• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI INTEGRATED LABORATORY I-LAB MENGGUNAKAN NETSUPPORT SCHOOL 10 UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI INTEGRATED LABORATORY I-LAB MENGGUNAKAN NETSUPPORT SCHOOL 10 UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI INTEGRATED LABORATORY I-LAB MENGGUNAKAN

NETSUPPORT SCHOOL 10 UNTUK MENINGKATKAN

KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH

Pangadongan Elfin Pujianto

Abstrak: Tujuan penelitian ini menciptakan laboratorium terintegrasi untuk meningkatkan

kemampuan belajarnya dengan mengatur penggunaan komputer oleh siswa, dengan adanya laboratorium terintegrasi seluruh perangkat komputer yang ada dapat dimonitor langsung dari komputer guru sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dengan adanya laboratorium komputer terintegrasi ini, maka proses pembelajaran dapat dilangsungkan bahkan di luar ruang laboratorium, sehingga sangat memungkinkan bagi sekolah-sekolah yang terkendala dalam menyediakan sarana dan prasarana berupa ruang laboratorium yang standar untuk melaksanakan aktifitas praktikumnya di luar ruang laboratorium misalnya di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. Laboratoirum terintegrasi dapat mempermudah guru dalam membimbing proses praktikum komputer, melakukan presentasi materi pelajaran, berkomunikasi dengan siswa, bahkan melakukan tes secara langsung dengan menggunakan media tes online.

Kata-kata kunci : laboratorium terintegrasi, kompetensi

uru saat ini dihadapkan dengan tantangan dan kesempatan untuk menggunakan teknologi dalam mengajar. Komputer adalah alat, media, atau sarana pendidikan luar biasa, bagaimana telah dijelaskan. Namun teknologi ini juga dapat menjadi gangguan besar untuk belajar. Internet, instant messaging, email dan permainan adalah godaan bagi siswa.

G

Bagaimana dalam kelas pembelajaran dapat menghilangkan gangguan ini atau setidaknya mengurangi sehingga anda sebagai guru dapat mengajar lebih efektif. Seorang pendidik yang professional harus memiliki berbagai keahlian dan pengetahuan dalam menjalankan proses pengajaran dan pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini dapat dicapai apabila pendidik dapat mengelola kelas dengan efektif karena pengelolaan kelas yang efektif akan menghasilkan hasil pembelajaran efektif pula. Sehingga dalam hal ini akan memahirkan pendidik dalam meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran lebih kondusif dari sei intelektual, sosial dan emosi.

Salah satu solusi pengelolaan kelas yang lebih baik dan sederhana adalah mengembangkan sebuah laboratorium terintegrasi dengan menginstal software aplikasi

NetSupport pada laboratorium komputer sehingga lebih mudah untuk menggunakan dan

mengelola laboratorium komputer baik dalam proses pembelajaran dan pengkontrolan jaringan LAN.

(2)

A. Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), menurut Undang undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional didefinisikan bahwa : pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Lebih spesifik dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional yang menyebutkan target Pendidikan Menengah yaitu : Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada pendidikan jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu, karenanya pendidikan kejuruan harus dekat dengan dunia kerja.

Lebih jauh dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, tujuan penyelenggaraan SMK adalah bahwa “Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja mengembangkan sikap profesional”. Jika merujuk pada surat Keputusan Mendikbud nomor 0490/U/1990, tujuan pendidikan SMK dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih dan atau meluaskan pendidikan dasar;

2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal baik dengan lingkungan sosial, budaya dan sekitar;

3. Menigkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu, teknologi dan kesenian;

4. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional;

Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian.

Adapun fungsi dari pendidikan kejuruan adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan.

b. Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif. 1) Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri, 2) Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain, dan 3) Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan (produktif)

(3)

c. Menyiapkan siswa menguasai IPTEK, sehingga; 1) Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK, 2) Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan.

B. E-learning

Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Definisi lain (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002) : e-Learning is a

generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses.

Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.

Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai : Pertama, elearning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Sedangkan Karakteristik e-learning, antara lain. Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang

(4)

Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.

1. Teknologi Pendukung E-Learning

E-learning terdiri atas computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer. Istilah-istilah tersebut digunakan pada aplikasi-aplikasi untuk sistem pembelajaran dan sistem yang menunjang sistem pembelajaran. Aplikasi bidang pembelajaran dengan komputersebagai alat bantu diantaranya adalah: 1) drill and practice (latih dan praktek), dengan CAI menggantikan pengajar untuk memberikan latihan kepada siswa, 2) Tutorial (penjelasan), dengan sistem komputer digunakan untuk menyampaikan ajaran, dan 3) simulasi dan game yang dapat menambah pengetahuan.

Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Technology based learning dan Technology based web-learning. Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video).

Menurut Kardiawan (2000) salah satu paradigma pendidikan melalui internet adalah system “dot.com educational system”. Paradigma ini dapat mengitegrasikan beberapa system seperti, Pertama, paradigma virtual teacher resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga siswa tidak haus secara intensif memerlukan dukungan guru, karena peranan guru maya (virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh system belajar tersebut. Kedua, virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung siswa tak terbatas. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja. Ketiga, paradigma cyber educational resources system, atau dot com leraning resources system. Merupakan pedukung kedua paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet

(5)

2. Kelebihan E-Learning

Beberapa kelebihan penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain. Pertama, Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Kedua, Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. Ketiga, Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. Keempat, Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Kelima, Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Keenam, Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Ketujuh, Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional.

C. Laboratorium terintegrasi

Laboratorium biasanya didefinisikan sebagai: (1) tempat yang dilengkapi untuk eksperimental studi dalam ilmu pengetahuan atau untuk pengujian dan analisa; tempat memberikan kesempatan untuk bereksperimen, pengamatan, atau praktek dalam bidang studi, atau (2) periode akademis disisihkan untuk laboratorium bekerja.

Sebuah laboratorium terintegrasi adalah suatu bentuk laboratorium komputer yang memiliki fasilitas lebih, yakni adanya kemampuan untuk melakukan kontrol pada seluruh perangkat keras komputer yang terhubung, dimana yang melakukan proses kontrol adalah guru. Disamping itu kemudahan dalam melakukan presentasi dengan menampilkan aktifitas yang nampak pada komputer guru langsung ke masing-masing komputer siswa, laboratorium terintegrasi juga dapat digunakan sebagai sarana ujian online dimana masing-masing komputer siswa dapat mengerjakan soal yang akan langsung termonitor dari komputer guru.

Motivasi untuk implementasi laboratorium terintegrasi termasuk, tetapi tidak terbatas pada: a. Keterbatasan pada sumber daya dan ruang dalam laboratorium dunia nyata. Jenis

keterbatasan dapat menyebabkan keterlambatan dalam kegiatan belajar siswa, yang mungkin menghadapi situasi di mana mereka harus bersaing atau menunggu ketersediaan sumber daya yang diberikan, selain fakta bahwa percobaan seseorang dapat terganggu sebelum menyimpulkan, karena kebutuhan sumber daya terbagi.

b. Kemungkinan berbagi peralatan biasanya mahal.

c. Stimulus untuk kolaborasi penelitian atau bekerja dalam kelompok independen jarak fisik mereka.

(6)

d. Keberadaan lingkungan belajar di luar sekolah, yang memungkinkan siswa untuk berpartisipasi atau mengembangkan proyek mereka sendiri bersama-sama dengan siswa lain di waktu luang mereka.

e. Kemungkinan mengembangkan berbagai percobaan di lokasi yang berbeda.

f. Pengawasan terpencil dan intervensi dalam eksperimen berbahaya, sehingga membantu untuk mencegah kecelakaan.

g. Akses dan kontrol jarak jauh peralatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian terapan, yang mana hasil dari penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Bertempat di laboratorium dan menggunakan metode eksperimen untuk menghasilkan suatu laboratorium yang terintegrasi.

