BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Perusahaan1.1.1 Profil Perusahaan
PT. Pembangkitan Jawa Bali berawal dari restrukturisasi yang dilakukan PLN (Perusahaan Listrik Negara) di wilayah Jawa-Bali pada tahun 1982, dengan melakukan pemisahan unit sesuai fungsinya, yaitu Unit PLN Distribusi dan Unit PLN Pembangkitan serta Unit PLN Penyaluran. Selanjutnya pada 3 Oktober 1995, PLN melakukan restrukturisasi khusus bidang pembangkitan dengan mendirikan dua anak perusahan, yaitu PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I dan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II. Dalam perkembangannya, PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I berganti nama menjadi PT. Indonesia Power (IP), sedangkan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II berganti nama menjadi PT. Pembangkitan Jawa-Jawa-Bali (PJB), sampai sekarang.
Awalnya PJB hanya menjalankan bisnis membangkitkan energi listrik dari enam Unit Pembangkitan (UP) yang dimiliki, yaitu : UP Gresik (2.219 MW), UP
Paiton (800 MW), UP Muara Karang (908 MW), UP Muara Tawar (920 MW),
UP Cirata (1.008 MW) dan UP Brantas (281 MW). Kini, PJB berkembang dan
menjalankan berbagai usaha yang terkait dengan bidang pembangkitan yang antara lain: jasa Operation and Maintenance (O&M) Pembangkit, Engineering,
Procurement and Construction (EPC), konsultan bidang pembangkitan,
pendidikan dan pelatihan tata kelola pembangkitan, pendidikan dan pelatihan energi terbarukan, serta usaha lain yang dalam rangka memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki perusahaan. PJB mendirikan anak perusahaan di bidang Operation and Maintenance, perusahaan di bidang EPC pembangkit, serta melakukan joint venture commpany untuk mengembangkan pembangkit baru ataupun menjalankan bisnis O&M pembangkit.
Tujuan didirikan PT. PJB adalah untuk menyelenggarakan usaha ketenagalistrikan berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas (PT), sehingga mampu
berkembang secara mandiri dan mampu bersaing dengan perusahaan perusahaan pembangkit listrik swasta (IPP). PJB pada awalnya hanya melaksanakan kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik berupa kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan dengan keandalan yang baik. Seiring dengan dinamika dunia usaha, berkembangnya tuntutan pasar, PJB kini juga melaksanakan kegiatan usaha pembangunan dan/atau pemasangan peralatan ketenagalistrikan, pemeliharan dan/atau pengoperasian peralatan ketenagalistrikan, serta usaha yang berkaitan dengan kegiatan perseroan dalam rangka memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki.
PT. PJB berkantor pusat di Jalan Ketintang Baru No. 11 Surabaya, memiliki pambangkit-pembangkit tenaga listrik yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta dengan total kapasitas terpasang 6.977 MW. Diantaranya UP Gresik, UP Muara Karang, UP Muara Tawar, UP Cirata, UP Brantas, UP Paiton, Badan Pengelolaan Waduk Cirata (BPWC). PJB juga mempunyai Unit Pelayanan Pemeliharaan (UPH) diantaranya, UPHT (Wilayah Timur) dan UPHB (Wilayah Barat). Selain itu PJB melaksanakan kegiatan usaha pengoperasian dan perawatan 5 unit PLTU Proyek Percepatan Diversifikasi Energi (PPDE), yaitu PLTU Indramayu 3 x 330 MW, PLTU Rembang 2 x 315 MW, PLTU Paiton Baru 1 x 660 MW, PLTU Pacitan 2 x 315 MW, dan PLTU Tanjung Awar-awar 2 x 350 MW.
1.1.2 Visi dan Misi PT. PJB (Pembangkitan Jawa Bali)
Adapun Visi dan Misi yang ada di PT. PJB (Pembangkitan Jawa Bali) adalah :
Visi : Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas dunia.
Misi : 1. Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing;
2. Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best
practice dan ramah lingkungan;
kompetensi teknik dan manajerial yang unggul serta berwawasan bisnis. 1.1.3 Budaya Perusahaan
PJB Way merupakan tekad, sikap, dan perilaku yang melekat diseluruh insan PJB dalam melaksanakan misi untuk mencapai visi perusahaan. PJB Way di kenal dengan sebutan 1-5-11, yang merupakan perwujudan dari satu tekad, lima sikap dan sebelas perilaku.
1 TEKAD
Menjadi Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 5 SIKAP Integritas Keunggulan Kerja sama Pelayanan Sadar Lingkungan 11 PERILAKU UNGGUL
Kepemimpian yang Visioner Keunggulan Menurut Pelanggan
Pembelajaran Perorangan dan Perusahaan Menghargai Tenaga Kerja dan Mitra Kegesitan
Fokus Kepada Masa Depan Mengelola Inovasi
Manajemen Berdasarkan Fakta Pertanggungjawaban Kemasyarakatan Fokus Kepada Hasil dan Penciptaan Nilai Perspektif Kesisteman
1.1.4 Logo PT. PJB (Pembangkitan Jawa Bali)
Logo perusahaan bermakna sebagai identitas diri bagi suatu perusahaan yang akan memperkenalkan keberadaan produknya kepada masyarakat. Bahkan
logo ini bisa berperan sebagai “mesin penggerak” atau dengan kata lain sebagai penyemangat bagi
perusahaan.
Logo Perusahaan PT Sumber :
1.1.5 Struktur Organisasi PT PJB UBJOM PLTU Rembang
Struktur Organisasi PT PJB UBJOM Rembang Sumber : PT
logo ini bisa berperan sebagai “mesin penggerak” atau dengan kata lain sebagai penyemangat bagi owner dan pegawai untuk mewujudkan visi dan misi
Gambar 1.1
Logo Perusahaan PT. PJB (Pembangkitan Jawa Bali) Sumber : www.ptpjb.com (Sabtu, 8 November 2014)
Struktur Organisasi PT PJB UBJOM PLTU Rembang
Gambar 1.2
Struktur Organisasi PT PJB UBJOM Rembang Sumber : PT. PJB UBJOM Rembang Tahun 2014
logo ini bisa berperan sebagai “mesin penggerak” atau dengan kata lain sebagai untuk mewujudkan visi dan misi
Jawa Bali) 2014)
Struktur Organisasi PT PJB UBJOM Rembang Tahun 2014
Struktur organisasi yang dibuat perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi itu sendiri, dengan demikian lalu lintas kegiatan dalam organisasi tersebut sesuai dengan kegiatannya. Struktur organisasi PT. PJB UBJOM Rembang merupakan wujud sinergi dari kredibilitas para supervisor senior dengan fungsi manajer yang memiliki peranan penting dalam menentukan penggunaaan kebijakan / keputusan yang dibantu dengan beberapa staf dalam mewujudkan objek (tujuan) perusahaan.
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing unsur yang berada di pusat adalah sebagai berikut :
1. General Manager (GM) memiliki tugas :
Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan sesuai tugas pokok untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan.
Mengelola bidang pelayanan jasa O&M serta pengembangan usaha yang lebih luas berdasarkan pada prinsip pengelolaan niaga yang sehat.
Mengembangkan usaha untuk tumbuh, berkembang dan berkelanjutan. 2. Manajer Operasi
Menjalankan kegiatan operasional dan produksi listrik perusahaan.
Bertanggungjawab atas semua aspek menyangkut kegiatan opersional perusahaan.
3. Manajer Pemeliharaan
Melakukan monitoring terhadap control dan instrument mesin di perusahaan
Melaporkan kondisi mesin dan control instrument secara realtime kepada General Manager.
4. Manajer Engineering
Melakukan kontrol terhadap turbin, boiler dan common.
Dalam bidang ini juga membawahi manajemen resiko dan pemeliharaan. 5. Manajer Administrasi,
Menyusun rencana anggaran divisi serta mengendalikan pelaksanaannya Menyelenggarakan kegiatan akuntasi keuangan dan analisa data keuangan Mengatur likuiditas keuangan
Menyelenggarakan administrasi pergudangan Menyelenggarakan administrasi kepegawaian Membuat rencana kebutuhan SDM
Menyelenggarakan kegiatan CSR
Melaporkan semua kegiatan serta memberikan saran atau usul kepada General Manager.
1.2 Latar Belakang Masalah
Saat ini, tanggungjawab sosial perusahaan terhadap stakeholders menjadi topik yang sangat menarik dan semakin banyak dibahas di Dunia maupun Indonesia, baik di media massa, seminar ataupun konferensi. Kegiatan bisnis tersebut terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun secara tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan sekitarnya seperti masalah-masalah polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan adanya kesadaran suatu perusahaan atau institusi untuk tidak hanya menghasilkan laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana laba tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat untuk meningkatkan kehidupan mereka menjadi lebih baik. Fenomena perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat inilah yang memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang dikenal sebagai Corporate Social
Responsibility (CSR).
Pemerintah Indonesia memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan CSR dengan menganjurkan praktek tanggungjawab sosial (social responsibility) sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab IV pasal; 66 ayat 2b dan Bab V pasal 74. Kedua pasal tersebut menjelaskan bahwa laporan tahunan perusahaan harus mencerminkan tanggungjawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya dibidang dan / atau berkaitan sumber daya alam harus melaksanakan tanggungjawab sosial. Menteri Badan Usaha Milik Negara melalui Keputusan Nomor KEP-04/MBU/2007 yang merupakan penyempurnaan dari surat Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, memberikan arahan secara lebih operasional tentang praktik tanggungjawab sosial (social
responsibilitiy), meskipun masih terbatas pada perusahaan BUMN dan perusahaan
yang operasinya bersinggungan dengan eksploitasi sumber daya alam.
