• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Profesi Bisnis dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gambaran Umum Profesi Bisnis dan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Umum Profesi Bisnis 1.1 Hakikat Bisnis

Bisnis pada hakikatnya adalah organisasi yang bekerja di tengah-tengah masyarakat atau merupakan sebuah komunitas yang berada di tengah-tengah komunitas lainnya. Bisnis mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, mulai dari jaman prasejarah, abad pertengahan, era merkantilisme, fisiokrat, klasik, sampai jaman modern yang sangat komplek. Kompleksitas bisnis berkaitan langsung dengan kompleksitas masyarakat. Menurut Bertens (2000:13) bisnis sebagai kegiatan social pada hakikatnya dapat dipandang dari 3 (tiga) sudut yang berbeda yaitu sudut pandang ekonomi, moral dan hukum.

 Sudut Pandang Ekonomi

Bisnis adalah salah satu kegiatan ekonomis. Yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar, memproduksi-memasarkan, bekerja-memperkerjakan, dan interaksi manusia lainnya dengan maksud memperoleh untung. Bisnis

berlangsung sebagai komunikasi social yang menguntungkan para pihak yang terlibat. Bisnis selalu bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan perusahaan dapat disebut organisasi yang berdiri untuk memperoleh keuntungan. Dengan cara cukup jelas, bisnis sering dilukiskan sebagai “to provide products or service for a profit”

Keuntungan atau profit hanya muncul dalam kegiatan ekonomi yang memakai sistem keuangan. Dalam bisnis modern untung diekspresikan dengan uang. Pada pertukaran barang dengan barang (barter) tidak diperoleh profit, walaupun para pihak memperoleh manfaat. Bisnis merupakan perdagangan yang bertujuan khusus memperoleh keuntungan financial. Profit yang dihasilakan dalam kegiatan bisnis bukan diperoleh secara kebetulan, tetapi melalui upaya-upaya khusus. Dipandang dari sudut ekonomis good business atau bisnis yang baik adalah bisnis yang banyak membawa untung.

 Sudut Pandang Moral

(2)

yang baik dalam bisnis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral.

 Sudut Pandang Hukum

Hukum merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Peraturan hukum merupakan kristalisasi atau

pengendapan dari keyakinan moral. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul dari kegiatan bisnis. Jika perilaku bisnis itu legal, maka dari sudut moral juga dipandang baik. Bisnis harus menaati peraturan yang berlaku. Bisnis yang baik berarti bisnis yang patuh pada hukum. Namun, sikap bisnis belum terjamin etis, bila hanya dibatasi pada hukum saja.

Dari sudut pandang hukum, indikatornya juga cukup jelas, yaitu bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar hukum. Indikator yang digunakan untuk menentukan baik buruknya bisnis dari sudut pandang moral Menurut bertens (2000:28) terdapat tiga tolok ukur yang dapat digunakan, yaitu :

1. Hati Nurani

Suatu perbuatan dikatakan baik jika dilakukan sesuai dengan hati nurani. Tindakan yang bertentangan dengan hati nurani dapat menghancurkan integritas pribadi. Hati nurani merupakan norma moral yang penting tetapi sifatnya subjektif, sehingga tidak terbuka bagi orang lain. Oleh karena itu, penilaian tidak dapat hanya dilakukan dari sudut hati nurani saja,

melainkan harus dilakukan bersamaan dengan norma-nomra lain. 2. Kaidah Emas

Cara yang lebih objektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah Kaidah Emas yang berbunyi: “Hendaknya memperlakukan orang lain sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan.” Atau bila dirumuskan secara negatif akan menjadi: “janganlah lakukan terhadap orang lain apa yang anda sendiri tidak ingin lakukan orang lain terhadap anda.” Misalnya, kalau tidak ingin ditipu, janganlah menipu orang lain.

3. Penilaian Masyarakat

Cara lain yang paling ampuh digunakan untuk menilai perilaku moral adalah dengan menyerahkan kepada masyarakat umum untuk dinilai. Cara ini juga disebut audit sosial. Audit sosial menuntut adanya keterbukaan dan transparasi. Perilaku yang kurang etis biasanya sengaja

disembunyikan. Tingkah laku yang baik secara moral, tidak akan takut dengan transparasi.

(3)

Profesi dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk nafkah hidup dengan menggunakan keahlian dan keterampilan dengan melibatkan komitmen pribadi dalam melakukan pekerjaan tersebut. Bisnis modern mensyaratkan untuk melakukan dan menuntut para pelaku bisnis untuk menjadi orang yang profesional. Bisnis merupakan kegiatan menjual citra kepada masyarakat dengan cara memenuhi kebutuhan mereka secara prima, baik, dan jujur melalui penawaran barang dan jasa yang bermutu dan harga yang wajar.

Profesionalisme akhirnya menjadi keharusan dalam bisnis. Hanya saja sikap profesional dalam bisnis terbatas pada kemampuan teknis menyangkut keahlian dan keterampilan yang terkait dengan bisnis: manajemen, produksi, pemasaran, keuangan, personalia, dan seterusnya. Orang-orang yang professional selalu berarti orang-orang yang mempunyai komitmen pribadi yang tinggi, yang serius dalam pekerjaan, yang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya agar tidak merugikan orang lain.

Menurut keraf (dalam Rindjin, 2004:63) suatu profesi yang diperlukan dan dihargai mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Seseorang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan khusus yang ia peroleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang membentuk profesinya, yang membedakannya dengan orang lainnya. Barang atau jasa yang bermutu dan dengan harga yang kompetitif hanya dapat dihasilkan oleh

profesionalisme.

2. Terdapat kaidah dan standar moral. Pada setiap profesi selalu ada peraturan yang menentukan bagaimana profesi itu dijalankan. Peraturan yang biasa disebut kode etik ini sekaligus menunjukan tanggungjawab professional dalam melakukan pekerjaan, seperti kode etik dokter, wartawan, pengacara, akuntan, dan

sebagainya. Untuk menjaga kemurnian dan ketepatan pelaksanaan kode etik ini, dibentuklah organisasi profesi. Organisasi profesi ini berkewajiban menjaga nama baik organisasi, melakukan seleksi anggota baru dan bila perlu memberikan sanksi kepada anggota yang melanggar kode etik profesi.

3. Seseorang perlu memiliki izin khusus atau lisensi untuk bias menjalankan suatu profesi. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi profesi tersebut dari orang-orang yang tidak professional. Tergantung dari jenis profesi, setelah seseorang

memenuhi persyaratan yang ditentukan dan telah melalui pengujian dan

(4)

4. Memberikan pelayanan pada masyarakat. Keuntungan harus dibayar sebagai akibat logis dari pelayanan kepada masyarakat, bahkan keikutsertaan dalam menyejahterakan masyarakat, adalah citra perusahaan yang baik.

1.3 Pergeseran Paradigma dari Pendekatan Stockholders ke Pendekatan Stakeholder Shareholders atau stockholders paradigma merupakan sebuah paradigma dimana Chief Executive Officer (CEO) berorientasi pada kepentingan pemegang saham. Pihak manajemen sebagai pemegang mandat (agency) berusaha memperoleh keuntungan sebesar – besarnya untuk menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham (principal). Seakan – akan pemegang saham merupakan pihak yang paling berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan. Orientasi seperti ini mengakibatkan evalusi yang dilakukan atas pengelolaan bisnis hanya dilihat dari aspek finansial. Prestasi manajemen hanya dilihat dari kemampuannya menghasilkan laba. Hal ini mendorong manajemen menghalalkan berbagai cara demi mengejar keuntungan. Tindakan demikian mengakibatkan adanya pihak – pihak lain yang dirugikan.

Paradigma stockholders kemudian mengalami pergeseran, karena pada kenyataannya manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang pengaruhnya perlu diperhitungkan secara seksama. Bagaimanapun juga dalam kegiatan bisnis akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam usaha memperoleh laba, selain stockholders, wajib juga diperhatikan kepentingan pihak – pihak lain yang terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak

berkepentingan (stakeholders) adalah individu atau kelompok yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan, praktek, dan tujuan organisasi bisnis. Perusahaan berdiri ditengah – tengah lingkungan. Lingkungan merupakan satu – satunya alasan mengapa bisnis itu ada.

Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan – hubungan yang terjalin

kedalam kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha memberikan kesadaran bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak yang terkaityang berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan dan dihargai. Pendekatan ini bermuara pada prinsip tidak merugikan hak dan kepentingan manapun dalam kegiatan bisnis. Hal ini menuntut agar bisnis dijalankan secara baik dan etis demi hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan bisnis. Adapun lingkungan yang berada di sekitar perusahaan adalah pemegang saham, kelompok pendukung,media massa, kelompok sosial, pemerintah asing, pemerintah setempat, pesaing, konsumen, pemasok, pekerja, dan kreditur.

(5)

1. Kelompok primer

Kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham (stockholders), kreditur, pegawai, pemasok, konsumen, penyalur, pesaing atau rekanan. Yang paling penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok primer karena hidup matinya atau berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin dengan kelompok primer tersebut. Demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis, perusahaan tidak boleh merugikan satupun kelompok stakeholders primer diatas. Dengn kata lain, perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok tersebut, seperti jujur dan bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap adil terhadap mereka, dan saling memahami satu sama lain. Disinilah kita menemukan bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang paling konkret dan sangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk mencari keuntungan.

2. Kelompok sekunder

Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya dan masyarakat setempat.

Dalam situasi tertentu kelompok sekunder bisa sangat penting bahkan bisa jauh lebih penting dari kelompok primer, karena itu sangat perlu diperhatikan dan dijaga kepentingan mereka. Misalnya, kelompok sosial semacam LSM, baik dibidang lingkungan hidup, kehutanan maupun hak masyarakt lokal. Demikian pula pemerintah nasional mupun asing. Juga, media massa dan masyarakat setempat. Dalam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam Indonesia, masyarakat setempat bisasangat mempengaruhi hidup matinya perusahaan. Ketika suatu perusahaan beroperasi tanpa memberikan kesejahteraan, nilai budaya, saran dan prasarna lokal, lapangan kerja setempat dan lainnya, akan menimbulkan suasana sosial yang tidak kondusif dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.

Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, maka perusahaan harus pandai menangani dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok stakeholders

(6)

dalam melakukan perencanaan strategi bisnis dan evaluasi kinerja perusahaan. Balanced Scorecard menekankan perhatian secara berimbang antara kinerja dari aspek internal dan eksternal, serta aspek finansial dan nonfinansial. Implementasi pendekatan ini menunjukkan wujud nyata kesadaran bisnis akan pentingnya perhatian terhadap stakeholders.

1.4 Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis 1. Tanggung Jawab Moral Bisnis

Persoalan pelik yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakala kondisi bagi adanya tanggung jawab moral. Manakah kondisi yang relevan yang

memungkinkan kita menuntut agar seseorang bertanggung jawab atas tindakannya. Ini sangat penting, karena tidak sering kita menemukan orang yang mengatakan bahwa tindakan itu bukan tanggung jawabku. Paling sedikit ada tiga syarat penting bagi tanggung jawab moral:

 Tanggung jawab mengandaikan bahwa suatu tindakan dilakukan dengan sadar dan tahu. Tanggung jawab hanya bisa dituntut dari seseorang kalau ia

bertindak dengan sadar dan tahu akan tindakannya itu serta konsekwensi dari tindakannya. Hanya kalau seseorang bertindak dengan sadar dan tahu, baru relevan bagi kita untuk menuntut tanggung jawab dan pertanggungjawaban moral atas tindakannya itu.

 Tanggung jawab juga mengandalkan adanya kebebasan pada tempat pertama. Artinya, tanggung jawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang atas tindakannya, jika tindakannya itu dilakukannya secara bebas. Jadi, jika seseorang terpaksa atau dipaksa melakukan suatu tindakan, secara moral ia tidak bisa dituntut bertanggung jawab atas tindakan itu. Hanya orang yang bebas dalam melakukan sesuatu bisa bertanggung jawab atas tindakannya.  Tanggung jawab juga mensyaratkan bahwa orang yang melakukan tindakan

tertentu memang mau melakukan tindakan itu. Ia sendiri mau dan bersedia melakukan tindakan itu. Sehubungan dengan tanggung jawab moral, berlaku prinsip yang disebut the principle of alternate possibilities. Artinya, hanya kalau masih ada alternative baginya untuk bertindak secara lain, yang tidak lain berarti ia tidak dalam keadaan terpaksa melakukan tindakan itu.

2. Tanggung jawab sosial

(7)

tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk

meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development. Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Komitmen pimpinan

Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah-masalah sosial dan lingkungan, kecil kemungkinan akan mempedulikan aktivitas sosial.

b. Ukuran dan kematangan perusahaan

Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensimemberikan kontrubusai ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. Namun bukan berarti perusahaan menengah, kecil dan belum mapan tidak dapat

menerapkan CSR.

c. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah

Semakin overlap-nya regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk kontribusi kepada masyarakat.

Argumen yang Menentang Perlunya Tanggungjawab Sosial

Ada beberapa argumen yang berusaha menentang anggapan bahwa bisnis mempunyai tanggungjawab sosial-moral yaitu :

a. Tujuan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar-besarnya

Ajaran ini dilontarkan oleh Adam Smith pada tahun 1776 dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi setelah itu, bahkan sampai sekarang. Ajaran ini menekankan bahwa tanggung jawab sosial bisnis tidak lain adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya.

b. Tujuan yang terbagi dan harapan yang membingungkan

(8)

membingungkan. Kebingungan ini akan mempunyai dampak negatif dalam pengambian keputusan antara keterlibatan sosial atau operasi ekonomis. c. Biaya keterlibatan sosial

Keterlibatan sosial sebagai perwujudan anggungjawab sosial malah akan memberatkan masyarakat. Dalam kenyataannya biaya yang digunakan untuk keterlibatan sosian itu bukanlah biaya yangdatang dari perusahaan atau bisnis itu sendiri melainkan biaya yang dikenakan pada produk yang dikenakan perusahaan itu. Akibatnya, justru masyarakat sendirilah yang menanggung biaya itu.

d. Bisnis mempunyai kekuasaan yang sudah memadai

Argumen ini agak sedikit arogan. Yang ingin disampaikan adalah bisnis sudah mempunyai krkuatan yang sudah memadai sehingga tidak membutuhkan lagi dukungan kekuatan dari masyarakay, yang harus dibayar dengan tanggungjawab sosial.

e. Kekurangan tenaga terampil

Kebanyakan pemimpin perusahaan dan tenaga bisnis tidak mempunyai keterampilan dibidang kegiatan sosial secara memadai. Oleh karena itu, tidak relevan menurut keterlibatan sosial dari perusahaan. Bahkan, dikatakan bahwa karena orang bisnis selalumemikirkan keuntungan, mereka tidak tepat untuk kegiatan sosial yang tidak mencari keuntungan, malah nantinya mereka akan mengeruk keuntungan dari kegiatan susial terbebut untuk dirinya sendiri. Argumen yang Mendukung Perlunya Tanggungjawab Sosial

Beberapa argumen yang mendukung perlunya tanggungjawab sosial bisnis, yaitu : a. Kewajiban moral

Orang bisnis pada umumnya adalah manusia dan anggota masyarakat, seperti halnya semua manusia lainnya, orang bisnis mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sosial moral terhadap masyarakat.

b. Terbatasnya sumber daya alam

Bisnis berlangsung didalam kondisi sumber daya yang sangat terbatas. Oleh karena itu, bisnis diharapkan tidak sekedar mengeksploitasi sumber daya itu untuk kepentingan jangka pendek melainkan juga memeliharanya untuk kepentingan pada masa yang akan datang.

c. Lingkungan sosial yang lebih baik

Bisnis berlangsung dalam satu lingkungan sosial yang mendukung

(9)

etis bahwa bisnis mempunyai kewajiban dan tanggungjawab moral untuk ikut memperbaiki lingkungan sosialnya ke arah yang lebih baik.

d. Bisnis mempunyai sumber-sumber daya

Argumen ini mau menunjukan bahwa bisnis tidak hanya mempunyai uang yang dapat dipakai untuk kepentingan sosial, melainkan juga mempunyai tenaga manajer yang kompeten, tenaga ahli yang terampil, tenaga keuangan profesional yang semuanya sangat berguna bagi masyarakat dan mereka dapat memberikan sumbangan berharga bagi kelangsungan hidup masyarakat

e. Keuntungan jangka panjang

Argumen ini mau mewujudkan bahwa bagi perusahaan, tanggungjawab sosial merupakan suatu nilai lebih yang sangat positif bagi perkembangan dan kelngsungan hidup perusahaan itu pada masa selanjutnya. Dengan

tanggungjawab dan keterlibatan sosial, terciptalah satu cerita yang positif dimata masyarakat mengenai perusahaan itu. Hal ini akan mendatangkan keuntungan jangka panjang yang mungkin untuk sekarang tidak dibayangkan. f. Perimbangan tanggungjawab dan kekuasaan

Bisnis mempunyai keuasaan sosial yang besar. Bisnis mempengaruhi lingkungan, konsumen, dan kondisi masyarakat. Oleh karena itu, tanggungjawab sosial ditunjukan sebagai pengimabang atau pengganti kekuasaan tersebut.

Setidaknya ada tiga alasan penting dan manfaat yang diperoleh suatu perusahaan dalam merespon dan menerap kan CSR yang sejalan dengan operasi usahanya :

a. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan karena itu wajar bila perusahaan juga turut memperhatikan kepentingn masyarakat. Dengan adanya penerapan CSR, maka perusahaan secara tidak langgsung telah menjalin hubungan dan ikatan emosional yang baik terhadap shareholder maupun stakholder.

b. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme (saling mengisi dan menguntungkan). Bagi perusahaan, untuk mendapatkankeuntungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, adalah suatu keharusan bagi perusahaan jika dituntuk untuk memberikan kontibusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa mendongkrak citra dan fenomena perusahaan.

(10)

oleh perusahaan tanpa mengedepankan adanya perluasan kesempatan bagi terciptanya kesejahteraan dan pengembangan sumber daya manusia yang berdomisili disekitar wilayah penambangan pada khususnya dan masyarakat indonesia pada umumnya.

Isi Tanggungjawab Sosial

Bisa dilihat dengan jelas bahwa ada dua jalur tanggungjawan sosial perusahaan sesuai dengan dua jalur relasi perusahaan dengan masyarakat, yaitu relasi primer dan relasi sekunder. Secara singkat isi tanggungjawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Terhadap relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan dengan perusahaan lain, membayar hutang, memberi pelayanan kepada konsumen dan pelanggan dengan baik, memperhatikan hak pegawai, dan sebagainya.

b. Terhadap relasi sekunder, bertanggungjawab atas operasi dan dampak bisnis terhadap masyarakat pad aumumnya, atas masalah-masalah sosial seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, pemasaran sosial, pajak, dan lainsebagainya. Berdasarkan isi tanggungjawab sosial itu, maka tanggungjawab sosial bisnis adalah keterlibatan bisnis dalam mengusahakebaikan dan kesejahteraan sosialmasyarakat, tanpa terlalu menghiraukan kepentingan untung ruginya dari segi ekonomis. Tanggujawab sosial dapat dirumuskan dalam dua wujud :

a. Positif : melakukan kegiatan yangg bukan didasrkan pada perhitungan untung rugi, melainkan didasrkan pada kepentingan dan kesejahteraan sosial.

b. Negatif : tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dari segi ekonomis

menguntungkan, tetapi segi sosial merugikan kepentingan dan kesejahteraan sosial.

(11)

Dalam kenyataan, tanggungjawab minimalpun bisa berbenturan dengan prinsip mencari keuntungan bisnis. Bisnis yang baik atan tetap mengindahkan prinsip tanggungjawab, kalau perlu mengorbankan kauntungan jangka pendek demi keuntungan jagka panjang. Jadi, dari segi tuntutan bisnis dan tuntutan etis, tanggungjawab sosial moral bisnis merupakan suatu tuntutan yang semakin dirasakan relevansinya dalam operasi bisnis modern. Hanya saja pelaksanaanya konkretnya diserahkan pada setiap pelaku bisnis sesuai dengan situasi yang diharapkan.

Keith Davis sebagaimana dikutip oleh weiss (1994:95) menyerahkan 5 kewajiban yang harus dilakukan oleh bisnis profesional agar dapat bertanggungjawab secara sosial, yaitu sebagai berikut.

a. Bisnis mempunyai peran sosial sebagai pemelihara sumber daya masyarakat. b. Bisnis harus bekerja sebagai sebuah sistem terbuka dua arah dengan penerimaan

masukan secara terbuka dari masyarakat dan penyampaian yang terbuka tentang operasinya kepada publik.

c. Bisaya sosial maupun manfaat dari suatu aktivitas, produk, atau jasa harus dikalkulasi dan dipertimbangkan secara cermat agr dapat mengambil keputusan apakah kegiatan itu perlu dilnjutkan atau tidak.

d. Biaya sosial dari setiap aktivitas, produk atau jasa harus diperhitungkan kedalam harga, sehingga konsumen atau pengguana membayar atas dampak konsumsinya terhadap masyarakat.

e. Lembaga bisnis ibarat warga negara yang mempunyai tanggung jawab atas keterlibatan sosial sesuai dengan kompetensinya dimana terdapat kebutuhan sosial yang penting.

1.5 Kode Etik Berbagai Profesi

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru, ataupun calon anggota kelompok profesi. Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok profesi. Sehingga pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan untuk menentukan bagaimana profesional menjalankan kewajibannya.

Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau yang sudah mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu dirumuskan secara baik, sehingga memuaskan semua pihak.

Fungsi Kode Etik

(12)

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di

lapangan kerja (kalangan sosial).

3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

Kode Etik Dalam Beberapa Profesi Kode Etik Dari Kedokteran

1. Kesehatan pasien adalah prioritas dokter. Kode Etik kedokteran International menyebutkan bahwa ‘’Dokter harus memberikan kepada pasiennya loyalitas penuh dan seluruh pengetahuan yang dimilikinya.

2. Mempunyai etika untuk menyimpan kerahasiaan pasiennya, kecuali jika

diperlukan untuk bertanggung jawab secara hukum, misalnya dalam pengadilan. 3. Apabila dokter akan melakukan tindakan operasi dan sebagainya, maka dokter

diharuskan untuk meminta ijin tertulis kepada pasien. Kode Etik Dari IT

Di dalam perusahaan – perusahaan pasti mempunyai setidaknya 1 IT yang bertanggung jawab terhasap sistem di perusahaan tersebut. Pertanggung jawaban seorang IT yaitu terhadap software dan hardware.

1. Orang IT sebagai orang yang paling tau akan bisnis proses perusahaan mempunyai kode etik yang mendasar untuk menjaga kerahasiaannya. Perusahaan sendiri mengantisipasi hal ini dengan adanya kontrak kerahasiaan yang wajib ditandatangani oleh orang IT.

2. Kode etik dari IT yang lainnya adalah mendokumentasikan hasil buatannya ke dalam tulisan, agar bisa dipahami oleh penerusnya/penggantinya. Karena setiap IT pasti mempunyai logika dari program yang dibuatnya,sehingga tidak mungkin ada persamaan antara IT satu dengan IT yang lainnya. Hal ini disebut penting sekali untuk masa depan perusahaan,yaitu apabila IT tersebut suatu saat pindah

(13)

3. Selain itu kode etik yang harus dimiliki seorang IT adalah sangat diutamakan bahwa seorang IT harus mempunyai etika yang membangun. Maksud dari membangun disini adalah seorang IT mempunyai keahlian yang luar biasa dalam membuat aplikasi tetapi dengan keahlian mereka tersebut mereka juga bisa membuat sesuatu yang menghancurkan perusahaan seperti virus,worm. Penyalahgunaan lain juga bisa seperti menjual data perusahaan untuk mendapatkan uang, memanipulasi data seperti memperbesar gaji dll. Kode Etik Jurnalistik

1. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan

keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar. 2. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan

untuk menyuarakan pendapatnya.

3. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat

4. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.

5. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat. 6. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban

kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.

7. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.

(14)

Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.

Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pengendalian Diri. pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut.

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility). Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.

3. Mempertahankan Jati Diri. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk

terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.

4. Menciptakan Persaingan yang Sehat. Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah dan sebaliknya.

5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan” Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan

bagaimana dengan keadaan dimasa datang.

Etika dalam berbisnis sangatlah penting agar mempererat kerjasama antara satu perusahaan atau lebih, etika tidak hanya untuk antar perusahaan tetapi juga harus terjalin dengan masyarakat sekitar bisnis yang sedang di jalani. Menghindari segala bentuk tindak kecurangan jaga akan meningkatkan keeratan bisnis.

Daftar Pustaka

Dewi, Sayu Ketut Sutrisna. 2011. Etika Bisnis ( Konsep Dasar Implementasi & Kasus). Denpasar : Udayana University Press

(15)

http://apeksmutz.blogspot.com/2013/10/hakikat-bisnis.html

ETIKA BISNIS

(16)

OLEH:

NI MADE ARUM SUCAHYANI ( 1306305034 ) I WAYAN NICO SETIAWAN ( 1306305038 ) PUTU YULIA PRANSISKA DEWI ( 1306305039 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu menetapkan Jenis dan

Saya suka kain dan pakaian, saya suka menjahit pakaian untuk klien saya, saya suka ketika saya melihat mata bahagia siswa saya yang telah membuat rok atau gaun pertama mereka,

Sasaran strategis perspektif Pemangku Kepentingan Meningkatnya Tenaga Kerja Industri yang kompeten mempunyai indikator kinerja yaitu: (1) Jumlah calon tenaga kerja terampil

Berdasarkan paparan tersebut, pene- litian ini bertujuan untuk mengetahui ke- ragaan fisik unit penangkapan togo, menge- tahui produktivitas alat tangkap togo yang

Sebanyak 5 spesies burung rangkong ditemukan dilokasi tersebut yaitu rangkong badak (Buceros rhinoceros), rangkong gading (Rhinoplax vigil), julang mas (Rhyticeros

Disamping semua resiko yang mungkin terjadi, mammografi tetaplah menjadi cara terbaik untuk mendeteksi gejala awal kanker payudara sehingga dapat dilakukan perawatan lebih

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Hasil penelitian yang dilakukan pada konsumen bisnis modern di Yogyakarta ini diketahui bahwa untuk meningkatkan pengambilan keputusan pembelian konsumen khususnya pada