• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun 1. Pengertian

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Dorong anak berlari, melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain bola, mengendarai sepeda roda tiga. Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978).

Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Endah, 2008).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik kasar anak usia 3-4 tahun adalah gerakan tubuh anak usia 3-3-4 tahun yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

2. Prinsip Perkembangan Motorik kasar

Hurlock (1978) menyatakan dari beberapa studi perkembangan motorik yang diamatinya, ada lima prinsip perkembangan motorik kasar. Adapun lima prinsip perkembangan motorik kasar yaitu :

(2)

a. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, semakin baik kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh kekuatan otot anak yang baik.

b. Perkembangan yang berlangsung terus menerus.

Perkembangan motorik berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan. Urutan perkembangan cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih banyak di daerah kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik, pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah kaki. Perkembangan secara

proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama sampai gerakan bagian

tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu dan siku dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan.

c. Perkembangan motorik memiliki pola yang dapat diramalkan.

Perkembangan motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa usia ketika anak mulai berjalan konsisten dengan laju perkembangan keseluruhannya. Misalnya, anak yang duduknya lebih awal akan berjalan lebih awal ketimbang anak yang duduknya terlambat. Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup teliti untuk memperkirakan pada umur berapa anak akan mulai berjalan yakni dengan mengalikan umur anak mulai merangkak dengan 1,5 atau dengan mengalikan umur anak mulai duduk dengan 2.

d. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari. Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang disadari.

(3)

e. Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda Tahap perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi bawaan dan lingkungan mempengaruhi kecepatan perkembangannya.

3. Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun

Perkembangan motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak. Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya. Anak usia 3 tahun memiliki kekuatan fisik yang mulai berkembang, tapi rentang konsentrasinya pendek, cenderung berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli pemecah masalah dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topik yang diajarkan menarik bagi mereka. Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus pararel. Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Energi mereka seolah-olah tiada habisnnya.

Irwan (2008) dan Oktaria (2009) menyatakan bahwa kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar dapat dirangsang atau distimulasi dengan memberikan kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.

a. Jalan

Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat di tempat, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Stimulasi dapat diberikan dengan mengajak anak bermain permainan yang menggerakkan anak untuk menggerakkan kakinya berpindah-pindah dan menahan kaki dengan lama. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan karpet bergambar atau menempelkan

(4)

gambar-gambar yang menarik di lantai dan meminta anak untuk menginjak karpet/lantai. Dapat juga dilakukan dengan permainan yang mengajarkan anak jalan berjinjit sehingga melatih keseimbangan anak dalam berdiri. b. Lari

Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat dan melempar. Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki yaitu (1) heel strike :bertumpu pada tumit; (2) toe off : telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki; (3) swing : kaki berayun; (4)

landing : setelah mengayun kaki menapak pada alas. Stimulasi lari dapat

dilakukan dengan aktivitas berupa bermain bola, bermain sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2), berlomba lari, bermain dengan berkejar-kejaran serta naik turun tangga.

c. Lompat

Stimulasi lompat dapat diberikan dengan mengajak anak melompat di tempat dan lompatan berjarak. Lompatan berjarak dapat diajarkan dengan mengajak anak untuk melompat dari satu pijakan ke pijakan yang lain misalnya dengan menggambarkan lingkaran-lingkaran dari kapur atau menggunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya kemudian meminta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut. Lompatan diajarkan dengan satu kaki dan dua kaki.

d. Lempar

Stimulasi lempar dapat diberikan dengan mengajak anak bermain lempar tangkap bola. Bola dilempar ke arah anak dan meminta anak untuk menangkapnya dan melemparkan kembali ke arah si pemberi bola. Lempar tangkap bola dapat dilakukan dengan menggradasikan tingkat kesulitannya berdasarkan posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan

(5)

bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah. Bermain sebagai stimulasi motorik kasar anak memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan. Menurut Soetjiningsih (1995), beberapa hal yang perlu diperhatikan tersebut antara lain :

1) Ekstra energi

Bermain memerlukan ekstra energi, terlebih lagi permainan yang memerlukan kelincahan.

2) Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain karena aktivitas yang serius bagi anak.

3) Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya. Anak usia 3-4 tahun dapat menggunakan alat permainan sederhana seperti bola dalam menstimulasi motorik kasarnya.

4) Ruangan untuk bermain

Anak memerlukan ruang untuk bermain akan tetapi tidak perlu ruangan khusus. Anak dapat bermain di dalam rumah seperti ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidurnya.

5) Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain.

6) Teman bermain

Sebaiknya anak memiliki teman bermain karena jika anak bermain sendiri, ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Akan tetapi, terlalu banyak bermain dengan anak lain dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan

(6)

bermain dilakukan bersama orangtua maka hubungan orangtua dengan anak menjadi akrab dan orangtua dapat segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.

