BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-1 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Definisi dari konstruksi baja Sistem Pre-Engineering Building adalah suatu konsep engineering dalam dunia konstruksi baja dimana pekerjaan fabrikasi dilakukan di workshop dengan teknologi mesin produksi yang memadai dari segi mutu maupun waktu. Komponen struktur utamanya juga di desain se-efisien mungkin sesuai kebutuhan beban dan fungsi dari suatu bangunan. (International Journal of Engineering Sciences & Emerging Technologies, June (2013) ISSN: 2231 – 6604).
Gambar 2.1. Bangunan dengan bentangan 96m tanpa kolom (Sumber : brosur “pre engineering building”PEB Steel, 2012)
Sistem Pre-Engineering Building ini dikembangkan untuk menghasilkan konstruksi baja yang lebih murah, implementasi yang efisien dan cepat dengan meminimal resiko kesalahan (akurasi), serta menghasilkan metode erection yang dilakukan secara bertahap, relatif mudah dan cepat. Sambungan komponen saat erection
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-2
dilakukan tanpa las dan tidak membutuhkan tenaga ahli berpengalaman, karena dalam sistem Pre-Engineering Building dilengkapi dengan adanya erection guide manual (panduan pengguna erection). Sehingga biaya dapat diketahui lebih akurat dan ekonomis. Secara umum metode ini dapat menghemat 15%-20% dari biaya pembangunan.
Dalam pembuatan konstruksi baja Sistem Pre- Engineering Building, Pabrikan konstruksi baja Sistem Pre-Engineering Building memainkan peran penting dalam rekayasa konstruksi baja yang meliputi desain dengan mengacu standar desain (AISC, MBMA, AWS, AISI, & JIS), gambar, fabrikasi, dan erection guide manual. Jadi pemahaman konstruksi baja Pre-Engineering Building itu adalah pra-fabrikasi dari bangunan di mana kebutuhan desain keseluruhan bangunan telah disiapkan sebelumnya dalam bentuk gedung standar. Kemudian didesain dengan standar bangunan yang lengkap dan yang paling ekonomis. Material baja pada konsep ini didesain berdasarkan kebutuhan distribusi momen (B.M.D) pada portal rigid frame akibat beban-beban yang bekerja. (JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539)
Gambar 2.2. Distribusi momen pada portal rigid frame akibat beban-beban yang bekerja (Sumber : presentation by gursharan singh for engineeringcivil.com)
Perhatikan gambar 2.1, ujung kolom bawah lebih kecil dari ujung atas sebab momen bagian bawah lebih kecil sehingga menghemat material baja dan tentunya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-3
akan lebih ringan. Profil seperti ini disebut Profile Tempered. profile tempered ini tidak diproduksi secara hot rolled seperti material hot rolled standar yang biasa kita jumpai dipasaran. Profile Tempered ini dibentuk dengan penggabungan 3 material plate yang diassembly menjadi komponen tempered.
Sedangkan pada konstruksi baja sistem konvensional, Pelaksanaan pekerjaan fabrikasi dilakukan dilapangan dengan material utama yang digunakan berupa material hot rolled atau biasa disebut profil WF. Hal ini sudah biasa kita jumpai pada bangunan konstruksi baja yang sudah ada pada umumnya.
2. 2 Research Gap
Research gap adalah celah – celah atau senjang penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau temuan peneliti – peneliti terdahulu. Penelitian ilmiah disasarkan untuk mendapatkan sebuah jawaban baru terhadap sesuatu yang menjadi masalah. Oleh karena itu peneliti harus berhadapan dengan sesuatu yang menjadi masalah didukung oleh pembenaran atau justifikasi penelitian yang baik dan berupaya untuk mencari jawaban yang baru dari masalah yang memang penting untuk diteliti. Sanusi, (Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat)
Sedangkan untuk ciri – ciri research gap itu sendiri biasanya berupa sebagai
berikut :
a. Tatanan konseptual yang baik, tetapi belum ada pembuktian empirik, b. Masalah penelitian yang belum berhasil dijawab atau hipotesis yang belum berhasil dibuktikan.
c. Temuan penelitian yang kontroversial terhadap penelitian sejenis lainnya, d. Hasil penelitian yang menyisakan kekurangan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-4 Penelitian ini sendiri terdapat 25 jurnal penelitian yang berkaitan dengan topic pembahasan lalu dipilih kembali menjadi 10 jurnal yang benar-bener mewakili langsung topik penelitian. Penelitian ini mengambil gap (celah penelitian) pada “hasil penelitian yang menyisakan kekurangan” dengan menambahkan sampel dan variable berupa :
a. Pada penelitian terdahulu tidak terdapat pemasalahan perbedaan standar profil baja antar negara. Sehingga penelitian langsung membandingkan desain konvensional dengan desain Pre Engineering Building. Sedangkan penelitian ini memiliki salah satu permasalahan standar profil baja desain awal tender berdasarkan British Universal Beam yang pada pasaran Indonesia tidak ada.
