• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR ELISE INGRID TERESA NADEAK PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR ELISE INGRID TERESA NADEAK PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS), DERAJAT

KEASAMAN (pH) DAN TURBIDITAS TERHADAP AIR SUMUR, AIR BOR, AIR PDAM SEBELUM DAN

SESUDAH PROSES PEMANASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

ELISE INGRID TERESA NADEAK 162401045

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

ANALISA KADAR TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS), DERAJAT

KEASAMAN (pH) DAN TURBIDITAS TERHADAP AIR SUMUR, AIR BOR, AIR PDAM SEBELUM DAN

SESUDAH PROSES PEMANASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA

ELISE INGRID TERESA NADEAK 162401045

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

(4)

i

PERNYATAAN

ANALISA KADAR TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS), DERAJAT KEASAMAN (pH), DAN TURBIDITAS TERHADAP AIR SUMUR, AIR BOR,

AIR PDAM SEBELUM DAN SESUDAH PROSES PEMANASAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan masing-masing yang disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2020

Elise Ingrid Teresa Nadeak 162401045

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul

’’Penentuan Total Dissolved Solid (TDS), pH, turbiditas terhadap air sumur, air bor, air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan’’.

Tugas Akhir ini telah disusun berdasarkan beberapa hasil dari Praktek Kerja Lapangan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) KELAS I Medan pada tanggal 11 Februari 2019 sampai 01 Maret 2019.

Tugas Akhir ini disusun untuk dalam menyelesaikan salah satu syarat untuk kelulusan dalam meraih gelar Ahli Madya Kimia pada program Diploma 3 FMIPA USU.

Pada saat penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan suatu bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa material dan spritual, maupun informasi hingga sampai terselesaikannya tugas akhir ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas Do’a, bimbingan, dan dorongan semangat selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini terutama kepada:

1. Bapak Drs. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

2. Bapak Dr. Minto Supeno, M.S selaku Ketua Jurusan/Program Studi D3 Kimia FMIPA USU.

3. Bapak M. Zulham Efendi Sinaga,S.Si.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing kepada penulis.

4. Bapak Drs. Chairuddin,M.Sc selaku dosen pembimbing akademik.

5. Seluruh dosen D3 Kimia FMIPA USU atas ilmu yang telah diberikan selama di perkuliahaan.

6. Teristimewa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada keuda Orang Tua tercinta dan tersayang, Papa Nadeak dan Mama Situngkir serta adik Pami dan adik Rachel yang selama ini banyak memberikan Do’a dan dukungan diberikan kepada penulis.

7. Seluruh karyawan dan staff BTKL-PP KELAS I MEDAN yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis dalam meyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-teman seperjuangan D3 Kimia 2016 yang telah bersama-sama berjuang menyelesaikan studi serta dalam memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Seluruh adik-adik junior IMADIKA 2017 dan 2018 yang telah memberikan dukungan dan Do’a kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

iii

10. Partner praktek kerja lapangan penulis tercinta, Ika Flarensia Sihombing dan Rizaldi Lumbangaol yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan penilitian dan menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan.

11. Seluruh staf pengajar dan pegawai kimia FMIPA USU.

Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kesalahan.Oleh karena itu, penulis menghrapkan adanya suatu kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai dalam masukkan untuk dalam tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis mengucapkan teima kasih.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Medan, Januari 2020

Elise Ingrid Teresa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(7)

ANALISA KADAR TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS), DERAJAT KEASAMAN (pH), TURBIDITAS TERHADAP AIR SUMUR, AIR BOR, AIR

PDAM SEBELUM DAN SESUDAH PROSES PEMANASAN

ABSTRAK

Telah dilakukan Analisa Kadar Total Dissolved Solid (TDS), derajat keasaman (pH), turbiditas terhadap air sumur,air bor, air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan memenuhi PERMENKES RI No. 32 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Air. Metode mengukur analisa TDS adalah spektrofotometri menggunakan spektrofotometer NOVA 60, pengukuran derajat keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter sesuai standar SNI 06-6989.11-2004. Pengukuran turbiditas dilakukan dengan metode turbidimetri menggunakan turbidimeter. Hasil analisa nilai Total Dissolved Solid (TDS) pada air sumur sebelum pemanasan sebesar 40,6 mg/L dan sesudah pemanasan sebesar 42,6 mg/L. Sedangkan, hasil analisa derajat keasaman (pH) pada air sumur sebelum pemanasan sebesar 5,43 dan sesudah pemanasan sebesar 5,46. Hasil analisa nilai turbiditas (kekeruhan) pada air sumur sebelum pemanasan sebesar 1,07 NTU dan sesudah pemanasan sebesar 1,09 NTU.

Hasil analisa nilai Total Dissolved Solid (TDS) pada air bor sebelum pemanasan sebesar 44 mg/L dan sesudah pemanasan sebesar 46 mg/L. Sedangkan, hasil analisa nilai derajat keasaman (pH) pada air bor sebelum pemanasan sebesar 6,04 dan sesudah pemanasan sebesar 6,06. Hasil analisa nilai turbiditas (kekeruhan) pada air bor sebelum pemanasan sebesar 1,09 NTU dan sesudah pemanasan sebesar 1,11 NTU. Hasil analisa nilai Total Dissolved Solid (TDS) pada air PDAM sebelum pemanasan sebesar 54 mg/L dan sesudah pemanasan sebesar 56 mg/L. Sedangkan, hasil analisa nilai derajat keasaman (pH) pada air PDAM sebelum pemanasan sebesar 6,07 dan sesudah pemanasan sebesar 6,09. Hasil analisa nilai turbiditas (kekeruhan) pada air PDAM sebelum pemanasan sebesar 1,09 NTU dan sesudah pemanasan sebesar 1,11 NTU. Dari hasil data ini air sumur, air bor, air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan telah mengalami perubahan kadar TDS, pH dan turbiditas. Berdasarkan parameter yang diuji pada tugas akhir ini air sumur, air bor, air PDAM telah memenuhi standar PERMENKES RI No. 32 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Air.

Kunci: Air Bersih, Total Dissolved Solid (TDS), derajat keasaman (pH), Turbiditas (kekeruhan)

(8)

v

ANALYSIS OF TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) LEVELS, ACIDITY (pH), TURBIDITY ON WELL WATER, WATER BORS, WATER PDAM BEFORE

AND AFTER THE HEATING PROCESS ABSTRACT

Analysis of Total Dissolved Solid (TDS), acidity (pH), turbidity on well water, water bors, water PDAM before and water after the heating process which has fulfilled the Republic of Indonesia Ministerial Regulation No. 32 concerning Water Quality Standards. Method of measuring TDS analysis is spectrophotometric using NOVA 60 spectrophotometer. The measurement of acidity degrees (pH) by using pH meter according to SNI standar 06-6989.11-2004. Turbidity measurement are performed by turbidimetric method using turbidimeters. The results of Total Dissolved Solid (TDS) in the well water before heating 40,6 mg / L and after heating 42,6 mg / L.

While the results obtained the acidity (pH) in well water before heating 5,43 and after heating 5.46. And the results obtained turbidity (turbidity) in well water before heating 1.07 NTU and after heating 1.09 NTU. The data obtained from Total Dissolved Solid (TDS) in drill water before heating 44 mg / L and after heating 46 mg / L. While the results obtained the acidity (pH) in the drill water before heating 6,04 and after heating 6,06. And the results obtained by turbidity (turbidity) in drill water before heating 1,09 NTU and after heating 1.11 NTU. The results of the data obtained were Total Dissolved Solid (TDS) in PDAM water before heating 54 mg / L and after heating 56 mg / L. While the results obtained the acidity (pH) in PDAM water before heating 6,07 and after heating 6,09. And the results obtained turbidity in the PDAM water before heating 1,09 NTU and after heating 1,11 NTU. From the results of this data, on well water, water bors, water PDAM before and after the heating process have experienced changes in TDS, pH and turbidity. Based on the parameters tested in this thesis well water, water bors, water PDAM have fulfilled the RI Ministerial Regulation No. 32 regarding Water Health Quality Standars.

Keywords: Well Water, Total Dissolved Solid (TDS), Acidity (pH), Turbidity (turbidity)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... .ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENGHARGAAN ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 3

1.3 Tujuan ... .3

1.4 Manfaat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air ... 4

2.2 Kegunaan Air Dalam Kehidupan ... 5

2.3 Sifat Air ... 6

2.3.1 Sifat Umum Air ... 6

2.3.2 Kualitas Air ... 7

2.3.3 Pembagian Kualitas Air ... 8

2.4 Sifat-Sifat Air Terpolusi ... 8

2.4.1 Nilai pH, Keasaman Dan Alkalinitas ... 9

2.4.2 Suhu... .9

2.4.3 Warna, Bau, Dan Rasa ... .9

2.4.4 Kandungan Minyak Dan Lemak ... .9

2.4.5 Kandungan Bahan Rdio Aktif ... 9

2.4.6 Kandungan Logam Berat ... 10

2.5 Penggolongan Air... .10

2.6 Analisis Kualitas Air ... 11

2.7 Air Bersih ... 11

2.7.1 Sumber Air ... 12

2.7.2 Pemanfaatan Air Bersih ... 12

2.8 Sumur Bor ... 12

2.8.1 Keadaan/Sifat Air Sumur Bor ... 12

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Analisis Total Dissolved Solid (TDS), pH, dan Turbiditas Pada Air Bersih Yang Terbagi Atas Air Sumur, Air Bor, Dan Air PDAM Pada Sebelum Dan Sesudah Proses Pemanasan ... 13

(10)

vii BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ... 16 4.2 Pembahasan ... 18 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 20 5.2 Saran ... 20 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1. PERMENKES RI No. 32 Tentang Standar Baku Mutu 22 Kesehatan Air

2. Spekrofotomer NOVA 60 23 3. Turbidimeter 1500 IR 23

(12)

ix

DAFTAR SINGKATAN

TDS =Total Disolved Solid

PERMENKES RI =Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia PDAM =Perusahaan Daerah Air Minum

NTU =Nephelometric Turbidity Unit

TCU =True Colour Units

mg/L = Miligram per liter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi,2003).

Sumber daya air yang meliputi air hujan, air permukaan dan air tanah merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam kegiatannya di muka bumi. Air tanah merupakan sumber air yang diambil dengan cara membuat sumur gali atau sumur bor yang setiap saat dapat dibuat.

Namun demikian, keberadaan dan ketersediaan air tanah tersebut tidak selalu mudah didapatkan di setiap lokasi di muka bumi ini, karena pada beberapa lokasi merupakan daerah yang langka air tanah.

Di wilayah kajian air tanah untuk kebutuhan domestik maupun kebutuhan lainnya, baik melalui sumur gali maupun sumur bor terus meningkat khususnya pada daerah yang cepat berkembang, akibat pertambahan penduduk dan pertumbuhan fungsi-fungsi kawasan tertentu. Apabila pengambilan air tanah tidak diperhatikan, maka dapat berakibat menurunnya potensi sumber daya air tanah. Dengan demikian, jumlah air dan kualitasnya dapat mengalami perubahan yang cenderung mengakibatkan ketidakcukupan air (Santosa, 2014).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

Dalam upaya pemanfaatan mata air secara optimal dan berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah yang tepat, meliputi perumusan strategi dan penyusunan program pengelolaan mata air serta dukungan kelembagaan memadai. Strategi, program, serta dukungan kelembagaan pengelolaan mata air dalam tulisan ini

(14)

2

diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan

mata air sebagai fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Pengelolaan mata air dan pengendalian kerusakan ekosistem mata air meliputi kegiatan-kegiatan:

inventarisasi potensi mata air, pendayagunaan mata air, prizinan, pengawasan dan pemantauan, serta konservasi ekosistem mata air.

Saat ini, upaya pengembangan mata air telah mengarah kepada usaha pendayagunaan mata air secara komersial, diantaranya adalah industri air minum dalam kemasan, suplai air bersih untuk perkotaan, pedesaan maupun kawasan. Setiap lokasi mata air dapat dikembangkan untuk salah satu atau lebih dari beberapa alternatif pemanfaatan tersebut. Skenario pemanfaatannya dapat berbasis pada dua pola yaitu: pengembangan masing-masing mata air secara terpisah dan pengembangan zona pemanfaatan mata air secara terpadu (Sitanala, 2008).

Pengelolahan air dapat dilakukan secara individu maupun kolektif. Dengan berkembangnya penduduk dan teknologi di perkotaan, pengelolahan air khusus dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Selain mengolah air, PAM juga mendistibusikan air bersih. Oleh karena itu, jika terdapat air yang kualitasnya kurang baik perlu dilakukan pengolahan dengan teknik sederhana dan tepat guna sesuai dengan bahan yang ada di lokasi (Kusnaedi, 2006).

Standar baku kualitas air minum merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air minum. Dengan standar tersebut, dapat diketahui kualitas air minum layak atau tidak untuk diminum. Standar baku kualitas air minum harus memenuhi kualitas secara fisika, kimia dan biologi. Standar fisika menetapkan batasan tentang sifat fisik air. Standar kimia menetapkan tentang batasan kandungan sifat dan bahan kimia yang terkandung di dalam air minum yang masih diperbolehkan dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Standar biologi mentapkan ada atau tidaknya mikroorganisme patogen dan non-patogen yang terkandung atau hidup di dalam air minum (Alamsyah, 2006).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin, benda-benda yang panas dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia.

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35- 40 galon.

Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(15)

3

Kebutuhan air mencakup banyak hal dan sangat luas, misalnya kebutuhan air

untuk irigasi (tanaman), peternakan dan perikanan, industri, serta kebutuhan air untuk rumah tangga. Yang dimaksud kebutuhan air domestik dalam buku ini terbatas pada konteks keperluan rumah tangga. Industri kecil dalam rumah tangga (skala rumah tangga) dimasukkan dalam kebutuhan rumah tangga atau domestik.

Ketersediaan air mencakup kuantitas kualitas, serta energi atau tekanan air.

Jika air tidak banyak tersedia, orang akan cenderung hemat dan menggunakan air dengan bijaksana. Tidak jarang seseorang harus mandi satu kali sehari atau bahkan sehari mandi sehari tidak jika situasi tidak memungkinkan. Penghematan juga dapat dilakukan dengan mandi hemat air, yaitu tubuh hanya dibersihkan dengan kain basah. Dalam kondisi seperti itu, kebutuhan air untuk mandi kurang dari 10 liter/hari.

Sebaliknya, jika air berlebihan, maka pemanfaatan air cenderung banyak, mandi pun merupakan bagian dari memanjakan tubuh. Misalnya, berendam di bathup, bilas dengan air hangat dan sebagainya sehingga untuk satu kali mandi dibutuhkan lebih dari 100 liter (Triatmadja, 2018).

1.2 Permasalahan

1. Apakah air sumur, air bor, air PDAM sebelum dan sesudah pemanasan mengalami perubahan kadar TDS, pH dan turbiditas?

2. Apakah air sumur, air bor, air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan memenuhi standar persyaratan PERMENKES RI No. 32 tentang standar baku mutu kesehatan air atau tidak?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui perubahan kadar TDS, pH dan turbiditas pada air sumur, air bor, air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan

2. Untuk mengetahui air sumur, air bor, air PDAM sebelum pemanasan dan setelah pemanasan memenuhi standar persyaratan PERMENKES RI No. 32 tentang standar baku mutu kesehatan air atau tidak

1.4 Manfaat

Dapat memberikan informasi ke masyarakat mengenai standar PERMENKES RI No.32 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Air ditinjau dari kadar TDS, pH, turbiditas sebelum dan sesudah proses pemanasan.

(16)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu tiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi di lingkupi air sebanyak 70% sedangkan, sisanya 30% berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, 2001).

Air yang digunakan manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni.

Pada daerah kering sebagian kebutuhan air berasal dari lautan, yaitu sumber yang akan menjadi penting setelah persediaan air tawar relatif berkurang dibandingkan kebutuhan meningkatnya kebutuhan air ini bukanlah disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin bertambah tetapi akibat dari peningkatan taraf hidupnya yang diikuti oleh peningkatan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, industri, rekreasi di samping pertanian (Achmad, 2004).

Air juga merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya, sumber utama air yang berupa hujan akan selalu sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun (Kodoatie, 2010).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Sutrisno, 1991).

Air sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup dalalm jumlah besar dan apabila terjadi kekurangan air yang disebabkan oleh perubahan iklim akan dapat mengakibatkan bahaya fatal bagi makhluk hidup. Dapat dinyatakan bahwa kualitas air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(17)

5

Air di bumi berada dalam gerakan dinamis dalam daur ulangnya di biosfera

melalui daur hidrologi, yaitu penguapan, curah hujan dan aliran air di daratan. Dalam daur hidrologi, penyebaran curah hujan tidak merata menurut ruang dan waktu.

Berbagai fenomena alam dan pengaruh kegiatan manusia yang merusak lingkungan dirasakan sebagai permasalahan air dunia yang sering menjadi topik bahasan, yaitu adanya peningkatan kebutuhan air yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk padahal jumlah ketersediaan air alamiah pada suatu daerah yang relatip tetap, peningkatan terhadap kebutuhan pangan yang membutuhkan air irigasi dalam jumlah besar sehingga mengurangi penyediaaan air untuk keperluan kegiatan lain, musim kering yang secara rutin di berbagai daerah terjadi sehingga kebutuhan air tidak terpenuhi dalam beberapa bulan setiap tahun (Situmorang, 2007).

2.2 Kegunaan Air Dalam Kehidupan

Air sangat diperlukan oleh seluruh makhluk hidup. Air selalu berkaitan erat dengan keberadaan makhluk biologis dan kehidupannya dalam alam ini dan planet bumi tempat makhluk biologis tumbuh dan berkembang biak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung pada air, dan kualitas air untuk keperluan sehari-hari. Untuk mendapatkan air yang baik, yaitu air dengan kualitas tertentu, pada saat ini di beberapa tempat terutama pada daerah yang padat pemukiman sudah mulai sulit karena adanya pencemaran air yang disebabkan oleh kegiatan manusia.

Untuk menetapkan kualitas air bersih sangat sulit karena ditentukan oleh banyak faktor, seperti ditinjau dari kegunaan dan sumber air itu sendiri. Kegunaan air dapat berupa untuk air minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, irigasi pertanian dan perkebunan, perikanan dan rekreasi (Situmorang, 2007).

2.3 Sifat Air

Air memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain.

Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai dengan kehidupan, yakni 0°C (32°F)-100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C merupakan titik didih (boiling point) air.

(18)

6

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai

penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas atau pun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan.

Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air.

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai senyawa kimia.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.

Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih rendah dari pada air. Dengan demikian, es akan mengapung di dalam air (Effendi, 2003).

2.3.1 Sifat Umum Air a. Sifat Fisik

- Titik beku 00C

- Massa jenis es (00C) 0,92 gr/cm3 - Massa jenis air (00C) 0,92 gr/cm3 - Panas lebur 80 kal/gram

- Titik didih 1000C

- Panas penguapan 540 kal/gram - Temperatur kritis 3470C - Tekanan kritis 271 atm

- Konduktivitas listrik spesifik (250C) 1 x 10-17/ohm-cm - Konstanta di elektrikum (250C)

b. Sifat Kimia

Baik air laut, air hujan, maupun air tanah/air tawar mengandung mineral. Macam- macam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung struktur tanah dimana air itu diambil (Gabriel, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(19)

7

2.3.2 Kualitas Air

2.3.2.1 Kualitas Fisik

a. Padatan Total Tersuspensi (TSS)

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan- bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan.

b.Padatan Total Terlarut (TDS)

Padatan total terlarut (Total Disolved Solid atau TDS) adalah bahan-bahan yang terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm- 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di perairan. Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri).

c.. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lainnya. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang di kalibrasi dengan menggunakan silika.

Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU.

Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering diukur dengan metode Nephelometric. Satuan kekeruhan yang diukur dengan metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Turbidity Unit) (Effendi, 2003).

Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorbansi cahaya yang melaluinya.

Kekeruhan dengan kadar semua jenis zat suspensi tidak dapat dihubungkan secara

(20)

8

langsung karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butiran, ada tiga metode

pengukuran kekeruhan:

a. Metode Nefelometrik (unit kekeruhan nefelometrik FTU atau NTU) b. Metode Helige Turbidity (unit kekeruhan silica)

c. Metode Visuil (unit kekeruhan Jacson) (Nainggolan, 2011).

Kemampuan cahaya matahri untuk menembus sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan dipengaruhi oleh :

1. Benda-benda halus yang disuspensikan, seperti lumpur 2.Adanya jasad-jasad renik (plankton)

3.Warna air (Ghufran, 2009).

2.3.3 Pembagian Kualitas Air Secara:

a. Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa kimia di dalam air, kandungan residu, misalnya residu pestisida, deterjen kandungan senyawa toksik atau racun dan sebagainya.

b. Kualitas air secara biologis, khususnya secara mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen, dan penghasil toksin. Misalnya kehadiran mikroba, khususnya bakteri pencemar-tinja (Coli) di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi kalau air tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia (rumah-tangga) (Suriawiria, 2005).

2.4 Sifat-sifat Air Terpolusi

Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui yang terjadi penyimpangan dari batas-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum di uji dan dapat digunakan untuk menetukan tingkat polusi air misalnya:

1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas 2. Suhu

3. Warna, bau dan rasa 4. Jumlah padatan 5. Nilai BOD/COD

6. Pencemaran mikroorganisme patogen 7. Kandungan minyak

8. Kandungan logam berat 9. Kandungan bahan radioaktif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(21)

9

2.4.1 Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6-8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Sebagai contoh, air buangan pabrik pengalengan mempunyai pH 6,2 – 7,6 air buangan pabrik susu dan produk-produk susu biasanya mempunyai pH 7,6 – 9,5.

2.4.2 Suhu

Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri.

Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian di kembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan tersebut mungkin punya suhu lebih tinggi dari pada air asalnya.