Wong (2003) dan Einon (2005) mengklasifikasikan keterampilan motorik kasar usia 3-4 tahun dalam Tabel Keterampilan motorik kasar anak usia 3-4 tahun.

Tabel 2.1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-4 tahun

Usia Keterampilan Motorik Kasar

3 Tahun a. Berdiri pada satu kaki untuk 5-10 detik b. Berjalan mundur lebih dari tiga langkah

c. Berjalan maju sejauh 2 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1 m

d. Berjalan dengan berjinjit

e. Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan

f. Berlari dengan baik tetapi masih kesulitan saat berbelok atau berhenti secara mendadak

g. Berlari tanpa jatuh

h. Mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat

i. Mendorong, menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga

j. Melompat dari langkah dasar atau tempat pijakan k. Melompat panjang

l. Melompat ke depan 5-10 kali dengan dua kaki m. Melompat ke depan 2-5 kali dengan satu kaki

n. Membungkuk saat melompat tetapi tidak menekuk lututnya saat mendarat

o. Melompati halangan setinggi 7,5-10 cm

p. Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki q. Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada

(7)

4 Tahun a. Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik

b. Berjalan maju dan mundur dengan berjinjit sejauh 6 kaki

c. Berjalan maju sejauh 2,5 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1,5 m

d. Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan

e. Mulai mengendalikan awal, berhenti, dan berbelok saat berlari f. Lomba lari

g. Bersalto atau berguling ke depan

h. Melompat dan meloncat dengan satu kaki i. Melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki j. Melompat ke belakang sekali

k. Melompat ke depan 5 kali dengan lebih seimbang tapi dengan banyak gerakan lengan

l. Melompat dari ketinggian sekitar 80 cm

m. Menangkap bola dengan dua tangan yang dilemparkan dari jarak 3 kaki n. Melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang

berjarak 4-6 kaki (1-2 m) darinya o. Melempar bola bergantian tangan

p. Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Anak.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Soetjiningsih (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak antara lain:

a. Motivasi belajar anak

Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya

(8)

b. Pengetahuan ibu

Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam memberikan stimulasi kepada anak. Hal ini dikarenakan pada usia anak-anak sangat membutuhkan perhatian yang cukup untuk membantu perkembangan yang optimal.

c. Stimulasi ibu

Karena pada anak usia prasekolah sangat peka terhadap semua input/masukkan yang berasal dari lingkungan luar.

d. Kelompok sebaya

Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, aspek lingkungan teman sebaya menjadi sangat penting dengan makin meningkatnya kasus-kasus penyalahgunaan obat-obat dan narkotika. e. Cinta dan kasih sayang

Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya agar menjadi anak yang tidak sombong dan dapat memberi kasih sayangnya pula kepada sesamanya.

f. Jumlah saudara

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang kadaan sosial ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlau dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan social ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak terpenuhi. Oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan.

(9)

g. Ganjaran atau hukuman

Anak yang berbuat benar maka semestinya kita memberi ganjaran, misalnya ciuman, pujian, belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya.

h. Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya proses bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambat.

i. Stabilitas rumah tangga

Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan keluarga yang kurang harmonis.

j. Pendapatan ibu

Pendapatan keluarga yang memadahi akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.

k. Tingkat gizi

Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.

5. Perkembangan Menurut Denver II

Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver

Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap

(10)

kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.

a. Aspek Perkembangan yang dinilai

Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:

1) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. b. Alat yang digunakan

1) Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).

2) Lembar formulir DDST II

3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.

(11)

c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia: a) 3-6 bulan b) 9-12 bulan c) 18-24 bulan d) 3 tahun e) 4 tahun f) 5 tahun

2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

d. Penilaian

Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).

6. Cara Pemeriksaan DDST II

a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.

b. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

c. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

d. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.

e. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.

(12)

a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

2) Meragukan

a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

7. Interpretasi tes

a. Normal

Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan b. Suspect

Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan c. Untestable

Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%.

Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable: Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.

(13)

B. Pengetahuan Ibu 1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

(14)

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (1993), Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengigat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang sepesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang di pelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan manyatakan dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang sesuatu objek yang diketaui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau meteri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contoh dapat menjelaskan mengapa kita harus makan-makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat digunakan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, prinsip, metode dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain. Contoh dapat merumuskan statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip, siklus pemecahan masalah dari kasus yang diberi.

(15)

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analysis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (syinthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagiannya terhadap suatu teory atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini barkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu didasarkan oleh satu objek kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menayakan isi meteri yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden kedalam pengatahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut diatas.