b. Sampel penelitian ini menambahkan variasi dimensi bangunan sehingga ikut menambahakan hasil-hasil penelitian terdahulu. Penelitian kali ini terdapat 3 bangunan dengan 3 stasiun pabrik sebagai sampelnya.
c. Tinjauan topik permasalahan penelitian ini hanya meninjau dari segi biaya yang pada penelitian terdahulu tidak ada. Walaupun hanya tinjauan topik dari segi biaya namun item – item menyeluruh.
Berikut tabel 10 jurnal jurnal ilmiah teknik sipil dengan rentang 10 tahun terakhir dari tahun 2006 – 2016 yang telah dikaji secara mendalam dan telah ditinjau celah penelitianya. Selanjutnya akan dikelompokan berdasarkan tinjauan topiknya dan dibagi menjadi beberapa bagian sebagaimana dijelaskan diatas sebagai dasar penelitian ini berada.
B A B 2 T INJ A U A N P U S T A KA II
-5 (Sumber : Hasil Kajian Jurnal) Bagian 1
Hasil
PEB lebih menghemat biaya 26% ketimbang konvensional PEB lebih cepat waktu konstruksinya sebanyak 38 hari Variabel Metodologi
Judul
Peneliti NoStudy Kasus dan pengambilan data
langsung
Study Literatur, survei, dan wawancara
Mereview beberapa jurnal dijadikan sample Analisa Perbandingan Biaya
dan Waktu Bangunan Konstruksi Baja Menggunakan Sistem
Pre-Engineering Building dan Sistem Konvensional pada
Proyek Pabrik Fober Cement Boards Mojosari
Comparison of Pre Engineering Building and Steel Building with Cost and
Time Effectiveness.
Review Paper on
Comparison of Conventional Steel Building &
Pre-Engineering Building Rahmat Kurniawan E.P, Cahyono Bintang Nurcahyo dan Yusroniya Eka Putri R.W. Milind Bhojkar dan Milind Daradep Sagar Wankhade dan Prof. Dr. P. S. Pajgade 1 2 3
Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur baja jauh lebih ekonomis energi efisien dan fleksibel dalam desain dari jenis lainnya struktur untuk keperluan industri
Variabel bebasnya berat baja dan harga satuanya
Variabel bebasnya adalah jenis dan dimensi bangunan
Variabel pembandingnya adalah hasil jurnal orang lain
Jika ingin menggunakan PEB kita harus paham tata cara impor dan ke pabean karena PEB masih impor
Bentuk serta dimensi mempengaruhi perbedaan PEB lebih ringan 26% dari konvensional
Tabel 2.1 Jurnal Penelitian Terdahulu
B A B 2 T INJ A U A N P U S T A KA II -6 Bagian 2
(Sumber : Hasil Kajian Jurnal)
Hasil
PEB lebih kuat ketahananya dan lebih fleksibel Baja cetak dingin lebih ringan
32 % dari konvensional Secara keselurhan lebih ringan
35% dari konvensional
Standar desain PEB adalah MBMA
Batas defleksi IS lebih tinggi dari MBMA
Beban hidup IS lebih tinggi dari MBMA
Sehingga PEB lebih Efisien
Variabel Metodologi
Judul
Peneliti No Comparison of Design Procedures for Pre Engineering Buildings (PEB):A Case Study
Variabel bebasnya adalah standar bahan dan pembebanan 7 8 9 10 Tyler Fannin Prof. P. S. Lande dan Vivek. V. Kucheriya B.Meena Sai Lakshmi, M. K. M. V. Ratnam, dan M. K. S. S. Krishna G. Sai Kiran, A. Kailasa Rao, dan R. Pradeep Kumar Renonavtion Of Pre Engineering Building
Comparative Study Of Pre-engineered Building With Conventional steel Building
Comparative Study of Pre Engineered and Conventional
Steel Building
Pengambilan data langsung
Studi kasus dengan analisa perangkat lunak
struktur STAAD Pro
Studi kasus dengan analisa perangkat lunak
struktur STAAD Pro
Studi kasus dengan analisa perangkat lunak
struktur STAAD Pro
Untuk pekerjaan reovasi maupun perbaikan bangunan industir PEB dapat dilakukan
dan lebih efisien
Untuk berbagai kemiringan atap PEB unggul ketahanan terhadap beban aksial, beban
gempa, gaya geser, dan momen.
Variabel bebasnya adalah komponen pembebanan
Variabelnya komponen PEB
Variabel bebasnya adalah kemiringan atap
Tabel 2.1 Jurnal Penelitian Terdahulu
S
B A B 2 T INJ A U A N P U S T A KA II
-7 (Sumber : Hasil Kajian Jurnal)
Bagian 3 Tabel 2.1 Jurnal Penelitian Terdahulu
Hasil
PEB membutuhkan invenstasi
besar di awal
Modifikasi Indian Standar
karena dibagi menjadi parsial
Variabel
Metodologi
Judul
Peneliti
No
Variabelnya komponen bangunan
yang diinstalasi
PEB Mengalami perkembagan
sangat baik tetapi tidak
diseluruh industri kontstruksi
Desain Peb sangat simpel,
cepat dalam pelaksanaan,
menghemat biaya, dan
berkelanjutan.
Penambahan protokol
kebakaran dan penambahan
kurikulum di India terkait
perkembangangan PEB
Variabel pembandingnya adalah hasil
jurnal orang lain
Variabel adalah faktor penjualan dan
perkembanganya
4
5
Pemasangan PEB lebih sedikit
sulit dan teliti dikarenakan
dimesi yang tidak simetris
6
An Overview Of
Pre-Engineered building Systems
In India
Pengambilan data
pekermbangan dan
mereview jurnal
Wawancara dan
pengambilan data
langsung maupun tak
langsung
Mereview beberapa
jurnal dijadikan sample
Guidelines for Erection
process of Pre-Engineered
Building
A Study On Pre-Engineered
Building – A Construction
Technique
Saurabh A.
Shah, Madhav
B.Kumthekar
Mr. Saurabh A.
Shah dan Prof.
M. B.
Kumthekar
Shrunkhal V
Bhagatkar,
Farman Iqbal
Shaikh, Bhanu
Prakash Gupta,
and Deepak
Kharta
http://digilib.mercubuana.ac.id/BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-8 Setelah melakukan kajian secara mendalam akhirnya 10 jurnal penelitian tersebut dapat dikelompokan menjadi 20 kelompok berdasarkan keywordnya.
Gambar 2.3. Pemetaan kelompok pembahasan topik penelitian. Dengan hasil pemetaan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini, merupakan penelitian yang baru dan belum ada pendahulunya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-9 2. 3 Standar Desain
Inovasi ini mulai berkembang di Negara Amerika Serikat sehingga standar-standar desain yang menjadi acuan banyak mengadopsi standar Negara tersebut. Tabel dibawah adalah beberapa standar yang menjadi acuan.
Tabel 2.2. Standar-standar yang digunakan
No
Item Acuan
Standar
1 Kekuatan Struktur/Kekakuan ijin AISC (American Institute Steel Construction) 2 Kelenturan/defleksi ijin AISC (American Institute Steel Construction)
3 Pembebanan MBMA (Metal Building Manufacturers Association)
4 Kombinasi Pembebanan MBMA (Metal Building Manufacturers Association)
5 Sambungan Baut AISC (American Institute Steel Construction)
6 Sambungan Las AWS (American Welding Society)
7 Perhitungan Cold Formed AISI (The American Iron & Steel Institue)
(Sumber : Gunungsteel.com)
2. 4 Cakupan Pre Engineering Building
Secara garis besar bahwa desain pre engineering building mencakup banyak hal mulai dari main frame berupa kolom, balok, dan kuda-kuda. Secondary frame juga termasuk cakupanya berupa gording rangka atap dan dinding yang diefisiensikan. Kemungkinan dikemudian hari akan berkembang menuju detail-detail lebih kecil. Berikut beberapa gambar detail efisiensi pre engineering building di bangunan gudang atau rangka bangunan pabrik :
Gambar 2.4. Komponen-komponen pre engineering building (Sumber : brosur “probuild bluescope”)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-10
a. Frame Utama (Main Frame)
Frame utama atau struktur rangka adalah bagian penting dari suatu bangunan yang terdiri dari kolom dan kuda-kuda. Frame di desain Pre Engineering Building di buat dengan plat baja yang di bentuk mengikuti momen internal (bending moment) yang terjadi lalu di las penuh dua sisi.
Gambar 2.5. Frame pre engineering building (Sumber : brosur “pre engineering building”Zamil Steel, 2005)
b. Frame Kedua (Secondary Frame)
Frame kedua adalah bagian penunjang frame utama yang terdiri dari gording atap (purlin) dan rangka dinding (girts) . Frame kedua di desain pre engineering building menggunakan kanal C (CNP) atau kanal Z (ZNP), yang berbahan hi tensile cold formed yaitu baja mutu tinggi yang pembentukannya dilakukan setelah cetakan koil sudah dingin.
c. Ikatan Angin & Pengaku (Bracing & Sagrod)
Ikatan angin di desain pre engineering building menggunakan kanal galvanize cable bracing (tendon berbahan galvanis) yang kekuatan terhadap beban seisimis. Sedangkan Sagrod menggunakan siku dari galvanis yang diberi nama “Sag Arrestor” lebih kuat terhadap korosi dibanding menggunakan besi beton biasa.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-11
d. Baut & Mur (Bolt & Nuts)
Baut dan mur adalah baut mutu tinggi setara ASTM A tipe 1 (high strength bolts galvined).
Gambar 2.6. Cable Bracing & Sag Arrestor (Sumber : brosur “pre engineering building”PEB Steel, 2012)
2. 5 Prosedur Pabrikasi Pre Engineering Building.
Proses pabrikasi diawali dari gambar desain yang telah di approval pembeli lalu dilanjutkan perencanaan struktur detail dengan Tekla software. Setelah itu masuk pelaksanaan pabrikasi dengan urutanya sebagai berikut :
a. Menyiapkan plat baja yang akan dibentuk menjadi main frame nantinya. b. Kemudian pemotongan plat baja tadi menjadi bagian-bagian yang akan
disambung menjadi main frame.
Gambar 2.7. Pemotongan Plat Baja(Sumber : brosur “pre engineering building”PEB Steel, 2012)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-12
c. Setelah dipotong sedemikian rupa dilanjutkan dengan pengelasan menjadi frame utama.
Gambar 2.8. Pengelasan Plat Baja(Sumber : brosur “pre engineering building”PEB Steel, 2012)
d. Kemudian dimensial, visual checking, pengujian magnetic (MRI), dan pengujian ultrasonic.
e. Dilanjutkan dengan shot blast dan pengecatan.
Gambar 2.9. Pengecatan Frame Plat Baja(Sumber : brosur “pre engineering building”PEB Steel, 2012)
f. Terakhir pengujian Dry Film Thickness Checking mengecek ketebalan pengecatan.
2. 6 Prosedur Pemasangan (Erection Procedure).
Pada dasarnya proses pemasangan antara Pre engineering Building Dengan Konvensional tidak ada perbedaan besar. Hanya pada Pre engineering Building disarankan menggunakan minimal 2 (dua) Mobil Crane dan untuk pemasangan kolom terlebih dahulu tidak langsung satu frame dikarenakan antisipasi puntir di
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-13
bagian kuda-kuda . Berikut step-step utama proses pemasangan berdasarkan “Erection Manual For Site Engineer” oleh PEB Steel :
a. Step Pertama
1)Instalasi semua kolom terlebih dahulu.
2)Selesaikan instalasi kolom satu sisi terlebih dahulu.
3)Sesuaikan baut pada angkur di plat dasar untuk menyetel saat instalasi kuda-kuda.
4)Pasang girts dan tarikan angin sementara. b. Step Kedua
1)Persiapkan dan satukan komponen kuda-kuda di bawah.
2)Angkat kuda-kuda sejajar dan seimbang lubang baut sambungan pada kolom.
3)Tahan ketinggian kuda-kuda sampai menyetel baut angkur dan sambungan kolom ke kuda-kuda selesai.
4)Lanjutkan instalasi kuda-kuda sampai selesai tetapi jangang lupa tetap pasang beberapa purlin dan tarikan angin sementara.
Gambar 2.10. Intalasi kuda-kuda bentangan 96m tanpa kolom (Sumber : brosur “pre engineering building”PEB Steel, 2012)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II-14
c. Step Ketiga
1)Pasang balok kolom semua dimulai dari satu sisi. 2)Pasang semua purlin atau dudukan penutup atap. 3)Pasang semua girts dudukan penutup dinding.
4)Pasang ikatan semua ikatan angin atap maupun dinding. 5)Pasang semua sagrod atau penjaga jarak purlin dan girts. d. Step Keempat
1)Pasang semua penutup atap.
2)Pasang semua ridge caping atau nok atap. 3)Pasang semua flashing dan fascia jika ada.
4)Pasang talang talang air dan pipa tegak beserta bracketnya. 5)Pasang semua penutup dinding (Cladding).
e. Step Kelima (Final Check)
1)Periksa baut dan sambungan semua frame.
2)Periksa atap dan talang kalau perlu tes siram untuk memastikanya. 3)Periksa semua bracing dan semua bautnya.
4)Periksa cat yang rusak dan langsung perbaikinya.
5)Setelah semua sudah diperiksa bersihkan site dan siap serah terima.