• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelayanan pemberian izin mendirikan bangunan dan untuk meningkatkan pendapatan daerah maka perlu pengaturan retribusi izin mendirikan bangunan;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1920);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1981, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan

(2)

Lembaran Negara. Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139),

11.Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4532);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4655);

13.Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri;

14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1993 tentang Izin Mendirikan Bangunan dan Undang-Undang Gangguan bagi Perusahaan industri

15.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 66/PRT/1993 tentang Teknis

Penyelenggaraan Bangunan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal;

16.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah;

17.Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 7 Tahun 2003 tentang Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah; 18.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2000 tentang Rincian

Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor 14 Seri D);

19.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan Struktur Organisasi, tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor 15 Seri D), sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor 23 Seri D), dan diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2002 Nomor 6 Seri D);

(3)

20.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pengendalian dan Perlindungan Sempadan Sungai (lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2003 Nomor : 1, Seri : E).

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

dan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat;

4. Dewan Pewakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

6. Unit Pelayanan Terpadu, yang selanjutnya disingkat UPT adalah Unit Pelayanan Terpadu Kabupaten Kotawaringin Barat;

7. Badan adalah semua bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer (CV) dan Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau , Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), firma, koperasi, yayasan serta badan usaha lainnya,

8. Retribusi Daerah adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan hukum;

9. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

(4)

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;

10.Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disebut IMB adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksudkan agar desain, pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai dengan Rencana. Tata Ruang koefisien dasar bangunan, koefisien luas bangunan, koefisien ketinggian bangunan yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan yang menempati bangunan tersebut;

11.Retribusi izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan termasuk merubah bangunan;

12.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan tentang, Retribusi tentang Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

13.Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa/izin tertentu;

14.Surat Pemberitahuan Tagihan Retribusi Daerah yang disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan Perhitungan dan pembayaran yang terutang menurut peraturan Retribusi;

15.Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh Wajib Retribusi baik pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi administrasi;

16.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

17.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atau jumlah Retribusi Daerah yang telah ditetapkan;

18.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari retribusi yang terutang atau yang tidak seharusnya terutang;

19.Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan;

20.Surat Setoran Retribusi Daerah yang disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi Untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang terutang ditetapkan oleh Bupati;

21.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga maupun denda;

22.Utang Retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi atas nama retribusi yang tercantum pada STRD, SKRDKB atau SKRDKBT yang belum kadaluwarsa dan retribusi lainnya yang masih terutang;

23. Kapling/pekarangan adalah suatu perpetakan tanah, yang menurut pertimbangan Pemerintah Daerah dapat dipergunakan untuk tempat mendirikan bangunan;

24.Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang lainnya yang penunjang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri;

(5)

25.Perusahaan industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang berada dalam kawasan industri dan di luar kawasan industri;

26.Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus;

27.Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan lebih dari 15 tahun;

28.Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun;

29.Bangunan Sementara/Darurat adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 5 tahun;

30.Garis sempadan adalah garis pada halaman pekarangan perumahan yang ditarik sejajar dari garis as jalan tepi sungai atau as pagar dan merupakan batas antara bagian kapling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh dibangun bangunan; 31.Jalan Arteri Primer adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan

jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, lalu lintas tidak terputus walau memasuki kota dan tidak terganggu oleh lalu lintas bolak-balik serta didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) km/jam untuk kepentingan lalu lintas yang mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;

32.Jalan Arteri Sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, tidak terganggu lalu lintas lambat, yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, yang didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter untuk Kepentingan lalu lintas yang mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;

33.Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang melayani angkutan/pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, Kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, menghubungkan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota-kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga, lalu lintas tidak terputus walaupun memasuki kota, didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter untuk kepentingan lalu lintas yang mempunyai kapasitas sedang atau besar,

34.Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan yang melayani angkutan/pengumpulan dan pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan masuk dibatasi, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga yang didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter;

35.Jalan Lokal Primer adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, jumlah jalan masuk dibatasi, menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga sampai persil, lalu lintas tidak terputus walaupun memasuki kota, didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter;

36.Jalan Lokal Sekunder adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, jumlah jalan masuk dibatasi, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga yang

(6)

didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter;

37.Tarif Harga Dasar Bangunan adalah harga riil bangunan yang dihitung dari luas per meter persegi;

38.Koefisien Dasar Bangunan, yang selanjutnya disingkat KDB adalah bilangan pokok atas perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas kapling/pekarangan.

39.Koefisien Lantai Bangunan, yang selanjutnya disingkat KLB adalah bilangan pokok atas perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas kapling/pekarangan;

40.Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut.

41.Merubah bangunan adalah pekerjaan mengganti atau menambah bangunan yang ada termasuk pekerjaan yang membongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut;

42.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban terhadap peraturan perundangan yang berlaku;

43.Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, SUBYEK DAN OBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

(1)Nama Retribusi adalah Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

(2)Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

(3)Obyek Retribusi adalah Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 3

Retribusi IMB digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu, BAB IV

WILAYAH RETRIBUSI

Pasal 4

(7)

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 5

(1)Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi adalah pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian IMB berdasarkan kemanfaatan dan keadilan.

(2)Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari biaya formulir pendaftaran, biaya pemeriksaan gambar, koreksi gambar meliputi arsitektur dan konstruksi, biaya pengecekan dan pengukuran lokasi, biaya pemetaan, biaya pengendalian dan pengawasan, dan biaya sempadan.

BAB VI

BESARNYA TARIF RETRIBUSI Bagian Pertama Tarif Bangunan

Pasal 6

(1)Tarif Bangunan ditetapkan dengan rumus sebagai berikut

Tarif Bangunan = Luas Bangunan x Tarif Harga Dasar Bangunan per meter persegi x Koefisien Lantai Bangunan x Koefisien Klasifikasi Konstruksi Bangunan x Koefisien Letak Bangunan x Prosentase Fungsi bangunan.

(2)Ketentuan tentang Tarif Harga Dasar Bangunan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan sebagai satu kesatuan Yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

(3)Koefisien Retribusi IMB terdiri dari Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Klasifikasi Konstruksi Bangunan, Koefisien Letak Bangunan dan Prosentase Fungsi Bangunan, dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

(4)Besarnya Tarif Harga Dasar Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berubah sesuai harga satuan yang berlaku dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah mendapat persetujuan Pimpinan DPRD.

Bagian Kedua

Tarif Retribusi Bangunan Rumah Tinggal dan Jasa

Pasal 7

Tarif Retribusi Bangunan Rumah Tinggal dan Jasa ditetapkan dengan rumus sebagai berikut: Tarif Retribusi = Tarif Bangunan x (Biaya pendaftaran 1% + Biaya pemeriksaan

(8)

Bagian Ketiga

Tarif Retribusi Bangunan Industri dan Bangunan di Kawasan Industri

Pasal 8

(1)Tarif Retribusi Bangunan Industri dan Bangunan di Kawasan Industri ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

Tarif Retribusi = Luas Bangunan x Tarif harga Dasar Bangunan Industri per meter persegi x 2 %.

(2) Ketentuan tentang Tarif Harga Dasar Bangunan Industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

(3)Besarnya Tarif Harga Dasar Bangunan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berubah sesuai harga satuan yang berlaku dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah mendapat persetujuan Pimpinan DPRD.

Bagian Keempat

Tarif Retribusi Balik Nama IMB

Pasal 9

Balik Nama atas IMB dikenakan biaya retribusi sebesar 10% (Sepuluh per seratus) dari besarnya perhitungan kembali retribusi IMB yang bersangkutan.

BAB VII

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 10

(1)Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 12 (dua belas) bulan atau ditetapkan oleh Bupati.

(2)Saat terutang retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB VIII

SURAT PEMBERITAHUAN TERUTANG

pasal 11 (1)Setiap Wajib Retribusi, wajib mengisi SPTRD.

(2)SPTRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.

