.unimus.ac.id

E. Kerangka teori

Gambar 2.1 kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Teori Peter Vi (2000)35,42,55

Lama kerja Masa kerja Umur Keluhan MSDs Status gizi Kebiasaan merokok Beban angkut : 1. Berat beban. 2. Frekuensi angkut

(17)

http://digilib.unimus.ac.id

F. Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terikat

G. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara lama kerja buruh angkut dengan keluhan MSDs. 2. Ada hubungan antara masa kerja buruh angkut dengan keluhan MSDs. 3. Ada hubungan antara umur buruh angkut dengan keluhan MSDs.

4. Ada hubungan antara beban angkut buruh angkut dengan keluhan MSDs. 5. Ada hubungan antara status gizi buruh angkut dengan keluhan MSDs. 6. Ada hubungan antara kebiasaan merokok buruh angkut dengan keluhan

MSDs. Lama kerja Masa kerja umur Kejadian MSDs Beban angkut Status gizi Kebiasaan merokok

Gambar

Gambar 2.1 kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Dalam era globalisasi yang sifatnya terbuka kecepatan informasi melalui teknologi tidak bisa dibendung sehingga memungkinkan seseorang untuk mengadopsi nilai-nilai

Latihan soal dan simulasi analisa rangkaian Pelipat tegangan, Gerbang Logika [BT+BM:(1+1)x3x(2x60”)]  Penyearah setengah gelombang  Penyearah gelombang penuh 

Pada awal kegiatan penebangan (ABT 0 tahun) dengan sistem silvikultur TPTI terjadi penurunan simpanan biomasa vegetasi di atas permukaan tanah sebesar 194,20 ton/ha atau

Ketentuan Pasal 11 ayat (4) Peraturan Pemerintah Penganti Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun

(Perawat pun meninalkan ruanan dan pa%ien mera%a %enan dirawat oleh perawat Mer* walaupun han*a !e!erapa

Bilamana salah seorang pesero dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampuan atau karena apapun juga - tidak berhak lagi mengurus dan

Komposisi protein dan karbohidrat dalam umpan mempengaruhi komposisi SMP pada masing-masing tangki BRM, namun tidak mempengaruhi komposisi SMP pada permeate, dimana

Penyesuaian Sosial Siswa ditelaah Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..