• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian pariwisata

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. (Karyono, 1997:15). Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Menurt Ensiklopede Nasional Indonesia Jilid 12 bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang atau seerombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke suatu tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan perjalanan dapat bersifat pelancongan, bisnis, keperluan ilmiah, bagian kegiatan agama, muhibah atau juga silahturahim.

Pariwisata adalah suatu fenomena kebudayaan global yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Dalam model yang dikemukakan oleh Leiper, pariwisata terdiri atas tiga komponen yaitu wisatawan (tourist), elemen geografi (geographical elements)dan industri pariwisata(tourism industry).

(2)

Defenisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam.

Robert McIntosh bersama Shashiakant Gupta mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya (Pendit, 1999:31).

2.2 Daerah Tujuan Wisata

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi lima unsur:

1. Objek dan Daya Tarik Wisata, 2. Prasarana wisata,

3. Sarana wisata,

4. Tata laksana/ infrastruktur, dan 5. Masyarakat/ lingkungan.

2.2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang

(3)

memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Suwantoro dalam bukunyaDasar-dasar Pariwisata(1997:19) mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata dikelompokkan atas :

a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam: pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

b. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:

 Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nayaman dan bersih.

 Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

 Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

 Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

 Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.

 Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

(4)

c. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.

 Kelayakan Finansial

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut.

 Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memilki dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat meningkatkan devisa dan sebagainya.

 Layak Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipetanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.

 Layak Lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan keegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata buaknlah untuk merusak lingkungan tetapi

(5)

sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kulitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian (Suwantoro, 1997:20).

2.2.2 Prasarana Wisata

Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan (Suwantoro, 1997: 21).

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan sebagainya.

Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlakukan koordinasi yang mantap antara instansi terkait bersama dengan instalasi pariwisata di berbagai tingkat.Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan periwisata.

(6)

Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja.

2.2.3 Sarana Wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik seecara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

Sarana wisata secara kuntitatif menunjukan pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana

(7)

wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan diisediakannya (Suwantoro, 1997: 23).

2.2.4 Tata Laksana/ Infra Struktur

Menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997: 23) Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti:

a. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang membantu sarana perhotelan/restoran.

b. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang merupakan bagian vital bagi terselenggaranya penyediaan sarana wisata yang memadai.

c. Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan memudahkan wisatawan untuk mengunjungi objek-objek wisata.

d. Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan informasi maupun mengirimkan informasi scara tepat dan tepat.

e. Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan kemudahan di berbagai sektor bagi para wisatawan. Keamanan di terminal, diperjalanan dan di objek-objek wisata, di pusat-pusat perbelanjaan akan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata maupun daerah tujuan wisata. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, seekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

(8)

2.2.5 Masyarakat/ Lingkungan

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai Objek dan Daya Tarik Wisata akan mengundang kehadiran wisatawan yang berkunjung. Adapun yang ikut berperan dalam pengembangan suatu objek dan daya tarik wisata adalah sebagai berikut menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata

(1997: 23-24) :

a. Masyarakat

Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata akan berdampak positif karena mereka akan memperoleh keuntungan dari wisatawan yang membelanjakan uangnya. Para wisatawan akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai dan juga mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya.

b. Lingkungan

Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan sekitar objek wisatapun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem dari fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu ada upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata.

c. Budaya

Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini kelestariannya tidak boleh tercemar oleh budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami, menghayati dan mengamalkan Sapta Pesona Wisata di daerah tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

(9)

2.3 Pengertian Produk Wisata

Pada umumnya yang dimaksud dengan product adalah sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses produksi. Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata, tetapi merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga bersifat sosial, psikologis dan alam, namun demikian produk wisata sebagian besar dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Produk wisata sangat diperlukan untuk menunjang suatu kepariwisataan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana.

Suwantoro (1997:49) berpendapat bahwa produk wisata merupakan keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula.

Menurut Suwantoro (1997: 48) ciri-ciri suatu produk wisata adalah : 1. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam

penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ketempat dimana produk itu dihasilkan.

2. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk/jasa maka tidak akan terjadi produksi.

3. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu.

4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.

5. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang mempergunakan mesin.

(10)

Adapun produk wisata termasuk kategori subjek sentral adalah usaha yang bergerak dalam bidang mendorong orang merasa tertarik akan kebutuhan untuk mengadakan perjalanan serta memberi kesempatan kepada mereka untuk menikmati perjalanan, apabila orang bersangkutan tidak mampu sendiri mengusahakan demikian, antara lain perussahaan penerbitan kepariwisataan, bank pariwisata, kredit pariwisata, asuransi pariwisata dan sejenisnya.