(3)Bentuk, isi dan tata cara pengisian serta pengambilan SPTRD ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(9)

Pasal 12

(1)Penetapan retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD.

(2)Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh Wajib Retribusi sebagaimana mestinya, maka diterbitkan SKRD karena Jabatan.

(3)Bentuk, isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 13

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap sehingga menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRD Tambahan.

BAB IX

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN

Pasal 14

(1)Pembayaran retribusi dilakukan oleh Wajib Retribusi ke Kas Daerah melalui Kantor UPT dengan menggunakan SKRD atau SKRD Tambahan.

(2)Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.

(3)Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain harus ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 15

Semua hasil penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 wajib disetorkan ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 X 24 jam atau dalam waktu yang ditetapkan oleh Bupati.

BAB X

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 16

(1)Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2)Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(3)Surat teguran sebagaimana dimaksud ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati melalui Kepala Dinas Pendapatan Daerah.

(10)

BAB XI

TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 17

(1)Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2)Pelaksanaan pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 18

Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Pemerintah Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam bulan) dan atau denda paling banyak 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

BAB XIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 19

(1)Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyelidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.

(2)Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena kewajibannya mempunyai wewenang :

a. memiliki surat tugas setiap melakukan penyidikan;

b. mempelajari laporan dan pengaduan tentang adanya tindak pidana;

c. melakukan penghentian usaha dan atau kegiatan atas perbuatan tersangka selama proses penyidikan;

d. memeriksa bukti diri dari tersangka;

e. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan benda fisik dan atau dokumen usaha/kegiatan;

f. melakukan pemeriksaan, penahanan, dan penyitaan bukti fisik dan atau dokumen usaha/kegiatan;

g. mengambil sidik jari dan memotret bukti fisik maupun tersangka; h. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi;

i. meminta pendapat para ahli yang berhubungan dengan pemeriksaan perkara; j. melakukan penghentian penyidikan.

(3)Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini membuat Berita Acara setiap tindakan tentang :

(11)

b. penggeledahan tempat kejadian usaha dan atau kegiatan; c. penyitaan benda/barang bukti,-

d. pemeriksaan surat dan saksi;

e. pemeriksaan di tempat kejadian, dan mengirimkannya kepada Penuntut Umum dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.

(4)Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku-

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 1999 Nomor : 4, Seri : C) dan peraturan pelaksanaannya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi

Pasal 21

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 22

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat

Ditetapkan di Pangkalan Bun pada tanggal 17 Juli 2007

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Cap/ttd.

(12)

Diundangkan di Pangkalan Bun pada tanggal 19 Juli 2007.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT,

Cap/ttd.

Drs. KUSNAN ARIADY N. NIP. 010 072 420

Referensi

Dokumen terkait

Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat melalui kontribusi sektor- sektor produksi yang membentuk nilai PDRBnya. Sepanjang tahun 2008, Sektor

Pada penelitian ini, hanya sedikit partisipan yang merasakan keterikatan kerja yang tinggi sehingga tidak banyak dari mereka yang dengansegaja menghabiskan

Mengungkapkan latar belakang masalah yaitu agar anak-anak di Bekasi dapat mendapatkan kebugaran.Rumusan masalah, tujuan merancang pusat kebugaran yang terpadu

Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi dari sampah, rumput dan berbagai hal lain yang dapat menganggu pelaksanaan

Tidak terdapat hubungan yang berarti antara Kapasitas Vital Paru dengan Daya Tahan Kardiorespiratori dengan nilai hanya sebesar 0,09, dengan demikian hipotesis kerja yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian balita yang menderita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Piyungan Bantul pada bulan Januari 2010 sampai Juni 2010, terpapar oleh

Untuk viskositas karagenan dengan penambahan konsentrasi KOH didapatkan viskositas karagenan semakin menurun dan viskositas karagenan tertinggi didapat pada konsentrasi KOH 0,1

Dini merupakan sesuatu yang lahir lebih cepat, belum waktunya dan pagi-pagi sekali. Maka pernikahan dini yang dimaksud adalah pernikahan dini yang dilakukan oleh seorang