Perancangan I-Lab dengan menggunakan NetSupport School 10 ini dilakukan selama dua bulan. Dimulai dari awal bulan November 2010 sampai dengan akhir bulan Desember 2010. Bertempat di ruang laboratorium komputer SMKN 2 Makassar. Pembengunan I-Lab ini membutuhkan waktu hampir dua bulan.

PEMBAHASAN

A.

Pengembangan Laboratorium Terintegrasi di SMK

Pembelajaran praktikum yang dikembangkan adalah KKPI (Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi), dimana mata pelajaran ini sebagai mata pelajaran dasar yang digunakan pada jurusan listrik, elektronika dan informatika. Produk yang dikembangkan menggunakan Tutor

control didukung oleh netsupport school sebagai software kelas berjaringan. Hasil pengembangan

berupa program komputer dan perancangan sistem.

Salah satu indera yang banyak digunakan untuk mendapatkan informasi dari lingkungannya adalah penglihatan. Indera penglihatan digunakan lebih dari indera yang lain dalam memproses informasi. Beberapa penelitian psikologi menunjukkan bahwa lebih banyak informasi dapat dimengerti ketika disajikan dalam bentuk visual, dibandingkan penyajian dalam bentuk non visual.

Pembelajaran terintegrasi utamanya pada kegiatan praktikum di SMK dapat mengurangi biaya dibandingkan dengan pelatihan bersifat konvensional. Kebutuhan akan peralatan dan bahan praktek yang mahal dalam laboratorium nyata, atau peralatan tambahan untuk kegiatan praktek dapat dikurangi. Keuntungan menggunakan media praktikum berbasis virtual sebagai alat pelatihan adalah; (1) mengurangi waktu praktikum dalam lingkungan yang sebenarnya/nyata, (2) dapat mengadakan praktek dalam kondisi yang berbahaya (tegangan tinggi) dan diperlukan ketelitan konsumsi daya perangkat elektronik (mencegah hubung singkat dan arus berlebih yang dapat mengakibatkan rusaknya perangkat elektronik), (3) lebih menghemat biaya melalui praktikum

(7)

yang sama, (4) menyediakan akses tak terbatas kepada peralatan yang mahal, (5) menghapuskan biaya bepergian ke pusat praktikum, (6) biaya perbaikan/penggantian komponen dan peralatan elektronik yang mahal dapat dikurangi, dan (7) memungkinkan semua pelajar SMK dapat berkolaborasi baik melalui LAN seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kolaborasi laboratorium terintegrasi di SMK

B.

Laboratorium Terintegrasi Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK

Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi termasuk diantaranya kecerdasan, pengetahuan (kognitif) , kepribadian, akhlak mulia (afektif), serta keterampilan (psikomotorik) sesuai dengan program kejuruannya. Melalui laboratorium virtual ini mampu meningkatkan ketiga aspek tersebut baik kognitif, afektif dan psikomotor.

Pengembangan laboratorium terintegrasi berfokus kepada: 1) pengembangan konten pembelajaran praktikum, 2) peningkatan hasi belajar siswa SMK yang diperoleh dan dan dapat di ukur, 3) strategi pemberian konten mata praktek, 4) evaluasi kemampuan siswa SMK dengan baik, 5) kemampuan siswa SMK dalam menyalurkan dan mengaplikasikan pengetahuan melalui kegiatan praktek, 6) kemampuan siswa SMK dalam mengakses berbagai pertanyaan yang bervariasi, dan 7) kemampuan dalam menggunakan topik yang akan diaplikasikan kedalam kerja praktek di industri.

C.

Implementasi Laboratorium Terintegrasi di SMK

Mata pelajaran produktif di SMK terutama untuk mata pelajaran elektronika digital. Mulai dari permasalahan yang erat kaitannya dengan hardware, software hingga kepada pengguna. Teori mengenai hal tersebut didapatkan siswa saat duduk diruang kelas. Namun teori saja tidak cukup, namun perlu ada praktek agar siswa lebih paham materi pelajaran.