Produk wisata termasuk yang kategori objek sentral adalah usaha yang kegiataannya diperuntukkan bagi dan tergantung pada perkembangan kepariwisataan itu sendiri, antara lain perusahaan akomodasi, angkutan, souvenir, tempat rekreasi/hiburan, lembaga yang mengurusi objek-objek wisata dan sebagainya. (Pendit 1999:147).

Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yang telah menjadi salah satu produk pariwisata memiliki unsur-unsur seperti mutu koleksi museum tersebut yang mana keaslian koleksi, kelangkaan koleksi dan peragaan koleksi. Keindahan bangunan meliputi keindahan/keunikan arsitektur bangunan, pertamanan bangunan serta pemandangan di dalam ruangan. Kenyamanan suasana di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, bebas kebisingan, kebersihan ruangan dan kesejukan/ventilasi. Kemudahan Informasi seperti brosur, program bimbingan, label, pramuwisata (guide). Penataan Musem Negeri Provinsi Sumatera Utara seperti keserasian penataan koleksi, kemudahan melihat koleksi dan kebersihan koleksi.

Dalam Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara tersebut peninggalan sejarah dan purbakala yang terdapat dalam museum tersebut menjadi suatu produk dalam pariwisata yang mana memiliki unsur-unsur seperti peninggalan sejarah dan

(11)

sejarahnya, keutuhan (aslinya), keindahan/kenyamanan, kebersihan kompleks museum dan variasi kegiatan upacara, studi, apresiasi, seni budaya, atraksi seni dan lain sebagainya.

2.4 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.4.1 Pengertian Sarana

Sarana pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan, (Yoeti, 1996:184).

Sarana kepariwisataan tersebut adalah : a. Sarana Akomodasi

Menurut surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan telekomunikasi No.37/PW.304/MPT/86 tanggal 17 Juni 1986, yang dimaksud dengan pengertian akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bungalow, mess dan sebagainya. Adapun wisatawan yang mengunjungi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dapat juga menggunakan sarana akomodasi yang terdapat di Kota Medan yaitu seperti Hotel JW. Marriot, Hotel Ina Darma Deli dan sebagainya. Hotel / akomodasi di Kota Medan memiliki hotel – hotel yang mempunyai fasilitas yang baik dan dilengkapi sarana olah raga dan hiburan. Hotel tersebut tersebar di dalam kota, dan khusunya hotel-hotel berbintang berlokasi di pusat Kota Medan dengan aksibilitas yang mudah. Seperti

(12)

layaknya hotel berbintang lainnya, banyak fasitlias yang disediakan (sesuai dengan kelasnya) untuk memenuhi kebutuhan wisatawan (mancanegara) dengan standar layananan internasional.

b. Sarana transportasi

Peranan transportasi dalam industri pariwisata sangat vital sekali,mengingat mobilisasi wisatawan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Wisatawan yang datang untuk mengunjungi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dapat menggunakan sarana transportasidi Kota Medan. Sarana transportasi yang terdapat di Kota Medan yaitu becak bermotornya (becak mesin/ becak motor) yang dapat ditemukan hampir di seluruh Kota Medan. Berbeda dengan becak biasa (becak dayung), becak motor dapat membawa penumpangnya kemana pun di dalam kota. Pengemudi becak berada di samping becak, bukan di belakang becak seperti halnya di Jawa, yang memudahkan becak Kota Medan untuk melalui jalan yang berliku-liku dan memungkinkan untuk diproduksi dengan harga yang minimal. Selain becak, dalam Kota Medan juga tersedia angkutan umum berbentuk minibus (angkot/oplet) dan taksi.

c. Biro Perjalanan Wisata (BPW)

Sarana Kepariwisataan berupa Biro Perjalanan Wisata. Biro Perjalanan Wisata (BPW) merupakan usaha atau kegiatan yang memberikan informasi atau pelayanan bagi orang – orang yang akan melakukan perjalanan pada umumnya, dan perjalanan wisata pada khusunya. Saat ini terdapat 117 BPW di Kota Medan (Sumber : Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kota Medan, 2003) yang menjadi penggerak promosi dan menjual paket perjalanan wisata.

(13)

d. Toko penjual cinderamata

Toko-toko penjual cinderamata dari objek wisata yang dikunjungi tersebut hanya mendapat penghasilan dari penjualan barang-barang cinderamata objek tersebut (Yoeti, 1996:185).

Komponen-komponen ini identik dengan buah tangan, oleh-oleh atau kenang-kenangan dari suatu tempat kunjungan dalam bentuk barang tertentu. Barang-barang yang dijual ciri khusus sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah tempat cenderamata tersebut berada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komponen ini antara lain jenis barang, kapasitas, lokasi, harga, kualitas dan keunikannya.

2.4.2 Prasarana Pariwisata

Menurut Yoeti “prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beranekaragam”.

Prasarana yang digunakan menuju Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yaitu seperti jalan raya, di mana jalan raya menuju Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sangat baik. Dari Bandar Udara Internasional Polonia kita juga dapat menuju objek wisata Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara yang terletak di jalan H.M. Joni No.51 Medan. Selain Bandara Udara Polonia, ada juga prasarana lainnya seperti pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

(14)

Demikian juga mengenai pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata sangat baik. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi dan kantor pos juga mendukung prasarana pada museum tersebut.

Dalam pengembangan sebuah objek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

Adapun prasarana kepariwisataan berupa : 1. Jaringan Jalan Raya

Keadaan jalan di dalam Kota Medan pada umumnya sangat baik, jalan – jalan protokol yang lebar dan mulus banyak terdapat di kota itu. Beberapa jalan tersebut dibangun oleh belanda pada era kolonial, khusunya ketika Kota Medan menjadi pemasok tembakau ke Belanda dan Kota Medan dihuni oleh orang – orang mancanegara pada abad ke-19, oleh sebab itu kualitas jalan sangat baik. Selain membangun jalan di dalam Kota Medan, Belanda juga membangun jalan di luar Kota Medan yang menghubungkan Kota Medan dengan objek wisata yang mereka kunjungi pada akhir pekan. Kondisi jalan peninggalan Belanda itu pada umumnya masih dalam keadaan baik.

(15)

2. Telekomunikasi

Sebagai sebuah kota besar, di Kota Medan banyak ditemukan jaringan telekomunikasi berupa warung telekomunikasi (wartel) dan warung internet (warnet). Hampir di pelosok kota tersedia fasilitas telekomunikasi.

3. Pelabuhan Udara

Di Kota Medan terdapat sebuah pelabuhan udara Polonia, yang dapat dilandasi oleh pesawat-pesawat berbadan lebar dari dalam dan luar negeri. Kondisi pelabuhan udara sangat baik dan juga merupakan peninggalan kolonial Belanda. Nama Polonia diberikan oleh Baron Michalsy, seorang bangsa Polandia yang mendapat konsesi membuka perkebunan tembakau pada tahun 1872 dan menamakan konsesinya itu “Polonia” yaitu nama tempat kelahirannya. Konsesi tersebut berpindah tangan kepada Deli Mij pada tahun 1879 dan dijadikan sebagai pelabuhan udara yang pertama untuk Kota Medan.

Referensi

Dokumen terkait

(kiri) Foto thoraks posisi telentang menunjukkan sekumpulan kecil udara di bawah diafragma (panah) pada pasien dengan pneumoperitoneum.. (kanan) Foto polos abdomen posisi

Oleh karena itu peneliti mencoba menelusuri sejauh mana penerapan etika bisnis Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam berdagang terhadap para pedagang apakah

Ketika negara melakukan pelanggaran terhadap norma-norma internasional yang tidak tercantum dalam konvensi, meskipun hal itu tidak secara jelas ditulis di dalam konvensi,

Penelitian ini menunjukkan pengelolaan piutang usaha pada PDAM Tirta Bangka menghasilkan rasio ekonomi yang tidak stabil untuk stiap tahunya, akan tetapi apabila

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa efisiensi boiler dan energi listrik pada PLTU Air Anyir Bangka menggunakan bahan bakar batubara periode bulan dan

Menilai Inner Model dengan cara mengevaluasi hubungan konstruk laten atau variabel yang telah di hipotesiskan dalam penelitian ini yaitu likuiditas,

Dari hasil percobaan yang ditunjukkan oleh gambar 4, efisiensi sirip sudah tinggi pada temperatur rendah, hal ini menunjukkan bahwa pembuluh kurang bekerja dengan

Dengan mengintroduksikan teknologi inovasi spesifik lokasi yang di dalamnya sudah mencakup teknik pengendalian parasit dan penyakit ternak, maka kawasan tipologi lahan