2.4.3 Warna, Bau Dan Rasa

Warna air yang tidak normal batasannya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent color), yang selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk di antaranya yang bersifat koloid.

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan- bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air, baik yang hidup maupun yang sudah mati (Agusnar,2007).

2.4.4 Kandungan Minyak dan Lemak

Minyak tidak dapat larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap mengapung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke pantai atau tanah di sekeliling sungai.

Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya, terjadi ke tidak seimbangan rantai makanan di dalam air.

2.4.5 Kandungan Bahan Radio Aktif

Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri peleburan dan pengolahan logam seringkali ditemukan bahan-bahan radio aktif seperti uranium, thorium-230 dan radium-226. Komponen-komponen tersebut dapat larut dalam air hujan dan masuk ke sumber-sumber air yang ada. Semua radio aktif

(22)

10

menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, diantaranya dapat

menyebabkan gangguan fungsi syaraf, kanker, serta anemia.

2.4.6 Kandungan Logam Berat

Logam berat atau logam toksik adalah sekelompok elemen-elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Logam berat sebagai salah satu sumber pencemar anorganik yang masuk ke dalam perairan tersebut berasal dari :

 Pelapukan batuan yang mengandung logam berat

 Industri yang memproses biji tambang

 Pabrik-pabrik dan industri yang mempergunakan logam berat di dalam proses produksinya

 Pencucian logam dari sampah baik sampah organik maupun anorganik

 Logam berat yang berasal dari ekstrak manusia dan hewan karena tidak sengaja mengkomsumsi sumber makanan yang terkontaminasi (Nugroho, 2006).

2.5 Penggolongan Air

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku dan air minum.

c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) (Effendi, 2003).

2.6 Analisis Kualitas Air

Untuk mengetahui kualitas air dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air. Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui kadar zat kimia atau jenis zat kimia yang terkandung di dalam air. Analisis ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan bahaya di dalam air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(23)

11

Analisis toksisitas melalui keberadaan atau daya tahan organisme seperti bakteri,

alga, insekta, atau tanaman dapat juga dilakukan untuk mengetahui kualitas air.

Analisis toksisitas ini digunakan untuk mengukur respon organisme terhadap keadaan lingkungan (air) (Situmorang, 2007).

2.7 Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat di minum apabila telah di masak.

2.7.1 Sumber Air

Sumber-sumber air dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk menjadi air minum (Sutrisno, 2004).

2. Air Tanah

Air tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing- masing lapisan tanah.

Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15.00 m. Sebagai sumur air minum, air tanah ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Jika dilihat dari segi kuantitas, air tanah kurang cukup dan tergantung pada musim.

b. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini (Sutrisno, 1991).

(24)

12

2.7.2 Pemanfaatan Air Bersih

Secara umum dapat dikatakan penggunaan air bersih sebagai berikut : akan diolah menjadi air siap minum, untuk keperluan keluarga (cuci, mandi), sarana parawisata, pada industri (sarana pendingin), sebagai alat pelarut (dalam bidang farmasi/kedokteran), pelarut obat – obat dan infuse (apabila air tersebut telah diolah menjadi air steril), sebagai sarana irigasi, sebagai sarana peternakan, sebagai sarana olahraga (Gabriel, 2001).

2.8 Sumur Bor

Sumur yang terbentuk melalui pengeboran disebut sumur bor. Alat yang dipakai dalam membuat sumur bor:

 Secara manual dikerjakan oleh empat (4) orang dengan mata bor baja

 Memakai mesin: mata bor fidia atau bor intan

Lubang sumur bor biasanya 4 diameter atau 5 diameter dan kedalaman sumur bor tergantung struktur dan lapisan tanah:

a. Tanah berpasir: Biasanya, kedalaman 30-40 meter sudah memperoleh air.

Biasanya airnya naik sampai 5-7 meter dari permukaan tanah.

b. Tanah liat/padas: Biasanya, kedalaman 40-60 meter akan diperoleh air yang baik dan air akan naik ke atas dengn sendirinya.

c. Tanah berkapur: Biasanya, sumur dibuat diatas 100 meter atau 200 meter, kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh sukar/tidak bisa naik ke atas dengan sendirinya.

2.8.1 Keadaan/Sifat Air Sumur Bor:

a. Air jernih dan rasa sejuk.

b. Pencemaran air tidak terjadi/sukar terjadi.

c. Jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali.

d. Jumlah algae di dalam air sumur bor jauh lebih banyak dibandingkan dengan air sumur gali.

e. Posisi kedudukan permukaan air sumur bor (Gabriel, 2001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(25)

13

BAB 3

METODE PENELITIAN

Analisis Total Dissolved Solid (TDS), pH dan Turbiditas terhadap air sumur, air bor dan air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan yang dilakukan pada tanggal 06 Mei 2019-10 Mei 2019 di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Medan,Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

- Tabung reaksi Pyrex

- Rak tabung reaksi -

- Kuvet 50 mm Hach

- Botol Aquadest -

- Kertas tissue Tessa

- Spektrofotometer NOVA 60 -

- pH meter Hach

- Gelas piala 250 ml -

- Kertas tissu Tessa

- Termometer Hach

- Turbidimeter Turbiqiant 1500 IR - Kuvet turbidimeter Turbiqiant

- Botol Aquadest -

- Beaker Glass Pyrex

- Kertas tissue Tessa

(26)

14

3.1.2 Bahan-bahan

- Air sumur - Air bor - Air PDAM - Aquadest - Air suling

- Larutan penyangga (Buffer)

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Prosedur Total Dissolved Solid (TDS) - Dihidupkan alat TDS meter

- Dibilas TDS meter dengan aquades dan contoh uji yang akan diperiksa - Dimasukkan contoh uji sebanyak 40 mL ke dalam beaker glass

- Dicelupkan elektroda ke dalam beaker glass

- Ditunggu 2-5 menit, sampai pembacaan pada alat TDS meter stabil - Dicatat hasil tanpa mengangkat TDS meter dari permukaan contoh uji - Dimatikan TDS meter

- Dibilas TDS meter dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue 3.2.2 Prosedur Analisa Derajat Keasaman (pH)

- Dikeringkan elektroda dengan kertas tisu selanjutnya, dibilas dengan air suling - Dibilas elektroda dengan contoh uji

- Dicelupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter terbaca stabil - Dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter 3.2.3 Prosedur Analisa Turbiditas (Kekeruhan)

- Dihidupkan alat turbidimeter (dipilih menu on/off) - Disiapkan contoh uji kira-kira 10 mL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(27)

15

- Dibilas kuvet dengan aquades

- Dibilas kuvet dengan contoh uji yang akan diperiksa

- Dimasukkan contoh uji ke dalam kuvet, dikeringkan kuvet dengan tisu - Ditempatkan kuvet kedalam turbidimeter

- Dipilih menu “read” di tunggu hasil analisa hingga stabil - Dibilas kuvet dengan aquades, dikeringkan

- Dimatikan alat turbidimeter (dipilih menu on/off)

(28)

16

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang telah dilakukan pada penentuan Total Dissolved Solid (TDS), Derajat Keasaman (pH) dan Turbiditas pada air bersih seperti air sumur, air bor, air PDAM sesudah dan sebelum melakukan pemanasan diperoleh data pada tabel dibawah ini:

4.1.1 Air Sumur

Berikut ini adalah hasil analisa TDS, pH, turbiditas terhadap air sumur sebelum dan sesudah proses pemanasan:

4.1.1.1 Data hasil Total Dissolved Solid (TDS)

No. Contoh Uji TDS

Sebelum (mg/L)

Rata-rata TDS Sesudah

(mg/L

Rata-rata

1. Air sumur 1 38 40,6 mg/L 40 42,6 mg/L

2. Air sumur 2 40 42

3. Air sumur 3 44 46

Tabel 4.1.1.2 Data hasil derajat keasaman (pH)

No. Contoh Uji pH Sebelum Rata-rata pH Sesudah Rata-rata

1. Air sumur 1 5,42 5,43 5,44 5,46

2. Air sumur 2 5,43 5,46

3. Air sumur 3 5,46 5,48

Tabel 4.1.1.3 Data hasil kekeruhan (Turbiditas) No. Contoh Uji Turbiditas

Sebelum (NTU)

Rata-rata Turbiditas Sesudah

(NTU)

Rata-rata

1. Air sumur 1 1,05 1,07 NTU 1,06 1,09 NTU

2. Air sumur 2 1,07 1,09

3. Air sumur 3 1.10 1,12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(29)

17

4..1.2 Air Bor

Berikut ini adalah hasil analisa TDS, pH, turbiditas terhadap air bor sebelum dan sesudah proses pemanasan:

Tabel 4.1.2.1 Data hasil Total Dissolved Solid (TDS)

No. Contoh Uji TDS

Sebelum (mg/L)

Rata-rata TDS Sesudah

(mg/L)

Rata-rata

1. Air bor 1 40 44 mg/L 42 46 mg/L

2. Air bor 2 44 46

3. Air bor 3 48 50

Tabel 4.1.2.2 Data hasil derajat keasaman (pH)

No. Contoh Uji pH Sebelum Rata-rata pH Sesudah Rata-rata

1. Air bor 1 6,00 6,04 6,02 6,06

2. Air bor 2 6,04 6,06

3. Air bor 3 6,08 6,10

Tabel 4.1.2.3 Data hasil kekeruhan (Turbiditas) No. Contoh Uji Turbiditas

Sebelum (NTU)

Rata-rata Turbiditas Sesudah

(NTU)

Rata-rata

1. Air bor 1 1,04 1,09 NTU 1,06 1,11 NTU

2. Air bor 2 1,10 1,12

3. Air bor 3 1,14 1,16

4.1.3 Air PDAM

Berikut ini adalah hasil analisa TDS, pH, turbiditas terhadap air sumur sebelum dan sesudah proses pemanasan:

Tabel 4.1.3.1 Data hasil Total Dissolved Solid (TDS)

No. Contoh Uji TDS

Sebelum (mg/L)

Rata-rata TDS Sesudah

(mg/L)

Rata-rata

1. Air PDAM 50 54 mg/L 52 56 mg/L

2. Air PDAM 54 56

3. Air PDAM 58 60

(30)

18

Tabel 4.1.3.2 Data hasil derajat keasaman (pH)

No. Contoh Uji pH Sebelum Rata-rata pH Sesudah Rata-rata

1. Air PDAM 6,03 6,07 6,05 6,09

2. Air PDAM 6,07 6,09

3. Air PDAM 6,11 6,13

Tabel 4.1.3.3 Data hasil kekeruhan (Turbiditas) No. Contoh Uji Turbiditas

Sebelum (NTU)

Rata-rata Turbiditas Sesudah

(NTU)

Rata-rata

1. Air PDAM 1,05 1,09 NTU 1,07 1,11 NTU

2. Air PDAM 1,09 1,11

3. Air PDAM 1,13 1,15

4.2 Pembahasan

Dari tabel hasil analisa TDS, pH, turbiditas terhadap air sumur sebelum dan sesudah proses pemanasan telah mengalami kenaikan. Pada analisa TDS air sumur masih memenuhi standar baku mutu kualitas fisik dan kimia air sumur gali yaitu:

578>1000 mg/L. Analisa pH air sumur masih memenuhi standar baku mutu kualitas fisik dan kimia air sumur gali yaitu: 6,05-6,81. Sedangkan analisa turbiditas air sumur belum memenuhi standar baku mutu yaitu: >0,1 NTU dikarenakan terlalu banyak mengandung logam besi dalam tanah dan mudah larut air terutama bila bersifat asam. Ini dapat menimbulkan rasa tidak enak, mengandung bahan kimia menjadi racun yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan dapat menimbulkan beberapa peralatan perpipaan terjadi korosi dan warna tak bagus.

Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi terlarut maupun berupa plankton dan mikroorganisme lain. Jika, air sumur terdapat kandungan logam terlalu besar dpat menyebabkan muntah, diare dan kerusakan usus.

(Munfiah, 2013).

Dari tabel hasil analisa TDS, pH, turbiditas terhadap air bor sebelum dan sesudah proses pemanasan telah mengalami kenaikan. Pada analisa TDS air bor masih memenuhi standar baku mutu kualitas air dan mata air yaitu: 315 mg/L. Analisa pH air bor masih memenuhi standar baku mutu yaitu: 6,08-6,12 dan analisa turbiditas air bor belum memenuhi standar baku mutu yaitu: <1 NTU dikarenakan air bor terlalu mengandung zat-zat anorganik seperti: mangan, besi dan logam lainnya. Pencemaran ini biasanya menurunkan kualitas air secara perlahan, menurunkan kualitas mutu air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(31)

19

dan terjadinya ketidakseimbangan kondisi antar komponen lingungan, baik abiotik,

biotik maupun kultur. Kekeruhan dapat diindikasikan oleh warna yang tidak jernih, air keruh kecoklatan atau berwarna lebih gelap dengan kadar bahan yang terlalu tinggi, tentunya akan berpengaruh terhadap nilai estetika jika air tersebut digunakan sebagai sumber air bersih (Santosa, 2014).

Dari tabel hasil analisa TDS, pH, turbiditas terhadap air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan telah mengalami kenaikan. Pada analisa TDS air PDAM masih memenuhi standar baku mutu Menkes 2010 yaitu: 122 mg/L. Sedangkan, analisa pH air PDAM belum memenuhi standar baku mutu Depkes RI yaitu: 6,5-8,5 dikarenakan mengandung bahan organik yang bersifat asam. Air PDAM tidak seharusnya mengandung bahan kimia asam dan basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air ini membahayakan kesehatan bagi masyarakat. Air yang layak untuk dikonsumsi adalah air yang tidak berbau, tidak ada warna dan tidak memiliki warna pada air bersih. Cara penanggulangan dengan penyerapan bahan-bahan tertentu dengan menambahkan karbon aktif kasar untuk dalam penyaringan air agar dapat di konsumsi oleh masyarakat sekitar. Analisa turbiditas air PDAM masih memenuhi Menteri Kesehatan No.

492/Menkes/per/IV/2010 yaitu: 5 NTU (Gusril, 2016).

Dari data yang diperolehair sumur, air bor dan air PDAM sebelum dan sesudah pemanasan telah mengalami perubahan kadar TDS, pH dan turbiditas yang signifikan. Dan telah memenuhi standar PERMENKES RI No.32 tentang Baku Mutu Kesehatan Air yang dapat di konsumsi oleh masyarakat sekitarnya.

(32)

20

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada analisa air sumur, air bor, air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan mengalami kenaikan. Hasil analisa nilai Total Dissolved Solid (TDS) pada air sumur sebelum pemanasan sebesar 40,6 mg/L dan sesudah pemanasan sebesar 42,6 mg/L. Sedangkan, hasil analisa derajat keasaman (pH) pada air sumur sebelum pemanasan sebesar 5,43 dan sesudah pemanasan sebesar 5,46. Hasil analisa nilai turbiditas (kekeruhan) pada air sumur sebelum pemanasan sebesar 1,07 NTU dan sesudah pemanasan sebesar 1,09 NTU. Hasil analisa nilai Total Dissolved Solid (TDS) pada air bor sebelum pemanasan sebesar 44 mg/L dan sesudah pemanasan sebesar 46 mg/L. Sedangkan, hasil analisa nilai derajat keasaman (pH) pada air bor sebelum pemanasan sebesar 6,04 dan sesudah pemanasan sebesar 6,06. Hasil analisa nilai turbiditas (kekeruhan) pada air bor sebelum pemanasan sebesar 1,09 NTU dan sesudah pemanasan sebesar 1,11 NTU. Hasil analisa nilai Total Dissolved Solid (TDS) pada air PDAM sebelum pemanasan sebesar 54 mg/L dan sesudah pemanasan sebesar 56 mg/L. Sedangkan, hasil analisa nilai derajat keasaman (pH) pada air PDAM sebelum pemanasan sebesar 6,07 dan sesudah pemanasan sebesar 6,09. Hasil analisa nilai turbiditas (kekeruhan) pada air PDAM sebelum pemanasan sebesar 1,09 NTU dan sesudah pemanasan sebesar 1,11 NTU. Dari hasil data ini air sumur, air bor, air PDAM sebelum dan sesudah proses pemanasan telah mengalami perubahan kadar TDS, pH dan turbiditas. Jadi, hasil analisa turbiditas air sumur sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan belum memenuhi standar baku mutu Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali sebesar >0,1 NTU disebabkan, mengandung logam besi dalam tanah dan mudah larut air terutama bila, bersifat asam. Sedangkan, hasil analisa turbiditas air bor sebelum dan sesudah proses pemanasan belum memenuhi standar baku mutu Kualitas Air dan Mata Air sebesar <1 NTU dikarenakan, mengandung zat-zat anorganik seperti: mangan, besi, logam lainnya. Hasil analisa pH air PDAM juga belum memenuhi standar baku mutu Depkes RI berkisar 6,5-8,5 disebabkan, oleh adanya bahan organik yang bersifat asam yang dapat mengganggu bagi kesehatan masyarakat sekitarnya.

2. Pada air sumur, air bor, dan air PDAM masing-masing parameter nya memenuhi standar PERMENKES RI No.32 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Air yang dapat di konsumsi masyarakat sekitar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(33)

21

5.2 Saran

Sebaiknya, air sumur, air bor dan air PDAM ditambahkan parameter lain dalam memenuhi PERMENKES RI No. 32 tentang standar baku mutu kesehatan air seperti;

penentuan kadar logam, suhu, bau dan warna untuk kelengkapan laporan tugas akhir ini.

(34)

22

DAFTAR PUSTAKA

Achmad.2004.Penetapan Baku Mutu Lingkungan.Jakarta:PT.Bumi Aksara Agusnar,H.2007.Analisa Pencemaran Dan Pengendalian Lingkungan.Medan :USU_Press

Alamsyah,S.2006.Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga :Kawan Pustaka

Chandra, B.2005.Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta:Kedokteran EGC

Effendi,H.2003.Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan :Perairan.Yogyakarta:Kanisius

Gabriel,J.F.2001.Fisika Lingkungan.Jakarta:Penerbit Hipokrates Ghufran,M dan Kordi, H.2009.Budidaya Perairan.Buku Kedua.Jakarta :PT..Citra Aditya Bakti

Gusril,H.2016.Kualitas air minum PDAM:Jurnal

Kodoatie,R.J.2010. Tata Ruang Air.Yogyakarta:Perpustakaan Nasional

Kusnaedi.2006.Mengelolah Air Kotor Untuk Air Minum.Jakarta:Penebar Swadaya Munfiah,S.2013.Kualitas Fisik Dan Kimia Air Sumur Gali Dan Sumur Bor

:Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia

Nainggolan,H dan Susilawati.2011.Pengelolahan Limbah Cair Industri Pekerbunan Dan Air Gambut Menjadi Air Bersih.Medan:USU_Press

Nugroho,A.2006.Bioindikator Kualitas Air.Cetakan 1. Jakarta.Universitas Trisakti Santosa,W.L.2014. Karakteristik Akuifer Dan Potensi Air Tanah.Yogyakarta :Gajah Mada University Press

Sitanala,A.2008.Penyelamatan Tanah,Air,Dan Lingkungan.Jakarta:Crestpent Press Dan Yayasan Obor Indonesia

Situmorang,M.2007.Kimia Lingkungan.Medan:UNIMED_Press

Suriawiria,U.2005.Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat.Bandung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)

23

:PT.Alumni

Sutrisno,T.C.2004.Teknologi Penyediaan Air.Jakarta:Rineka Cipta

Sutrisno,T dan Sukiastuti,E.1991.Teknologi Penyediaan Air Bersih.Jakarta :PT.Rineka Cipta

Triatmadja,R.2018.Teknik Penyediaan Air minum Perpiaan. Yogyakarta:Gajahmada University

Untung,O.1996.Menjernihkan Air Kotor.Jakarta:Puspa Swara

(36)

24

Lampiran 1

Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan

NO. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu

(kadar maksimum)

1. Kekeruhan NTU 25

2. Warna TCU 50

3. Zat padat terlarut (Total Disolved Solid)

mg/L 1000

4. Suhu 0C Suhu udara ± 3

5. Rasa - Tidak berasa

6. Bau - Tidak berasa

Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan

No. Parameter Unit Standar Baku

Mutu (kadar maksimum)

1. pH - 6,5-8,5

2. Besi mg/L 1

3. Fluorida mg/L 1,5

4. Kesadahan

(CaCO3)

mg/L 500

5. Mangan mg/L 0,5

6. Nitrat, sebagai N mg/L 10

7. Nitrit, sebagai N mg/L 1

8. Sianida mg/L 0,1

9. Deterjen mg/L 0,05

10. Pestisida total mg/L 0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(37)

25

Lampiran 2

Lampiran 3

Gambar

Tabel 4.1.3.3 Data hasil kekeruhan (Turbiditas)  No.  Contoh Uji  Turbiditas

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu penyakit dan ancaman sosial yang sangat laten adalah pencurian dalam berbagai manivestasi dan bentuknya, baik milik pribadi, milik orang lain, maupun

Penelitian non doktrinal yang sedang dilakukan ini termasuk dalam sociological jurisprudence, sebab yang dikaji adalah wacana yang kontennya berkaitan erat dengan

program desain grafis Corel Draw yang akan dipelajari  Menyimak penjelasan dari guru  Mengungkapkan jawaban apabila terdapat siswa yang mempunyai jawaban sendiri

menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal

pengunaan bahan kimai (masker dengan penyaring bahan kimia.). Peralatan dalam kondisi yang baik (tidak rusak, koyak

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keefektifan penggunaan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dibandingkan dengan penggunaan

Hasil wawancara mendalam terkait dengan pelayanan dokter di poliklinik rawat jalan didapatkan penjelasan bahwa dokter lama masuk ke poli dan waktu tunggu pelayanan dokter lama

Gateway juga diartikan suatu perangkat yang dapat digunakan untuk menghubungkan satu jaringan komputer dengan satu atau lebih jaringan komputer yang memakai protokol