Integrated Laboratorium

Server Workstation

Siswa SMK Guru SMK

(8)

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Laboratorium virtual bersifat interaktif, dinamis, dan animatif sehingga tidak membosankan dan dapat mendukung keinginan pengguna untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran produktif.

2. Laboratorium virtual dapat meningkatkan kompetensi siswa SMK baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

B. Saran

1. Laboratorium terintegrasi dapat digunakan untuk mendukung Pola belajar jarak jauh, namun untuk itu perlu dikembangkan lebih jauhlagi.

2. Siswa perlu lebih dimasyarakatkan dengan penggunaan komputer untuk belajar secara interaktif dengan CAI.

3. Pemahaman terhadap suatu ilmu tidak cukup hanya melalui teori. Perlu adanya kegiatan lab atau praktikum untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Pemilihan sarana untuk membantu praktikum perlu dipertibangkan dari segi efisiensi dan biaya. Laboratorium Terintegrasi merupakan pilihan yang tepat untuk mempermudah praktikum Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo, (2002). E-Learning berbasis PHP dan MySQL, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta,.

Asep Saepudin,( 2003). Penerapan Teknologi Informasi Dalam Pendidikan Masyarakat, Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII/Oktober/2003.

Aris Zainul Muttaqin. (2007). Pengajaran Mekatronika Menggunakan Gambar Animasi Makromedia Flash Di Jurusan Teknik Mesin. Makalah: Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI). Yogyakarta

Budi Rahardjo, (2003). Proses e-Learning di Perguruan Tinggi, Seminar & Workshop, ITB, 11 Desember 2003.

Corno, L., & Randi,J. (1999). Self-Regulated Learning. [On-line]. Tersedia :http ://www.personal.psu.edu/users/h/x/hxk223/self.htm

Dadang. (2006). Rancang Bangun Sistem Multimedia Untuk Pengenalan Binatang dan Huruf Berbasis Multimedia. Tesis S2. Magister Ilmu Komputer. UGM

Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching Learning/CTL). Jakarta: Depdiknas

Dick, Walker & Carey. Lou, Carey., James O. (2001). The systematic design of Instruction (5th Ed).

(9)

Gagne, R, M. & Briggs L.J. (1974). Principle of Instructional Design. New york: Holt, Rinehart & Winston.

Gall, D. Meredith., Borg., Walter R.(2003). Education Research : an Introduction. (7th Edition). Allyn

and Bacon.

Haigh, W. (1993). Using Computer to Solve Problems by The Guess and Test Method. School Science and Mathematics, 93(2), 92 – 95

Hartoyo.(1999). Kemampuan Mengajar Praktik Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Jurusan Listrik di Kota Madya Yogyakarta. Tesis Magister, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Hendra J. (2010). Laboratorium Virtual Mata Kuliah Praktikum Elektronika Digital. Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. JETC Jurnal Elektronika Telekomunikasi & Computer. ISSN: 1829-7021. Vol.4 No.2 Juni 2010. Hal. 699-710.

Heri Kurniawan. (2009). Pengajaran Konsep Sistem Operasi Dengan Memanfaatkan Perangkat Lunak Mesin Virtual Dan Minix. Jurnal ISSN: 1907-5022. SNATI. Yogyakarta

Iriany. ____. Model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis teknologi informasi pada konsep laju Reaksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa SMU. Bandung: UPI Jaya Kumar C. Koran, Aplikasi ‘E-Learning’ Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran Di

Sekolah-Sekolah Malaysia: Cadangan Perlaksanaan Pada Senario Masa Kini, Pasukan Projek Rintis Sekolah Bestari Bahagian Teknologi Pendidikan, Kementerian Pendidikan Malaysia. Kozma, R.B, Belle, L.W & Williams, G.W. (1978). Instructional Techniques in Higher Education.