Salah satu definisi CSR berdasarkan The World Business Council for
Suistanable Development yang merupakan lembaga internasional yang
beranggotakan perusahaan multinasional, adalah “ Continuing commitment by
business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large. Dalam bahasa bebas kurang lebih
maksudnya adalah “komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas” (Wibisono 2007:7).
Dalam perkembangan CSR terdapat suatu terobosan besar dalam konteks CSR yang dikemukakan oleh Eklington sebagaimana dikutip oleh Wibisono (2007:32) yang terkenal dengan The Triple Bottom Line yang terdapat dalam buku
Canibalts with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business,
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single
bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam
kondisi keuangannya (financial) saja. Tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom line lainnya, selain financial adalah sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) (Wibisono 2007:32).
Menurut Wibisono (2007:12) apabila mencermati lebih dalam, CSR merupakan salah satu implementasi dari prinsip GCG yaitu prinsip responsibility. Kebijakan CSR memberikan manfaat kepada tidak hanya perusahaan, tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan. Melalui penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali perusahaan menghasilkan dampak eksternal yang harus ditanggung oleh
stakeholders. Oleh karena itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan
kepentingan dan nilai tambah bagi stakeholders. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat betapa pentingnya pelaksanaan CSR bagi sebuah perusahaan dikarenakan menyangkut keberlangsungan hidup perusahaan tersebut (going concern). Pelaksanaan CSR erat kaitannya hubungan antara perusahaan dengan stakeholders serta masyarakat luas. Terutama perusahaan yang beroperasi di bidang industri yang langsung bersinggungan dengan eksploitasi sumber daya alam dan pencemaran lingkungan.
Salah satu perusahaan yang mengeksploitasi lingkungan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PLTU menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utamanya. Tentu dalam penggunaan batu bara ini memberikan efek negatif bagi kesehatan masyarakat dan linkungan sekitar. Banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional PLTU terhadap lingkungan sekitar, diantaranya pencemaran lingkungan, pencemaran udara, hujan asam, kerusakan ekosistem dan lain sebagainya.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan perusahaan yang bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik yaitu PT. Pembangkitan Jawa Bali yang sering disingkat menjadi PT. PJB. Berdasarkan laporan Sustainability Report tahun 2013, dalam menjalankan bisnisnya PT. PJB berkomitmen untuk menjaga keberlangsungan dan keseimbangan antara kegiatan ekonomi, sosial dan lingkungan dengan berpedoman pada Kebijakan Sistem Manajemen Perusahaan, yang di dalamnya termuat kebijakan sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi, pengawasan dan pengendalian, manajemen risiko, pengadaan, tanggungjawab sosial perusahaan (CSR), standar etika, dan kegiatan operasional (termasuk pengelolaan lingkungan). Berikut tabel program CSR PT. PJB beserta anggaran yang dialokasikan :
Tabel 1.1
Program CSR PT. Pembangkitan Jawa Bali Sumber : Annual Report 2011, 2012, 2013
Program CSR PT. Pembangkitan Jawa Bali
2011 2012 2013 10 Program Pendidikan 5 Program Kesehatan 6 Program Ekonomi Sosial Keagamaan 4 Program Lingkungan Total Anggaran 8,53 Miliar 12 Program Pendidikan 14 Program Kesehatan 16 Program Ekonomi Sosial Keagamaan 14 Program Lingkungan Total Anggaran 10,23 Miliar 23 Program Pendidikan 24 Program Kesehatan 20 Program Ekonomi Sosial Kemasyarakatan 26 Program Lingkungan Total Anggaran 11,72 Miliar
PJB telah menerapkan prinsip Good Corporate Governance dan telah menerima berbagai penghargaan diantaranya, Platinum Achievement Award (the
highest score achievement), Gold Achievement Award (performance excellence score growth achievement), dan Emerging Industri Leader (skor 600) untuk
manajemen kinerja ekselen Malcolm Baldrige Criteria. Selain itu PJB juga memperoleh sertifikat Manajemen Aset PAS 55 dan masuk kategori Trusted
Company dengan nilai 82,13 berdasarkan CGPI (Corporate Governance Perception Index) pada tahun 2013. Pada tahun 2013 PJB menyelenggaraan
Akademi Komunitas Pembangkit yang telah berhasil meluluskan 65 siswa ijazah D1 pada 19 Nopember 2013. Akademi Komunitas ini diresmikan Mendikbud Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA dan merupakan Akademi Komunitas pertama di Indonesia yang didirikan dunia usaha. Selain itu PJB juga memperoleh
Anugerah Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat Award ( GKPM Award) untuk 3 kategori: program bina keluarga balita sehat, program pendidikan kesehatan reproduksi dan program tingkat lapangan (Sustainability Report PJB tahun 2013).
Pada kenyataanya realisasi program CSR pada PT. PJB belum sepenuhnya di implementasikan secara maksimal oleh setiap unit area. Misalnya unit area PJB UBJOM PLTU Rembang. Hal ini terbukti setelah peneliti melakukan studi pendahuluan di sekitar wilayah PLTU Rembang, yaitu desa Trahan dan desa Leran yang merupakan kategori Ring I. Peneliti menggunakan objek Ring I dikarenakan kedua desa tersebut merupakan desa yang lokasinya berdekatan dengan PLTU Rembang, sehingga kedua desa tersebut merasakan dampak negatif yang terbesar dari kegiatan operasional PLTU Rembang. Studi tersebut menghasilkan bahwa sebanyak 30 responden yang terpilih secara acak beranggapan program CSR yang dilakukan oleh PJB hanya sebatas bantuan sesaat (Charity). Misalnya memberi bantuan air bersih ketika musim kemarau, bantuan sembako dan bantuan hewan kurban. Dari responden tersebut peneliti juga mendapatkan informasi bahwa CSR PJB UBJOM PLTU Rembang setiap tahunnya semakin menurun. Sehingga program CSR PJB UBJOM PLTU Rembang belum memikirkan aspek keberlanjutan dalam pemberdayaan masyarakat secara optimal.
Berdasarkan urain di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pelaksanaan praktik CSR di PT. PJB UBJOM PLTU Rembang. Penelitian ini akan menggunakan Metode Importance Performance Analysis. Dalam hal ini, Metode Importance Performance Analysis tidak hanya menguji performa sebuah item tapi juga menguji seberapa penting item tersebut. Metode
Importance Performance Analysis juga akan menunjukkan program CSR yang
harus dievaluasi oleh masyarakat.
Dengan latar belakang tersebut, penulis memilih judul “Analisis Implementasi Tanggungjawab Sosial Perusahaan PT. Pembangkitan Jawa Bali (Unit Bisnis Operasi dan Pemeliharaan) PLTU Rembang” (Studi di Desa Trahan dan Desa Leran).
1.3 Perumusan Masalah
Atas dasar hal tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk memahami dan menganalisis praktik CSR pada PT. PJB UBJOM PLTU Rembang. Dengan menjawab pertanyan berikut ini :
1. Bagaimana harapan dan persepsi masyarakat atas program CSR PT. PJB UBJOM PLTU Rembang?
2. Aspek Importance Performance Analysis manakah yang dianggap sebagai prioritas utama, pertahankan prestasi, prioritas rendah dan berlebihan?
3. Bagaimana tindakan perusahaan untuk meningkatkan program CSR PT.PJB UBJOM PLTU Rembang?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui harapan dan persepsi masyarakat atas program CSR PT. PJB UBJOM PLTU Rembang.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis aspek-aspek Importance
Performance Analysis yang dianggap sebagai prioritas utama,
pertahankan prestasi, prioritas rendah dan berlebihan.
3. Untuk mengetahui tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan program CSR PT. PJB UBJOM PLTU Rembang.
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian
Pertama, bagi pihak akademisi penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penerapan CSR dan sebagai referensi yang diharapkan dapat membantu dalam penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang bagaimana praktik CSR diimplementasikan.
Kedua, bagi perusahaan hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk lebih memahami praktek CSR pada perusahaan. Selain itu hasil penelitian ini
dapat dijadikan sarana evaluasi atau masukan bagi perusahaan dalam menyusun, mengatur, dan mengimplementasi program-program CSR.
Ketiga, pemerintah, pemegang saham, pesaing, investor dan calon investor serta masyarakat (stakeholders) dapat melihat penelitian ini sebagai bagian keunggulan perusahaan yang membedakan PT. PJB dengan perusahaan lain, sehingga PT. PJB memiliki nilai tambah dimata stakeholdersnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibuat untuk memberikan gambaran umum mengenai materi dan hal yang dibahasa dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka penelitian, yang meliputi rangkuman teori stakeholders, teori CSR dan peneliti terdahulu, serta berisi kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, variable operasional, tahap penelitian, populasi dan sampel serta metode analisis yang dipakai dalam penelitian.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini diuraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data dan pemabahasan atas hasil pengolahan data.
Bab V : Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari seluruh penelitian dan juga saran – saran yang direkomendasikan peneliti kepada perusahaan.