• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN RAGI BIR DALAM PAKAN PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN IKAN LELE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN RAGI BIR DALAM PAKAN PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN IKAN LELE"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN RAGI BIR DALAM PAKAN

PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA

PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN IKAN LELE

Clarias sp. TERHADAP INFEKSI BAKTERI

Aeromonas hydrophila

ANDI TIARA EKA DIANA PUTERI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

PENGARUH PENAMBAHAN RAGI BIR DALAM PAKAN PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN IKAN LELE Clarias sp. TERHADAP INFEKSI BAKTERI

Aeromonas hydrophila

adalah benar merupakan hasil karya saya di bawah bimbingan dosen pembimbing yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Andi Tiara Eka Diana Puteri C14080026

(3)

ABSTRAK

ANDI TIARA EKA DIANA PUTERI. Pengaruh penambahan ragi bir dalam

pakan pada dosis yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan daya tahan ikan lele Clarias sp. terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Dibimbing

oleh

DEDI JUSADI dan SUKENDA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ragi bir

Saccharomyces cerevisiae dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan, biaya

produksi dari pakan dan kelangsungan hidup ikan lele Clarias sp. setelah diuji tantang dengan penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila. Ikan lele dengan bobot 110,75 ± 1,73 g ditebar dalam 15 akuarium masing-masing berdimensi 50 × 40 × 35 cm dengan kepadatan 15 ekor/akuarium. Ikan dipelihara selama 40 hari, serta diberi pakan yang mengandung ragi bir sebanyak 0%, 3%, 6%, atau 3%

bioyeast. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ragi bir dan bioyeast

dalam pakan tidak memberikan nilai yang berbeda nyata pada parameter jumlah konsumsi pakan, tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan dan konversi pakan. Namun, untuk menghasilkan 1 kg ikan, biaya pakan paling rendah diperoleh ketika menggunakan perlakuan ragi bir sebesar 3%. Hasil uji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila memberikan nilai tingkat kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Dengan demikian, ragi bir paling efisien digunakan di dalam pakan ikan lele sebanyak 3%. Kata kunci: ragi bir, ikan lele, kinerja pertumbuhan, Aeromonas hydrophila

ABSTRACT

ANDI TIARA EKA DIANA PUTERI. The effect of different levels of brewer's

yeast supplementation in the diet on the growth performance and resistance of

walking catfish Clarias sp. againts Aeromonas hydrophila infection. DEDI

JUSADI and SUKENDA

The objective of this research was to know the effect of brewer’s yeast

Saccharomyces cerevisiae in the diet on growth performance and resistance of

walking catfish Clarias sp. against Aeromonas hydrophila infection. A triplicate experiment was conducted using fish with an initial body weight of 110.75 ± 1.73 g. Fish were stocked in 50 x 40 x 35 cm recirculating aquaria at a density of 10 fish/aquaria. During rearing period, fish were fed on the diet contained brewer’s yeast of 0%, 3%, 6 %, or 3 % bioyeast, respectively. After 40 days feeding, it was found that the growth performances of fish were not significantly affected by the inclusion of neither brewer's yeast nor bioyeast. On the other hand, the diet contained 3% brewer's yeast had the lowest cost to produce 1 kg fish. In addition, the challenge test results showed that the survival rate of fish was not significantly difference among the treatments. Therefore, it can be concluded that the inclusion of 3% brewer’s yeast in the diet is suitable for Clarias.

(4)

PENGARUH PENAMBAHAN RAGI BIR DALAM PAKAN PADA DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN DAYA

TAHAN IKAN LELE Clarias sp. TERHADAP INFEKSI BAKTERI

Aeromonas hydrophila

ANDI TIARA EKA DIANA PUTERI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul : Pengaruh penambahan ragi bir dalam pakan pada dosis yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan daya tahan ikan lele Clarias sp. terhadap infeksi bakteri Aeromonas

hydrophila

Nama Mahasiswa : Andi Tiara Eka Diana Puteri Nomor Pokok : C14080026

Prog Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Departemen : Budidaya Perairan

Disetujui,

Mengetahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Sukenda NIP 19671013 199302 1 001 Tanggal Lulus : Dosen Pembimbing I Dr. Dedi Jusadi NIP.19621026 198803 1 001 Dosen Pembimbing II Dr. Sukenda NIP 19671013 199302 1 001

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segenap rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dengan judul “Pengaruh Penambahan Ragi Bir dalam Pakan pada Dosis yang Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Ikan Lele Clarias sp. terhadap Infeksi Bakteri

Aeromonas hydrophila” ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada Bapak Dr. Dedi Jusadi serta Bapak Dr. Sukenda sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi. Selain itu, terima kasih kepada Dosen Penguji Ibu Yani Hadiroseyani, M.M. serta Bapak Dadang Sharfuddin, M.S. atas perbaikan dan masukannya terhadap penyempurnaan Skripsi ini. Kemudian, terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Pihak PT. Multi Bintang Indonesia Tbk., serta berbagai bantuan berupa semangat, dukungan dan doa terutama dari orang tua serta adik penulis. Teman-teman dan orang-orang terdekat, rekan-rekan sekelas dan seangkatan (BDP PATMO serta Nutrisionist 45) atas kebersamaan dan semangatnya. Akhir kalam, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi yang dibutuhkan pembaca.

Bogor, Maret 2013

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 18 Januari 1991. Penulis merupakan anak pertama dan memiliki satu orang adik perempuan, dari orangtua Suardi Saide dan Andi Rosbiyana.

Penulis lulus dari SD 69 Teppo’e Kab. Soppeng (2002), kemudian menempuh pendidikan lanjutan di SMP 1 Liliriaja (2002-2005), kemudian pendidikan selanjutnya di SMA 1 Liliriaja Kab. Soppeng (2005-2008). Penulis menjadi mahasiswa Strata-1 (S1) pada Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor yang terpilih melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama perkuliahan, penulis aktif pada organisasi Kepramukaan di UKM Pramuka IPB (2008-2011) serta menjadi Asisten Praktikum pada beberapa mata kuliah mayor antara lain Nutrisi Ikan (semester genap 2011-2012), Teknologi Produksi Plankton, Benthos dan Alga (semester genap 2011-2012), Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan (semester ganjil 2011-2012). Selain itu, pengalaman magang Praktik Lapang Akuakultur pernah diikuti di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol, Subang dengan komoditas ikan Patin (Juni-Agustus 2011).

Tugas akhir diselesaikan dengan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Ragi Bir dalam Pakan pada Dosis yang Berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Ikan Lele (Clarias Sp.) Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila”.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

II.METODE PENELITIAN ... 4

2.1 Limbah Ragi Bir ... 4

2.2 Pembuatan Pakan Uji ... 4

2.3 Uji Pertumbuhan ... 5

2.3.1 Pemeliharaan Ikan Uji ... 5

2.3.2 Parameter Uji ... 6

2.3.3 Analisa Kimia ... 6

2.4 Uji Daya Tahan Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila ... 7

2.4.1 Uji LD 50 ... 7

2.4.2 Uji Tantang ... 7

2.4.3 Parameter Uji ... 8

III.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

3.1 Hasil ... 9

3.2 Pembahasan ... 13

IV. KESIMPULAN ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi bahan baku pakan perlakuan (%) ... 4

2. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (% berat kering) ... 5

3. Hasil pengukuran kualitas air selama 40 hari pemeliharaan ... 6

4. Perlakuan uji tantang selama 10 hari pemeliharaan ... 7

5. Hasil pengukuran parameter terhadap ikan Lele (Clarias sp.) selama 40 hari pemeliharaan pertumbuhan ... 9

6. Estimasi biaya produksi pakan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg ikan di setiap perlakuan ... 10

7. Hasil proksimat tubuh ikan lele ... 10

8. Hasil pengamatan gejala klinis pada hari ke-2 setelah injeksi ... 11

9. Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) dari uji tantang selama 10 hari ... 12

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gejala klinis yang teramati pada saat uji tantang hari ke-1: (a) Perlakuan kontrol positif; (b) perlakuan 3% RB, (c) perlakuan 6% RB dan (d) perlakuan 3% BY ... 11 2. Gejala klinis yang teramati pada hari ke-10 pengamatan uji tantang:

(a) Perlakuan kontrol positif; (b) perlakuan 3% RB, (c) perlakuan 6% RB dan (d) perlakuan 3% BY ... 12

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil analisis proksimat ragi bir ... 23

2. Perhitungan parameter penelitian ... 23

3. Prosedur analisis proksimat pakan perlakuan ... 25

4. Hasil uji LD50 (penentuan kepadatan bakteri) ... 27

6. Data biomassa awal dan akhir selama 40 hari pemeliharaan ... 29

7. Data laju pertumbuhan harian selama 40 hari pemeliharaan ... 30

8. Data jumlah konsumsi pakan selama 40 hari pemeliharaan ... 30

9. Data efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan ... 31

10. Data tingkat kelangsungan hidup selama 40 hari pemeliharaan ... 31

11. Hasil uji tantang - 1 Desember 2012 ... 32

(12)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya pemanfaatan bahan baku lokal untuk menyusun formulasi pakan ikan telah banyak dilakukan, diantaranya pemanfaatan daun lamtoro (Fitriliyani, 2010), fermentasi jagung dengan Bacillus megatrium (Agustina, 2012), fermentasi bungkil kelapa sawit dengan Saccharomyces cerevisiae (Edriani, 2011; El-Qusairi, 2011), dan inkubasi dengan cocktail enzyme pada kulit buah kakao (Cahaya, 2012). Bahan baku tersebut pada umumnya mengandung serat kasar yang tinggi, rendah protein, serta mengandung zat antinutrisi, misalnya asam fitat. Asam fitat merupakan bentuk utama dari fosfor yang terkandung dalam tanaman (Li dan Gatlin, 2008).

Upaya penurunan kadar serat kasar dan kandungan asam fitat dari bahan-bahan baku tersebut telah dilakukan agar kandungan nutrisinya meningkat. Menurut hasil penelitian Edriani (2011), fermentasi biji kapuk, kulit singkong, kopra, biji karet dan PKM (Palm Kernel Meal) dengan menggunakan

Saccharomyces cerevisiae dapat menurunkan kadar serat kasar serta

meningkatkan kadar protein bahan baku. Selain itu, kecernaan bahan baku setelah difermentasi juga turut meningkat yang diujikan pada juvenil ikan mas

Cyprinus carpio. Sehingga melalui teknologi fermentasi, bahan-bahan tersebut

berpotensi menjadi bahan baku pakan ikan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh El-Qusairi (2011) yang diujikan pada juvenil ikan nila Oreochromis sp. Kemudian menurut Cahaya (2012), inkubasi kulit buah kakao, tongkol jagung dan bungkil biji karet dengan konsentrasi cocktail enzyme sebanyak 2 g/kg dapat menurunkan serat kasar pada kulit buah kakao dan tongkol jagung serta meningkatkan kadar protein pada semua bahan baku. Selain itu, juga meningkatkan kecernaan bahan pada ikan gurame Osphronemus goramy.

Saat ini bahan baku lokal lain yakni ragi bir Saccharomyces cerevisiae telah banyak digunakan dalam bidang akuakultur karena prospektif menjadi penyusun bahan baku pakan ikan. Hal ini disebabkan oleh potensinya sebagai immunostimulan serta dapat menjadi sumber potein pakan ikan. Ragi bir memiliki kelebihan dibanding bahan-bahan baku lokal lainnya, yaitu kadar protein yang

(13)

2 tinggi (56,4% dalam bobot kering), serat kasar rendah (0,44% dalam bobot kering), dan mengandung berbagai senyawa immunostimulan seperti asam nukleat, β-1,3 glukan serta mannan oligosakarida (White et al., 2002 dalam Ferreira, 2010) yang dapat meningkatkan respon imun pada ikan.

Produksi bir di Indonesia mencapai 60 – 100 juta liter per tahunnya (Rosita, 2011). Produk akhir dari fermentasi bir berupa limbah berkisar antara 1,7 – 2,3 kg/m3 dalam bobot basah (Hellborg & Piskur, 2009; Huige, 2006 dalam Ferreira et al., 2010). Salah satu perusahaan bir yaitu PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. menghasilkan limbah berupa ragi bir sekitar 12 ton basah setiap hari. Menurut hasil analisis proksimat, dalam 94,51% bobot kering, limbah ragi bir mengandung kadar abu sebesar 5,89%, protein 56,37%, lemak 1,29%, serat kasar 0,44% dan BETN 36,23%.

Ragi bir dapat digunakan hingga 30% dalam pakan untuk juvenil ikan sea bass Dicentrarchus labrax berukuran 12 g. Peningkatan kadar ragi bir di atas 30% menurunkan kinerja pertumbuhan (Oliva-Teles & Goncalves, 2001). Sedangkan ragi bir sebanyak 2% di dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan, serta daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit pada juvenil ikan hybrid stripped bass Morone chrysops dengan M. saxatilis (Li & Gatlin, 2003). Menurut Ozório et al. (2012), pemberian ragi bir hingga kadar 15% pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus masih mendukung pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan, tanpa mempengaruhi komposisi kimia tubuh ikan tersebut.

Ragi bir juga mengandung asam nukleat dan polisakarida non-pati termasuk β-1,3 glukan yang berguna untuk meningkatkan fungsi imunitas dari spesies ikan budidaya. Yoshida et al. (1995), menyatakan bahwa penambahan glukan dan oligosakarida masing-masing sebanyak 1 g/kg pakan terbukti efektif meningkatkan aktivitas fagositik untuk mengeliminasi bakteri pada African catfish (Clarias gariepinus). Reaksi oligosakarida lebih cepat dibandingkan glukan, namun keduanya memperlihatkan pengaruh yang sama pada penurunan imunitas ketika diberikan dalam jangka waktu yang lama (> 45 hari).

Selain limbah produksi bir, Saccharomyces cerevisiae juga telah dijual secara komersial dengan nama Bioyeast. Penggunaan bioyeast telah banyak

(14)

3 diaplikasikan pada ikan, ternak maupun manusia. Oleh karena itu, perlu dievaluasi efektivitas ragi bir sebagai pakan ikan dibanding dengan bioyeast.

Motile Aeromonad Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila merupakan permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya. Penyakit

yang berasal dari bakteri A. hydrophila ini menyerang berbagai jenis ikan air tawar pada tingkatan umur yang bervariasi. Ikan lele mudah terserang penyakit akibat infeksi bakteri A. hydrophila (Astrini, 2012). Selain sebagai sumber protein pakan, ragi bir juga berperan sebagai imunostimulan. Oleh karena itu, pemanfaatan ragi bir sebagai pakan ikan lele diharapkan juga bisa menjadi alternatif untuk mencegah terjangkitnya ikan ini dari serangan A. hydrophila.

1.2 Tujuan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh penambahan ragi bir Saccharomyces cerevisiae dalam pakan pada dosis yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan biaya produksi pakan, serta daya tahan ikan lele (Clarias sp.) dalam menghadapi serangan penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas

(15)

II.

METODE PENELITIAN

2.1 Limbah Ragi Bir

Limbah ragi bir cair dikeringkan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari selama 12-14 hari hingga terbentuk padatan berwarna kecoklatan pada media penjemuran. Padatan tersebut dioven selama 72 jam pada suhu 60°C untuk menghilangkan kandungan air yang tersisa. Setelah itu dilakukan penggilingan agar dapat dicampurkan dengan bahan lainnya. Selanjutnya dilakukan proses pencetakan (pelleting). Hasil analisis proksimat limbah ragi bir dicantumkan pada Lampiran 1.

2.2 Pembuatan Pakan Uji

Dalam penelitian ini, pakan yang digunakan mengandung kadar protein berkisar 28-31%. Perlakuan yang diujikan yaitu pakan yang mengandung ragi bir sebesar 0, 3, dan 6%, 3% Bioyeast. Pakan yang diberikan dibuat dalam bentuk kering dengan mencampurkan bahan sesuai formulasi yang telah ditentukan presentase komposisi bahan bakunya. Tabel 1 menyajikan komposisi bahan baku untuk pakan perlakuan yang diujikan.

Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan perlakuan (%)

Bahan Baku Perlakuan

0% (Kontrol) 3% RB 6% RB 3% BY Dedak 10,00 10,00 10,00 10,00 Tepung terigu 18,04 18,04 18,04 18,04 Tapioka 10,00 10,00 10,00 10,00 Tepung Kedelai 36,40 33,48 30,50 33,48 Animal pro 20,08 20,08 20,08 20,08 Minyak ikan 1,52 1,50 1,50 1,50 Minyak hewani 0,50 0,50 0,50 0,50 Lysine 0,08 0,02 0,02 Methionine 0,14 0,14 0,14 0,14 Mineral Mix 3,22 3,22 3,22 3,22 Vitamin 0,02 0,02 0,02 0,02 Ragi Bir 3,00 6,00 Bioyeast 3,00 Jumlah (%) 100 100 100 100

Ket : RB = Ragi Bir ; BY = Bioyeast

Berdasarkan Tabel 1, terdapat perbedaan prosentase komposisi pada tepung kedelai untuk masing-masing perlakuan. Seiring dengan bertambahnya

(16)

5 dosis penambahan ragi bir dalam pakan, maka prosentase komposisi tepung kedelai sebagai sumber protein nabati semakin berkurang. Demikian halnya pada lysine, prosentase komposisinya juga mengalami pengurangan. Hal tersebut untuk mengimbangi adanya penambahan ragi bir pada dosis 3% dan 6% serta Bioyeast pada dosis 3%. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (%)

Proksimat Pakan Perlakuan

0% (Kontrol) 3% RB 6% RB 3% BY Kadar Air 6,84 7,81 8,04 8,82 Kadar Abu 10,70 9,46 10,30 10,35 Protein 28,58 31,27 30,75 29,97 Lemak 6,81 8,04 7,81 6,46 Serat Kasar 1,59 1,69 1,48 1,81 BETN1 49,48 41,73 41,62 42,59

Keterangan: 1Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

2.3 Uji Pertumbuhan 2.3.1 Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan lele diperoleh dari pembenihan kolam milik Bapak Ir. Dadang Shafruddin, M.S. bertempat di Komplek IPB Sindang Barang II, Bogor. Ikan yang digunakan memiliki panjang tubuh antara 9-10 cm per ekor, diadaptasikan dengan kepadatan 20 ekor selama seminggu pada masing-masing akuarium berdimensi 50 × 40 × 35 cm di Laboratorium Basah Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Selama masa adaptasi, ikan lele diberi pakan komersial yang tidak mengandung ragi bir.

Setelah masa adaptasi selesai, sebanyak 15 ekor ikan dengan bobot awal individu sebesar 7,38 ± 0,12 g ditebar ke dalam setiap akuarium berdimensi 50 × 40 × 35 cm yang diisi air bervolume 60 liter. Akuarium disusun dalam sistem resirkulasi dan dilengkapi dengan aerasi. Di dalam tandon dipasang water heater berdaya 350 watt sebanyak 2 buah untuk menjaga kestabilan suhu pada kisaran 29 – 30°C selama masa pemeliharaan. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan pada 5 sampel akuarium berserta 1 sampel dari tandon. Parameter kualitas air yang diukur ditampilkan pada Tabel 3.

(17)

6 Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas air selama 40 hari pemeliharaan

Parameter Kualitas Air Rentang Nilai Satuan

Suhu 29,8 – 33,5 °C

pH 5,77 – 5,95

DO 4,7 – 7,3 (mg/l)

TAN 0,791 – 0,860

Alkalinitas 16 – 20 (mg/l)

Keterangan: hasil kualitas air diambil berdasarkan sampel acak dari 5 akuarium dan 1 sampel air tandon

Selama masa pemeliharaan 40 hari, ikan lele diberikan pakan uji sesuai perlakuan secara at satiation. Pakan uji yang menjadi perlakuan berdasar pada Tabel 1. Selanjutnya pada hari ke-40 seluruh ikan ditimbang untuk mengetahui bobot akhir ikan. Sebanyak 3 ekor ikan diambil dari setiap perlakuan untuk dijadikan sampel analisis proksimat tubuh. Sisa ikan yang ada kemudian digunakan untuk uji tantang selama 10 hari.

2.3.2 Parameter Uji

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Data dari beberapa parameter yang diukur, dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Parameter yang diukur dalam uji pertumbuhan meliputi biomassa awal dan akhir (W), jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), tingkat kelangsungan hidup (SR) dan biaya produksi pakan (Cf). Perhitungan masing-masing parameter disajikan pada Lampiran 2.

2.3.3 Analisa Kimia

Analisis kimia mencakup analisis proksimat pakan dan tubuh ikan yang meliputi kadar air, kadar abu, protein, lemak, serat kasar dan BETN. Untuk analisis kimia ikan, sebanyak 3 sampel ikan diambil untuk setiap perlakuan di awal (hari ke-1) dan akhir pemeliharaan pertumbuhan (hari ke-40). Sedangkan untuk analisis kimia pakan dilakukan setelah pakan perlakuan selesai dibuat. Prosedur analisis proksimat pakan perlakuan disajikan pada Lampiran 3.

(18)

7

2.4 Uji Daya Tahan Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila 2.4.1 Uji LD 50

Sebelum uji tantang, terlebih dahulu dilakukan penetapan kepadatan injeksi bakteri melalui uji LD50 terhadap 10 ekor ikan lele berukuran 11,68 ± 0,72 g, masing-masing pada 4 kepadatan bakteri yang dipelihara selama 7 hari. Kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila yang diujicobakan yaitu 105, 106, 107 dan 108 cfu/ml untuk menentukan kepadatan yang virulen. Biakan bakteri A. hydrophila diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Bakteri diremajakan lalu diinkubasi pada media TSA (tryptic soy agar), kemudian dicairkan dalam TSB (tryptic soy

broth) sambil digoyang dalam shaker selama 18 - 20 jam. Selanjutnya kepadatan

bakteri untuk uji tantang dihitung sesuai dengan penentuan LD50 (Lampiran 4).

2.4.2 Uji Tantang

Uji tantang dilakukan untuk mengetahui daya tahan tubuh serta peningkatan imunitas setelah diberikan pakan perlakuan selama 40 hari pemeliharaan. Selama 10 hari pengamatan uji tantang, aliran resirkulasi dihentikan namun ikan tetap diberi pakan seperti biasa. Penyuntikan dilakukan pada semua ikan perlakukan dengan bobot individu 26,74 ± 2,42 g, masing-masing sebanyak 8 ekor per akuarium. Bakteri Aeromonas hydrophila yang disuntikkan yaitu sebanyak 0,1 ml/ikan dengan kepadatan 107 CFU/ml melalui intramuskular (Wahjuningrum et al., 2007). Perlakuan kontrol negatif (perlakuan A1) disuntikkan PBS (Phospat Buffer Saline) dengan dosis 0,1 ml/ikan. Pada 10 hari pasca uji tantang, tingkat kelangsungan hidup ikan yang diujikan dihitung. Perlakuan untuk uji tantang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Perlakuan uji tantang selama 10 hari pemeliharaan

Perlakuan Deskripsi

A1 Kontrol Negatif diinjeksi dengan PBS

A11 Kontrol Positif diinjeksi Aeromonas

B 3% Ragi Bir diinjeksi Aeromonas

C 6% Ragi Bir diinjeksi Aeromonas

(19)

8

2.4.3 Parameter Uji

Penelitian uji tantang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Data dari parameter yang diukur, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Parameter uji tantang yaitu tingkat kelangsungan hidup yang diamati selama 10 hari pemeliharaan dan prosentase kejadian gejala klinis untuk mengetahui daya tahan tubuh ikan uji setelah diinjeksi dengan Aeromonas hydrophila. Perhitungan masing-masing parameter disajikan pada Lampiran 5.

(20)

9

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan pakan perlakuan berupa penambahan limbah ragi bir dengan dosis 0, 3 dan 6%, serta 3% Bioyeast selama 40 hari terhadap ikan lele. Pengaruh penambahan ragi bir dalam pakan memperlihatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 5 di bawah ini, kemudian analisis ragam masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 6 – 10.

Tabel 5. Hasil pengukuran parameter terhadap ikan Lele (Clarias sp.) selama 40 hari pemeliharaan pertumbuhan

Parameter Perlakuan A OK (Kontrol) B 3% RB C 6% RB D 3% BY W0 (g) 108,98 ± 9,63 a 109,55 ± 7,83 a 112,05 ± 2,50 a 112,40 ± 0,61 a W40 (g) 303,08 ± 67,78 a 262,51 ± 48,59 a 253,66 ± 26,45 a 242,97 ± 67,96 a JKP (g) 279,80 ± 11,89 a 259,98 ± 10,70 a 270,13 ± 33,37 a 273,22 ± 16,86 a SR (%) 87,78 ± 10,18 a 75,56 ± 7,70 a 77,78 ± 7,70 a 75,56 ± 16,78 a LPH (%) 2,96 ± 0,33 a 2,91 ± 0,29 a 2,71 ± 0,12 a 2,58 ± 0,21 a EP (%) 102,45 ± 9,66 a 115,19 ± 2,94 a 105,77 ± 20,36 a 90,27 ± 11,97 a

Keterangan : Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang tidak berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang tidak berbeda nyata (P>0,05)

JKP = jumlah konsumsi pakan; SR = tingkat kelangsungan hidup; LPH = laju pertumbuhan harian; EP = efisiensi pakan

Menurut hasil analisis statistik yang merujuk pada Tabel 5, parameter jumlah konsumsi pakan, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan tidak memiliki nilai yang berbeda nyata. Dengan demikian, penambahan ragi bir dan bioyeast memberikan efek yang sama pada semua perlakuan terhadap kinerja pertumbuhan dibandingkan dengan pakan kontrol (0% ragi bir).

Pada Tabel 6 menunjukkan estimasi biaya produksi pakan yang dihitung berdasarkan nilai efisiensi pakan pada masing-masing perlakuan. Jika harga pakan yang dibeli petani pada umumnya diasumsikan sebesar Rp. 7.667/kg, maka untuk menghasilkan 1 kg ikan dengan biaya pakan terendah diperoleh ketika petani menggunakan pakan yang mengandung 3% ragi bir yakni Rp. 6.670 Sedangkan biaya pakan tertinggi diperoleh ketika menggunakan pakan yang mengandung 3%

(21)

10 Tabel 6. Estimasi biaya produksi pakan yang diperlukan untuk menghasilkan

1 kg ikan di setiap perlakuan

Parameter Perlakuan pakan A Kontrol B 3% RB C 6% RB D 3% BY Efisiensi pakan (%) 102,45 115,19 105,77 90,27 Kebutuhan pakan (kg) 0,98 0,87 0,95 1,11 Harga pakan* (Rp/kg) 7.667 7.667 7.667 7.667 Biaya pakan (Rp/kg ikan) 7.514 6.670 7.284 8.510

Keterangan: *estimasi harga pakan adalah pakan Comfeed Rp 230.000 @30 kg.

Hasil analisis proksimat tubuh ikan lele pada Tabel 7 memperlihatkan kadar protein tubuh berkisar antara 13,78 – 14,18%. Sedangkan kadar lemak tubuh berkisar dari 0,70 – 1,37%, dimana kadar lemak tertinggi yaitu perlakuan 3% RB.

Tabel 7. Hasil proksimat tubuh ikan lele (%)

Proksimat Perlakuan Kontrol 3% RB 6% RB 3% BY Stok Kadar Air 74,54 75,14 76,50 75,74 77,99 Kadar Abu 4,12 3,38 4,21 4,73 3,53 Protein 14,07 14,16 13,78 14,18 14,05 Lemak 0,90 1,37 0,89 0,70 1,14 BETN 7,38 5,45 4,71 4,45 3,29

Keterangan: Hasil analisis PAU-IPB 5 Desember 2012

Uji tantang dilakukan setelah 40 hari pemeliharaan pertumbuhan. Bakteri

A. hydrophila diinjeksi secara intramuskular pada tubuh ikan lele kemudian ikan

dipelihara selama 10 hari. Kepadatan bakteri A. hydrophila yang diinjeksi yaitu 107 cfu/ml.

Pengamatan terhadap gejala klinis yang tampak pada ikan uji dilakukan pada hari ke-2 setelah injeksi dan pada akhir uji tantang hari ke-10. Gejala klinis yang teramati selama pemeliharaan ikan lele setelah diinjeksi dengan bakteri

(22)

11 Tabel 8. Hasil pengamatan gejala klinis ikan uji pada hari ke-2 setelah injeksi

Perlakuan Gejala Klinis (%)

Bengkak Tukak dan Hemoragik

A1 Kontrol Negatif 0,00 0,00

A11 Kontrol Positif 8,33 12,50

B 3% Ragi Bir 0,00 8,33

C 6% Ragi Bir 0,00 12,50

D 3% Bioyeast 0,00 12,50

Keterangan : jumlah ikan per perlakuan (n) = 24 ekor

Berdasarkan Tabel 8, gejala klinis yang teramati pada hari ke-2 setelah injeksi menunjukkan bahwa sebesar 8,33% ikan uji pada perlakuan kontrol positif mengalami pembengkakan serta 12,50% mengalami tukak dan hemoragik pada bagian tubuh yang diinjeksi. Perlakuan 3% ragi bir menunjukkan 8,33% ikan uji mengalami tukak dan hemoragik setelah injeksi. Sedangkan perlakuan 6% ragi bir dan 3% bioyeast menunjukkan sebesar 12,50% gejala tukak dan hemoragik. Gejala klinis ditampilkan pada gambar di bawah ini.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1. Gejala klinis yang teramati pada saat uji tantang hari ke-2: (a) Perlakuan kontrol positif; (b) perlakuan 3% RB, (c) perlakuan 6% RB dan (d) perlakuan 3% BY

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa semua ikan perlakuan kecuali kontrol negatif, setelah diinjeksi dengan Aeromonas hydrophila mengalami gejala klinis

(23)

12 seperti pembengkakan maupun infeksi akibat luka yang terjadi pada bagian tubuh yang diinjeksi kemudian berkembang menjadi tukak dan hemoragik.

Pada akhir pengamatan hari ke-10, gejala klinis diamati pada semua perlakuan kecuali kontrol negatif. Secara umum, gejala klinis yang tampak yaitu ikan uji mengalami penyembuhan berupa penutupan bekas luka akibat tukak dan hemoragik. Berikut merupakan tampilan gejala klinis pada hari ke-10 uji tantang.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Gejala klinis yang teramati pada hari ke-10 pengamatan uji tantang: (a) Perlakuan kontrol positif; (b) perlakuan 3% RB, (c) perlakuan 6% RB dan (d) perlakuan 3% BY

Nilai tingkat kelangsungan hidup perlakuan dari uji tantang terlampir pada Lampiran 11. Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji tantang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan, analisis ragam disajikan pada Lampiran 12. Tabel 9. Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) dari uji tantang

selama 10 hari Parameter

(%)

Perlakuan uji tantang A1 OK- A11 OK+ B 3% RB C 6% RB D 3% BY SR 87,50 ± 21,65 a 79,17 ± 26,02 a 91,67 ± 7,22 a 87,50 ± 0 a 87,50 ± 0 a Keterangan : Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang tidak berbeda pada baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang tidak berbeda nyata (P>0,05)

(24)

13

3.2 Pembahasan

Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa ragi bir Saccharomyces

cerevisiae dapat meningkatkan pertumbuhan, seperti penelitian Li dan Gatlin

(2003) yang menyatakan bahwa Brewer’s yeast berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan pada juvenil ikan hybrid stripped bass

Morone chrysops dengan M. saxatilis yang diuji tantang dengan Streptococcus iniae. Selain itu, penggunaan dalam jangka panjang tidak menyebabkan efek

immunosupresi. Kemudian penelitian Rumsey (1991), sebanyak 25% Brewer’s

dried yeast yang diberikan pada rainbow trout Oncorhyncus mykiss memberikan

hasil pertumbuhan lebih baik. Penggantian 25% kedelai dan 25% tepung ikan dapat dilakukan dengan penambahan Brewer’s yeast.

Peningkatan pertumbuhan dan efisiensi pakan dapat disebabkan oleh peningkatan kecernaan nutrien. Merujuk pada penelitian Tawwab et al. (2008)

dalam Osman et al. (2008) mengemukakan bahwa penambahan ragi hidup (live

yeast) dapat meningkatkan kecernaan pakan dan protein sehingga berdampak pada

pertumbuhan yang baik dan meningkatnya nilai efisiensi pakan. Selain itu, juga mempengaruhi komposisi tubuh ikan secara signifikan. Meningkatnya jumlah pakan yang dikonsumsi akan selalu diiringi dengan meningkatnya performa kinerja tubuh.

Zerai et al. (2008), melakukan uji kecernaan Brewer’s waste pada ikan nila. Hasilnya memperlihatkan nilai kecernaan protein dari pakan mencapai 70%. SCP (single cell protein) memiliki tingkat kecernaan yang rendah karena adanya dinding sel dan tingginya asam nukleat (Schneider et al. 2004) dalam Zerai et al. (2008). Kemudian Chang et al. (2003) dalam Zerai et al. (2008) menyebutkan bahwa Brewer’s yeast dalam bentuk kering memiliki nilai kecernaan protein kasar sebesar 42,3% dan nilai ADC (Apparent Digestibility

Coefficient) protein sebesar 57,1% yang duijikan pada ikan rainbow trout Oncorhyncus mykiss. Penelitian Oliva-Tales & Goncalves (2001) menyatakan

nilai ADC protein Brewer’s yeast sebesar 88,3% yang diujikan pada ikan sea bass

Dicentrarchus labrax. Sehingga diketahui bahwa kecernaan Brewer’s yeast

(25)

14 Berbeda dengan hasil penelitian di atas, pada penelitian ini penambahan ragi bir dan Bioyeast memberikan efek yang sama dengan perlakuan kontrol. Penambahan ragi bir hingga dosis 6% di dalam pakan tidak menurunkan kinerja pertumbuhan ikan lele. Dengan demikian ditinjau dari uji biologis, ragi bir dapat digunakan dalam pakan ikan lele sampai dengan dosis 6% tanpa menimbulkan efek samping. selanjutnya, ditinjau dari sisi ekonomi diperoleh perlakuan 3% ragi bir menghasilkan biaya pakan terendah diantara semua perlakuan (Tabel 6).

Berdasarkan evaluasi dari sisi ekonomi, penambahan ragi bir dalam pakan sebesar 3% dinilai menguntungkan sehingga penggunaan tepung kedelai dapat tergantikan. Hal ini jika diasumsikan harga bahan baku tepung bungkil kedelai dianggap sama dengan harga ragi bir dalam pakan. Maka pada tingkat harga yang sama, penggunaan pakan yang mengandung ragi bir sebagai sumber protein menggantikan tepung bungkil kedelai dinilai lebih efektif dan lebih murah. Selain itu, penggunaan ragi bir juga menjadi salah satu solusi bagi perusahaan bir dalam mengatasi permasalahan limbah yang dihasilkan. Di sisi lain, limbah proses produksi bir ini juga menjadi salah satu solusi dalam mengatasi tingginya jumlah bahan baku pembuat pakan ikan yang berasal dari impor.

Mekanisme immunologi dari Brewer’s yeast dinyatakan oleh Sakai (2001) bahwa nukleotida yang terdapat pada RNA Brewer’s yeast mampu meningkatkan aktivitas oksidatif dan fagositik pada ginjal, aktivitas fagositik sel dan serum lisozim pada ikan mas Cyprinus carpio sehingga tahan terhadap serangan

A. hydrophila. Lebih jauh, kontribusi dari RNA Brewer’s yeast yang memberi

efek pada respon imun belumlah diketahui secara jelas. Osman (2010) menyatakan bahwa penambahan 3 g/kg Brewer’s yeast dalam pakan yang diberikan pada ikan nila menghasilkan nilai kelangsungan hidup setelah uji tantang diperoleh sebesar 100%. Ikan nila diinjeksi dengan A. hydrophila mengalami kematian mulai hari ke-1 setelah injeksi hingga hari ke-3 kemudian mengalami penurunan hingga hari ke-7.

Lashkarbolouki et al. (2011), menyatakan bahwa pada beberapa penelitian membuktikan bahwa peningkatan respon imun non spesifik terkadang tidak turut memberikan efek yang sama terhadap peningkatan nilai kelangsungan hidup. Selain itu, keefektifan ragi bir untuk meningkatkan resistensi terhadap penyakit

(26)

15 dan patogen sangat bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti genetik, kualitas nutrisi, stres, suhu air, dan penanganan. Meninjau pada respon imun memperlihatkan bahwa Brewer’s yeast dapat digunakan dalam jangka waktu lama tanpa menyebabkan immunosuppresi (Li & Gatlin, 2003).

Pada penelitian ini, hasil uji tantang dengan menginjeksikan bakteri

A. hydrophila pada ikan lele memperlihatkan nilai tingkat kelangsungan hidup

yang tidak berbeda nyata. Sehingga dapat dikatakan bahwa injeksi bakteri tidak memberikan pengaruh pada kematian ikan lele. Kematian ikan lele setelah uji tantang dimulai pada hari ke-1 setelah injeksi hingga hari ke-10 (Lampiran 11). Pengamatan tingkat kelangsungan hidup dilakukan selama 10 hari. Gejala klinis yang teramati yaitu pada hari ke-2 dan hari ke-10. Respon gejala klinis pada setiap perlakuan berbeda-beda. Perlakuan kontrol positif memperlihatkan gejala pembengkakan disertai radang, tukak dan hemoragik. Perlakuan 3% ragi bir memperlihatkan rendahnya frekuensi kejadian gejala klinis berupa tukak dan hemoragik sebesar 8,33%. Kemudian, perlakuan 6% ragi bir serta 3% bioyeast memperlihatkan gejala tukak dan hemoragik dengan frekuensi kejadian sebesar 12,50%. Berbeda dengan perlakuan kontrol positif yang mengalami kejadian gejala klinis berupa pembengkakan, tukak dan hemoragik.

Gejala klinis yang timbul pada hari ke-2 setelah injeksi (Gambar 1) merupakan tanda-tanda ikan uji terserang Aeromonas hydrophila yaitu pada bekas injeksi terjadi pembengkakan diikuti radang serta tukak dan hemoragik. Hal ini sesuai dengan Sartika (2011) yang menyatakan bahwa ikan lele yang terkena infeksi A. hydrophila menunjukkan gejala klinis berupa radang atau lesi putih, warna kulit menjadi gelap serta pembengkakan di daerah sekitar penyuntikan. Perlakuan kontrol negatif tidak menunjukkan gejala klinis namun kematian yang terjadi diakibatkan dari stres sewaktu penyuntikan dan penanganan selama pemeliharaan uji tantang. Hal tersebut ditandai dengan berkurangnya nafsu makan pada ikan setelah diinjeksi yang berlangsung selama 2-3 hari.

Selama uji tantang, semua ikan tetap diberi pakan sesuai perlakuan masing-masing. Pada hari ke-10 (Gambar 2), ikan uji mengalami penyembuhan luka. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan limbah bir yang turut membantu cepatnya proses penyembuhan pada bagian tubuh yang terinfeksi patogen

(27)

16

A. hydrophila. Brewer’s yeast merupakan sumber asam nukelat dan polisakarida

termasuk di dalamnya yaitu β -1,3 glukan yang diketahui dapat memberi efek peningkatan fungsi imunitas dan mekanisme imunologi pada beberapa spesies ikan budidaya. Webster et al. (2008) menyatakan bahwa Brewer’s yeast merupakan SCP (single cell protein) yang memiliki kandungan protein tinggi, vitamin B, pigmen dan kompleks karbohidrat. Selain itu, Brewer’s yeast mengandung 3 komponen yang berperan dalam peningkatan imunitas yaitu beta glukan, nukleotida dan zat khitin.

Merujuk pada Tabel 8, nilai tingkat kelangsungan hidup ikan lele setelah diuji tantang dengan A. hydrophila menunjukkan bahwa perlakuan 3% RB memiliki nilai sebesar 92,59 ± 6,99% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol negatif sebesar 91,67 ± 14,43%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada dosis yang tepat, tubuh ikan lele akan resisten terhadap injeksi bakteri

A. hydrophila. Li & Gatlin (2003), menyatakan bahwa 2% ragi bir yang

ditambahkan ke dalam pakan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit pada juvenil hybrid stripped bass. Lebih lanjut, kandungan glukan dalam

Brewer’s yeast memperlihatkan peningkatan aktivitas makrofag dan fagositik

untuk menstimulasi sitokinin dan produksi leukosit sehingga presentase kematian dapat menurun secara signifikan setelah dilakukan uji tantang (Secombes & Fletcher, 1992 dalam Russo dan Yanong, 2006).

Kandungan nukleotida dalam ragi bir memacu peningkatan resistensi terhadap penyakit. Penambahan glukan dan nukleotida dalam pakan yang diberikan pada ikan Red tail black Shark Epalzeorhynchos bicolor kemudian diuji tantang dengan Streptococcus iniae menunjukkan penurunan prosentase kematian berkisar 7 – 44%. Perbedaan efek imunostimulatori dari glukan dapat disebabkan oleh asal sumber, prosedur isolasi, jumlah dan panjang rantai β-1,3 dan β-1,6 serta posisi rantai cabang (Russo dan Yanong, 2006).

Namun, pada penelitian Duncan dan Klesius (1996) dalam Russo dan Yanong (2006), peningkatan respon imun non spesifik tidak diikuti dengan peningkatan tingkat kelangsungan hidup pada catfish yang diuji tantang dengan

Edwarsiella ictaluri yang diberi pakan glukan serta ikan turbot yang diuji tantang

(28)

17 Yanong (2006) sehingga disimpulkan bahwa beta glukan dan nukleotida dapat membantu meningkatkan ketahanan tubuh ikan terhadap penyakit, namun hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor genetik, kualitas nutrisi, stres, suhu perairan dan penanganan. Nayar et al. (1998) dalam Osman et al. (2010), menyatakan bahwa Brewer’s yeast yaitu Saccharomyces cerevisiae dan rantai panjang polisakarida 1,3 beta glukan

mengandung rantai glukopironosil yang diekstrak dari dinding sel ragi yang berperan dalam menstimulasi pertahanan non spesifik secara in vivo dan in vitro.

(29)

IV.

KESIMPULAN

Penambahan ragi bir hingga dosis 6% di dalam pakan tidak mempengaruhi kinerja pertumbuhan ikan lele. Namun, penggunaan ragi bir pada dosis 3% dapat menurunkan biaya produksi pakan. Biaya yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 6.670. Di dalam penelitian ini, daya tahan ikan uji setelah diinjeksi Aeromonas

hydrophila ditunjukkan oleh nilai tingkat kelangsungan hidup (SR) uji tantang

yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Namun, frekuensi kejadian gejala klinis yang terendah terlihat pada perlakuan 3% ragi bir yaitu prosentase tukak dan hemoragik sebesar 8,33%.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Astrini R. 2012. Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada benih ikan lele

Clarias sp. Yang berumur 11 hari menggunakan bawang putih dan meniran.

Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Agustina Z. 2012. Evaluasi kecernaan jagung yang diolah secara kimia dan fermentasi sebagai bahan pakan ikan nila Oreochromis sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Cahaya K. D. 2012. Penambahan cocktail enzyme pada kulit buah kakao, tongkol jagung, dan bungkil biji karet yang digunakan sebagai bahan baku pakan ikan gurame. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Edriani G. 2011. Evaluasi kualitas dan kecernaan biji karet, biji kapuk, kulit singkong, palm kernel meal, dan kopra yang difermentasi oleh

Saccharomyces cerevisiae pada pakan juvenil ikan mas Cyprinus carpio.

Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

El-Qusairi A. 2011. Evaluasi kualitas dan kecernaan kulit singkong, biji karet, kopra, biji kapuk, dan palm kernel meal difermentasi Saccharomyces

cerevisiae pada juvenil ikan nila Orochromis niloticus. Skripsi. Departemen

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ferreira, I.M.P.L.V.O., Pinho O., Vieira E. and Tavarela J.G.. 2010. Brewer’s Saccharomyces Yeast Biomass: Characteristic And Potential Applications. Trends in Food Science & Technology Volume 21: 77-84

Fitriliyani I. 2010. Peningkatan kualitas nutrisi tepung daun lamtoro dengan penambahan ekstrak enzim cairan rumen domba untuk bahan pakan ikan nila (Oreochromis sp.). Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Lashkarbolouki M., Jafaryan H. and Faramarzi M. 2011. Evaluation of resistance in acipenser percisus larvae fed with bioencapsulated daphnia magna via

saccharomyces cerevisiae product (Amax) against challenge test.

(31)

20 Li P. and Gatlin III D. M. 2003. Evaluation of brewers yeast (Saccharomyces

cerevisiae) as a feed supplement for hybrid striped bass

(Morone chrysops >< M. saxatilis). Aquaculture 219: 681–692. www.elsevier.com/locate/aqua-online [23 Februari 2012]

Li P. and Gatlin III D. M. 2008. Use of diet additives to improve nutritional value of alternative protein solubles. Di dalam: Lim C., Webster C. D. and Lee Cheng-Sheng (Eds). Alternative Protein Sources In Aquaculture Diets. The Haworth Press, Taylor & Francis Group. New York. United States of America (page 501-516)

Oliva-Teles A. dan Goncalves P. 2001. Partial replacement of fishmeal by brewers yeast (Saccaromyces cerevisae) in diets for sea bass (Dicentrarchus

labrax) juveniles. Aquaculture 202: 269–278.