Englewood Cliffts, N.J. Educational Technology Publication

Kristian Ismail. (2010). Perencanaan Virtual – Lab untuk Layanan E-learning di Daerah Pedesaan. TELIMEK - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,STEI - Institute Teknologi Bandung Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda karya M. Iqbal Arsyad. (2004). Pengaruh Animasi pada Program Instruksional Pendidikan. Makalah:

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI). Yogyakarta.

Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai.(2001). Media Pengajaran. Jakarta : Sinar Baru Algesindo. Nurhadi dkk. (2003). Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Nurrosat, Muchamad azwar. (2009). Penerapan Joomla Dan Moodle Pada Sistem Virtual Laboratorium Online PSD III Teknik Elektro. Laporan tugas akhir. Program studi DIPLOMA III Teknik Elektro Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro, Semarang.

Orlich, D.C, et.al.(2007). Teaching Strategies: A guide to Effective Instruction. New York: Houghton Mifflin Company.

Onno W. Purbo & Antonius Aditya Hartanto. (2002). Teknologi E-learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex Media Komputindo.

Oos M. Anwas, (2003). Model Inovasi E-Learning Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII/Oktober/2003.

(10)

(KOMMIT 2008) Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008. ISSN : 1411-6286.

Pintrich, P. R., & De Groot, E. (1991). Motivational And Self-Regulated Learning Components Of

Classroom Academic Performance. Journal Of Educational Psychology

Sarifuddin Madenda & Tommy F.R. (2008). Visualisasi Aktivitas Sistem Organ Tubuh Berbasis Web Dan Multimedia : Aplikasi E-Learning. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Sege, Djafar. (2005). Pengaruh Motivasi, Pembelajaran, dan Fasilitas terhadap kemempuan kerja Las Siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Tesis Magister, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Soenarto, S. (1993). Strategi Pengelolaan PBM Praktek Pada Sekolah Kejuruan. Jurnal PTK, No.2 Tahun 1. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Soekartawi, (2003). Prinsip Dasar E-Learning: Teori Dan Aplikasinya Di Indonesia, Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII/Oktober/2003.

Suharsimi, Arikunto. (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Tasma Sucita. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Praktikum Berbasis Software Komputer.

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro – Universitas Pendidikan Indonesia

Umi Rosyidah. (___)Model Penaksir Respon Emosi Berdasarkan Warna Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (Saw).Tesis s2. ITS

Zimmerman, B. J. (1989). A Social Cognitive View Of Self-Regulated Academic Learning. Journal Of Educational Psychology.

Gambar

Gambar 1. Kolaborasi laboratorium terintegrasi di SMK

Referensi

Dokumen terkait

Dalam merancang tata letak fasilitas pada layout usulan atau perbaikan mempertimbangkan faktor aisle, karena pada layout awal perusahaan posisi antara fasilitas produksi satu

Keragaman Genetik Intra dan Interpopulasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pisifera Asal Nigeria Berdasarkan Analisis Marka Simple Sequence Repeat (SSR). Sekolah

Rancang Bangun Miniatur Security Ruangan Menggunakan Pintu Otomatis Berbasis Mikrokontroler AVR ATMega8535.. Skripsi.Universitas Sumatera Utara

Kajian Praktis (Hasil Temuan Penelitian yang Relevan) ... Hipotesis Penelitian ... Lokasi dan Waktu Penelitian ... Lokasi Penelitian ... Waktu penelitian ... Subjek Penelitian

pengaman utama terhadap gangguan hubung singkat fasa ke tanah untuk sistem. yang ditanahkan melalui

Berdasarkan Hasil Evaluasi Administrasi, Teknis dan Harga pada Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi kegiatan Rehabilitasi Ruang Belajar MTsN Salido Tahun Anggaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja bagian peleburan besi baja di PT.. Jenis

Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan perusahan/pengurus koperasi yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain