• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh. Lelono Aji Widiasputra NIM : TUGAS AKHIR. Program Studi Kimia. Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Kristen Satya Wacana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh. Lelono Aji Widiasputra NIM : TUGAS AKHIR. Program Studi Kimia. Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Kristen Satya Wacana"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Status Mutu Air Sumur Gali di Dusun - Dusun Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Ngronggo Salatiga

(Kajian Berdasarkan Kandungan Logam Berat (Pb dan Cu) dan Bakteriologis) A Status of Dig Wells Water Quality in the Villages Around the Dump Site Ngronggo

Salatiga

(The Study Based on Heavy Metals (Pb and Cu) Content and Bacteriologic

Oleh

Lelono Aji Widiasputra NIM : 652011020

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga 2015

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Status Mutu Air Sumur Gali di Dusun - Dusun Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Ngronggo Salatiga

(Kajian Berdasarkan Kandungan Logam Berat (Pb dan Cu) dan Bakteriologis) A Status of Dig Wells Water Quality in the Villages Around the Dump Site Ngronggo

Salatiga

(The Study Based on Heavy Metals (Pb and Cu) Content and Bacteriologic

Lelono Aji Widiasputra*, A. Ign. Kristijanto **, dan Sri Hartini** *) Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika **) Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana Jalan Diponegoro 52 – 60, Salatiga – 50711

ABSTRACT

The use of controlled landfill system in the Ngronggo Dump Site Salatiga in the end of 2012 should be able to reduce groundwater contamination which had been occurred in these place. Therefore in July until December 2014, a study to determine water quality and heavy metal content of lead (Pb2+) and Copper (Cu2+) in the dig wells water of the villages near the Dump Site Ngronggo were conducted. The water samples were taken by disproportional stratification sampling method and measured the heavy metals (Pb2+ and Cu2+), physic-chemical and bacteriologic parameter. The data were compared with Government Regulation No.82 of 2001 and using STORET method to determine the water quality. The results at this study showed that out of 88 dig wells water distributed across 12 villages near the Dump Site Ngronggo, 88% had a Cu2+ content exceeded the quality standards and 72% exceeded the minimum limit of Pb2+ on the water. This results confirm the water quality determination which considered as a poor quality. This study shows that groundwater contamination still occur despite the use of controlled landfill system and its application is still not able to handle the groundwater contamination occurred in the Dump Site Ngronggo Salatiga.

(10)

PENDAHULUAN

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009). Salah satu penyebab utama dari pencemaran lingkungan adalah sampah. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses-proses alam yang berbentuk padat. Sampah-sampah yang ada pada akhirnya akan dikumpulkan menjadi satu dan dibawa menuju tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah (Anu, 2012).

TPA Ngronggo yang berada di Kelurahan Kumpul Rejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga merupakan satu-satunya TPA yang ada di kota Salatiga. Menurut Pramusinta (2013), TPA ini mempunyai kapasitas sebesar 5,3 Ha dan tiap harinya menampung sebanyak 326 m3 atau sekitar 82 ton sampah sehingga pada tahun 2013

luas lahan yang telah tertimbun sampah mencapai 3,2 Ha atau sebanyak 60,3% lahan TPA telah terpakai. Bertambahnya jumlah sampah di TPA Ngronggo berdampak pada meningkatnya jumlah air lindi yang dihasilkan, karena menurut Keman (2003) sampah yang tertimbun di TPA dapat mengalami dekomposisi bersama air hujan dan menghasilkan cairan lindi (lechate). Lebih lanjut Christensen et al. (2001) menyatakan bahwa senyawa logam berat merupakan penyusun komposisi dalam air lindi.

Dimulai dari tahun 2012, TPA Ngronggo menerapkan sistem controlled landfill (Suara Merdeka, 2012). Dengan sistem ini, air lindi yang dihasilkan tidak meresap ke dalam air tanah karena pada dasar tempat pembuangannya diletakkan alas untuk menampung air lindi yang kemudian akan disalurkan ke IPAL (Osaki et al, 2006). Namun ketika awal didirikannya TPA Ngronggo pada tahun 1994 hingga akhir 2011 pengelolaannya menggunakan sistem terbuka (open dumping). Pada sistem ini, sampah dibuang begitu saja tanpa ada perlakuan apapun (Anu, 2012). Sehingga cairan lindi ini akan merembes kearah lapisan tanah dibawahnya dan mencemari tanah serta aliran air tanah disekitarnya (Minh et al, 2006).

Sampai saat ini banyak penelitian telah dilakukan untuk meneliti dampak dari sistem open dumping TPA Ngronggo terhadap kandungan logam berat dan kualitas air

(11)

tanah. Mahargyo (2008) dan Anu (2012), melaporkan bahwa pada radius kurang maupun lebih 1 kilometer dari TPA Ngronggo, konsentrasi logam berat Pb2+ dan Cu2+ telah melebihi baku mutu yang ditentukan. Sedangkan Musta’in (2007), menunjukkan bahwa keberadaan TPA Ngronggo memberikan dampak fisik berupa lahan rusak serta terjadinya penurunan kualitas air dalam radius 1 km. Lebih lanjut Van Harling (2008), melaporkan bahwa air tanah di dusun-dusun sekitar TPA Ngronggo Salatiga tercemar E.coli dan berstatus cemar ringan (100%).

Dengan diterapkannya sistem Controlled Landfill di TPA Ngronggo sejak 2012, seharusnya dapat mengurangi tingkat pencemaran dan meningkatkan kualitas air tanahnya. Namun belum dilakukan penelitian yang mengkaji tentang kandungan logam berat serta kualitas air tanah di dusun-dusun sekitar TPA Ngronggo setelah menggunakan sistem Controlled Landfill. Sehingga penelitian tentang penetapan status mutu air sumur gali perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas air tanah disekitar TPA Ngronggo terhadap baku mutu air yang berlaku. Salah satu cara penentuan status mutu air dapat menggunakan metode STORET yang prinsip penggunaannya dengan membandingkan data kualitas air terhadap baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya. Metode ini menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) (Matahelumual, 2007).

Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan konsentrasi logam berat Timbal (Pb2+) dan Tembaga (Cu2+) dalam air sumur gali di dusun-dusun sekitar TPA Ngronggo.

2. Menentukan Status Mutu Air sumur gali di dusun-dusun sekitar TPA Ngronggo setelah menggunakan sistem Controlled Landfill dengan metode STORET.

(12)

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana pada bulan Oktober 2014 hingga Desember 2014. Lokasi pengambilan sampel tersebar di sumur gali tiap dusun-dusun sekitar TPA Ngronggo Salatiga.

Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel air sumur gali yang diambil dari lokasi pemukiman penduduk di desa sekitar daerah TPA. Sedangkan bahan - bahan kimiawi yang digunakan antara lain: Buffer Powder Pillow, Aquades, Cuver Copper Reagent Powder Pillow, MnSO4 (Merck), H2SO4 (Merck), HgSO4

(Merck), Na2S2O3 (Merck), K2Cr2O7 (Merck), KI (Merck), Bromocressol Green Methly

Red, Feroin, Sulfaver, Lactose Broth (Merck) dan DPD Free Chlorine.

Piranti

Piranti yang digunakan antara lain Spektrofotometer HACH (DR/EL 2000), Conductivity / TDS-meter (YK-2001 CT), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) (Perkin Elmer 3110) dan piranti kaca.

Metode

Lokasi Pengambilan Sampel

Sampel air sumur diambil dari 12 dusun di daerah sekitar TPA Ngronggo Salatiga yaitu Belon, Promasan, Ngemplak, Slumut, Tetep, Tetepwates, Randuacir, Salam, Sugihwaras, Ploso, dan Kembang (Gambar 1, Lampiran 1) sedangkan cuplikan air sumur gali di dusun-dusun sekitar TPA Ngronggo Salatiga diambil secara stratifikasi disproporsional dan jumlah cuplikan sumur disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Cuplikan Sumur Dari 11 Dusun di Sekitar TPA Ngronggo Salatiga

Arah dari TPA Dusun Jumlah Cuplikan Sumur

Barat Laut Belon 6

Ngronggo 10 Utara Ngemplak 6 Slumut 4 Timur Laut Promasan 8 Randuacir 10 Tetep 10 Tetepwates 10 Timur Salam 4 Tenggara Sugihwaras 8 Kembang 2 Ploso 10 Jumlah 88

(13)

Penentuan Konsentrasi Cu2+, Pb2+, Bakteriologis dan Parameter Fisiko-Kimiawi

Contoh air yang diambil dari sumur gali di dusun-dusun sekitar TPA Ngronggo Salatiga diukur parameter fisiko-kimiawi-bakteriologisnya sesuai Tabel 2.

Tabel 2 Parameter Fisiko-Kimiawi-Bakteriologis dan Metode/Piranti Penelitian

Parameter Metode / Piranti

Fisikawi

Suhu (oC) DHL (µs/cm) TDS (mg/L)

Termometer

Conductivity / TDS-meter YK-2001 CT Conductivity / TDS-meter YK-2001 CT Kekeruhan (FTU) Spektrofotometer HACH DR/EL 2000 Warna (PtCo) Spektrofotometer HACH DR/EL 2000

Kimiawi

pH Conductivity / TDS-meter YK-2001 CT

Alkalinitas (mg CaCO3/L) Titrasi (Alaerts dan Santika, 1987) BOD5 (mg/L) Titrasi (Alaerts dan Santika, 1987) COD (mg/L)

Cl2 (mg/L) SO42- (mg/L)

Titrasi (Alaerts dan Santika, 1987) Spektrofotometer HACH DR/EL 2000 Spektrofotometer HACH DR/EL 2000 Cu2+ (mg/L)

Pb2+ (mg/L)

Spektrofotometer HACH DR/EL 2000 Perkin Elmer AAS 3110

Bakteriologis

Total Koliform MPN (Most Probable Number) (Randa, 2012)

Penentuan Status Mutu Air dengan Metode STORET (Matahelumual, 2007)

Penentuan status mutu badan air dengan metode STORET dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengukuran dengan baku mutu yang sesuai dengan kelas air. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air maka diberi skor 0 namun jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air maka diberi skor sesuai Tabel 3.

Tabel 3 Skor untuk metode STORET

Jumlah Percontoh Nilai Parameter

Fisika Kimia Biologi

< 10 Maksimum -1 -2 -3 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 ≥ 10 Maksimum -2 -4 -6 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18

(14)

Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan kriteria dari US-EPA menjadi 4 status :

Status A : baik sekali, skor = 0  memenuhi baku mutu Status B : baik, skor = -1 s.d -10  cemar ringan

Status C : sedang, skor = -11 s.d -30  cemar sedang Status D : buruk, skor = ≤ -31  cemar berat

Analisa Data

Data kandungan logam berat (Pb2+ dan Cu2+), fisiko – kimiawi dan bakteriologis

air sumur dianalisis dengan metode STORET (Matahelumual, 2007) kemudian dibandingkan dengan persyaratan standar baku mutu untuk kualitas air minum sesuai Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. Tebaran mutu status mutu air sumur gali selanjutnya dianalisis dengan PCA (Principal Component Analysis) (MATLAB).

(15)

* Hasil dan Pembahasan ini pernah dipublikasikan dalam Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII UNS dengan tema

Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi” di Surakarta, tanggal 18 April 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengukuran Kandungan Logam Berat Cu2+ dan Pb2+ (*)

Seluruh hasil pengukuran parameter fisika, kimia dan bakteriologis terhadap 88 air sumur gali disajikan dalam Tabel Hasil Pengukuran (Lampiran 2). Klasifikasi air sumur gali didasarkan pada dusun dan arah mata angin. Klasifikasi berdasarkan dusun dilakukan untuk menganalisa dampak keberadaan TPA Ngronggo Salatiga terhadap air sumur gali terkait dengan jarak sedangkan klasifikasi berdasarkan arah mata angin terkait dengan sebaran dari cemaran yang bersumber dari TPA. Data jumlah sumur yang memiliki kandungan Cu2+ dan Pb2+ diatas baku mutu berdasarkan dusun dan arah mata angin disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4 Jumlah Sumur yang Tercemar Logam Berat Cu2+ dan Pb2+ Berdasarkan

Dusun Dusun Jumlah Contoh Cu2+ Pb2+ Jumlah Rentang (mg/L) Jumlah Rentang (mg/L) Ploso 10 8 (80%) 0,04 - 0,08 8 (80%) 0,032 - 0,049 Kembang 2 2 (100%) 0,05 - 0,06 2 (100%) 0,041 - 0,048 Sugihwaras 8 7 (87,5%) 0,05 - 0,13 6 (75%) 0,035 - 0,058 Salam 4 3 (75%) 0,08 - 0,12 4 (100%) 0,043 - 0,052 Randuacir 8 6 (75%) 0,03 - 0,08 5 (62,5%) 0,031 - 0,042 Tetep 10 6 (60 %0 0,03 - 0,13 3 (30%) 0,031 - 0,037 Tetepwates 10 10 (100%) 0,03 - 0,17 1 (10%) 0,031 Promasan 10 10 (100%) 0,09 - 0,19 10 (100%) 0,047 - 0,079 Slumut 4 4 (100%) 0,05 - 0,14 4 (100%) 0,044 - 0,054 Ngemplak 6 6 (100%) 0,12 - 0,28 5 (83,4%) 0,031 - 0,041 Belon 6 6 (100%) 0,03 - 0,24 6 (100%) 0,034 - 0,059 Ngronggo 10 10 (100%) 0,21 - 0,44 10 (100%) 0,097 - 0,157 Total 88 78 (88%) 64 (72%)

Tabel 5 Jumlah Sumur yang Tercemar Logam Berat Cu2+ dan Pb2+ Berdasarkan

Arah Mata Angin

Arah Mata Angin Jumlah Contoh Cu2+ Pb2+ Jumlah Rentang (mg/L) Jumlah Rentang (mg/L) Timur 4 3 (75%) 0,08 - 0,12 4 (100%) 0,043 - 0,052 Tenggara 20 17 (85%) 0,04 - 0,13 16 (80%) 0,032 - 0,058 Barat Laut 16 16 (100%) 0,03 - 0,44 16 (100%) 0,034 - 0,157 Utara 10 10 (100%) 0,05 - 0,28 9 (90%) 0,031 - 0,054 Timur Laut 38 32 (84%) 0,03 - 0,19 19 (50%) 0,031 - 0,079 Total 88 78 (88%) 64 (72%)

(16)

Dari Tabel 4 dan Tabel 5 terlihat bahwa sebanyak 78 dari 88 air sumur gali atau sebesar 88% air sumur gali telah tercemar Cu2+ karena nilai konsentrasi Cu2+ di atas baku mutu. Nilai Cu2+ tertinggi berada di Dusun Ngronggo dengan kandungan sebesar 0,440 mg/L. Nilai ini telah jauh melebihi baku mutu yang hanya sebesar 0,02 mg/L. Sama halnya dengan logam Cu2+, kandungan logam Pb2+ tertinggi juga berada pada

Dusun Ngronggo dengan kandungan sebesar 0,157 mg/L. Sebanyak 72% (64 sumur gali) dari 88 sumur gali telah tercemar Pb2+(baku mutu = 0,03 mg/L). Hampir di seluruh

arah mata angin (timur, tenggara, barat laut, utara dan timur laut) lebih dari 70% air sumur galinya telah tercemar logam Cu2+ dan Pb2+. Kecuali untuk logam Pb2+ diarah timur laut yang hanya 50% air sumur galinya telah tercemar.

Perbedaan dari Tabel 4 dan Tabel 5 adalah pada nilai rentangnya (range). Data range cemaran logam berat Cu2+ dan Pb2+ pada Tabel 4 lebih kecil dibandingkan pada range logam berat Cu2+ dan Pb2+ pada Tabel 5. Reimann (2008) mengatakan bahwa salah satu penyebab besarnya variansi data adalah nilai range yang juga besar. Hal ini menunjukkan bahwa variansi nilai logam berat lebih banyak ketika diklasifikasikan berdasarkan arah mata angin. Selain jumlah contoh, besarnya range nilai ini disebabkan oleh sebaran air sumur gali yang searah memiliki jarak dari TPA yang lebih bervariasi (± 1km). Sedangkan klasifikasi berdasarkan dusun memiliki range yang lebih kecil dikarenakan air sumur gali sudah dikelompokkan dalam satu dusun dan memiliki jarak dengan TPA yang relatif sama.

Besarnya jumlah ion logam Cu2+ dan Pb2+ yang berada dalam air tanah ini dikarenakan logam tersebut juga dapat ditemukan secara alami didalam lapisan tanah dengan jumlah yang sedikit (logam jarang) dalam bentuk sulfida (Palar, 2004). Timbal juga dapat masuk ke perairan melalui pengkristalan dengan bantuan air hujan. Persenyawaannya bisa dalam bentuk ion divalen (Pb2+) atau tetravalen (Pb4+)

(Mahargyo, 2008 dan Palar, 2004). Sedangkan tembaga (Cu2+) merupakan logam berat

esensial yang masih diperlukan tubuh dalam jumlah tertentu namun keberadaannya yang berlebihan dapat menjadikannya zat racun dalam tubuh (Mrabawani, 2014).

Penentuan Status Mutu Air Sumur Gali

Hasil pengukuran parameter fisika,kimia dan bakteriologis air sumur gali diolah menggunakan metode STORET sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003. Hasil scoring dan penentuan status mutu menggunakan metode STORET

(17)

ditelaah berdasarkan dusun dan arah mata angin disajikan dalam Tabel 6 dan Tabel 7

berikut :

Tabel 6 Hasil Scoring dan Penentuan Status Mutu dengan Metode STORET

Berdasarkan Dusun

Dusun Jumlah

Contoh

Skor Metode STORET Skor

Total Status

Fisika Kimia Bakteriologis

Ploso 10 0 -48 -30 -78 Buruk Kembang 2 0 -28 -15 -43 Buruk Sugihwaras 8 0 -26 -15 -41 Buruk Salam 4 0 -28 -15 -43 Buruk Randuacir 8 0 -34 -15 -49 Buruk Tetep 10 0 -56 -30 -86 Buruk Tetepwates 10 0 -56 -30 -86 Buruk Promasan 10 0 -60 -30 -90 Buruk Slumut 4 0 -30 -15 -45 Buruk Ngemplak 6 0 -26 -15 -41 Buruk Belon 6 0 -28 -15 -43 Buruk Ngronggo 10 0 -60 -30 -90 Buruk

Tabel 7 Hasil Scoring dan Penentuan Status Mutu dengan Metode STORET

Berdasarkan Arah Mata Angin

Arah Mata Angin

Jumlah Contoh

Skor Metode STORET Skor

Total Status

Fisika Kimia Bakteriologis

Timur 4 0 -28 -15 -43 Buruk

Tenggara 20 0 -48 -30 -78 Buruk

Barat Laut 16 0 -60 -30 -90 Buruk

Utara 10 0 -56 -30 -86 Buruk

Timur Laut 38 0 -56 -30 -86 Buruk

Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 di atas, mutu air sumur gali didusun-dusun sekitar TPA Ngronggo berstatus buruk. Pembagian air sumur gali berdasarkan dusun dan berdasarkan arah mata angin semuanya menunjukkan skor yang lebih kecil dari -31 sehingga semuanya berstatus buruk. Buruknya skor metode STORET yang didapat diakibatkan oleh parameter kimia dan bakteriologis. Parameter kimia mencakup juga kandungan logam berat sehingga memberikan andil yang cukup besar dalam pemberian skor. Terlebih lagi pembahasan dari Tabel 4 juga telah menunjukkan bahwa 88% air

(18)

sumur memiliki kandungan Cu2+ diatas baku mutu dan 72% juga mengandung Pb2+ diatas baku mutu sehingga buruknya status mutu air sumur gali sangat disebabkan oleh banyaknya kandungan logam berat tembaga dan timbal.

Parameter lain yang juga memiliki andil yang cukup besar dalam scoring metode STORET adalah parameter Total Koliform. Dari 88 sampel air sumur gali yang diteliti semuanya positif mengandung bakteri koliform. Nilai terendahnya adalah 200 MPN/100ml sedangkan nilai terbesar adalah 7800 MPN/100ml. Baku mutu dari jumlah koliform dalam air minum adalah 100 MPN/100ml sehingga semua cuplikan air sumur gali mengandung bakteri koliform melebihi baku mutu yang ditentukan. Pencemaran bakteri koliform bersumber bakteri patogen yang tinggal didalam usus manusia dan hewan berdarah panas dan dapat mencemari lingkungan melalui tinjanya (Alaerts dan Santika, 1987). Informasi dari warga setempat menunjukkan bahwa letak sumur dengan kamar mandi warga relatif dekat (kurang dari 10 meter) sehingga hasil analisa bakteri koliform menunjukkan hasil yang positif.

Analisa Korelasi Berganda dan Principle Component Analysis

Data hasil analisa PCA disajikan dalam bentuk biplot karena dapat memperlihatkan data dalam bentuk vektor (besaran dan arah) (Jolliffe, 1986). Didukung oleh Reimann (2008) yang menambahkan bahwa panjangnya sebuah vector pada biplot merepresentasikan skor (value) dalam variabel tersebut sedangkan arah dalam hal ini sudut yang terbentuk antara dua buah vektor memperlihatkan korelasi antara variabel tersebut. Berkorelasi positif apabila sudut yang terbentuk mendekati 0o, berkorelasi negatif bila membentuk sudut mendekati 180o dan tidak ada korelasi bila mendekati 90o. Pada penelitian ini, ada 16 variabel yang digunakan untuk analisa PCA yaitu : Jarak, Kedalaman, Suhu, TDS, DHL, Warna, Kekeruhan, pH, Alkalinitas, BOD, COD, Cl2,

Cu2+, Pb2+, SO

4, dan Total Koliform. Hasil Analisa PCA dan korelasi disajikan dalam

(19)
(20)

Berdasarkan Gambar 2 parameter yang mempunyai nilai paling besar dalam analisa PCA adalah Sulfat (v = 0,7238) kemudian diikuti berurutan oleh Timbal (v = 0,571), Klorin (v = 0,5476), Jarak (v = 0,5369) dan Tembaga (v = 0,4145). Kelima parameter tersebut dinyatakan sebagai parameter yang dominan sebagai penyebab pencemaran karena mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk komponen 1 (sumbu x) dan komponen 2 (sumbu y). Parameter lainnya yang juga memiliki peran dalam membentuk komponen 1 dan 2 adalah TDS (v = 0,3766) dan DHL (v = 0,3661). Parameter lain yang berada pada pusat memiliki value yang rendah sehingga komponen 1 dan 2 hanya memiliki sedikit informasi mengenai parameter tersebut dan dinyatakan dalam vektor yang kecil pada biplot (Reimann, 2008). Nilai value hasil PCA tiap parameter tersaji dalam Tabel 8.

Parameter PCA Value

Sulfat 0,7238 Timbal 0,571 Klorin 0,5476 Jarak 0,5369 Tembaga 0,4145 TDS 0,3766 DHL 0,3661 COD 0,2328 Total Koliform 0,1519 BOD 0,1315 Alkalinitas 0,0913 pH 0,0664 Kekeruhan 0,0616 Warna 0,0431 Kedalaman 0,0304 Suhu 0,0196

Dari Gambar 2 juga terlihat bahwa parameter jarak dengan tembaga dan timbal membentuk sudut yang mendekati 180o. Hal ini dibuktikan dalam Tabel Analisa

Korelasi Berganda (Lampiran 3) yang menunjukkan bahwa konsentrasi Cu2+ dan Pb2+

berkorelasi negatif dengan jarak, yaitu untuk Cu2+ (r= -0,513) dan untuk Pb2+ (r= -0,688). Hasil korelasi ini menunjukkan bahwa semakin jauh terhadap sumber cemaran (TPA Ngronggo) maka semakin rendah kandungan logam Cu2+ dan Pb2+. Sebaliknya

(21)

* Hasil dan Pembahasan ini pernah dipublikasikan dalam Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII UNS dengan tema

Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi” di Surakarta, tanggal 18 April 2015

semakin dekat jarak dari TPA, maka kandungan logam Cu2+ dan Pb2+ akan meningkat. Sedangkan korelasi antara logam Cu2+ dengan Pb2+ menunjukkan nilai r= + 0,719 yang berarti bahwa semakin besar konsentrasi Cu2+ dalam air sumur maka akan diikuti dengan kenaikan konsentrasi Pb2+. Hal ini didukung dengan kecilnya sudut yang terbentuk oleh parameter timbal dengan tembaga pada Gambar 2.

Parameter lain yang memiliki korelasi cukup besar yaitu Total Koliform dengan BOD (r = +0,515) yang keduanya saling merujuk pada jumlah bakteri dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi oksidasi (Alaerts dan Santika, 1987). Parameter lain yang serupa adalah pH dengan Alkalinitas yang memiliki koefisien r = +0,908. Menurut Alaerts dan Santika (1987), Alkalinitas merupakan nilai ketahanan terhadap keasamaan yang dinyatakan dalam mg CaCO3/l sehingga naiknya nilai alkalinitas akan

menyebabkan air cenderung basa (pH > 7).

Dampak TPA Ngronggo Terhadap Kualitas Air Sumur Gali (*)

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meneliti dampak keberadaan TPA Ngronggo terhadap kualitas air tanah disekitarnya. Sistem Controlled landfill sendiri diterapkan pada akhir tahun 2012, sehingga penelitian yang dilakukan sebelum itu merujuk pada penggunaan sistem open dumping yang diterapkan dari tahun 1994. Van Harling (2008) menyatakan bahwa air tanah didusun-dusun sekitar TPA Ngronggo telah tercemar bakteri E.coli (100%). Hal ini tidak menunjukkan perbedaan dengan hasil yang didapat pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa seluruh air sumur gali yang diteliti juga tercemar bakteri coliform. Hasil serupa yang mengkaji tentang logam berat Pb2+ dan Cu2+ dirangkum dalam Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Hasil Penelitian Logam Berat (Pb2+ dan Cu2+) Tahun 2008 Hingga 2014

Tahun Penelitian

Konsentrasi Logam Berat (Range)

Timbal (mg/L) Peneliti Tembaga (mg/L) Peneliti

2008 0,001 – 0,027 Mahargyo (2008) 0,00 – 0,10 Van Harling (2008) 2011 0,007 – 0,046 Awang (2011) 0,00 – 0,16 Anu (2012)

2014 0,011 – 0,157 0,01 - 0,440

Dari Tabel 9, data konsentrasi logam tembaga dan timbal didapatkan hasil yang bervariasi, namun selalu ada peningkatan dari tahun 2008 hingga 2014. Rentang nilai konsentrasi logam maksimal untuk timbal sebesar 0,027 mg/L di tahun 2008, kemudian

(22)

naik menjadi 0,046 mg/L di tahun 2011 dan 0,157 mg/L di tahun 2014. Demikian pula dengan logam tembaga, mula-mula di tahun 2008 mempunyai nilai terbesar sebesar 0,1 mg/L, kemudian naik menjadi 0,16 mg/L (tahun 2011) dan ditahun 2014 menjadi 0,44 mg/L. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2 tahun, pencemaran air sumur gali masih terjadi dan besar kemungkinan bahwa kandungan logam – logam ini disebabkan oleh kondisi air tanah yang sudah lebih dahulu tercemar oleh Cu2+ dan

Pb2+ dalam jangka waktu yang cukup lama (±18 Tahun). Sehingga penerapan system

Controlled landfill yang baru 2 tahun masih belum dapat mengurangi tingkat pencemaran air tanah yang terjadi didusun - dusun sekitar TPA Ngronggo Salatiga.

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebanyak 88% atau 78 dari 88 air sumur yang diteliti mengandung Cu2+ yang lebih dari baku mutu dengan kandungan tertinggi sebesar 0,440 mg/L (Dusun Ngronggo) sedangkan 72% atau 64 dari 88 air sumur mengandung Pb2+ yang

melebihi baku mutu dengan konsentrasi tertinggi sebesar 0,157 mg/L (Dusun Ngronggo)

2. Berdasarkan dengan penghitungan metode STORET Status mutu air sumur gali didusun-dusun sekitar TPA Ngronggo Salatiga dikategorikan berkualitas buruk.

Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Perlu ditambahkan data mengenai intensitas curah hujan dalam kurun waktu tertentu terkait dengan volume air tanah dan konsentrasi cemarannya.

2. Perlu ditambahkan data mengenai pola, jenis dan ketinggian tanah yang tersebar didaerah Ngronggo untuk mengetahui daya serap tanah terhadap cemaran dari TPA.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan S.S Santika. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional : Surabaya. Anonim. 2012. Sistem Control Landfill TPA Nronggo dioperasikan. Suara

Merdeka.com. (Diunduh tanggal 6 Oktober 2014 pukul 17.31 WIB).

Anu, O. 2013. Kualitas Air Sumur dan Indeks Pencemaran Kadmium [Cd(II)] dan Tembaga [Cu(II)] di Dusun-dusun Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Ngronggo, Salatiga. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Awang, W.W., 2011. Pola Sebaran Air Lindi dan Indeks Asupan Masyarakat

Berdasarkan Kandungan Timbal (Pb) dan Seng (Zn) di Dusun-Dusun Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngronggo , Salatiga. Skripsi. Program Studi Kimia. Universitas Kristen Satya Wacana.

Christensen, H.T, P. Kjeldsen, L.P Bjerg, L.D. Jensen, B.J Christensen, A. Baun, J.H. Albrechtsen, G. Heron. 2001. Biogeochemistry of Landfill Leachate Plumes. Denmark: Departmen of Science and Engineering , Groundwater Research Center, Technical University of Denmark, Lyngby.

Jolliffe, I. T. 1986. Principle Component Analysis. Springer-Verlag : New York.

Keman, S. 2003. Pengaruh Pembuangan sampah Terbuka (Open Dumping) Terhadap Kualitas Kimia Air Sumur Gali Penduduk di Sekitarnya. Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol.4 No.2 Agustus 2003:147-156.

(24)

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Mahargyo, E. 2008 Pola Sebaran Timbal [Pb (II)], Kadmium [Cd (II)] dan Nikel [Ni (II)] dalam Air Tanah di Dusun-Dusun Sekitar Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Sampah Ngronggo, Salatiga. Skripsi. Program Studi Kimia. Universitas Kristen Satya Wacana.

Matahelumual, B.C., 2007. Penentuan Status Mutu Air Dengan Sistem Storet di Kecamatan Bantar Gebang. Pusat Lingkungan Geologi : Bandung.

Minh, N.H., Minh, T.B., Kajiwara, N., Kunisue, T., Subramanian, A., Iwata, H., Tana, T.S., Baburajendran, R., Karuppiah, S., Viet, P.H., Tuyen, B.C. & Tanabe, S. 2006, "Contamination by Persistent Organic Pollutants in Dumping Sites of Asian Developing Countries: Implication of Emerging Pollution Sources", Archives of Environmental Contamination and Toxicology, vol. 50, no. 4, pp. 474-81.

Mrabawani, N. Y. 2014. Status Mutu Sumber Daya Air dan Indeks Kemiskinan Air (IKA) di Kota Salatiga (Studi Kasus di Kecamatan Tingkir). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Musta’in, 2007. Dampak Lingkungan dan Sosial Ekonomi dari TPA Sampah (Studi Kasus TPA Ngronggo Kota Salatiga). Tesis, Program Pasca Sarjana / S2. Universitas Kristen Satya Wacana.

Osaki, K., Kashiwada, S., Tatarazako, N., & Ono, Y. 2006. Tocxicity testing of Leachate From Waste Landfills Using Medaka (Oryzias Latipes) fer Monitoring Environtmental Savety. Environmental Monitoring and Assessment , 73-84.

Palar, Heryando. 2004. Pencemaran & Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta: Jakarta. Pramusinta, B. 2013. Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Kota Salatiga. Salatiga :

Pemerintah Kota Salatiga Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang.

Randa, M.S., 2012. Analisis Bakteri Coliform (Fekal dan Non Fekal) Pada Air Sumur Di Komplek Roudi Manokwari. Universitas Negeri Papua : Papua.

Reimann, Clemens. (2008). Statistical Data Analysis Expalined. West Sussex, England: Wiley.

Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Van Harling, V. N., 2008. Kualitas Air Tanah Berdasarkan Kandungan Tembaga [Cu (II)], Mangan [Mn(II)] dan Seng [Zn (II)], di Dusun-Dusun Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Ngronggo, Salatiga. Skripsi . Program Studi Kimia/S1. Universitas Kristen Satya Wacana.

(25)

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Contoh Air Sumur Gali Di 12 Dusun Sekitar TPA Ngronggo (Sumber : Pemerintah Kota Salatiga)

(26)

Parameter bakteriologis

Dusun NP Jarak KD S uhu TDS DHL Warna Turbidity Alkalinitas BOD5 COD Cl2 Cu2+ Pb2+ S O42- Total koliform

(m) (m) (oC) (mg/L) (µS /cm) (PtCo) (FTU) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (MPN/100ml) Ploso 1 1489 15.2 28 140 290 0 0 6.1 53.424 0.3 8 0.2 0.06 0.019 17 2100 (RW-VI) 2 1476 13.3 29 90 180 0 0 6.3 56.448 0.9 64 0.18 0.02 0.021 14 200 3 1422 12.4 28.5 110 290 0 0 6.3 55.44 0.2 32 0.21 0.01 0.032 11 700 4 1368 12.8 28.5 70 140 30 4 6.4 56.448 0.4 128 0.06 0.06 0.037 4 1100 5 1341 13.2 28 90 180 0 0 6.3 56.448 0.2 24 0.09 0.05 0.031 6 1100 6 1261 10.4 28 60 120 0 0 6.4 55.44 0.8 32 0.07 0.06 0.039 3 200 7 1237 13.7 28 70 140 0 0 6.3 53.424 0.4 64 0.03 0.08 0.041 0 700 8 1218 9.7 28 60 120 12 1 6.2 53.424 1.3 16 0.06 0.04 0.049 2 2800 9 1215 12.4 28 100 210 0 0 6.1 50.4 0.7 56 0.15 0.07 0.047 4 700 10 1159 15.9 28 70 140 18 3 6.2 52.416 1.9 48 0.11 0.05 0.045 0 200 Kembang 11 1046 15.7 29 80 170 28 5 6.5 57.456 1.3 8 0.1 0.06 0.041 8 200 (RW-VII) 12 939 10.3 29 70 150 3 1 6.3 56.448 0.3 40 0.09 0.05 0.048 3 200 Sugihwaras 13 1207 21 29 120 240 0 0 6.3 53.424 1 40 0.07 0.02 0.038 3 700 (RW-V) 14 1245 17.5 29 90 200 0 0 6.2 51.408 1.4 80 0.03 0.05 0.035 1 1100 15 1315 17.2 27 90 190 0 0 6.3 53.424 1.2 16 0 0.1 0.022 0 1100 16 1288 14.2 26.5 130 270 0 0 6.3 53.424 0.5 8 0.05 0.08 0.044 0 200 17 1256 15.9 27 110 220 0 0 6.2 50.4 1.9 88 0.09 0.07 0.025 2 200 18 1180 17.9 26.5 110 220 0 3 6.1 51.408 1.2 16 0.04 0.05 0.045 0 700 19 1087 15.6 27 220 460 31 4 6.2 51.408 1.8 40 0.12 0.13 0.058 16 1300 20 1127 14.1 27 190 390 0 0 6.1 51.408 1.7 16 0.07 0.06 0.047 4 200 Salam 21 724 9.8 30 130 270 0 0 6.1 55.44 0.2 16 0.12 0.02 0.048 0 1500 (RW-I) 22 698 13.2 30 160 330 0 0 6.6 58.464 0.1 24 0.09 0.1 0.052 0 200 23 657 9.3 30 160 320 1 3 6.6 56.448 1.8 80 0.08 0.12 0.043 11 700 24 671 15.2 30 160 340 0 0 6.3 53.424 0.7 16 0.06 0.08 0.046 9 200 Randuacir 25 805 15.7 28 100 220 0 0 6.4 56.448 0.3 16 0.06 0.03 0.032 0 200 (RW-II) 26 885 13.3 28 110 220 0 0 5.8 44.352 0.4 8 0.05 0.01 0.037 1 1100 27 832 15.1 28 90 190 0 0 5.9 43.344 1.5 72 0.03 0.04 0.021 0 700 28 845 15.4 28 100 210 0 0 5.7 40.32 2.2 120 0.05 0.02 0.029 0 700 29 1049 13.9 28 90 190 0 0 5.6 43.344 0.3 8 0.04 0.03 0.035 2 200 30 1060 15 28.5 80 170 0 0 5.7 42.336 0.8 72 0.05 0.06 0.042 1 700 31 1226 12.8 28 80 170 0 1 5.7 43.344 0.5 112 0.07 0.05 0.031 4 1100 32 1280 13.6 27.5 80 180 0 0 5.8 43.344 1.4 96 0.09 0.08 0.029 7 200 Tetep 33 2052 10.5 27 100 210 31 1 6.9 60.48 1.3 80 0.2 0.05 0.021 7 1100 (RW-III) 34 1985 10.7 27 100 200 4 0 6.7 58.464 1.7 72 0.19 0.07 0.019 12 700 35 2012 10.4 27 150 300 10 0 6.9 59.472 8.3 968 0.16 0.02 0.017 5 7800 36 1999 11.9 26 140 280 0 0 6.8 59.472 7.9 824 0.12 0.01 0.029 1 6300 37 1972 12.8 27.5 90 180 93 16 6.9 60.48 2.3 296 0.06 0.04 0.034 2 200 38 1932 13 26 90 190 24 10 6.9 57.456 2.2 248 0.08 0.11 0.021 0 200 39 1865 14.9 27 110 220 20 3 6.8 59.472 0.2 16 0.03 0.13 0.037 7 1100 40 1824 14.3 27.5 100 210 23 1 6.9 59.472 0.3 64 0.06 0.03 0.026 11 200 41 1784 9.3 27 90 180 0 1 6.9 58.464 1.6 88 0.02 0.02 0.024 2 200 42 1744 9.2 27 80 170 0 0 6.7 56.448 1.8 104 0 0.01 0.031 5 700

Parameter fisikawi Parameter kimiawi

(27)

Parameter bakteriologis Dusun NP Jarak KD S uhu TDS DHL Warna Turbidity Alkalinitas BOD5 COD Cl2 Cu2+ Pb2+ S O4

2- Total koliform (m) (m) (oC) (mg/L) (µS /cm) (PtCo) (FTU) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (MPN/100ml) Tetepwates 43 2018 13.3 25.5 170 350 4 1 6.4 56.448 3.2 88 0.13 0.06 0.012 7 1100 (RW-VI) 44 1918 13.1 25 160 330 7 2 6.4 56.448 2.9 72 0.09 0.11 0.011 17 700 45 1945 14.6 25 110 220 15 0 6.4 57.456 1.8 80 0.05 0.17 0.018 6 700 46 1838 14.2 25 100 210 8 0 6.3 56.448 2.1 104 0.04 0.09 0.023 9 700 47 1771 18.3 25.5 160 330 20 0 6.2 54.432 4.5 16 0.11 0.07 0.015 2 200 48 1792 15.2 25 160 320 0 0 6.3 55.44 4.3 8 0.09 0.12 0.023 0 700 49 1757 18.8 25 130 260 0 0 6.3 55.44 2.7 32 0.06 0.06 0.019 5 200 50 1765 19.7 25.5 120 240 0 0 6.3 54.432 2.2 56 0.05 0.09 0.025 1 1100 51 1704 13.5 25 90 190 63 8 6.4 57.456 2 344 0.02 0.03 0.031 7 6700 52 1650 12.2 25 100 200 29 10 6.2 53.424 1.5 168 0.05 0.08 0.027 3 200 Promasan 53 1449 9.6 25.5 100 210 0 0 6.8 56.448 1.6 24 0.15 0.1 0.061 11 200 (RW-II) 54 1382 13.8 25 100 200 0 0 6.7 58.464 1.9 8 0.12 0.13 0.059 3 700 55 1328 12.6 25 60 130 18 3 6.6 56.448 2.7 48 0.02 0.14 0.063 2 200 56 1478 14.8 25 70 140 6 1 6.7 57.456 2.5 24 0.03 0.15 0.047 0 1100 57 1527 9.9 25 130 260 0 0 6.7 57.456 1.1 8 0.22 0.09 0.071 5 1100 58 1288 13.4 25.5 120 250 0 0 6.6 55.44 0.7 32 0.17 0.12 0.062 1 200 59 1033 16.5 25.5 130 270 0 0 6.6 57.456 1 32 0.26 0.17 0.058 3 200 60 864 17.9 26 120 240 0 0 6.4 56.448 1.3 8 0.19 0.14 0.078 0 700 61 791 15.8 25 90 180 0 0 6.4 56.448 1.1 16 0.15 0.19 0.079 6 1700 62 765 14.6 25 90 190 0 1 6.5 56.448 1.5 8 0.13 0.13 0.068 5 1100 Slumut 63 1274 12.6 26 80 170 0 0 6.8 58.464 1.1 96 0.08 0.09 0.049 3 1100 (RW-III) 64 1248 14.7 26 100 180 0 0 6.8 59.472 0.8 64 0.09 0.14 0.054 1 700 65 1234 10.3 26 60 140 183 35 6.8 59.472 1.9 32 0 0.08 0.044 0 4600 66 1221 10.4 27 70 160 56 17 6.8 60.48 2 56 0.01 0.05 0.046 5 3100 Ngemplak 67 1113 13.2 25 90 180 4 0 6.6 57.456 0.8 88 0.03 0.28 0.038 3 200 (RW-IX) 68 1062 12.3 25.5 80 170 2 1 6.4 56.448 0.9 104 0.05 0.12 0.041 0 200 69 1108 12.5 26 90 180 0 0 6.3 56.448 0.8 24 0.03 0.19 0.031 1 700 70 1073 11.3 25 140 290 11 0 6.6 54.432 0.7 72 0.02 0.22 0.029 11 2800 71 1020 12.2 25 150 310 4 0 6.4 53.424 0.6 112 0.11 0.24 0.039 9 1300 72 1006 11.3 25 160 320 0 0 6.5 57.456 0.8 104 0.15 0.15 0.035 16 700 Belon 73 877 13.2 25.5 90 180 1 0 6.7 57.456 0.9 8 0.02 0.17 0.037 3 200 (RW-X) 74 899 12.3 26 80 170 0 0 6.7 58.464 1.2 32 0.07 0.11 0.045 9 200 75 818 12.5 25 60 130 15 2 6.8 54.432 1.1 80 0.05 0.03 0.043 0 700 76 850 11.3 25 70 140 5 0 6.6 55.44 1.7 72 0.02 0.08 0.034 0 200 77 947 12.2 25.5 170 340 0 0 6.7 57.456 1.1 80 0.06 0.24 0.044 2 200 78 1070 11.3 26 160 320 0 0 6.8 58.464 1.5 104 0.08 0.16 0.059 7 200 Ngronggo 79 376 10.3 26 80 170 2 2 6.9 60.48 1.7 968 0.12 0.23 0.137 0 200 (RW-IV) 80 362 10.1 26 80 160 0 0 6.9 61.488 1.6 816 0.14 0.28 0.149 1 1700 81 443 12.5 26 170 340 21 4 6.9 60.48 0.9 984 0.23 0.44 0.121 6 3400 82 499 12.5 26.5 160 320 19 1 7.2 61.488 1.3 424 0.26 0.23 0.151 10 700 83 408 12.8 26 170 350 0 0 7.1 62.496 2.8 24 0.25 0.27 0.097 3 6300 84 394 13.7 26 160 330 0 0 7 62.496 2.7 8 0.21 0.21 0.113 0 700 85 569 14.5 26 210 420 38 5 6.9 60.48 0.5 280 0.29 0.25 0.135 0 1100 86 537 15.8 27 200 400 17 7 7.1 62.496 0.9 88 0.26 0.22 0.147 2 200 87 673 17.2 26.5 80 170 2 0 7.2 62.496 3.1 24 0.15 0.35 0.157 8 1100 88 751 17.5 26 90 180 0 0 7.2 63.504 3.7 40 0.13 0.31 0.145 6 700 BM — — dev 3 1000 — — — 6 — 9 — 2 10 600 0.02 0.03 400 100

Parameter fisikawi Parameter kimiawi

pH (lanjutan)

(28)

Jarak Kedalaman Suhu TDS DHL Warna Kekeruhan pH Alkalinitas BOD COD Klorin Tembaga Timbal Sulfat Total Koliform Jarak 1.000 Kedalaman -0.014 1.000 Suhu -0.161 -0.001 1.000 TDS -0.123 0.139 -0.074 1.000 DHL -0.126 0.133 -0.044 0.992 1.000 Warna 0.162 -0.152 -0.067 -0.121 -0.106 1.000 Kekeruhan 0.095 -0.170 -0.039 -0.145 -0.129 0.938 1.000 pH -0.094 -0.255 -0.356 0.125 0.101 0.217 0.201 1.000 Alkalinitas -0.014 -0.208 -0.324 0.153 0.130 0.222 0.198 0.908 1.000 BOD 0.349 0.034 -0.294 0.163 0.146 0.065 0.042 0.252 0.217 1.000 COD -0.060 -0.280 -0.113 0.109 0.091 0.088 0.070 0.319 0.260 0.431 1.000 Klorin -0.252 -0.004 -0.044 0.498 0.499 -0.138 -0.167 0.349 0.359 0.060 0.224 1.000 Tembaga -0.513 0.041 -0.437 0.293 0.264 -0.062 -0.059 0.523 0.467 -0.018 0.266 0.376 1.000 Timbal -0.688 0.014 -0.125 0.187 0.172 -0.012 0.016 0.539 0.449 -0.033 0.318 0.542 0.719 1.000 Sulfat 0.196 -0.136 0.016 0.278 0.302 -0.034 -0.097 0.065 0.121 -0.054 -0.061 0.252 0.052 -0.107 1.000 Total Koliform 0.100 -0.204 -0.107 0.111 0.112 0.323 0.260 0.196 0.206 0.515 0.474 0.108 0.024 0.022 0.038 1.000

Gambar

Tabel 1  Jumlah Cuplikan Sumur Dari 11 Dusun di Sekitar TPA Ngronggo Salatiga
Tabel 2  Parameter Fisiko-Kimiawi-Bakteriologis dan Metode/Piranti Penelitian
Tabel 4    Jumlah Sumur yang Tercemar Logam Berat Cu 2+  dan Pb 2+   Berdasarkan  Dusun  Dusun  Jumlah  Contoh  Cu 2+ Pb 2+ Jumlah  Rentang  ( mg/L )  Jumlah  Rentang (mg/L)  Ploso  10  8 (80%)  0,04 - 0,08    8 (80%)  0,032 - 0,049  Kembang  2  2 (100%)
Tabel 6  Hasil Scoring dan Penentuan Status Mutu dengan Metode STORET  Berdasarkan Dusun
+5

Referensi

Dokumen terkait

disaat fisik masih dalam keadaan segar disaat fisik masih dalam keadaan segar Kalau kecepatan digabungkan dg power, Kalau kecepatan digabungkan dg power, maka kecepatan juga

Demikian perubahan kami buat untuk dapat di pedomani oleh seluruh calon penyedia yang akan memasukan penawaran pada pelelangan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor : 08/Pan-Kons-DPRD-HH/VII/2012 Tanggal 9 Juli 2012, Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor:

Operasi NAND merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar AND dan NOT. Masukan terdiri dari dua atau lebih variabel mulai dari A, B, … dan satu variabel keluaran Q.

Catatan : Klarifikasi dihadiri oleh Direktur/Kuasa Direktur dengan membawa kelengkapan dokumen perusahaan serta referensi

18 tahun 2017 tanggal 15 Juni 2017 mengenai Cuti Bersama Tahun 2017 dimana tanggal 23 Juni 2017 ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia sebagai hari libur, maka

[r]

Hasil survey awal dilapangan bulan Januari - Juli 2010 di Puskesmas Kampung Baru Medan menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah pasangan usia subur yaitu 980 pasangan, 700