Osman H.A.M., Ibrahim T.B., Soliman W.E. and Monier M. M. 2010. Influence of dietary commercial baker yeast Saccharomyces cerevisiae on growth performance, survival and immunostimulation of Oreochromis niloticus challenged with Aeromonas hydrophila. Natural and Science Volume 8 No.3: 96-103

Ozório, R. O. A., Portz L., Borghesi R. and Cyrino J.E.P. 2012. Effects of dietary yeast (Saccharomyces cerevisiae) supplementation in practical diets of tilapia (Oreochromis niloticus). Animals 2: 16-24 www.mdpi.com/journal/animals [13 Februari 2012]

Russo R. and Yanong R.P.E. 2006. Dietary beta-glucans and nucleotides enhance resistance of red-tail black shark (Epalzeorhynchos bicolor, fam Cyprinidae) to Streptococcus iniae infection. Journal Of The World Aquaculture Society Volume 37 No. 3

Rumsey G.L., Kinsella J.E., Shetty K.J. and Hughes S.G. 1991. Effect of high dietary concentrations of brewer’s dried yeast on growth performance and liver uricase in rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Animal Feed Science and Technology Volume 33: 177-183

Rosita M. 2011. Jumat, 30 Desember 2011. Konsumsi minuman beralkohol. http://industri.kontan.co.id/news/tahun-berganti-konsumsi-bir-meningkat-15 [10 Februari 2012]

Sakai M., Taniguchi K., Mamoto K., Ogawa H. and Tabata M. 2001. Immunostimulant effects of nucleotide isolated from yeast RNA on carp,

(32)

21 Sartika Y. 2011. Efektivitas fitofarmaka dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Wahjuningrum D., Tarono dan Angka S. L. 2007. Efektifitas rebusan campuran sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness), daun jambu biji (Psidium guajava L.) dan daun sirih (Piper betle L.) untuk pencegahan penyakit MAS (Motil Aeromonad Septicaemia) pada ikan lele dumbo (Clarias sp.). Jurnal Akuakultur Indonesia Volume 6 (2): 127–133

Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Department Of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA.

Webster C. D., Thompson K. R., Metts L. S. and Muzinic L. A. 2008. Use of distillers grains with solubles and brewery by-products in fish and crustacean diets. Di dalam: Lim C., Webster C. D. and Lee Cheng-Sheng (Eds). Alternative Protein Sources In Aquaculture Diets. The Haworth Press, Taylor & Francis Group. New York. United States of America (page 475-491)

Yoshida T., Kruger R., and Inglis V. 1995. Augmentation of non-specific protection in African catfish, Clarias gariepinus (Burchell), by the long-term oral administration of immunostimulants. Journal of fish diseases 18: 195-198.

Zerai D. B., Fitzsimmons C. dan Duff. 2008. Evaluation of brewer’s waste as partial replacement of fish meal protein in nile tilapia, Oreochromis

niloticus diets. Journal of The World Aquaculture Society

(33)

22

LAMPIRAN

(34)

23

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat ragi bir

Proksimat Kandungan (%)

Kadar Abu 5,89

Protein 56,37

Serat Kasar 0,44

BETN 36,23

Keterangan: Analisis Lab. Nutrisi Lantai 3, BDP IPB Analisis dalam 94,51% bobot kering

Lampiran 2. Perhitungan parameter penelitian 1. Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan.

JKP = pakan yang diberikan (g) – sisa pakan yang tidak termakan (g)

2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Pengukuran LPH ikan uji dihitung menggunakan persamaan berikut:

LPH =      1 t Wo Wt % 100  Keterangan:

Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g) Wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g) t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

3. Efisiensi Pakan (EP)

Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

EP = {[(Wt + D) – Wo] / F} x 100% Keterangan :

EP = Efisiensi pakan (%)

F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g) Wo = Rata-rata bobot awal pemeliharaan (g)

(35)

24

4. Tingkat Kelangsungan Hidup atau Survival Rate (SR)

Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:

SR = [Nt / No] x 100% Keterangan :

SR = Survival Rate (%)

Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)

5. Biaya Produksi Pakan (Cost Feed)

Nilai biaya pakan dihitung berdasarkan data efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan pertumbuhan ikan uji dan estimasi harga pakan di pasaran.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Cf = biaya produksi pakan (biaya pakan dalam rupiah/kg) EP = efisiensi pakan (%)

Harga pakan diasumsikan Rp 7.667 yang diperoleh dari Rp. 233.000 @ 30 kg (harga pakan Comfeed)

(36)

25

Lampiran 3. Prosedur analisis proksimat pakan perlakuan 1. Kadar Air

Menurut Watanabe (1988), analisis kadar air diawali dengan cawan dioven pada suhu 100°C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang (X1). Sebanyak 2-3 g sampel ditimbang sebagai bobot A. Cawan dan sampel dipanaskan kembali dalam oven pada suhu 110°C selama 4 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Pada akhirnya bobot cawan dan sampel ditimbang (X2).

2. Kadar Abu

Menurut Watanabe (1988), cawan dipanaskan dalam oven bersuhu 100°C selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Bobot cawan ditimbang sebagai X1. Setelah itu, bahan dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang 2-3 g sebagai bobot A. Cawan yang berisi bahan kemudian dipanaskan dalam tanur pada suhu 600°C dan didiamkan semalam hingga menjadi abu. Cawan lalu didinginkan dalam desikator selama 30-60 menit, ditimbang sebagai X2 dan dicatat bobot abunya.

3. Kadar Protein

Menurut Watanabe (1988), tahap oksidasi diawali dengan sampel ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl yang ditambahkan katalis (K2SO4 + CuSO4.5H2O) sebanyak 3 g dan 10 ml H2SO4 pekat. Labu disimpan dalam rak digestion dan dipanaskan selama 3-4 jam hingga larutan berwarna hijau bening. Labu didinginkan kemudian diencerkan hingga volumenya 100 ml, dan didestilasi. Pada tahap destilasi, beberapa tetes H2SO4 dimasukkan ke dalam labu yang telah diisi dengan akuades sampai setengahnya.

Erlenmeyer yang berisi 10 ml H2SO4 dan 2 tetes larutan indikator disimpan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan. Kemudian sebanyak 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi dan melalui corong tersebut dimasukkan NaOH 10 ml lalu ditutup. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit setelah terjadi pengembunan pada kondensor. Labu Erlenmeyer diturunkan hingga kondensor berada di leher labu, di atas permukaan larutan. Kondensor dibilas dengan akuades selama 1-2 menit. Pada tahap titrasi, larutan hasil destilasi dititrasi dengan NaOH 0,05 N hingga berubah warna, dan volume titran dicatat.

(37)

26

4. Kadar Lemak

Dalam Watanabe (1988), terlebih dahulu labu dipanaskan di dalam oven pada suhu 110°C selama 1 jam, dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu bobot labu ditimbang (X1). Sampel ditimbang sebanyak 3-5 g dan dimasukkan ke dalam selongsong lalu diekstraksi dalam soxhlet yang ditambahkan N-Hexan. Selama 3-4 jam dipanaskan dengan water bath hingga larutan berwarna bening. Sisa N-Hexan dalam labu diuapkan kemudian labu dimasukkan ke dalam oven selama 15-30 menit, didinginkan dan ditimbang (X2).

5. Serat Kasar

Kertas saring dioven, didinginkan, dan ditimbang (X1). Setelah itu, corong Buchner dipasang dan dihubungkan pada vacuum pump. Sampel ditimbang 0,5 g sebagai bobot A lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan diberikan H2SO4 pada sebanyak 50 ml, lalu sampel dipanaskan kembali selama 30 menit. Sampel ditambahkan 25 ml NaOH dan dipanaskan 30 menit. Larutan dan bahan tersebut kemudian disaring pada corong Buchner dan dibilas secara berturut-turut dengan air panas, H2SO4, air panas, dan aseton. Cawan porselen dan kertas saring dipanaskan selama 1 jam kemudian didinginkan dan ditimbang (X2). Cawan dipanaskan di dalam tanur hingga berwarna putih atau menjadi abu (4 jam), dioven kembali selama 15 menit, didinginkan dan ditimbang sebagai X3 (Watanabe, 1988).

6. Penghitungan kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen)

(38)

27

Lampiran 4. Hasil uji LD50 (penentuan kepadatan bakteri)

Pengenceran Jumlah ikan (ekor) Jumlah kematian (ekor) % Kematian 108 10 10 100 107 10 9 90 106 10 6 60 105 10 7 70

Log negatif LD50 = Log negatif >50% + selang proporsi

= log -106 + 0,1 = - 6 + 0,1 = - 5,9

LD50 = 10(-5,9) = 106 CFU/ml

Keterangan: nilai LD50 sebesar 106 berarti bahwa bakteri Aeromonas hydrophila pada kepadatan 106 cfu/ml dapat menyebabkan populasi ikan lele mati sebanyak 50% dalam waktu 7 hari.

(39)

28

Lampiran 5. Perhitungan parameter uji tantang

1. Tingkat Kelangsungan Hidup atau Survival Rate (SR) Uji Tantang

Kelangsungan hidup ikan setelah infeksi bakteri diketahui dari persamaan sebagai berikut:

SR = [Nt / No] × 100% Keterangan :

SR = Survival Rate (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir uji tantang (ekor) No = Jumlah ikan pada awal uji tantang (ekor)

2. Prosentase Kejadian Gejala Klinis pada Uji Tantang

Prosentase kejadian gejala klinis yang terjadi selama 10 hari pemeliharaan uji tantang diketahui dari persamaan sebagai berikut:

Gejala klinis = [G / Gt] × 100% Keterangan :

SR = Prosentase kejadian gejala klinis (%)

G = Jumlah ikan yang mengalami gejala klinis pada setiap akuarium (ekor) Gt = Jumlah total ikan per perlakuan (ekor)

 Jumlah akuarium: 15 buah

 Jumlah total ikan per perlakuan: 24 ekor

(40)

29

Lampiran 6. Biomassa awal dan akhir selama 40 hari pemeliharaan 1. Biomassa awal ikan uji (g)

Ulangan Pakan Perlakuan A Kontrol B 3% RB C 6% RB D 3% BY 1 97,95 111,00 113,85 112,05 2 113,25 101,10 109,20 112,05 3 115,73 116,55 113,10 113,10 Rataan 108,98 109,55 112,05 112,40 Deviasi 9,63 7,83 2,50 0,61

ANOVA biomassa awal ikan uji H-0

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 26.932 3 8.977 .225 .877

Within Groups 319.525 8 39.941

Total 346.457 11

2. Biomassa akhir ikan uji H-40 (g) Ulangan Pakan Perlakuan A Kontrol B 3% RB C 6% RB D 3% BY 1 303,13 207,10 283,14 198,09 2 232,49 282,60 245,85 321,15 3 367,64 297,84 231,99 209,66 Rataan 303,08 262,51 253,66 242,97 Deviasi 67,78 48,59 26,45 67,96

ANOVA biomassa akhir ikan uji H-40

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 26.932 3 8.977 .225 .877

Within Groups 319.525 8 39.941

(41)

30

Lampiran 7. Laju pertumbuhan harian selama 40 hari pemeliharaan (%)

Ulangan Pakan Perlakuan A Kontrol B 3% RB C 6% RB D 3% BY 1 3,19 2,61 2,67 2,74 2 2,58 3,18 2,84 2,67 3 3,11 2,95 2,60 2,35 Rataan 2,96 2,91 2,71 2,58 Deviasi 0,33 0,29 0,12 0,21

ANOVA laju pertumbuhan harian selama 40 hari pemeliharaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .279 3 .093 1.484 .291

Within Groups .501 8 .063

Total .780 11

Lampiran 8. Jumlah konsumsi pakan selama 40 hari pemeliharaan (g)

Ulangan Pakan Perlakuan A Kontrol B 3% RB C 6% RB D 3% BY 1 287,57 252,88 279,70 291,12 2 266,11 254,78 297,66 270,90 3 285,72 272,29 233,02 257,64 Rataan 279,80 259,98 270,13 273,22 Deviasi 11,89 10,70 33,37 16,86

ANOVA jumlah konsumsi pakan selama 40 hari pemeliharaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 612.926 3 204.309 .494 .696

Within Groups 3306.988 8 413.374

Total 3919.915 11

(42)

31

Lampiran 9. Efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan (%)

Ulangan Pakan Perlakuan A Kontrol B 3% RB C 6% RB D 3% BY 1 91,75 116,02 84,32 100,68 2 105,09 111,92 108,16 77,19 3 110,51 117,62 124,83 92,93 Rataan 102,45 115,19 105,77 90,27 Deviasi 9,66 2,94 20,36 11,97

ANOVA efisiensi pakan selama 40 hari pemeliharaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 954.247 3 318.082 1.934 .203

Within Groups 1315.616 8 164.452

Total 2269.863 11

Lampiran 10. Tingkat kelangsungan hidup selama 40 hari pemeliharaan (%)

Ulangan Pakan Perlakuan A Kontrol B 3% RB C 6% RB D 3% BY 1 90,00 66,67 86,67 60,00 2 76,67 80,00 73,33 93,33 3 96,67 80,00 73,33 73,33 Rataan 87,78 75,56 77,78 75,56 Deviasi 10,18 7,70 7,70 16,78

ANOVA tingkat kelangsungan hidup selama 40 hari pemeliharaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 306.630 3 102.210 .812 .522

Within Groups 1007.348 8 125.919

(43)

32

Lampiran 11. Hasil uji tantang - 1 Desember 2012

Hari OK- OK+ 3RB 6RB 3BY

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

Total mati (ekor) 0 0 3 0 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 Total hidup (ekor) 8 8 5 8 4 7 7 7 8 7 7 7 7 7 7 SR Uji tantang (%) 100,00 100,00 62,50 100,00 50,00 87,50 87,50 87,50 100,00 87,50 87,50 87,50 87,50 87,50 87,50 SR Perlakuan (%) 87,50 79,17 91,67 87,50 87,50

Keterangan: *1 akuarium = 8 ekor ikan

OK- = kontrol negatif (tanpa penambahan ragi bir + diinjeksi dengan PBS)

OK+ = kontrol positif (tanpa penambahan ragi bir + diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophilla) 3 RB = penambahan 3% ragi bir pada pakan, diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophilla

6 RB = penambahan 6% ragi bir pada pakan, diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophilla 3 BY = penambahan 3% bioyeast pada pakan, diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophilla

(44)

33

Lampiran 12. Ttingkat kelangsungan hidup dari uji tantang (%) Ulangan Perlakuan Uji Tantang

OK- OK+ 3% RB 6% RB 3% BY 1 100,00 100,00 87,50 87,50 87,50 2 100,00 50,00 87,50 87,50 87,50 3 62,50 87,50 100,00 87,50 87,50 Rataan 87,50 79,17 91,67 87,50 87,50 Deviasi 21,65 26,02 7,22 0 0

ANOVA tingkat kelangsungan hidup dari uji tantang

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 250.000 4 62.500 .261 .896

Within Groups 2395.833 10 239.583

Gambar

Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan perlakuan (%)
Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (%)
Gambar  1.  Gejala  klinis  yang  teramati  pada  saat  uji  tantang  hari  ke-2:
Gambar  2.  Gejala  klinis  yang  teramati  pada  hari  ke-10  pengamatan  uji  tantang:

Referensi

Dokumen terkait

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,

Selanjutnya jika seseorang bertaubat dari dosa yang tidak punya kemampuan untuk melakukannya pada saat itu, maka ia harus tetap bertaubat, karena melalui taubat

Pokja ULP UPTP Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja – Bekasi pada Kementerian Ketenagakerjaan RI akan melaksanakan e-Lelang Sederhana dengan pascakualifikasi (sistem gugur)

Model produktivitas yang diperoleh dari regresi dikalikan luas area tanam dan pola tanam yang berdasarkan pola indeks vegetasi dari data penginderaan jauh dalam satu tahun

Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa secara simultan (uji F) model regresi cocok untuk mengetahui pengaruh

Pada 6 bulan terakhir dari bulan Januari – Juni 2009 telah terjadi perubahan secara menurun dari jumlah pelanggan yang datang di klinik kecantikan LBC dari 258 orang (11,1%)

terbentuknya struktur usaha yang jelas. Hipotesis 5: faktor kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap potensi perkembangan klaster batik Lasem. Hipotesis 5 ditunjukkan oleh

Kredit berrmasalah adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan mengenai