• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH NILAI PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN MELALUI KEPUASAN PELANGGAN LONDON BEAUTY CENTRE DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH NILAI PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN MELALUI KEPUASAN PELANGGAN LONDON BEAUTY CENTRE DI SURABAYA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

LONDON BEAUTY CENTRE DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan oleh :

NURAINI

0212010217/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

i

Dengan memohon puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH NILAI PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN MELALUI KEPUASAN PELANGGAN LONDON BEAUTY CENTRE DI SURABAYA” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spiritual maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MT, selaku rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS selaku ketua Program Studi Manajemen dan Dosen Pembimbing Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberi saran, nasihat serta bantuan bimbingan skripsi dapat selesai dengan baik.

(3)

ii

langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Saya ucapkan banyak terima kasih.

Semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Maret 2010

(4)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Tinjauan Pelayanan atau Jasa ... 11

2.2.1.1. Definisi Pelayanan atau Jasa ... 11

2.2.2. Karakteristik Jasa ... 12

2.2.3. Faktor-faktor Yang Menjadi Kunci Sukses Jasa ... 13

2.2.4. Pengertian Kualitas ... 14

(5)

iv

2.2.7. Loyalitas Pelanggan ... 20

2.2.8. Indikator-indikator Yang Membentuk Loyalitas ... 22

2.2.9. Nilai Pelanggan ... 23

2.2.10.Indikator-indikator Yang Membentuk Nilai Pelanggan ... 23

2.2.11.Pengaruh Nilai Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan ... 24

2.2.12.Pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan ... 24

2.2.13.Pengaruh Nilai Pelanggan terhadap Kepuasan Pelanggan ... 25

2.3. Kerangka Konseptual ... 25

2.4. Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 30

3.2.1. Populasi ... 30

3.2.2. Sampel ... 30

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.3.1. Jenis Data ... 31

3.3.2. Sumber Data ... 32

(6)

v

3.4.1. Teknik Analisis ... 33

3.4.2. Uji Hipotesis ... 34

3.4.2.1. Asumsi Model SEM (Structural Equation Modeling) ... 34

3.4.2.1.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 36

3.4.2.1.2. Pengujian dengan one step – approach ... 36

3.4.2.1.3. Pengujian dengan two step approach ... 37

3.4.2.2. Evaluasi Model ... 38

3.5. Uji hipotesis ... 40

3.5.1. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit ... 40

3.5.1.1. Chi – square Statistik ... 40

3.5.1.2. RMSEA (Root Mean Square Error of Approxiniation) ... 40

3.5.1.3. GFI (Goodness of Fit Index) ... 41

3.5.1.4. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index) ... 41

3.5.1.5. CMIN / DF (Minimum Sample Discrepancy Function / Degrees of Freedom) ... 41

3.5.1.6. TLI (Tucker Lewis Index)... 42

(7)

vi

4.1.

Deskriptif Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden ... 43

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.2.1. Deskripsi Variabel Nilai Pelanggan (X) ... 46

4.2.2. Deskripsi Variabel Loyalitas Pelanggan (Y) ... 48

4.2.3. Deskripsi Variabel Kepuasan Pelanggan (Z) ... 50

4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 52

4.3.1. Evaluasi Outlier ... 52

4.3.2. Evaluasi Reliabilitas ... 54

4.3.3. Evaluasi Validitas ... 56

4.3.4. Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted ... 57

4.3.5. Evaluasi Normalitas ... 58

4.3.6. Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 59

4.3.7. Structural Equation Modeling (SEM) dan Pengujian Hipotesis ... 60

4.3.7.1. Evaluasi Model One-Step Approach to SEM ... 60

4.3.8. Uji Kausalitas ... 62

(8)

vii

4.4.1. Nilai Pelanggan Tidak Berpengaruh (Tidak Signifikan)

Terhadap Loyalitas Pelanggan ... 65

4.4.2. Nilai Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggan Berpengaruh Positif Terhadap Loyalitas Pelanggan ... 65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2.

Saran ... 66
(9)

viii

Tabel 1.1. Data Pelanggan Klinik Kecantikan LBC Surabaya Periode

Januari – Juni 2009 ... 3

Tabel 1.2. Jumlah Komplain Pelanggan Klinik Kecantikan LBC Surabaya Periode Januari – Juni 2009 ... 4

Tabel 3.1. Kriteria Goodness Of Fit Indices ... 39

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 43

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 44

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 45

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 45

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Nilai Pelanggan ... 46

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Loyalitas Pelanggan ... 48

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kepuasan Pelanggan ... 50

Tabel 4.8. Uji Outlier Multivariate ... 53

Tabel 4.9. Reliabilitas Data ... 55

Tabel 4.10. Validitas Data ... 56

Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 57

Tabel 4.12. Normalitas Data ... 58

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices ... 61

Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step ... 62

Tabel 4.15. Hasil Uji Kausalitas ... 63

(10)

ix

(11)

x Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden Lampiran 3 Hasil Pengujian Normalitas

Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlier Multivariate Lampiran 5 Hasil Pengujian Validitas

Lampiran 6 Hasil Pengujian Reliabilitas

(12)

xi

PELANGGAN MELALUI KEPUASAN PELANGGAN LONDON BEAUTY CENTRE DI SURABAYA

Nuraini

ABSTRAKSI

Pada 6 bulan terakhir dari bulan Januari – Juni 2009 telah terjadi perubahan secara menurun dari jumlah pelanggan yang datang di klinik kecantikan LBC dari 258 orang (11,1%) menjadi 129 orang (5,5%). Selain itu dari perusahaan ditemukan adanya data keluhan yang disampaikan oleh pelanggan berkaitan dengan pelayanan yang diterima oleh pelanggan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : a) untuk menganalisis pengaruh nilai pelanggan terhadap loyalitas pelanggan LBC, b) untuk menganalisis pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan LBC di Surabaya, c) untuk menganalisis pengaruh nilai pelanggan terhadap kepuasan pelanggan LBC di Surabaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan klinik kecantikan LBC di Surabaya dengan kriteria umur remaja ke atas (17 tahun ke atas) dengan jenis perawatan wajah dan tubuh. Karena penelitian ini menggunakan maximum

likelihood estimation maka maksimal sampel yang dipergunakan adalah 110

responden yang merupakan pelanggan klinik kecantikan LBC di Surabaya. Adapun teknik sampel yang dipergunakan adalah purposive sampling. Purposive

sampling adalah sampel berdasarkan tujuan yaitu pelanggan yang memiliki

kriteria umur remaja ke atas (17 tahun ke atas) dengan jenis perawatan wajah dan tubuh.

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian ini antara lain adalah : a) faktor nilai pelanggan berpengaruh positif terhadap faktor kepuasan pelanggan, b) faktor nilai pelanggan tidak berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan, c) faktor kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan.

(13)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bahwa pada era reformasi ini untuk menunjang Pembangunan Nasional, kota Surabaya mempunyai peranan yang sangat penting antara lain dalam mendukung sektor ekonomi, sebagai penghasil devisa negara serta merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan dalam penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekonomi masyarakat, terutama masyarakat kalangan bawah yang merupakan mayoritas di negara kita.

Konsumsi merupakan suatu sistem yang terdiri dari suatu rangkaian barang-barang dan jasa yang digunakan setiap saat dalam berbagai periode waktu konsumsi. Secara konseptual ada tiga elemen yang terdapat dalam suatu sistem konsumsi yaitu: attribute-level evaluations, satisfaction, dan behavioral intentions. Sistem konsumsi tersebut disusun menjadi subsistem produk dan service sebagai subsistem kunci bagi konsumen. Subsistem produk dan service ini terdiri dari berbagai atribut yang digunakan oleh konsumen dalam menentukan pilihan konsumsinya.

(14)

dirasakan oleh pelanggan maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi). Semakin besar nilai maka semakin disenangilah produk atau jasa tersebut.

Produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah produk atau jasa yang dapat memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat cukup. Dalam konteks teori perilaku konsumen, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa.

Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan akan merasa tidak puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan akan merasa puas atau senang. Kepuasan yang tinggi atau kesenangan cenderung akan menyebabkan pelanggan berperilaku positif, terjadinya kelekatan emosional terhadap merek, dan juga preferensi rasional sehingga hasilnya adalah kesetiaan (loyalitas) pelanggan yang tinggi. Setiap produsen yang memasarkan produknya harus memperhatikan dimensi produk untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen, oleh sebab itu kualitas produk harus tetap terjaga agar kepuasan pelanggan dapat terbentuk, sehingga akan terwujud loyalitas pelanggan.

(15)

hanya mengacu pada dimensi nilai pelayanan Parasuraman, tetapi studi ini mencoba untuk mengembangkannya tidak hanya terhadap nilai (kualitas) pelayanan jasa tetapi juga termasuk unsur-unsur lainnya dari marketing mix jasa, yaitu unsur Harga (Price); Product (Jasa); Promosi; Orang (People), Pelayanan penjualan.

Faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dalam hal kualitas produk antara lain merek menarik, harga, fasilitas, penyediaan layanan maupun dalam memberikan pelayanan, karena dengan harga yang terjangkau serta pelayanan yang baik maka diharapkan dapat memberikan suatu kepuasan pada pelanggan dengan tercapainya kebutuhan. Keinginan sesuai dengan harapan pelanggan maka tujuan Perusahaan dalam mencapai peningkatan penjualan dapat terpenuhi.

Tabel 1.1. Berikut ini adalah data pelanggan yang datang di klinik kecantikan LBC Surabaya yang terletak di Jalan Manyar Kertoarjo No.22 Surabaya dengan data 6 bulan terakhir, mulai dari Januari – Juni 2009, adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1. Data Pelanggan Klinik Kecantikan LBC Surabaya Periode Januari – Juni 2009

PERIODE

(BULAN) JUMLAH PELANGGAN

JANUARI 258 Orang

FEBRUARI 236 Orang

MARET 191 Orang

APRIL 176 Orang

MEI 131 Orang

JUNI 129 Orang

(16)

Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 6 bulan terakhir dari bulan Januari – Juni 2009 telah terjadi perubahan secara menurun dari jumlah pelanggan yang datang di klinik kecantikan LBC dari 258 orang (11,1%) menjadi 129 orang. (5,5%) (Sumber : Data Pelanggan LBC Surabaya Tahun 2009)

Tabel 1.2, berikut ini akan disajikan data jumlah komplain pelanggan di klinik kecantikan LBC dalam 6 bulan terakhir, mulai dari bulan Januari – Juni 2009, adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2. Jumlah Komplain Pelanggan Klinik Kecantikan LBC Surabaya Periode Januari – Juni 2009

PERIODE (BULAN)

JUMLAH (ORANG)

JANUARI 47 Orang

FEBRUARI 25 Orang

MARET 33 Orang

APRIL 40 Orang

MEI 42 Orang

JUNI 51 Orang

Data Pelanggan LBC Surabaya Tahun 2009

Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa selama 6 bulan terakhir dari bulan Januari – Juni 2009 telah terjadi kecenderungan jumlah komplain pelanggan di klinik kecantikan LBC Surabaya yang semakin meningkat dari 47 orang (5,1%) menjadi 51 orang (8,9%).(Data Pelanggan LBC Surabaya Tahun 2009).

(17)

menjadi kendala pada konsumennya yaitu pelayanan yang diberikan kepada pelanggan kurang memadai dimana karyawan LBC kurang cepat melayani, sehingga pelanggan terlalu lama menunggu.

Kepuasan tidak akan pernah berhenti pada satu titik, bergerak dinamis mengikuti tingkat kualitas produk dan layanannya dengan harapan-harapan yang berkembang di benak konsumen. Harapan pembeli dipengaruhi oleh pengalaman pembelian mereka sebelumnya, kepuasan konsumen overall terhadap jasa (service) terdiri atas tiga hal penting, termasuk kepuasan terhadap : contact person, the core service and the organization ( Parasuraman, 1995:49 ).

Jika penilaian konsumen terhadap kualitas layanan tinggi (superior), behavioral intentions konsumen tersebut bersifat favorable (positif), yaitu berusaha memperkuat hubungan dengan perusahaan. Pernyataan konsumen yang mempersepsikan kualitas layanan secara inferior kemungkinan menunjukkan perilaku tertentu. Seperti, memutuskan hubungan dengan perusahaan, mengurangi belanja dengan perusahaan, dan mengkomplain. Behavioral intentions inilah yang akan memberi tanda apakah konsumen akan tetap setia (loyal) atau berpindah.

(18)

Elemen-elemen perilaku loyal pelanggan dapat diukur dalam bentuk: jumlah rupiah atau volume produk atau jasa yang dipesan (dibeli) selama periode waktu tertentu. Pelanggan yang loyal umumnya akan melanjutkan pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan pada banyak alternative merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik jasa yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. Bila banyak pelanggan dari suatu merek masuk dalam kategori ini bararti merek tersebut milik brand equity yang kuat.

Maka penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh nilai pelanggan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan London Beauty

Centre di Surabaya.

1.2. Perumusan Masalah

Setelah memperhatikan semua uraian dalam latar belakang diatas, maka dikemukakan permasalahan sebagai berikut :

1. ”Apakah faktor nilai pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan London Beauty Centre di Surabaya?”

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai pelanggan terhadap loyalitas pelanggan London Beauty Centre di Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh nilai pelanggan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan London Beauty Centre di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan yang berhubungan dengan loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan.

2. Penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat memberikan langkah-langkah dalam mengembangkan kepuasan pelanggan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.

(20)

8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan atas dasar penelitian-penelitian terdahulu, dengan

permasalahan yang sedikit berbeda dari penelitian sebelumnya.

Adapun penelitian-penelitian terdahulu tersebut antara lain penelitian yang

telah dilakukan oleh :

Menurut Palilati A. “Pengaruh Nilai Pelanggan, Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan Di Sulawesi Selatan“ ( Jurnal Penelitian,2000:ix ). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh antara lain bahwa konsep tentang kualitas jasa, kepuasan pelanggan dan loyalitas jasa saling

berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara nilai pelanggan dan loyalitas

dipengaruhi pula oleh karakteristik produk dan pola pembeliannya. Jika

pembelian merupakan suatu kegiatan rutin (habit) maka kemungkinan pelanggan

akan loyal kepada merek/perusahaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa : Nilai

dari kinerja atribut jasa tabungan yang diterima oleh nasabah berpengaruh secara

signifikan dan positif terhadap tingkat kepuasan adequate dan tingkat kepuasan

desired. Tingkat kepuasan adequate dan tingkat kepuasan desired berpengaruh

signifikan dan negative terhadap loyalitas nasabah. Ditemukan juga adanya

hubungan langsung yang signifikan dan positif antara nilai dengan loyalitas

nasabah. Sebagai akibat dari adanya ketidakpuasan atas kinerja atribut jasa

(21)

Faktor yang mempunyai pengaruh terbesar (dominant) terhadap tingkat kepuasan

adequate maupun kepuasan desired adalah variable profesionalisme staff dalam

melaksanakan tugasnya.

Menurut Suhartono Dwi dengan judul “Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Perilaku Konsumen Di Industri Perhotelan”(Jurnal Usahawan No. 07 Th. XXX Juli 2001). Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini difokuskan terhadap hubungan antara kepuasan konsumen terhadap perilaku

konsumen hanya di tiga jenis hotel yaitu bintang empat, tiga dan kelas melati.

Pada kenyataannya, industri perhotelan mempunyai berbagai tipe hotel dengan

karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sehingga, penelitian ini

mempunyai keterbatasan dalam hal generalisasi temuannya. Dengan kata lain.

Hasil penelitian ini sulit digeneralisasi ke dalam tipe-tipe hotel yang berbeda dari

ketiga jenis hotel di atas. Keterbatasan yang kedua, mengingat keterbatasan dana

dan waktu, adalah sampling yang digunakan. Penelitian ini menggunakan

kombinasi antara convenience dan random sampling. Sehingga data yang

dikumpulkan tidak betul-betul mewakili persepsi dari konsumen ketiga jenis hotel

yang digunakan. Sehingga sebagaimana keterbatasan yang pertama, maka hasil

temuan ini harus diartikan secara hati-hati.

(22)

pelanggan Iklan Jitu surat kabar Jawa Pos CV. Sarana Media Advertising dan

variable mana yang memberikan kontribusi terbesar pengaruhnya terhadap

loyalitas pelanggan. Dalam penelitian ini menggunakan empat variable untuk

mewakili kepuasan pelanggan yang meliputi : reliability, response to and remedy

of problems, sales experience dan convenience of acquisition. Dari hasil

perhitungan diketahui bahwa sales experience memberikan kontribusi terbesar

terhadap loyalitas pelanggan. Untuk itu CV. Sarana Media Advertising sebaiknya

lebih mengutamakan variable ini karena memberikan kontribusi terbesar terhadap

loyalitas pelanggan. Hal-hal yang perlu dilakukan sehubungan dengan hal

tersebut yaitu memberikan pengarahan kepada karyawan agar dapat melayani

pelanggan dengan lebih baik lagi. Walaupun demikian bukan berarti reliability,

response to and remedy of problems, dan convenience of acquisition diabaikan,

akan tetapi sebaiknya pihak perusahaan juga memberikan pelayanan yang cepat,

selalu tepat waktu, dan adanya respon dari karyawan apabila terjadi komplain

tentang iklan Jawa Pos.

Nuraini dengan judul “Pengaruh Nilai Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggan London Beauty Centre Di Surabaya.” Berdasarkan hasil penelitian penulis, terdapat perbedaan-perbedaan dengan hasil penelitian terdahulu, dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dengan memberikan kepuasan pelanggan terhadap suatu produk maka perusahaan

akan mendapatkan penilaian dari pelanggan sehingga loyalitas pelanggan akan

terjadi. Melalui peranan pemberian kepuasan pelanggan, maka akan dapat

(23)

Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui besarnya pengaruh

nilai pelanggan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan London

Beauty Centre di Surabaya. (2) Untuk mengetahui pengaruh loyalitas pelanggan

terhadap kepuasan pelanggan London Beauty Centre di Surabaya.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Tinjauan Pelayanan atau Jasa 2.2.1.1 Definisi Pelayanan atau Jasa

Kata jasa mempunyai arti yang sangat luas dari mulai pelayanan personal

sampai sebagai suatu produk, arti jasa identik dengan Pelayanan. Karena dalam

kenyataannya memang sulit untuk memberikan batasan yang jelas antara layanan

jasa tersebut. Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan

oleh satu pihak ke pihak lain yang dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun produksinya dapat dikaitkan atau tidak dapat

dikaitkan pada produk fisik ( Kotler,1994:83 ).

Definisi lain dari jasa adalah sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang

dapat ditawarkan oleh suatu pihak. Pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun produksi jasa mungkin berkaitan produk fisik

atau tidak ( Rambat,2001:5 ). Terlihat bahwa didalam jasa selalu ada hubungan

interaksi antara pihak pelanggan dan pemberi jasa. Jasa bukan merupakan barang

(24)

2.2.2 Karakteristik Jasa

Menurut Kotler ( 1997:64 ) jasa memiliki empat karakteristik terutama

sangat mempengaruhi rancangan pemasaran yaitu :

1. Tidak Berwujud

Jasa ini tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,

didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Seseorang yang pergi ke tempat

pencucian kendaraan tidak dapat melihat hasilnya sebelum membeli jasa

tersebut. Pembeli kan mencari tanda atau bukti dari kualitas jasa dari orang,

tempat, peralatan, alat komunikasi, dan harga yang dilihat.

2. Tidak Terpisahkan

Pada dasarnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan tidak seperti

barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan distribusi lewat

berbagai penjual dan kemudian baru dikonsumsi.

3. Bervariasi

Jasa ini bergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana saja

itu dilakukan, perusahaan jasa dapat mengambil dua langkah dari pengendalian

kualitas langkah tersebut adalah :

a. Investasi dalam seleksi dan pelatihan karyawan yang baik.

b. Menstandarisasikan proses pelaksanaan jasa di seluruh organisasi.

4. Mudah Lenyap

Jasa tidak dapat disimpulkan mudah lenyap dan jasa tidak menjadi masalah

(25)

melakukan jasa tersebut. Dan jika permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa

memiliki masalah yang rumit.

2.2.3 Faktor-faktor Yang Menjadi Kunci Sukses Jasa

Menurut Rambat ( 2001:7 ) mengemukakan 5 langkah yang dapat

dilakukan untuk meraih sukses didunia jasa yaitu :

1. Renewing the service offering ( mempengaruhi jasa yang ditawarkan ). Satu hal

yang penting adalah adaptasi (adapt) dan memperbaruhi (renew) jasa yang

ditawarkan, daripada melakukan rancangan “paket” yang sangat sempurna

pada peluncuran pertama. Hal ini didasarkan pada teori ekonomi sektor jasa

yaitu: pergeseran pada kurva kebutuhan konsumen, dan dari kebutuhan untuk

melakukan ekspansi jasa menjadi multiple segment.

2. Localizing the point of service system ( Melokalisasi Sistem Point of Service ).

Availability is crucial, artinya adalah penggunaan jasa ini menjadi suatu hal

yang penting karena jasa tidak bisa disimpan sehingga penggunaannya

sebaiknya digunakan sesegera mungkin pada saat dibutuhkan. Namun jika kita

mendapatkan jasa tersebut dikemudian hari mungkin momentnya telah hilang.

Lebih jauh lagi pihak produsen harus selalu meningkatkan kemampuannya

dalam menyediakan jasa yang dimilikinya sehingga konsumen memiliki

berbagai pilihan-pilihan terutama juga pilihan lokasi penyediaan jasa tersebut

agar memudahkan konsumen untuk mendapatkannya dan juga sebagai

peningkat kualitas jasa tersebut.

3. Leveraging the service “contract” (Menyelenggarakan kontrak layanan

(26)

dengan berbagai fasilitas dan kemudahan- kemudahan tertentu, sehingga

perusahaan pun dapat menikmati keuntungan lain seperti produk jasa menjadi

terdiferensiasi dan juga membangun loyalitas konsumen sehingga menjadi

keunggulan tersendiri agar konsumen tidak berpaling pada produk lain atau

perusahaan jasa lainnya. Cara ini berguna mengurangi (menghambat) tingkat

perpindahan konsumen kepada pesaing.

4. Using Information Power Strategically ( Menggunakan Kekuatan Informasi ).

Seperti yang kita ketahui bahwa bisnis jasa adalah suatu bisnis yang sangat

sensitif terhadap kemajuan informasi dan teknologi karena dalam operasi bisnis

jasa data-data mengenai konsumen, transaksi, dan karyawan-karyawan adalah

alat yang essensial karena semuanya itu dapat membedakan jasa tersebut

dengan pesaing, juga dapat meningkatkan kualitas jasa dan pelayanan jasa itu

sendiri.

5. Determining the startegy value of a service ( Menentukan nilai strategi jasa

pada konsumen ) Nilai strategi adalah sebuah fungsi dari desain strategi bisnis

dan penilaian terhadap metologi sehingga dapat menerangkan isu-isu tersebut

diatas.

2.2.4 Pengertian Kualitas

Di dalam suatu pelayanan, kualitas dan kepuasan konsumen sangatlah

penting apabila didalam suatu perusahaan yang berorientasi khususnya pada

pelayanan. Para ahli menyatakan tentang kualitas : Kotler ( 1997:49 ) Kualitas

(27)

berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau

tersirat, ini jelas merupakan definisi kualitas yang berpusat pada pelanggan. Kita

dapat mengatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila

produknya atau pelayanan penjual memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Sedangkan menurut Direktur GE John K Welch yang dikutip oleh Kotler (

1997:48 ) Kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas kesetiaan pelanggan,

pertahanan terkuat kita dalam menghadapi pesaing, satu-satunya jalan menuju

pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.

2.2.5 Kualitas Jasa

Jasa secara umum diartikan sebagai : “any act or performance that one

party can offer to another that is essentially intangible, and doesn't result in the

ownership of anything” yaitu suatu tindakan atau pencapaian yang satu pihak

dapat menawarkan ke lain sangat utama tak terukur dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apapun (Kotler, 1998:467).

Menurut Zeitaml, Parasuraman and Berry ( 1995:44 ) Kualitas layanan

adalah persepsi konsumen terhadap keunggulan suatu layanan. Pada dasarnya

hanya konsumen terhadap keunggulan layanan suatu badan usaha berkualitas atau

tidak. Kualitas layanan harus berorientasi pada konsumennya karena penilaian

baik buruknya kualitas layanan yang diberikan badan usaha ditentukan oleh

persepsi penggunanya ( Murdick, Render and Russel,1995:419 ). Kualitas layanan

merupakan tingkatan dimana sekumpulan dimensi dari layanan tersebut secara

(28)

dituntut untuk dapat memberikan kualitas layanan yang sebaik- baiknya untuk

membedakan dengan badan usaha yang lainnya. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Kotler ( 1997:476 ) bahwa salah satu cara untuk membedakan kualitas

layanan yang tinggi dari pesaingnya secara terus-menerus. Dapat disimpulkan

bahwa jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas dan bukan benda yang dapat

ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat

intangible ( tidak berwujud fisik ), konsumen terlibat secara aktif dalam proses

produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu ( Farida Jasfar, 2005:17 ).

2.2.6 Kepuasan Pelanggan

Penilaian terhadap kepuasan pelanggan semakin besar sehingga banyak

pihak yang menaruh perhatian terhadap hal tersebut. Pemantauan dan pengukuran

terhadap kepuasan konsumen telah menjadi hal yang sangat penting bagi setiap

badan usaha. Hal ini dikarenakan langkah tersebut dapat memberikan umpan balik

dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi

peningkatan kepuasan. Kepuasan pelanggan disebut sebagai salah satu strategi

untuk memenangkan persaingan. Secara tradisional falsafah marketing merupakan

pencapaian kepuasan konsumen merupakan kemenangan jangka panjang. Setiap

individu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan

hidupnya. Produk / jasa dibuat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan dan

diinginkan konsumen. Kalau hal itu sudah tercapai, berarti kepuasan konsumen

sudah terjadi dan diharapkan perusahaan akan mampu untuk menghasilkan jasa

(29)

Kepuasan merupakan perasaan seorang yang timbul dari perbedaan antara

kinerja (hasil) yang diterima konsumen dengan harapannya. Jika kinerjanya lebih

rendah dari harapannya maka konsumen kecewa. Tetapi apabila kinerja sama

dengan harapannya maka konsumen puas. Dan apabila kinerjanya melebihi

harapannya maka konsumen akan sangat puas ( Kotler, 1997:36 ). Definisi

kepuasan sendiri adalah sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang

muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja suatu

produk dan harapan-harapannya ( Kotler, 2000:42 ).

Kepuasan pelanggan itu adalah keseluruhan sikap konsumen setelah

memperoleh dan menggunakan barang atau layanan. Kepuasan baru bisa

dirasakan setelah perusahaan melakukan pembelian dan menikmati layanan yang

diberikan. Kepuasan konsumen dapat dilihat setelah terjadi pembelian ulang dan

pembelian yang direkomendasikan lama ( Mowen,1995:511 ). Sedangkan

menurut Day (dalam Fandy Tjiptono) menyatakan bahwa kepuasan atau

ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidakpuasan (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau

norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

memakainya.

Kotler ( 2000:39-52 ) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia

rasakan dibandingkan dengan harapannya. Selanjutnya konsumen yang puas dapat

mengembangkan badan usaha tetapi konsumen yang tidak puas dapat

(30)

memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Timbulnya rasa puas diri dari

konsumen tersebut kemudian akan mempengaruhi sikap konsumen. Selanjutnya,

sikap yang dihasilkan ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen

yang bersangkutan dalam pembelian ulang dan akan mempengaruhi calon

konsumen lain.

Atribut yang membentuk kepuasan pelanggan menurut Cravens (1996:9) adalah :

1. Citra

Para eksekutif mengakui bahwa citra atau merek Perusahaan yang baik

merupakan keunggulan bersaing yang mempengaruhi tingkat kepuasan

pelanggan dari sudut positif. Perusahaan-perusahaan menghabiskan jutaan

dolar untuk mempromosikan citra produk yang baik kepada para pembeli yang

sudah ada dan potensial. Terbentuknya citra merek ( Brand Image ) dan nilai

merek ( Brand Utility ) adalah pada saat konsumen memperoleh pengalaman

yang menyenangkan dengan produk. Walaupun tidak terlihat sebagai harta

dalam laporan keuangan Perusahaan, nilai yang terbentuk dari merek atau

nama tersebut merupakan aktiva utama Perusahaan, seperti merek-merek

tertentu, contoh alat dapur Rubbermaid dan pemasok foto Kodak.

2. Hubungan Harga – Nilai

Pembeli menginginkan nilai yang ditawarkan merek sesuai dengan harga

yang diberikan, oleh karenanya terdapat hubungan yang menguntungkan antara

harga dan nilai. Salah satu tujuan Perusahaan mobil mewah Toyota Fortuner

dan Nissan X-Trail adalah meyakinkan pembeli bahwa mobil-mobil tersebut

memberikan nilai yang sebanding dengan BMW dan Mercedes Benz, namun

(31)

atas dasar harga rendah di antara merek-merek dimana para pembeli sudah

menetapkan nilai yang seimbang.

3. Perfoma Produk / Jasa

Performa dan keunggulan produk / jasa sangatlah penting dalam

mempengaruhi kepuasan pelanggan. Keberhasilan produsen mobil Jepang

dalam menguasai pasar dihasilkan oleh mutu produk yang tinggi. Jelaslah,

mutu produk merupakan keunggulan bersaing yang utama.

4. Kinerja Karyawan

Kinerja produk tergantung pada bagaimana setiap bagian dari organisasi

bekerjasama dalam proses pemenuhan kepuasan pelanggan konsumen. Setiap

orang dalam organisasi mempengaruhi pelanggan, baik hal-hal yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan. Bisnis telah menemukan bahwa

kesadaran akan keinginan pelanggan dan pelatihan karyawan akan membantu

mereka memenuhi tanggungjawabnya.

5. Persaingan

Kelemahan dan kekuatan para pesaing juga mempengaruhi kepuasan

konsumen dan merupakan peluang untuk memperoleh keunggulan bersaing.

Menganalisis konsumen dan pesaing merupakan hal yang penting. Pesaing

yang spesifik menimbulkan dampak baik (atau buruk) dalam rangka memenuhi

(32)

2.2.7 Loyalitas Pelanggan

Memasuki tahap era globalisasi, orientasi perusahaan mengalami pergeseran

dari pendekatan konvensional kearah pendekatan kontemporer ( Tjiptono,2000 ),

dimana pendekatan konvensional menekankan kepuasan pelanggan, reduksi

biaya, pangsa pasar dan riset pasar. Sedangkan pendekatan kontemporer berfokus

pada loyalitas, retensi pelanggan, zerodefections dan life long customers. Tidak

ada yang salah pada pendekatan konvensional, namun apa yang dilakukan

belumlah memadai. Pendekatan konvensional itu disebut “necessary but not

sufficient” untuk bersaing dimasa datang. Oleh sebab itu loyalitas sangat

diperlukan karena pelanggan yang benar-benar loyal bukan saja sangat potensial

menjadi advertisers. Namun juga kemungkinan besar loyal pada portofolio produk

dan jasa perusahaan untuk jangka waktu yang lama. Berdasarkan Fandy Tjiptono

(2000:109) mengutip Jacoby dan Kyner, loyalitas merek memiliki sejumlah

karakteristik, antara lain :

1. Bersifat bias / non random

2. Merupakan respon behavioral ( berupa pembelian ).

3. Diekspresikan sepanjang waktu

4. Diekspresikan oleh unit pengambilan keputusan

5. Unit pengambilan keputusan mengekspresikan loyalitas merek berkenan

dengan satu atau lebih alternatif merek dalam serangkaian merek.

6. Merek merupakan fungsi dari proses-proses psikologi (pengambilan

(33)

Berdasarkan definisi tersebut ada 3 kategori pembeli setiap merek tertentu pada

waktu tertentu, yaitu :

1. Non loyal repeat purchase

2. Loyal repeat purchase

3. Opportunitis purchasers yang membeli suatu merek atas dasar faktor

situasional.

Mowen ( 1995:531 ) mendefinisikan loyalitas sebagai “degree to which a

customer nolds a positive attitude toward a brand, has a commitment to it, and

intend to continue purchasing it in the future”. Yaitu suatu derajat dimana

konsumen melakukan sikap positif terhadap suatu merek, memiliki komitmen

terhadapnya, dan diarahkan untuk kelanjutan pembeli dimasa mendatang.

Pelanggan adalah orang yang biasa membeli pada suatu perusahaan secara tetap.

Kebiasaan ini dibangun melalui pembelian dan interaksi pada tiap frekuensi

kesempatan selama suatu periode tertentu. Tanpa adanya jalinan hubungan yang

kuat dan pembelian berulang-ulang, orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai

pelanggan, tetapi hanya merupakan seorang pembeli.

Menurut Moorgan dan Hunt ( 1994:23 ) loyalitas didefinisikan sebagai

bersifat bias (non random), merupakan respon perilaku, diekspresikan dalam

waktu yang panjang, dengan beberapa pengambilan keputusan yang memandang

satu perusahaan ke perusahaan lainnya, merupakan proses dan fungsi psikologis

yang menghasilkan fungsi komitmen merek. Keputusan seorang pelanggan untuk

setia beralih ke yang lain adalah jumlah dari banyaknya pertemuan kecil dengan

(34)

pelanggan, perusahaan perlu menciptakan “pengalaman pelanggan yang diberi

merek”. Dan kunci untuk menghasilkan kesetiaan pelanggan adalah memberikan

nilai yang tinggi ( Kotler,2000:43 ).

Fullerton dan Taylor melihat loyalitas dalam hubungan antara kualitas jasa

dengan sikap (intersitas) seperti pembelian kembali (repurchase), (advocacy), dan

(price sensitivity). Penelitian tentang loyalitas dalam pemasaran jasa sering

dikaitkan dengan tingkat kepercayaan konsumen (trust) dan tingkat komitmennya.

Loyalitas bisa sebagai variabel hasil/outcome ( Moorgan dan Hunt,1994 ), bisa

juga sebagai variabel perantara/mediating variable ( Fullerton and Taylor,2000 ).

2.2.8 Indikator-indikator Yang Membentuk Loyalitas

Menurut Tjiptono (1997) terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan

untuk mengukur loyalty, antara lain :

Komitmen

Merek yang terkuat dalam brand loyalty yang tinggi, akan memiliki banyak

pelanggan yang setia. Komitmen pelanggan yang tinggi terhadap suatu merek

akan menunjukkan pelanggan semakin setia terhadap suatu merek.

Rekomendasi

Komunikasi informal yang ditujukan pada pelanggan lama tentang

kepemilikan, penggunaan atau karakteristik barang/jasa tertentu. Informasi

yang jelas dan terperinci akan dapat mempengaruhi seseorang untuk berpindah

(35)

 Pembelian Ulang

Penilaian individu tentang membeli kembali suatu produk ataupun jasa yang

dirancang oleh perusahaan, dam memasukkannya dalam perhitungan situasi

dan kondisi serupa.

2.2.9 Nilai Pelanggan

Nilai pelanggan (Customer Value) sebagai keseluruhan manfaat yang

dirasakan oleh pelanggan atas suatu produk yang dibelinya berdasarkan harapan

dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperolehnya merupakan faktor

yang membentuk kepuasan. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Caruana,

A, et.al (2000) menyebutkan bahwa nilai pelanggan (Customer Value)

mempunyai suatu dampak yang positif terhadap kepuasan pelanggan.

Menurut Tjiptono ( Tjiptono,1997:24 ) Nilai pelanggan adalah rasio dari

manfaat yang diharapkan oleh pelanggan terhadap pengorbanan pelanggan untuk

mendapatkan manfaat. Manfaat produk atau layanan diperoleh dengan

mempertimbangkan atribut-atribut produk maupun atribut-atribut layanan.

Sedangkan pengorbanan pelanggan terdiri atas biaya transaksi, biaya siklus hidup

dan resiko.

2.2.10 Indikator-indikator Yang Membentuk Nilai Pelanggan

Indikator nilai pelanggan dalam penelitian ini adalah

(Tjiptono,1997:300 ) sebagai berikut :

1. Social Value, yaitu manfaat produk/jasa yang ditujukan untuk memuaskan

keinginan seseorang dalam mendapatkan pengakuan atau kebanggan

(36)

2. Emosional Value, yaitu kesenangan dan kepuasan emosional yang

didapatkan user dari suatu produk/jasa.

3. Credit Value, yaitu situasi terbebas dari keharusan membayar secara cash

pada saat pembelian, misalnya pembayaran dengan menggunakan kartu

kredit.

Dewasa ini semakin diyakini bahwa kunci utama untuk memenangkan

persaingan dan jasa berkualitas dengan harga bersaing (Tjiptono,1997:24).

2.2.11 Pengaruh Nilai Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan

Menurut Palilati ( 2001 ) Hubungan antara nilai pelanggan dan loyalitas

dipengaruhi pula oleh karakteristik produk dan pola pembeliannya. Jika

pembelian merupakan suatu kegiatan rutin (habit) maka kemungkinan pelanggan

akan loyal kepada perusahaan. Semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh

pelanggan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi).

Dan kunci untuk menghasilkan kesetiaan pelanggan adalah memberikan nilai

yang tinggi ( Kotler,2000:43 ).

2.2.12 Pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan

Menurut M. Trisno (Jurnal Manajemen & Kewirausahaan:2004)

Hubungan Antara Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan Dalam

penelitian ini menggunakan empat variable untuk mewakili kepuasan pelanggan

yang meliputi : reliability, response to and remedy of problems, sales experience

dan convenience of acquisition. Menurut Kotler ( 2000:39-52 ) menandaskan

(37)

membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan

harapannya.

2.2.13 Pengaruh Nilai Pelanggan terhadap Kepuasan Pelanggan

Hubungan kepuasan pelanggan antara nilai pelanggan saling terkait,

dikarenakan satu sama lain dapat menciptakan kesetiaan dan kecintaan pelanggan

terhadap produk yang digunakan (Tjiptono,1997:24).Kepuasan pelanggan itu

adalah keseluruhan sikap konsumen setelah memperoleh dan menggunakan

barang atau layanan ( Kotler, 2000:42 ).

2.3 Kerangka Konseptual

Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pembeli dimana alternatif yang

dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan

ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi (Kotler,2000:39-52 ).

Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai bersifat bias (non random),

merupakan respon perilaku, diekspresikan dalam waktu yang panjang, dengan

beberapa pengambilan keputusan yang memandang satu perusahaan ke

perusahaan lainnya, merupakan proses dan fungsi psikologis yang menghasilkan

fungsi merek (Tjiptono,1997:400 ).

Nilai pelanggan adalah penilaian keseluruhan konsumen terhadap utilitas

sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang diterima dan apa yang

diberikan. Sedangkan, pengorbanan pelanggan terdiri atas biaya transaksi, biaya

(38)
[image:38.792.108.654.184.491.2]

Gambar Kerangka Konseptual

26 Social Value

X1

Emosional Value

X2

Credit Value X3

Nilai Pelanggan (X) Loyalitas Pelanggan (Y)

Komitmen

Y1

Rekomendasi

Y2

Pembelian Ulang

Y3

Kepuasan Pelanggan (Z)

Citra

Z1

Hubungan Harga-Nilai

Z2

Peforma

Z3

Kinerja Karyawan

Z4

Persaingan

(39)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu dugaan atau jawaban sementara yang perlu dibuktikan,

maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

1. Diduga bahwa nilai pelanggan dapat berpengaruh signifikan positif

terhadap loyalitas pelanggan London Beauty Centre di Surabaya.

2. Diduga bahwa nilai pelanggan dapat berpengaruh signifikan positif

terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan London Beauty

(40)

28

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variable adalah segala sesuatu yang menjadi objek

pengamatan dalam suatu penelitian yang berdasarkan sifat-sifat atau hal-hal yang

didefinisikan dan diamati. Dalam definisi operasional ini hal-hal yang perlu

didefinisikan adalah sebagai berikut :

1) Nilai Pelanggan (X) adalah Rasio dari manfaat yang diharapkan oleh pelanggan terhadap pengorbanan pelanggan untuk mendapatkan

manfaat.(Tjiptono,1997:24). Terdapat 3 indikator mengukur nilai pelanggan,

yaitu :

a) Social Value (X1), yaitu manfaat produk/jasa yang ditujukan untuk

memuaskan keinginan seseorang dalam mendapatkan pengakuan atau

kebanggaan sosial.

b) Emosional Value (X2), yaitu kesenangan dan kepuasan emosional yang

didapatkan user dari suatu produk/jasa.

c) Credit Value (X3), yaitu situasi terbebas dari keharusan membayar

secara cash pada saat pembelian, misalnya pembayaran dengan

menggunakan kartu kredit.

2) Loyalitas Pelanggan (Y) adalah Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai bersifat bias (non random), merupakan respon perilaku, diekspresikan dalam

(41)

memandang satu perusahaan ke perusahaan lainnya (Tjiptono,1997:400) di

indikatori oleh :

a) Komitmen (Y1), yaitu hasrat (desire) pelanggan yang bergabung untuk

mempertahankan keterhubungan dalam jangka panjang.

b) Rekomendasi (Y2), yaitu komunikasi informal yang ditujukan pada

pelanggan lama tentang kepemilikan, penggunaan atau karakteristik

barang/jasa tertentu.

c) Pembelian Ulang (Y3), yaitu penilaian individu tentang membeli

kembali jasa yang dirancang oleh perusahaan yang sama, dan

memasukkannya dalam perhitungan situasi dan kondisi serupa.

3) Kepuasan Pelanggan (Z) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu

produk dan harapan-harapannya. Menurut teori (Cravens,1996:06) diindikatori

oleh:

a) Citra (Z1), yaitu citra perusahaan di mata pelanggan

b) Hubungan Harga – Nilai (Z2), yaitu kesesuaian nilai produk dengan

harga yang ditawarkan.

c) Performa Produk / Jasa (Z3), yaitu manfaat dan keunggulan produk

dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan

d) Kinerja Karyawan (Z4), yaitu setiap orang dalam organisasi

mempengaruhi konsumen, baik hal-hal yang menyenangkan atau tidak

(42)

e) Persaingan (Z5), yaitu kelemahan dan kekuatan para pesaing juga

mempengaruhi kepuasan konsumen dan merupakan peluang untuk

memperoleh keunggulan bersaing.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003). Populasi

dalam penelitian ini adalah para pelanggan yang melakukan perawatan dan

membeli produk di London Beauty Centre di Surabaya. Yang berjumlah 110

orang.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono,2003). Teknik pengambilan sample yang digunakan

adalah teknik non probabality sampling tepatnya purposive sampling yaitu

pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono,2008:85). Dan

mengenai kriteria yang akan dijadikan sampel adalah :

a. Pelanggan yang telah dianggap dewasa dan mengerti tentang apa yang

dimaksudkan oleh peneliti dalam penelitian dengan batasan usia diatas 17

(43)

b. Pelanggan yang datang melakukan perawatan dan membeli produk di LBC

Surabaya lebih dari 1 kali.

Dalam penelitian ini sample diambil dari pelanggan London Beauty Centre

di Surabaya dengan jumlah indikator, yaitu 10 x 11 = 110 pelanggan.

Pedoman pengumpulan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman pengumpulan sample yang ditulis Ferdinand (2002:48).

Pedoman pengumpulan sample menurut Ferdinand (2002:48):

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum like hood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi, pedoman adalah 5 – 10

kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel

laten. Jadi jumlah sample adalah indikator dikali 5 – 10 bila terdapat 20

indikator besar sample adalah 100 – 200.

4. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.

Misalnya bila jumlah sample di atas 2500, teknik estimasi ADF (Asymtotically

Distribution Free Estimation) dapat digunakan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Untuk menganalisa data yang baik, maka diperlukan data yang valid atau

mengandung kebenaran. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu :

(44)

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli

(tidak melalui perantara) dalam hal ini adalah pelanggan yang menggunakan

produk London Beauty Centre di Surabaya.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data tentang London Beauty Centre yang meliputi

data sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan

lain sebagainya.

3.3.2.

Sumber Data

Beberapa sumber yang diperoleh oleh peneliti antara lain :

1. Para pelanggan yang menggunakan produk London Beauty Centre di Surabaya,

melalui kuesioner yang didapat dari pelanggan yang datang ke London Beauty

Centre di Surabaya.

2. Data-data yang bersumber dari London Beauty Centre di Surabaya.

3.3.3.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut :

a. Observasi

Adalah Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap obyek yang diteliti.

(45)

Adalah Mengumpulkan data atau bahan-bahan keterangan dilakukan

dengan melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak yang

bersangkutan.

c. Kuesioner

Adalah Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada pelanggan London Beauty Centre yang datang ke Klinik

Kecantikan London Beauty Centre di Surabaya.

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah SEM

(Structural Equation Model). Alasan peneliti menggunakan analisis SEM karena

teknik ini dapat menguji beberapa variabel dependen sekaligus dan beberapa

variabel independent dengan pengukuran Multi measurement. Didalam penelitian

ini SEM akan digunakan untuk mengetahui Hubungan Antar Variabel Pengaruh

Nilai Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggan yaitu

dengan menganalisis hubungan antara Nilai Pelanggan terhadap Loyalitas

Pelanggan dan untuk mengetahui pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap

Loyalitas Pelanggan, serta pengaruh Nilai Pelanggan terhadap Kepuasan

(46)

Sebuah permodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

Measurement Model atau model pengukuran yang ditujukan untuk

mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator-indikator

empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang

membentuk atau menjelaskan kausalitas antar factor (Ferdinand, 2002).

3.4.2. Uji Hipotesis

3.4.2.1. Asumsi Model SEM (Structural Equation Modeling)

Pada permodelan SEM terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam

prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis adalah sebagai

berikut :

a. Evaluasi atas Outlier

1. Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara ± 3.0 outlier

2. Multi Outlier [χ2] pada df sebesar jumlah variable bebasnya. Ketentuan :

bila Mahalanobis > dari χ2 adalah multivariate outlier.

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlibat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul

dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variable tunggal atau variable

kombinasi (Hair, 1998).

b. Evaluasi Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator

dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya

(47)

indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent

variable construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan

antara setiap observed variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji

dengan construct reliability dan variance extracted. Construct realibility dan

variance extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan

melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap

setiap butir sebagai indikatornya.

Sementara j dapat dihitung dengan formula j= 1 – [Standardize Loading]²

Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,7

dan variance extracted ≥ 0,5 (Hair et.al., 1998). Standardize Loading dapat

diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap

construct standardize regression weight terhadap setiap butir sebagai

indikatornya.

c. Evaluasi Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau data

diuji dengan metode-metode statistik

2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien

sample dengan standars errornya dan Skewness Value yang biasanya

disajikan dalam statistik deskriptif dan nilai statistik untuk menguji

(48)

nilai – Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi

data adalah tidak normal.

3) Normal Probability Plot [ SPSS 10.1 ]

4) Linieritas dengan mengamati svatterplots dari data yaitu dengan memilih

pasangan data dan melihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya

linieritas.

d. Deteksi Multicollinerity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan

apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi

multikolinieritas dan singularitas (Tabachick & Fidell, 1998).

3.4.2.1.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati daro bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau p

(Probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t table berarti signifikan.

3.4.2.1.2. Pengujian dengan one step – approach

Dalam SEM, model pengukuran dan model structural

parameter-parameternya di estimasi bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam

memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya

interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara

(49)

apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan

reliabilitas data sangat baik (Hair et.al, 1998).

3.4.2.1.3. Pengujian dengan two step approach

Two step approach to structural equation modeling (SEM) digunakan untuk

menguji model yang diajukan pada gambar. Two step approach digunakan untuk

mengatasi masalah sample data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir

instrumentasi yang digunakan (Hartline & Ferrel, 1996), dan keakuratan

reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two step approach ini.

Two step approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model

pengukuran dan model structural pada one step approach. (Hair et.al, 1998).

Yang dilakukan dalam two step approach to SEM adalah estimasi terhadap

Measurement Model dan estimasi terhadap structural model (Anderson dan

Gerbing, 1998). Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two step

Approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap construc menjadi sebuah indikator

summed – scale bagi setiap construc. Jika terdapat skala yang berbeda setiap

indikator tersebut distandarisasi [ Z-score ] dengan mean = 0, deviasi standar =

1, yang bertujuan adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang

berbeda-beda tersebut.

b. Menetapkan error ( ) dan lambda (λ) terms. Error terms dapat dihitung dengan

rumus 0,1 dikali ² dan lambda terms dengan rumus 0,95 dikali (Anderson

dan Gerbing, 1998). Perhitungan construct reliability (α) telah dijelaskan pada

(50)

program aplikasi statistic SPSS. Setelah error ( ) dan lambda (λ) terms

diketahui, skor-skor tersebut dimasukan sebagai parameter fix pada analisis

model pengukuran SEM.

3.4.2.2. Evaluasi Model

Pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk

mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model

teoritis dan data empiris (Hair et.al., 1998).

Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model

dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat

jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji

apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat

penting dalam penggunaan structural equation modeling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria

Goodness of fit, yakni Chi-square, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI,

CMIN DF. Apabila model awal kurang relevan dengan data maka model

(51)

Tabel 3.1. Kriteria Goodness Of Fit Indices

GOODNESS OF

FIT INDEX KETERANGAN CUT – OF VALUE

χ2 – Chi square Menguji apakah covariance

yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data).

Diharapkan kecil, 1 s/d 5 atau paling baik diantara 1 dan 2

Probability Uji signifikan terhadap

perbedaan matriks converiance data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,005

RMSEA Mengkompensasi kelemahan

Chi-square pada sample besar.

≤ 0,08

GFI Menghitung proporsi

tertimbang varians dalam matriks yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda)

≥ 0,09

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap

DF

≥ 0,09

CMINDF / DF Kesesuaian antara data dan

model

≤ 2,00

TLI Perbandingan antara model

yang diuji terhadap baseline model

≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang

tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model

≥ 0,94

(52)

3.5. Uji hipotesis

3.5.1. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit 3.5.1.1. Chi – square Statistik

Chi-square ini sangat bersifat sensitive terhadap besarnya sample yang

digunakan, karena itu bila jumlah sample lebih dari 200 sample, maka statistik

chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lainnya (Hair et,al. 1995:105) dan

(Tabachick & Fidell, 1996:84). Karena tujuan analisis adalah mengembangkan

dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau fit terhadap data, maka

yang dibutuhkan justru sebuah nilai (χ2) yang tidak signifikan, yang menguji

hipotesa nol bahwa matriks covarian populasi tidak sama dengan covarian sample,

oleh karena itu χ2 yang kecil dan tidak signifikanlah yang diharapkan agar

hipotesa nol sulit di tolak.

3.5.1.2. RMSEA (Root Mean Square Error of Approxiniation)

RMSEA adalah sebuah indeks yang didapat digunakan untuk

mengkompensasikan chi-square statistik dalam sample yang besar (Baumgartner

& Homberg, 1996:65). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08

merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah

close fit dari model itu berdasarkan degress of freedom (Brown & Cudeck,

(53)

3.5.1.3. GFI (Goodness of Fit Index)

Indeks kesesuaian (fit indeks) ini akan menghitung proporsi tertimbang

dari varians dalam matriks covarian sample yang dijelaskan oleh matrks covarian

populasi (Bentler, 1983:12) dan (Tanaka & Huba,1989:54). GFI yang diharapkan

adalah sebesar ≥ 0,90.

3.5.1.4. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index)

Tanaka & Huba (1989:55), menyatakan bahwa AGFI adalah analog dari

R² dalam regresi berganda. Fit Index ini dapat diadjust terhadap degress of

freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model (Arbuckle,

1997:30). Indeks ini diperoleh dengan rumus :

d

b

d

)

GFI

1

(

1

AGFI

Dimana d = Σ p, d = derajat bebas

AGFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90

3.5.1.5. CMIN / DF (Minimum Sample Discrepancy Function / Degrees of Freedom)

CMIN / DF dalam hal ini tidak lain adalah statistik chi-square dibagi

dengan derajat bebasnya sehingga disebut χ2 relative kurang dari 2.0 atau bahkan

kurang dari 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data

(54)

3.5.1.6. TLI (Tucker Lewis Index)

TLI adalah sebuah alternative incremental fit index yang membandingkan

sebuah baseline model (Baumgartner & Homburg, 1996:69). Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan ≥ 0.95. Indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

1

b

D

b

C

d

b

D

TLI

Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d adalah

derajat bebasnya. Sementara C dan d adalah diskrepansi dan derajat bebas

dari baseline model yang dijadikan pembanding.

3.5.1.7. CFI (Comparative Fit Index)

Keunggulan dari indeks ini adalah bahwa indeks ini besarannya tidak

dipengaruhi oleh ukuran sample, karena itu baik untuk mengukur tingkat

penerimaan sebuah model (Hulland et.al, 1996:35). Indeks ini diperoleh dengan

rumus sebagai berikut :

b

d

b

C

d

C

1

CFI

Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d adalah

(55)

43

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner

yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal

seperti dibawah ini.

1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari 110 responden London Beauty Centre menjawab kuesioner

yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin

[image:55.612.174.507.476.559.2]

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Pria 30 27,30%

2 Wanita 80 72,70%

110 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin wanita sebanyak

80 orang atau sebesar 72,70%, sedangkan yang berjenis kelamin pria

(56)

2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Dari 110 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan

[image:56.612.175.507.263.401.2]

dapat diketahui usia para responden yaitu pada table dibawah ini.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%)

1 SLTA 43 39,10%

2 D1 15 13,63%

3 D3 27 24,54%

4 S1 20 18,20%

5 Lain-lain 5 4,54%

Total 110 100,00%

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini berpendidikan akhir SLTA yaitu

sebanyak 43 orang atau 39,10%, sedangkan berpendidikan akhir S1

sebanyak 20 orang atau 18,20%, responden berpendidikan akhir D3

sebanyak 27 orang atau 24,54%, berpendidikan akhir D1 sebanyak 15

orang atau 13,63% dan sisanya berpendidikan lain-lain (SLTP) sebanyak

5 orang atau 4,54%.

3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 pelanggan

London Beauty Centre diperoleh gambaran responden berdasar usia

(57)
[image:57.612.175.505.132.215.2]

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Persentase (%)

1 17 – 30 th 49 44,50%

2 > 30 th 61 55,50%

Total 110 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia lebih dari 30

tahun sebanyak 61 orang atau sebesar 55,50% responden, sisa responden

berusia 17 sampai 30 tahun yaitu sebanyak 49 orang atau sebesar

44,50%.

4. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 pelanggan

London Beauty Centre diperoleh gambaran responden berdasar pekerjaan

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentse (%)

1 Pegawai Negeri 10 9,10%

2 Pegawai Swasta 49 44,54%

3 Wiraswasta 28 25,45%

4 Lain-lain 23 20,90%

Total 110 100,00%

Sumber : Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

[image:57.612.173.508.519.647.2]
(58)

sebanyak 49 orang atau 44,54%, wiraswasta sebanyak 28 orang atau

25,45%, dan sisanya berprofesi lain-lain (pelajar SLTA 9, mahasiswa 14

orang) sebanyak 23 orang atau 20,90%.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Variabel Nilai Pelanggan (X)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

responden (pelanggan London Beauty Centre) yang berjumlah 110 orang

[image:58.612.161.507.387.674.2]

diperoleh jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Nilai Pelanggan

No Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5

1

Kemampuan dalam memberikan layanan sesuai dengan apa yang dijanjikan

0 0 0 59 51 110

0% 0% 0% 53.6% 46.4% 100%

2

Kegunaan yang diperoleh dari kualitas produk LBC telah sesuai dengan harapan

0 0 0 56 54 110

0% 0% 0% 50.9% 49.1% 100%

3

Karyawan LBC memberikan pilihan dalam hal layanan

pembayaran yang cepat kepada para pelanggan

0 0 0 63 47 110

0% 0% 0% 57.3% 42.7% 100%

(59)

Berdasarkan tabel diatas diketahui sebagai berikut :

1. Indikator pertama dari social value, yaitu Kemampuan dalam

memberikan layanan sesuai dengan apa yang dijanjikan, mendapat

respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 59

responden atau 53.6%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5

dengan jumlah resonden 51 atau 46.4%. Artinya, sebagian besar

responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 51 responden atau

46.4%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 59 atau sebanyak

53.6% .

2. Indikator kedua dari emotional value, yaitu Kegunaan yang diperoleh

dari kualitas produk LBC telah sesuai dengan harapan, mendapat respon

terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 56 atau

50.9%, kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden

54 atau 49.1%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab sangat

setuju sebanyak 54 responden atau 49.1%, kemudian yang menjawab

setuju sebanyak 56 atau sebanyak 50.9%,

3. Indikator ketiga dari credit value, yaitu Karyawan LBC memberikan

pilihan dalam hal layanan pembayaran yang cepat kepada para

pelanggan, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah

responden sebanyak 63 atau 57.3%, kemudian terbanyak kedua pada skor

5 dengan jumlah responden 47 atau 42.7%. Artinya, sebagian besar

(60)

42.7%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 63 atau sebanyak

57.3%.

4.2.2. Deskripsi Variabel Loyalitas Pelanggan (Y)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

responden (pelanggan London Beauty Centre) yang berjumlah 110 orang

[image:60.612.162.508.338.609.2]

diperoleh jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Loyalitas Pelanggan

No Pertanyaan Skor Jawaban Skor

1 2 3 4 5

1

Apakah anda bersedia berkunjung kembali ke LBC dengan suatu komitmen diri sendiri atas produk yang ditawarkan

0 0 0 63 47 110

0% 0% 0% 57

Gambar

Tabel 1.1. Data Pelanggan Klinik Kecantikan LBC Surabaya Periode Januari – Juni 2009
Tabel 1.2. Jumlah Komplain Pelanggan Klinik Kecantikan LBC Surabaya Periode Januari – Juni 2009
Gambar Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Muddiest point adalah teknik pembelajaran aktif yang digunakan sebagai evaluasi pembelajaran dengan menggunakan secarik kertas untuk menuliskan pertanyaan terhadap

Desain faktorial dapat digunakan sebagai desain percobaan dalam menentukan nilai efek dari komposisi ozokerite dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik

Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan metode Regresi Logistik Biner dan Classification Tree untuk meng- klasifikasikan data nasabah pemohon kredit sebagai

Pemilihan bakteri fermentatif ini berdasarkan pada beberapa keunggulan yang dimiliki antara lain mampu tumbuh dan mengkonsumsi gula dengan cepat menggunakan jalur

lingkup kepegawaian, adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai oleh pegawai dalam pelaksanaan suatu pekerjaan baik yang bersifat fisik/material maupun non fisik/non material

LAKIP BLHD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2015 22. Meningkatnya kinerja BLHD dalam perencanaan dan

Penyembuhan luka yang sangat baik pada propolis dapat dibandingkan oleh K1(kontrol) dan K2 (etakridin laktat), walaupun dari ke 3 penyembuhan luka dapat terjadi secara alami

Berbeda halnya dengan unsupervised learning yang mana data tidak memiliki label, pengelompokan atau cluster adalah teknik yang umum dilakukan pada teknik jenis