2. Ibu

Ibu adalah orang yang ingin melihat, menyentuh, dan merawat anaknya dengan di bantu staf perawat yang ramah. Ibu adalah orang yang menjaga dan merawat kita sampai tumbuh dewasa dengan kasih dan sayangnya.Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui

(16)

hubungan biologis maupun sosial. Jadi ibu adalah orang tua perempuan yang menjaga dan merawat anaknya dengan kasih dan sayangnya.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Sukidjo (1996), Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epidemologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang ini dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan ayai kematian menurut golongan umur. Dalam hal ini tentu tidak menjadi soal dikala pengumpulan keterangan umur bagi mereka yang telah mendapatkan latihan.

2) Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengembangan mental, sikap dan tingkah laku dalam belajar menerima segala informasi. Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, informal dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan dapat memperkaya (UU RI No. 20 Tahun 2003). Tentang sistem pendidikan pasal 13 ayat 1.

a) Pendidikan Informal

Adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b) Pendidikan Formal

Adalah pendidikan di sekolah secara teratur, sistematis dan mempunyai jenjang serta di bagi waktu-waktu tertentu yang berlangsungnya dari taman kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.

(17)

c) Pendidikan non formal

Adalah semua pendidikan yang diselenggarakan secara senaja terarah dan terencana.

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan dengan menerima upah atau gaji baik berupa uang maupun barang.

4) Sumber informasi

Informasi adalah merupakan data yang telah di proses kedalam suatau bentuk yang mempunyai arti bagi sipenerima dan mepunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau mendatang. Rudy Bretz dalam bukunya “Toxonomy of Comunication Media” menyatakan secara gamblang saja bahwa jika kita lihat atau mencium asap, kita mendapat informasi bahwa sesuatu sedang terbakar, kalau kita meraba suatu benda, lalu mengangkatnya kita memperoleh informsi mengenai benda itu maulai dari bentuknya sampai kepada beratnya. Pengetian informasi menjadi terbatas. Bahwa informasi dalam system informasi tersebut disampaikan kepada orang lain. Karna informasi seperti itu dinamakan “Informsi manusia” (Human Information) untuk membedakan informasi sebagai persepsi dari lingkungan alamiah. Informasi tersebut sering disebut “pesan” (massage). Istilah pesan atau massage itu mengandung arti informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Proses penerimaan pesan dan pengiriman pesan itu dinamakan “komunikasi”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu adalah orang tua yang berjenis kelamin perempuan

(18)

yang menjaga dan merawat anak dengan kasih dan sayangnya yang dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. C. Kerangka Teori Sumber: Soetjiningsih, 1995

Gambar 2.1 Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak:

Motivasi belajar anak

Pengetahuan ibu

Stimulasi ibu Kelompok sebaya Cinta dan kasih sayang Jumlah saudara Ganjaran atau hukuman Lingkungan Stabilitas rumah tangga Pendapatan ibu Tingkat gizi Perkembangan motorik kasar anak

Usia 3-4 tahun

Perkembangan motorik kasar anak usia 3 - 4 tahun pengetahuan ibu Pengetahuan Ibu: Pendidikan Pengalaman Lingkungan Jumlah anak Stimulasi Anak: Jalan Lari Lompat Lempar

(19)

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen : Pengetahuan ibu

2. Variabel Dependen : Perkembangan motorik kasar anak usia 3 - 4 tahun

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan pengetahuan ibu dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3 - 4 tahun di Posyandu BUDI LESTARI Desa Tlogorejo Guntur Demak.

Gambar

Tabel 2.1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-4 tahun
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor yang

Referensi

Dokumen terkait

Blok diatas adalah blok yang dimasukkan ke dalam controller pada model sistem turret gun dengan input error dan output nilai KP dan KI.. Pada blok tersebut terdapat persamaan

Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di

Oleh karena itu, Tim Pengabdian Program PPM Ipteks dari FIK UNY bermaksud untuk melaksanakan ”pelatihan keterampilan dasar-dasar keamanan air bagi pengawas

Dari banyak faktor tersebut penulis lebih tertarik mengambil faktor modal kerja, prilaku kewirausahaan dan pengalaman kerja sebagai faktor yang mempengaruhi

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa jenis yang memiliki kelimpahan tertinggi ialah dari spesies Uca rosea yang menunjukkan dominansinya pada kawasan mangrove

Wirid remaja dan didikan subuh ini telah menjadi icon pendidikan keagamaan dalam bentuk pendidikan non formal dalam wajah pendidikan di Kota Padang. Instruksi walikota sebagai

Dengan demikian, pendekatan ini menganalisis hubungan antara arus lalu lintas yang terjadi dengan probabilitas terjadinya breakdown untuk menentukan kondisi pre-breakdown

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM).. HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN