• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI PROYEK"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. Terminologi Judul

Judul proyek ini adalah MEDAN PUBLIC LIBRARY. Berikut merupakan penjelasan dari judul tersebut.

Medan adalah salah satu nama kota di Indonesia yang merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara.1

 Pengertian Public :

 Public artinya publik, umum (orang banyak), semua orang yang datang, mengunjungi, dsb 2

 Umum artinya terbuka pada siapa saja tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.3

 Pengetian Library :

 Library berarti perpustakaan, gedung perpustakaan4

 Perpustakaan adalah sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia.5

Public library is a

from public sources (such as 6

(Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang bisa dimanfaatkan oleh umum dan biasanya dana dari sumber umum (seperti pembayaran pajak) dan bisa juga dioperasikan oleh pekerja umum).

1

Kamus

2

3

Kamus Besar Bahasa Indonesi

4

Kamus Inggris-Indonesia. John M. Echols & Hassan Shadily. Penerbit PT Gramedia Jakarta. Hal. 356

5

6

(2)

Berdasarkan pengertian diatas maka Medan Public Library adalah suatu tempat pengumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia yang terbuka bagi siapa saja tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi yang terletak di Medan.

Medan Public Library selain fungsinya sebagai perpustakaan yang menjadi gudangnya ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat rekreasi, dimana Medan Public Library ini berikon buku terbuka yang akan menjadi ikon yang mudah dikenal masyarakat sekaligus sebagai penarik minat anak-anak untuk mengunjungi perpustakaan, membuka wawasan masyarakat tentang pengetahuan yang didapat dengan membaca buku dan juga untuk mengubah cara pandang masyarakat tentang perpustakaan.

Medan Public Library juga menerapkan kaidah ramah lingkungan yang atapnya merupakan green roof, bisa digunakan untuk rekreasi, bermain layang-layang ataupun membaca buku di atas rumput. Medan Public Library sebagai suatu fungsi perpustakaan yang learn and play (belajar dan bermain), terdapat kedua fasilitas di dalam perpustakaan ini.

II.2. Tinjauan Proyek

Tinjauan Proyek meliputi deskripsi proyek , lokasi proyek , kegiatan pemakai dan pengunjung ,dan studi banding.

II.2.1. Sejarah Perpustakaan Indonesia

Sejarah perpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien dari tahun 414 M menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang sebenarnya kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya memerlukan buku atau manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman pendeta. Pada sekitar tahun 695 M, menurut musafir I-tsing dari Cina, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di berbagai biasa.

Kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16 membawa budaya tersendiri. Perpustakaan mulai didirikan mula-mula untuk tujuan menunjang program penyebaran agama mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling awal berdiri pada masa ini adalah pada

(3)

Compaqnie) yaitu perpustakaan gereja di Batavia (kini Jakarta) yang dibangun sejak 1624. Namun karena beberapa kesulitan perpustakaan ini baru diresmikan pada 27 April 1643 dengan penunjukan pustakawan bernama Ds. (Dominus) Abraham Fierenius. Pada masa inilah perpustakaan tidak lagi diperuntukkan bagi keluarga kerajaan saja, namun mulai dinikmati oleh masyarakat umum. Perpustakaan meminjamkan buku untuk perawat rumah sakit Batavia, bahkan peminjaman buku diperluas sampai ke Semarang dan Juana (Jawa Tengah). Jadi pada abad ke-17 Indonesia sudah mengenal perluasan jasa perpustakaan (kini layanan seperti ini disebut dengan pinjam antar perpustakaan atau interlibrary loan). Lebih dari seratus tahun kemudian berdiri perpustakaan khusus di Batavia. Pada tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) di Batavia. Bersamaan dengan berdirinya lembaga tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian perpustakaan lembaga BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku dan manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia yaitu pada tahun 1846 dengan judul Bibliotecae Artiumcientiaerumquae Batavia Florest Catalogue Systematicus hasil suntingan P. Bleeker. Edisi kedua terbit dalam bahasa Belanda pada tahun 1848. Perpustakaan ini aktif dalam pertukaran bahan perpustakaan. Penerbitan yang digunakan sebagai bahan pertukaran adalah Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschapn van Kunsten en Wetenschappen, Jaarboek serta Werken buiten de Serie. Karena prestasinya yang luar biasa dalam meningkatkan ilmu dan kebudayaan, maka namanya ditambah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Nama ini kemudian berubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada tahun 1950. Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat. Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaannya dikenal dengan Perpustakaan Museum Nasional. Pada tahun 1980 Perpustakaan Museum Nasional dilebur ke Pusat Pembinaan Perpustakaan. Perubahan terjadi lagi pada tahun 1989 ketika Pusat Pembinaan Perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Setelah periode tanam paksa, pemerintah Hindia Belanda menjalankan politik etis untuk membalas ”utang” kepada rakyat Indonesia. Salah satu kegiatan politik etis adalah pembangunan sekolah rakyat. Dalam bidang perpustakaan sekolah, pemerintah Hindia

(4)

Belanda mendirikan Volksbibliotheek atau terjemahan dari perpustakaan rakyat, namun pengertiannya berbeda dengan pengertian perpustakaan umum. Volksbibliotheek artinya perpustakaan yang didirikan oleh Volkslectuur (kelak berubah menjadi Balai Pustaka), sedangkan pengelolaannya Jurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 1 61 diserahkan kepada Volkschool. Volkschool artinya sekolah rakyat yang menerima tamatan sekolah rendah tingkat dua. Perpustakaan ini melayani murid dan guru serta menyediakan bahan bacaan bagi rakyat setempat. Murid tidak dipungut bayaran, sedangkan masyarakat umum dipungut bayaran untuk setiap buku yang dipinjamnya.

Sebenarnya sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan perpustakaan sekolah, pihak swasta terlebih dahulu mendirikan perpustakaan yang mirip dengan pengertian perpustakaan umum dewasa ini. Pada tahun awal tahun 1910 berdiri Openbare leeszalen. Istilah ini mungkin dapat diterjemahkan dengan istilah ruang baca umum. Openbare leeszalen ini didirikan oleh antara lain Loge der Vrijmetselaren, Theosofische Vereeniging, dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen.

Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia dimulai pada awal tahun 1920an yaitu mengikuti berdirinya sekolah tinggi, misalnya seperti Geneeskunde Hoogeschool di Batavia (1927) dan kemudian juga di Surabaya dengan STOVIA; Technische Hoogescholl di Bandung (1920), Fakultait van Landbouwwentenschap (er Wijsgebeerte Bitenzorg, 1941), Rechtshoogeschool di Batavia (1924), dan Fakulteit van Letterkunde di Batavia (1940). Setiap sekolah tinggi atau fakultas itu mempunyai perpustakaan yang terpisah satu sama lain.

Pada jaman Hindia Belanda juga berkembang sejenis perpustakaan komersial yang dikenal dengan nama Huurbibliotheek atau perpustakaan sewa. Perpustakaan sewa adalah perpustakaan yang meminjamkan buku kepada kepada pemakainya dengan memungut uang sewa. Pada saat itu tejadi persaingan antara Volksbibliotheek dengan Huurbibliotheek. Sungguhpun demikian dalam prakteknya terdapat perbedaan bahan bacaan yang disediakan. Volksbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan populer ilmiah, maka perpustakaan Huurbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan berupa roman dalam bahasa Belanda, Inggris, Perancis, buku remaja serta bacaan gadis remaja.

Disamping penyewaan buku terdapat penyewaan naskah, misalnya penulis Muhammad Bakir pada tahun 1897 mengelola sebuah perpustakaan sewaan di Pecenongan, Jakarta. Jenis sewa Naskah juga dijumpai di Palembang dan Banjarmasin. Naskah disewakan pada umumnya dengan biaya tertentu dengan disertai permohonan kepada pembacanya

(5)

Pemerintah Hindia Belanda, sebenarnya tercatat juga perpustakaan yang didirikan oleh orang Indonesia. Pihak Keraton Mangkunegoro mendirikan perpustakaan keraton sedangkan keraton Yogyakarta mendirikan Radyo Pustoko. Sebagian besar koleksinya adalah naskah kuno. Koleksi perpustakaan ini tidak dipinjamkan, namun boleh dibaca di tempat.

Pada masa penjajahan Jepang hampir tidak ada perkembangan perpustakaan yang berarti. Jepang hanya mengamankan beberapa gedung penting diantaranya Bataviaasch Genootschap van Kunten Weetenschappen. Selama pendudukan Jepang openbare leeszalen ditutup. Volkbibliotheek dijarah oleh rakyat dan lenyap dari permukaan bumi. Karena pengamanan yang kuat pada gedung Bataviaasch Genootschap van Kunten Jurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 1 62 Weetenschappen maka koleksi perpustakaan ini dapat dipertahankan, dan merupakan cikal bakal dari Perpustakaan Nasional.

Perkembangan pasca kemerdekaan mungkin dapat dimulai dari tahun 1950an yang ditandai dengan berdirinya perpustakaan baru. Pada tanggal 25 Agustus 1950 berdiri perpustakaan Yayasan Bung Hatta dengan koleksi yang menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting voor culturele Samenwerking, suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI dengan pemerintah Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah RI. Kemudian oleh Pemerintah RI diubah menjadi Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial Departemen P & K.

Dalam rangka usaha melakukan pemberantasan buta huruf di seluruh pelosok tanah air, telah didirikan Perpustakaan Rakyat yang bertugas membantu usaha Jawatan Pendidikan Masyarakat melakukan usaha pemberantasan buta huruf tersebut. Pada periode ini juga lahir perpustakaan Negara yang berfungsi sebagai perpustakaan umum dan didirikan di Ibukota Propinsi. Perpustakaan Negara yang pertama didirikan di Yogyakarta pada tahun 1949, kemudian disusul Ambon (1952); Bandung (1953); Ujung Pandang (1954); Padang (1956); Palembang (1957); Jakarta (1958); Palangkaraya, Singaraja, Mataram, Medan, Pekanbaru dan Surabaya (1959). Setelah itu menyusul kemudian Perpustakaan Nagara di Banjarmasin (1960); Manado (1961); Kupang dan Samarinda (1964). Perpustakaan Negara ini dikembangkan secara lintas instansional oleh tiga instansi yaitu Biro Perpustakaan Departemen P & K yang membina secara teknis, Perwakilan Departemen P & K yang membina secara administratif, dan Pemerintah Daerah Tingkat Propinsi yang memberikan fasilitas.

(6)

II.2.2. Perpustakaan

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual ( Sulistyo, Basuki ; 1991 ).

Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun, di zaman sekarang, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa buku-buku, tetapi bisa berupa film, slide, atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber informasi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita dengan mudah dapat menemukannya.

Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan dapat digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi (Sugiyanto).

Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan. Tujuan dari perpustakaan sendiri, khususnya perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Wiranto dkk,1997).

Secara umum dapat kami simpulkan bahwa pengertian perustakaan adalah suatu institusi unit kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara sistematis dan mengelolanya dengan cara khusus sebagai sumber informasi dan dapat digunakan oleh pemakainya.

Namun, saat ini pengertian tradisional dan paradigma lama mulai tergeser seiring perkembangan berbagai jenis perpustakaan, variasi koleksi dalam berbagai format memungkinkan perpustakaan secara fisik tidak lagi berupa gedung penyimpanan koleksi buku.

Banyak kalangan terfokus untuk memandang perpustakaan sebagai sistem, tidak lagi menggunakan pendekatan fisik. Sebagai sebuah sistem perpustakaan terdiri dari beberapa unit kerja atau bagian yang terintergrasikan melalui sistem yang dipakai untuk pengolahan, penyusunan dan pelayanan koleksi yang mendukung berjalannya fungsi – fungsi perpustakaan.

(7)

Perkembangannya menempatkan perpustakaan menjadi sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Dari istilah pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut :

 Pustakawan : Orang yang bekerja pada lembaga – lembaga perpustakaan atau yang sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.

 Kepustakaan : Bahan – bahan yang menjadi acuan atau bacaaan dalam menghasilkan atau menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku, laporan, dan sejenisnya.  Ilmu Perpustakaan : Bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal – hal yang

berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran dan pelestarian ilmu pengetahuan teknologi dan budaya serta jasa- jasa lainnya kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan jasa perpustakaan dan peranan secara lebih luas.

 Kepustakawanan : Hal – hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu perpustkaan dan profesi kepustakawanan.

II.2.3. Penyelenggara dan Jenis-Jenis Perpustakaan

Penyelengaraan dan jenis-jenis perpustakaan menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Penyelenggaraan perpustakaan berdasarkan kepemilikan terdiri atas:  perpustakaan pemerintah;  perpustakaan provinsi;  perpustakaan kabupaten/kota;  perpustakaan kecamatan;  perpustakaan desa;  perpustakaan masyarakat;  perpustakaan keluarga; dan  perpustakaan pribadi.

Jenis-jenis perpustakaan berdasarkan badan penyelenggara (institusi, pengurus, badan pengoperasi) yang mendukung jalannya perpustakaan terdiri atas:

 Perpustakaan Nasional;  Perpustakaan Umum;

 Perpustakaan Sekolah/Madrasah;  Perpustakaan Perguruan Tinggi; dan  Perpustakaan Khusus.

(8)

Jenis-jenis perustakaan berdasarkan materi atau dokumen yang disimpan :  Perpustakaan data

 Perpustakaan digital

 Perpustakaan peta dan koleksi-koleksi lainnya  Perpustakaan foto atau lukisan

 Perpustakaan proyektor  Perpustakaan peralatan/sarana

Jenis-jenis perpustakaan berdasarkan subyek atau mata pelajaran yang dibawa :  Perpustakaan Arsitektur

 Perpustakaan Seni Terapan  Perpustakaan Hukum  Perpustakaan Pengobatan

 Perpustakaan Ilmu Pengetahuan Bawah Laut  Perpustakaan Teologi

Jenis-jenis perpustakaan berdasarkan pengguna yang dilayani :  Komunitas para militer

 Pengguna yang cacat dalam penglihatan/buta atupun cacat dalam fisik lainnya yang menyebabkan keterbatasan dalam pergerakan atau hal lainnya

II.2.4. Perpustakaan Umum (Public Library)

Perpustakaan umum menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.

Kriteria Perpustakaan Umum :

 Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat.

 Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.  Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Pemerintah provinsi,

(9)

 Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

 Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap.

II.2.5. Pendanaan Perpustakaan

Pendanaan Perpustakaan menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 40 :

(1) Pendanaan perpustakaan didasarkan pada prinsip kecukupan dan berkelanjutan. (2) Pendanaan perpustakaan bersumber dari:

a) anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;

b) sebagian anggaran pendidikan;

c) sumbangan masyarakat yang tidak mengikat; d) kerja sama yang saling menguntungkan; e) bantuan luar negeri yang tidak mengikat; f) hasil usaha perpustakaan jasa dan/atau;

g) sumber lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Anggaran perpustakaan dapat diperoleh dari pemerintah, masyarakat, perusahaan, maupun sponsor. Dana yang diperoleh dari pemerinatah berupa anggaran rutin (bagi perpustakaan negeri) dan anggaran pembangunan yang tidak pasti. Anggaran rutin biasanya digunakan untuk membiayai keperluan kantor, dan anggaran pembangunan digunakan untuk pengembangan sarana fisik, terutama gedung/ ruang perpustakaan. Adapun dana dari masyarakat pemakai dapat berupa uang pendaftaran, uang denda, dan lainya.

Selain itu, sebenarnya perpustakaan dapat menggali dana sendiri dengan cara berwirausaha. Berwirausaha adalah keberanian untuk melakukan pekerjaan yang sulit, kompleks, mengandung resiko, siap dan cepat untuk melawan tantangan dengan keberanian melakukan inisiatif dan aksi.

Sebenarnya terdapat banyak peluang untuk berwirausaha bagi perpustakaan. Langkah ini tergantung pada kemauan dan arahan pimpinan perpustakaan. Beberapa usaha yang dapat dijadikan sumber pemasukan suatu perpustakaan antara lain :

 Penyediaan jasa fotokopi dan penjilidan.  Penyewaan komputer.

(10)

 Penyediaan kafetaria.

 Penyediaan jasa penelusuran literatur.  Kerjasama dengan penerbit dan percetakan.  Keanggotaan, denda, kartu baca, dan lainnya.  Jasa parkir kendaraan bermotor.

 Jasa terjemahan.

Penyediaan gedung/ ruang temu ilmiah pada saat tertentu dengan menghadirkan tokoh-tokoh terkenal sebagai narasumber, dll.

II.2.6. Peranan, Tugas dan Fungi Perpustakaan Umum Peranan Perpustakaan

Setiap perpustakaan dapat mempertahankan eksistensinya apabila dapat menjalankan peranannya. Secara umum peran – peran yang dapat dilakukan adalah :

 Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber informasi pengetahuan.

 Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta pembangkit kesadaran pentingnya belajar sepanjang hayat.

 Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan penyelenggara sehingga tercipta kolaborasi, sharing pengetahuan maupun komunikasi ilmiah lainnya.  Motivator, mediator dan fasilitator bagi pemakai dalam usaha mencari, memanfaatkan

dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

 Berperan sebagai agen perubah, pembangunan dan kebudayaan manusia.

Tugas Perpustakaan

Perpustakaan Umum mempunyai tugas mengumpulkan, menyimpan, memelihara, mengatur, dan mendayagunakan bahan pustaka untuk kepentingan pendidikan, penerangan, penelitian, pelestarian, suatu pengembangan kebudayaan dan rekreasi seluruh anggota masyarakat.

Fungsi Perpustakaan

Adapun fungsi Perpustakaan Umum di masyarakat yaitu :  Sebagai sarana simpan karya manusia

Dalam kaitannya dengan fungsi simpan, perpustakaan bertugas menyimpan khazanah budaya hasil masyarakat. Salah satu jenis perpustakaan yang benar-benar berfungsi sebagai sarana simpan adalah perpustakaan nasional.

(11)

Dalam hal ini perpustakaan bertugas untuk menyediakan dan menyebarluaskan informasi. Informasi yang diminta dapat berupa informasi mengenai tugas sehari-hari, pelajaran, maupun informasi lainnya.

 Fungsi rekreatif

Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca dan mengikuti acara-acara ang diadakan di perpustakaan, seperti launching buku, acara mendongeng untuk anak-anak, pertunjukan seni ataupun acara lainnya. Fungsi rekreasi ini tampak nyata pada perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang dikelola dengan dana umum serta terbuka untuk umum.

 Fungsi edukatif

Perpustakaan Umum merupakan sarana pendidikan non formal, artinnya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar bangku sekolah untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai dan relevan dengan berbagai jenis ilmu pengetahuan.

 Fungsi kultural

Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara penyelenggaraan pameran, pertunjukan kesenian pemutaran film, bahkan bercerita untuk anak-anak.  Fungsi dokumentatif

Perpustakaan Umum juga berfungsi sebagai pusat pelestarian bahan pustaka dan hasil budaya bangsa untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

 Fungsi referensif

Perpustakaan Umum juga menyediakan bahan-bahan yang berisi petunjuk, pedoman dan bahan-bahan rujukan bagi anggota masyarakat yang membutuhkan.

 Fungsi Penelitian

Perpustakaan menyediakan informasi tentang berbagai sumber informasi hasil penelitian dan teknologi.

II.2.7. Macam – Macam Bahan Informasi

Bahan-bahan yang informasi yang diterima perpustakaan dapat terdiri dari bahan buku dan bahan nonbuku.

(12)

Buku teks adalah lembaran tercetak berisi ilmu pengetahuan atau bidang tertentu dan biasanya digunakan sebagai bahan pelajaran, penataran, kuliah , dan dapat dipelajari secara mandiri.

 Buku Rujukan

Buku ini disusun untuk memberi informasi tentang kata, subjek / pokok masalah, nama orang, nama tempat, peristiwa, pustaka, angka, waktu, ukuran, dan lainnya. Adapun jenis –jenis buku rujukan adalah :

Kamus, ensiklopedi, buku pegangan, direktori, buku tahunan, sumber-sumber biografi, bibliografi, indeks, abstrak, almanak, sumber-sumber geografi, dan pemerintah.

 Kamus

Buku acuan yang memuat kata dan ungkapan.  Ensiklopedi

Ensiklopedi berarti pelajaran atau petunjuk dalam lingkungan seni dan ilmu pengetahuan.

 Buku Pegangan

Buku Pegangan meliputi :

- Handbook, pada umumnya berisi uraian ringkasan dalam suatu bidang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu.

- Manual, hampir seperti Handbook. Manual memberi instruksi atau perintah tentang mengerjakan, mengidentifikasi, dan menulis sesuatu - Guidebook, petunjuk bagi para wisatawan.

 Direktori

Berisi daftar nama-nama orang, lembaga, organisasi, maupun perkumpulan yang disusun sistematis.

- Buku Tahunan

Berisi kejadian-kejadian penting atau perkembangan-perkembangan baru dalam jangka waktu satu tahun yang mencakup bidang sosial, organisasi profesi, perdagangan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan. - Sumber Bibliografi

- Bibliografi

Diartikan sebagai kajian buku (discussion of books) - Indeks

(13)

Indeks adalah daftar kata atau istilah yang disusun alfabetis yang ditempatkan dibagian akhir suatu buku, berupa nama orang, subjek, dll.

- Abstrak

Ringkasan karya ilmiah atau karya akademik yang dapat disertai data bibliografi.

- Almanak

Catatan peristiwa dalam berbagai bidang dalam waktu tertentu. - Sumber-sumber Geografi

Memberikan keterangan tentang kota, gunung, danau, sungai, dan sumber-sumber alam.

 Karya Tulis Ilmiah

Yakni tulisan yang menyajikan pengetahuan ilmiah ditujukan kepada ahli atau masyarakat tertentu dengan metode dan penyajian yang ilmiah.

 Makalah

Yakni tulisan yang disampaikan pada pertemuan ilmiah, seperti seminar, lokakarya, workshop, semiloka, diskusi panel, dll.

 Karya akademik

Karya ini disiapkan untuk memenuhi tugas dan/ atau syarat akademik, seperti tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dll.

 Literatur Abu-abu

Yakni jenis bahan pustaka yang jarang didapatkan secara bebas, kecuali apabila perpustakaan memiliki hubungan khusus dengan produsen bahan informasi tersebut.  Karya Fiksi

Yakni karya tulis yang berupa karya rekaan atau karya imajinatif.  Terbitan Berkala

Yakni Publikasi yang direncanakan terbit terus-menerus tanpa dibatasi waktu, berisi informasi menarik yang ditulis beberapa orang.

 Mikrofis

Berupa film yang berukuran kecil/ mikro, tembus cahaya, dan berisi informasi dalam bentuk tulisan, gambar, maupun grafis yang diatur pada selembar film secara berbanjar horizontal maupun vertikal.

(14)

Film mikro adalah film yang sangat kecil, digunakan untuk menyimpan, memuncukan kembali, atau mempublikasikan duplikat dokumen, cetakan, gambar, dan foto.

 Piringan Hitam

Piringan hitam dibuat dari bahan ebonite berwarna hitam dan berbentuk bulat pipih. Pada kedua permukaan terdapat lekukan halus berbentuk spiral yang menyebabkan jarum piringan hitam yang melaluinya bergetar dan mengeluarkan suara.

 Kaset

Kotak untuk melindungi bahan perekam gambar yang sekaligus berfungsi sebagai pengulung bahan tersebut.

 Cakram Tetal

Wadah penyimpan informasi berbentuk lempeng kecil berdiameter 5 inchi yang dimanfaatkan dengan sinar laser, menyimpan data digital, baik berupa naskah, suara, gambar, atau kombinasi ketiganya. Cakram ini berkapasitas simpan sangat tinggi. Contohnya adalah CD/ROM.

II.2.8. Sistem Perpustakaan

Sistem sering diartikan dengan cara atau metode. Sistem sebenarnya merupakan perangkat unsur yang secara teratur saling terkait sehingga membentuk totalitas (Depdikbbud, 1994:950). Dalam arti lain, sistem diartikan sekumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang berguna (Gazparez, 1992). Dalam pengertian ini dapat dipahami bahwa suatu sistem akan dapat berjalan baik apabila didukung oleh elemen-elemen yang dapat bekerja sama saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan dan menghasilkan sesuatu. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan suatu sistem harus ada aktvitas masing-masing elemen yang terkoordinir dengan baik untuk melaksanakan tugas masing-masing. Berkaitan dengan aktivitas inilah, Wilkinson (1992) memberikan defenisi tentang sistem, yakni suatu kerangka kerja terpadu yang mempunyai satu sasaran atau lebih. Suatu sistem akan mengkoordinasi sumber daya yang diperlukan untuk mengubah masukan-masukan menjadi keluaran.

Sementara itu, Custing (1989) menyatakan bahwa sistem dalam arti luas dan abstrak adalah suatu satuan (entity) yang terdiri dari dua komponen atau lebih maupun subsistem yang terjalin satu sama lain untuk mencapai tujuan.

Perpustakaan sebenarnya juga suatu sistem informasi dan bukan sekedar ruang/gedung atau koleksi yang di dalamya terdapat elemen-elemen yang dapat

(15)

pengadaan, pencatatan, katalogisasi, klasifikasi, pelabelan, penyusunan dalam rak, pelayanan, dan lainnya yang dapat dipadukan dengan baik untuk mendukung keberhasilan perpustakaan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan saling mendukung. Demikian pula unsur-unsur yang dimiliki perpustakaan, meliputi sumberdaya manusia, koleksi, anggaran, ruangan, dan sarana prasarana, dapat dikoordinasi dengan baik untuk secara bersama-sama menfungsikan diri untuk mencapai keberhasilan perpustakaan.

Sebagai suatu sistem pengelolaan informasi, perpustakaan memiliki beberapa sistem kegiatan untuk menunjang visi, misi, dan tujuan perpustakaan. Sistem ini berupa serangkaian pedoman atau prosedur kerja yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat berupa pengadaan bahan informasi, pencatatan, pengkatalogisasi, klasifikasi, dan pelayanan informasi :

 Sistem Pengadaan

Sistem pengadaan ini disebut pula dengan akuisisi, yakni suatu tugas, pekerjaan, bagian, atau seksi di perpustakaan yang memiliki kewenangan dan bertugas untuk mengadakan bahan informasi yang berupa bahan cetak maupun non cetak.

Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara :  Pembelian

Dalam sistem pembelian perlu dipertimbangkan faktor-faktor anggaran, jenis perpustakaan, kebutuhan pemakai, kerjasama dengan penerbit, pengetahuan tentang impor, pengetahuan tentang pemesanan buku, dan lainnya.

 Sumbangan

Perpustakaan dapat memperoleh bahan informasi dari beberapa pihak, misalnya dari para lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan, penerbit, yayasan, departemen, perkumpulan, dan dari perorangan. Untuk itu perpustakaan harus aktif menghubungi lembaga-lembaga terkait.

 Tukar-menukar Publikasi

Tukar menukar dapat dilakukan dengan cara memberikan buku atau majalah yang tidak relevan atau jumlah eksemplarnya terlalu banyak ke perpustakaan lain yang relevan. Cara ini akan meningkatkan kerja sama antar perpustakaan.

 Membuat Sendiri

Koleksi perpustakaan dapat diusahakan oleh lembaga sendiri, misalnya dengan menulis diktat, buku ajar, hand out, kliping, majalah, atau kumpulan karya tulis/dosen.

(16)

 Sistem Pencatatan

Pada prinsipnya semua bahan informasi yang diterima perpustakaan harus dicatat. Untuk itu perlu direncanakan bentuk catatan, pencatatan terhadap bahan informasi ini dapat berupa buku, kartu, atau software tertentu. Sistem pencatatan dapat menggunakan sistem penomoran terus-menerus atau sistem yang menganti nomor setiap tahunnya.

 Sistem Pengkatalogan

Pengkatalogan adalah salah satu tugas, pekerjaan, unit atau bagian diperpustakaan yang bertugas dan bertanggung jawab atas proses pembuatan daftar koleksi suatu perpustakaan. Perlunya tiap koleksi dibuatkan katalog adalah untuk mencatat koleksi yang dimiliki, mempercepat temu kembali, dan mengembangkan standar bibliografi internasional.

Jenis-jenis katalog yang digunakan pada perpustakaan :  Katalog Cetak (Printed Catalog)

 Katalog Berkas (Sheaf Catalog)  Katalog Kartu (Card Katalog)

 Katalog yang menggunakan software tertentu.

Katalog berbentuk software telah banyak digunakan oleh perpustakaan, baik perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, maupun perpustakaan instansi. Katalog jenis ini sering disebut dengan katalog terpasang (Online Public Acces Catalog/ OPAC).  Sistem Klasifikasi

Bahan informasi yang telah dicatat perlu dikelompokan agar memudahkan proses temu kembali. Sistem Pengelompokan ini banyak macamnya dan selalu mengalami perubahan. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah sistem pengelompokan ini ada yang didasarkan pada bentuk fisik dan ada pula yang didasarkan pada isi/ subjek.  Sistem Penempatan Lokasi

Bahan informasi yang terdiri dari kertas ditempatkan sesuai jenisnya, misalnya buku teks, koleksi rujukan, hasil penelitian, makalah seminar, karya akademik, terbitan berkala, dll. Begitu pula bahan informasi yang terdiri dari bahan nonkertas ditempatkan sesuai jenisnya, misalnya film, pita, kaset, CD, piringan hitam, dll. Penempatan koleksi bahan kertas ke dalam rak ini disebut dengan pengerakan (shelving). Sistem penyusunan koleksi (terutama buku) di rak perlu direncanakan dan

(17)

diatur sedemikian rupa agar rapi dan mudah ditemukan kembali. Cara pengerakan ini adalah :

 Dimulai dari angak desimal kecil ke angka desimal besar pada sandi pustaka (call number) yang ditempel pada punggung buku.

 Disusun dari kiri ke kanan dalam satu kotak lemari dari atas ke bawah.

 Diikuti penyusunan urutan huruf, yaitu tiga huruf pertama nama pengarang secara alfabetis.

 Kemudian diikuti pengurutan huruf pertama judul pustaka disusun alfabetis, lalu uruan volume, bagian (part), dan eksemplar (copy).

 Pemeliharaan Bahan Pustaka

Pelestarian bahan pustaka adalah sistem pengelolaan dan perlindungan pada bahan pustaka, arsip, maupun bahan informasi lain. Dalam arti luas, pelestarian adalah tugas dan pekerjaan yang mencakup memperbaiki, memugar, melindungi, dan merawat bahan pustaka, dokumen, bahan informasi, serta bangunan perpustakaan.

 Sistem Pemanfaatan

Koleksi yang dikelola perpustakaan kiranya tidak ada gunanya apabila tidak dimanfaatkan oleh pemakai. Oleh karena itu perlu perencanaan yang tepat agar koleksi yang bernilai itu bermanfaat bagi pembaca. Penentuan sistem pemanfaatan ini disesuaikan dengan kondisi perpustakaan. Adapun sistem pemanfaatan koleksi itu antara lain :

 Sirkulasi

Pelayanan sirkulasi ini sering dikenal dengan bagian peminjaman dan pengembalian. Namun, sebenarnya pengertian sirkulasi ini mencakup pengertian yang lebih luas, yakni semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan, dan pemakaian koleksi dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pemakai jasa perpustakaan.

Adapun sistem sirkulasi yang dikenal ada 2 macam yaitu : - Sistem Sirkulasi Terbuka (Open Access)

Yakni suatu sistem yang memungkinkan pemakai untuk masuk ke ruang koleksi untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang mereka inginkan.

- Sistem Sirkulasi Tertutup (Closed Access)

Yakni suatu sistem peminjaman yang tidak memungkinkan pemakai untuk memilih dan mengambil koleksi sendiri.

(18)

Sebagian besar pemakai ingin meminjam koleksi untuk dibawa pulang. Untuk itu diperlukan sistem pencatat yang bisa dilakukan secara manual atau dengan bantuan komputer. Sistem yang kini telah banyak digunakan adalah sistem barcode. Dalam sistem ini seluruh koleksi yang dimiliki perpustakaan dan identitas anggota perpustakaan dimasukan ke dalam pangkalan data. Semua koleksi dan kartu anggota itu diberi label barcode.

 Pelayanan Referensi

Pelayanan ini memberikan informasi singkat tentang nama orang, peristiwa, subjek, geografi, ukuran, kata, pustaka, lambang, dan lainya yang terdapat dalam sumber rujukan. Mengingat koleksi ini banyak yang diperlukan sewaktu-waktu, maka pada umumnya tidak boleh dipinjam pulang.

 Baca di Tempat

Dalam hal pelayanan baca ditempat ini, diperlukan ruang yang nyaman, memadai, dan mebeler yang sesuai. Oleh karena itu, dalam pengadaan ruang baca ini perlu memperhatikan kebutuhan manusia, prinsip tata ruang (design principles), dan segi lingkungan (activity component) perlu diperhatikan.

 Fotokopi

Apabila memungkinkan, perpustakaan dapat menyediakan pelayanan fotokopi. Fasilitas ini akan membantu pemakai dan pihak perpustakaan. Pemakai tidak perlu keluar dari perpustakaan apabila ingin memfotokopi suatu buku. Dengan demikian akan dihemat waktu, biaya tenaga, dan mudah dilakukan pengawasan.

 Pelayanan Internet

Pelayanan ini merupakan bentuk penyajian informasi dengan menggunakan media teknologi muktahir (komputer) dengan segala perangkat dan pengembangannya, antara lain internet dengan menyajikan data, fakta, maupun informasi yang tepat.  Pelayanan Khusus

Pelayanan ini ditujukan kepada kelompok masyarakat yang karena faktor tertentu mereka tidak dapt datang ke perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Faktor ini mungkin kesehatan, status hukum, lokasi, maupun keadaan jasmani.

(19)

Penyajian informasi baru (Current Awarreness Services) merupakan sistem penyajian informasi dengan menyiagakan informasi segar, dan menyampaikan kepada peminat secepat mungkin.

 Bimbingan pemakai

Sesuai dengan perkembangan teknologi informasi yang juga telah dimanfaatkan dalam sistem perpustakaan, bimbingan pemakai pun diperlukan. Bimbingan pemakai diselengarakan dengan tujuan :

 Memanfaatkan jasa informasi yang tersedia.  Mengoptimalkan sarana dan fasilitas.

 Mencapai terwujudnya masyarakat infomasi.  Ikut berperan dalam proses pendidikan.  Jasa Terjemahan

Untuk membantu pemakai dalam usaha mereka memahami isi, koleksi, kiranya lebih baik apabila juga disediakan jasa terjemahan pada perpustakaan tertentu.

 Meja informasi

Yakni suatu meja atau bagian khusus yang siap menerima permintaan informasi dari pemakai.

 Pelayanan Audio Visual

Koleksi pandang dengar ini akan melengkapi koleksi bahan buku. Informasi yang dikandung koleksi ini bernilai tinggi, sehingga perlu penanganan khusus.

 Sistem Promosi dan Pemasaran

Jasa, koleksi, dan fasilitas yang dikelola perpustakaan masih perlu dipromosikan mengingat masyarakat kita belum menpunyai pemikiran yang berorientasi pada perpustakaan. Kemudian dalam hal pemasaran, pustakawan harus mampu mengkomunikasikan pelayanan kepada pemakai dan mempengaruhinya agar tertarik.

II.2.9. Penataan dan Tata Ruang Gedung

Bangunan maupun ruang untuk perpustakaan sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Ditinjau dari segi bangunan, perpustakaan merupakan suatu organisasi yang memiliki sub-sub sistem yang memiliki fungsi berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam perencanaan gedung dan ruang perpustakaan perlu memperhatikan fungsi tiap ruang, unsur-unsur keharmonisan dan keindahan, baik segi eksterior maupun interior. Ruang yang tertata baik akan memberikan kepuasan kepada pemakainya ( Pegawai maupun pengguna perpustakaan).

(20)

Dalam perencanaan bangunan atau ruang perpustakaan perlu juga diperhatikan alokasi luas lantai, pembagian ruangan menurut fungsi, tata ruang struktur, utilitas, pegamanan ruang, dan rambu-rambu. Disamping itu perlu dipikirkan pula area perluasan, minimal untuk masa sepuluh tahun mendatang.

 Prinsip-prinsip arsitektur

Gedung / ruang perpustakaan perlu ditata sesuai kebutuhan dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip arsitektur. Ruang perpustakaan akan nyaman bagi pemakai dan petugas apabila ditata dengan memperhatikan fungsi, keindahan, dan keharmonisan ruang. Dengan penataan yang baik akan memberikan kepuasan fisik dan psikis bagi pemakai. Oleh karena itu, dalam perencanaan pelu diperhitungkan kebutuhan manusia, tata ruang, dan segi lingkungan.

 Azas-azas tata ruang

Disamping itu perlu diperhatikan azas-azas tata ruang, yakni azas jarak, azas rangkaian kerja, dan azas pemanfaatan.

 Azas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesain pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek.

 Azas rangkaian kerja, yakni suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

 Azas pemanfaatan, yakni tara susunan ruang yang mempergunakan ruang yang ada.

 Tata Letak

Untuk memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan ruang perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang berikut ini :

 Pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.

 Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai.

 Penempatan perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus.

 Jarak satu mebeler dengan yang lain dibuat agak melebar agar orang yang lewat leluasa.

(21)

 Bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, maupun kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.

 Bagian yang menangani pekerjaan yang berantakan, seperti pengolahan, pengetikan, dan penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum.

 Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit/ ruangan duduk menghadap arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.

 Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dalam satu garis lurus.

 Ukuran tinggi, rendah, panjang, dan lebar, luas, dan bentuk perabot hendaknya dapat diantur lebih leluasa.

 Perlu ada lorong yang cukup besar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

 Bagian yang menimbulakn suara berisik hendaknya ditempatkan di ruang terpisah.

Agar masyarakat segera mengetahui keberadaan perpustakaan, dalam penempatannya perlu dipilih lokasi yang strategis. Di samping itu perlu dipertimbangkan pula bahwa perpustakaan sering berhubungan dengan lembaga lain. Oleh karena itu, dalam perencanaan tata letak ini perlu dipertimbangkan :

 Desain

 Pintu utama

Letak pintu utama hendaknya diatur dan diusahakan agar pemakai tidak usah berputar-putar lebih dahulu sebelum mencapai pintu masuk.

 Kelenturan

Dalam usaha mengantisipasi perkembangan tuntutan informasi oleh masyarakat pemakai, maka dalam perencanaan perpustakaan dituntut adanya kelenturan yang tinggi. Sehingga dapat mengikuti perubahan kebutuhan dengan hanya mengubah struktur sedikit.

 Kesederhanaan

Idealnya gedung perpustakaan itu tampak megah dan mudah dikenali dari jauh. Walaupun demikian, dalam desain perlu mempertimbangkan adanya perancanaan yang efektif dan prinsip kesederhanaan.

(22)

Pembangunan perpustakaan (terutama perpustakaan perguruan tinggi) akhir-akhir ini kecenderungan memiliki halaman terbuka ditengah-tengahnya, atau memiliki sumur cahaya ditengah dengan dinding kaca yang transparan. Ada pula gedung perpustakaan yang berbentuk yang berbentuk U. Desain demikian karena sebenarnya kurang efisien karena membuang ruang dan menimbulkan kebisingan.

 Perluasan otomasi

Otomasi perpustakaan merupakan tuntutan tersendiri yang perlu diantisipasi dengan perencanaan yang matang. Untuk itu hal-hal berikut ini yang perlu diperhatikan :

 Ruang audio visual dengan penghawaan yang baik.  Fasilitas untuk memasang kabel agar lebih nyaman.

 Mebeler, kursi, almari, dan lainnya sebagai tempat komputer, video, disket, kaset, dll.

 Area Pengembangan

Frazier G. Polle (1981) seorang konsultan perpustakaan dari UNESCO yang pernah ke Indonesia (14 April-10 Mei), dan (16 Juni-12 Juli 1980) menyarankan agar perluasan dan perkembangan perpustakaan dapat berhasil dengan baik, perlu disediakan tanah kosong yang cukup luas di sekitar gedung perpustakaan. Pemikiran ini untuk mengembangkan perpustakaan di masa mendatang yang memerlukan ruang yang lebih luas.

 Kebutuhan Tata Ruang  Kebutuhan ruangan

Kebutuhan ruangan untuk perpustakaan berbeda, sesuai jenis-jenis perpustakaan. Untuk perpustakaan umum, kebutuhan ruang disesuaikan dengan masyarakat dan tingkat kebutuhan masyarakat ditingkat yang dilayaninya.

 Tata Ruang

Pada dasarnya kebutuhan ruang perpustakaan dialokasikan untuk koleksi, pemakai, staff, dan keperluan lain. Untuk itu perlu dipertimbangkan sistem pinjam yang akan dianut oleh suatu perpustakaan, dengan sistem pinjam terbuka (open access) atau sistem pinjam tertutup (closed area).

- Sistem tata sekat

Yakni cara pengaturan ruang perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung.

(23)

- Sistem tata parak

Yakni sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca.

- Sistem tata baur

Yakni suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri.

 Kenyamanan Ruang

Produktivitas manusia yang bekerja diruangan dipengaruhi oleh faktor pribadi (internal) dan faktor diluar dirinya (eksternal). Hasil kerja seseorang akan baik apabila dalam kondisi itu seseorang mampu melakukan kegiatannya secara optimal dengan sehat, aman, senang, dan selamat.

Kondisi lingkungan tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi dapat dicapai secara bertahap. Dalam pencapaian kondisi lingkungan kerja itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti temperatur, sirkulasi udara, warna, pencahayaan, suara, dan tata letak.

 Temperatur

Dalam keadaan normal tubuh manusia memiliki temperatur yang berbeda. Tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya apabila perubahan temperatur luar tidak lebih dari 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin.

Dalam suatu penelitian diketahui bahwa temperatur yang berbeda akan mempengaruhi ketahanan bekerja dan fisik seseorang. Misalnya pada suhu 10 oC mulai muncul kekakuan fisik yang ekstrim, dan pada suhu 29,5 oC aktivitas dan daya tangkap seseorang akan menurun.

 Kenyamanan Suara

Kenyamanan ruangan dipengaruhi oleh kenyamanan suara, baik dari dalam ruangan atau dari luar. Suara dari dalam mungkin ditimbulkan oleh suara mesin (ketik, komputer, fotokopi, penjilidan, ac, kipas angin), suara orang, langkah orang, dll. Suara dari luar mungkin berupa suara pesawat udara, suara kereta api, suara lalu lintas, banjir, pasar,dll.

Suara dari dalam dapat dikurangi atau diredam, antara lain dengan pembuatan mebeler, dinding, dan plafon terdiri dari kayu dan sejenisnya, serta lantai diberi karpet. Bahan-bahan tersebut mampu menyerap suara dan tidak memantulkan suara. Selain itu kemajuan dari teknologi selain membawa kemudahan bagi manusia, juga menimbulkan masalah tersendiri bagi kehidupan manusia. Gangguan itu antara lain

(24)

berupa pencemaran udara, pencemaran limbah, dan kebisingan. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki seseorang. Kebisingan tersebut dalam waktu lama bisa menggangu ketenangan kerja, merusak pendengaran, dan bisa menimbulkan kesalahan komuikasi. Bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian.

Oleh karena itu dalam mendesain perpustakaan perlu diperhatikan adanya suara/ bunyi yang dapat menentukan tingkat gangguan pada manusia, yakni lama suara, frekuensi, dan intensitas.

 Kenyamanan warna

Warna juga memengaruhi orang yang bekerja dan membaca di perpustakaan. Warna ternyata juga akan memperbesar konsentrasi dan mempengaruhi jiwa seseorang. Oleh karena itu, dalam perencanaan ruang perpustakaan perlu dipahami sifat dan pengaruh warna tersebut. Warna yang kondusif untuk ruang perpustakaan antara lain warna merah, warna kuning, dan warna hijau.

 Warna merah menggambarkan panas, kegemaran, dan kegiatan bekerja. Warna ini berguna untuk merangsang panca indera dan jiwa agar bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.

 Warna kuning mengambarkan kehangatan. Warna ini akan merangsang mata dan syaraf, yang dapat menimbulkan perasaan gembira.

 Warna hijau menimbulkan suasana sejuk dan kedamaian. Oleh karena itu warna ini cocok untuk tempat-tempat ibadah, perpustakaan, rumah tinggal, dan lainnya.

Warna ruang kerja secara psikologis memengaruhi para pekerja ruang di ruang itu. Tiap warna secara psikologis memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap perilaku dan sikap manusia. Misalnya saja, warna merah membuat orang terangsang. Maka tempat hiburan dan panggung kesenian banyak didominasi warna merah. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang penonton. Warna kuning memberikan kesan megah, luas dan lega. Pada acara-acara kehormatan, cenderung digunakan warna kuning agar terlihat megah dan berwibawa. Lain halnya dengan warna hijau atau biru yang memberi kesan sejuk, aman, dan menyegarkan. Warna gelap akan memberikan kesan sumpek dan sempit. Sedangkan warna terang memberikan kesan tegas dan keleluasaan.

(25)

Warna-warna untuk bangunan luar (eksterior) hendaknya diperhatikan sifat pemantulan dan penyerapan warna. Untuk itu, dalam pemilihan warna sebaiknya disesuaikan dengan iklim. Misalnya pada musim panas, warna yang dipilih hendaknya dipilih warna-warna ringan agar dapat memantulkan panas matahari, sedangkan pada musim dingin hendaknya digunakan warna gelap agar dapat menyerap panas matahari.

Disamping itu, efek penyilauan dari warna perlu diperhatikan apabila bangunan terkena panas matahari. Efek penyilauan ini dapat dikurangi dengan memanfaatkan warna-warna gelap.

 Warna untuk Interior

Pemilihan warna yang sesuai untuk ruangan dalam akan memberi kesan : - Suasana yang menyenangkan dan menarik.

- Secara tidak langsung dapat meningkatkan semangat dan gairah kerja. Dengan demikian diharapakan akan mampu meningkatkan produktivitas kerja.

- Mengurangi kelelahan.

Kelelahan merupakan gejala merosotnya kemampuan secara fisik dan mental seseorang sebagai akibat kurang istirahat, terlalu lama melakukan pekerjaan, dan lainya. Kelelahan itu pada dasarnya dibagi menjadi dua, yakni kelelahan secara fisiologis (fisik) dan kelelahan secara psikologis (mental).

Pemilihan warna-warna untuk mebeler, dinding, eternit, dan lantai hendaknya disesuaikan dengan keadaan perpustakaan yang memerlukan suasana tenang dan terang. Oleh karena itu, hendaknya dihindari penggunaan warna gelap. Karena warna ini menimbulkan kesan sempit dan sesak pada suatu ruangan.

 Kenyamanan Udara

Udara di sekitar kita dikatakan kotor, apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang, bercampur dengan gas atau bau yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Kotornya udara dapat dirasakan dengan sesaknya nafas. Keadaan ini akan mempengaruhi kesehatan tubuh manusia dan mempercepat kelelahan.

Oleh karena itu, dalam merencanakan ruang perpustakaan perlu dibuat ruang yang nyaman. Kondisi udara dalam ruangan akan mempengaruhi kemampuan manusia dalam melaksanakan pekerjaan fisik dan mental. Sebagaimana diketahui, kecepatan menarik nafas normal bagi seorang dewasa antara 14-20 tarikan nafas/ perdetik.

(26)

Suatu ruangan akan terasa nyaman apabila udara di dalam ruangan ini mengandung oksigen (O2) yang cukup. Selain itu juga tidak ada bau yang menggangu pernafasan, seperti : asap pembakaran, sampah, dan gas-gas yang berbahaya bagi manusia, seperti karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).

Untuk menjaga kenyamanan ruangan, diperlukan pemasangan alat pengatur suhu, misalnya :

 Memasang AC untuk mengatur udara di dalam ruangan.

 Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik, misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung.

 Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam ruangan. Kecepatan pertukaran ini memengaruhi kenyamanan udara. Adapun kecepatan udara yang ideal adalah berkisar antara 0,5-1 m/detik.

 Kenyamanan Cahaya

Cahaya merupakan suatu getaran yang termasuk gelombang elektomagnetis yang dapat ditangkap mata. Masalah penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat sesuatu, sifat-sifat dari indera penglihatan, usah-usaha yang dilakukan untuk melihat objek dengan lebih baik, dan pengaruh penerangan terhadap lingkungan. Dalam hal cahaya, Suma’mur (1984) menyatakan bahwa perpustakaan memerlukan cahaya yang cukup. Hal itu dikarenakan kegiatan diperpustakaan sebagian besar merupakan kegiatan membaca. Cahaya kadang menyilaukan, bahkan kadang dapat menumbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti :

 Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.  Kelelahan mental.

 Keluhan pegal di sekitar mata dan sakit kepala sekitar mata  Keluhan kerusakan alat penglihat.

 Meningkatkan kecelakaan

Orang tidak dapat bekerja dengan baik tanpa cahaya yang cukup apalagi untuk melaksanakan pekerjaan baca tulis. Cahaya yang memadai dan memancar ditempat, akan menambah efisiensi kerja. Mereka yang bekerja di tempat yang cukup cahaya akan dapat bekerja lebih cepat, tepat, dan mengurangi kesalahan.

Pada dasarnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan ada dua macam, yakni cahaya alami dan cahaya buatan.

(27)

Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari dan kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu ruangan. Oleh karena itu, cahaya matahari harus dibatasi dan diusahakan tidak langsung masuk ke ruangan. Usaha ini bisa dilakukan dengan menempatkan jendela dibagian utara dan selatan, serta membatasi bidang bukaan di sebelah timur.

Cahaya matahari yang masuk hendaknya dibatasi pada sudut kurang dari 45 derajat, yakni pada pagi hari pada pukul 07.00 - 09.00. Sedangkan untuk sore hari pada sudut 180 derajat yakni pada pukul 16.00. Sedapat mungkin cahaya matahari antara pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00 tidak masuk ruangan perpustakaan. Sebab cahaya pada jam-jam tersebut mengandung raduasi panas yang merugikan manusia dan memperpendek daya pakai bahan pustaka, baik yang berupa kertas maupun non kertas.

Dengan cahaya matahari secara langsung pada jam-jam tersebut, manusia akan merasa gerah dan cepat lelah. Bahan informasi yang terdiri dari kertas apabila terkena sinar matahari secara langsung akan segera lapuk, tulisannya memudar, dan warna kertasnya menjadi kunign kecoklatan.

Cahaya kubah langit adalah cahaya yang berasal dari kubah langit. Cahaya inilah yang banyak dimanfaatkan untuk penerangan ruangan karena tidak membawa radiasi panas secara langsung seperti sinar matahari.

 Cahaya Buatan

Cahaya buatan adalah cahaya yang ditimbulkan oleh benda atau gerakan benda yang dibuat oleh manusia baik yang berupa lampu TL maupun lampu pijar. Penggunaan lampu TL apabila dibandingkan dengan lampu pijar mengandung radiasi panas lebih sedikit. Perbandingan cahaya : panas yang dihasilkan lampu TL 50 % : 5 %. Sedangkan lampu pijar panas 96 % : cahaya 4 %.

Kemampuan mata dalam menangkap objek (yang dilihat atau dibaca) hanya terbatas. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas dipengaruhi oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dan sekelilingnya, luminasi (brightness), bentuk, warna, dan gerak objek yang memengaruhi daya tangkap mata. Derajat kontras adalah perbedaan derajat relatif antara objek dan sekelilingnya. Sedangkan pengertian luminasi berarti arus cahaya yang dipantulkan oleh obyek. Salah satu contoh

(28)

derajat kontras secara sederhana adalah ketika kita membaca buku atau meletakan benda putih. Agar lebihkontras, maka warna alas seperti buku hendaknya relatif sama dengan warna kertas dari buku tersebut. Hal in dimaksudkan agar huruf-huruf pada buku tersebut mempunyai derajat yang lebih tinggi apabila dibandingkan buku dan alasnya. Demikian dengan benda-benda yang berwarna putih. Agar derajat kontrasnya lebih tinggi, maka benda-benda tersebut harus diletakan pada alas / benda yang berwarna gelap.

Kegiatan yang dilakukan diperpustakaan tidak dapat lepas dari cahaya. Maka sistem pencahayaan diperpustakaan harus cukup. Hal itu disebabkan pencahayaan yang cukup merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan di dalam ruangan.

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan adanya pencahayaan yang cukup, antara lain :

- Mampu meningkatkan produktivitas kerja. - Dapat dicapai kualitas pekerjaan.

- Dapat mengurangi ketegangan mata dan kelelahan jiwa. - Dapat menimbulkan semangat kerja.

- Dapat menimbulkan prestise suatu lembaga/ perpustakaan.

Menurut Wesley E. Woodson, bahwa pencahayaan berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi 4 (empat) cara penerangan yakni :

- Cahaya Langsung

Yakni cahaya yang dipancarkan langsung dari sumbernya, berkisar antara 90% sampai 100% cahaya output yang langsung jatuh di daerah kerja/ meja baca. Apabila kita menggunakan lampu pijar, maka cahaya yang dipancarkan akan sangat tajam dan bayangan yang ditimbulkan sangat tegas.

- Cahaya Tidak Langsung

Cahaya ini berasal dari suatu sumber yang dipantulkan dengan suatu media agar menerangi ruangan. Cahaya ini cocok untuk melaksanakan pekerjaan baca tulis maupun cetak mencetak. Cahaya ini oleh sumbernya dipantulkan ke langit ruangan. Pantulan pada langit-langit ini kemudian dipantulkan lagi ke dinding ruangan, dan barulah cahaya itu menyebar ke seluruh ruangan. Dengan demikian, cahaya

(29)

yang ditimbulkannya benar-benar sudah lunak dan tidak menimbulkan bayangan.

- Pencahayaan Difusi

Pencahayaan difusi adalah sistem pencahayaan yang menghasilkan cahaya yang terpancar ke segala arah. Pencahayaan semacam ini lebih baik daripada sistem pencahayaan setengah langsung. Hal ini dikarenakan sumber cahaya itu sebagian besar berasal dari pantulan langit-langit ruangan. Dengan demikian, bayang-bayang yang ditimbulkannya dan sifat cahaya itu tidak begitu tajam sehingga tidak akan mempercepat kelelahan mata.

- Pencahayaan Campuran

Yakni pencahayaan campuran antara cahaya langsung, cahaya tidak langsung, dan penerangan difusi. Cara penerangan ini sebagai modifikasi dari ketiga cara penerangan di atas untuk memenuhi penerangan tertentu yang diinginkan.

II.2.10. Standar dan Kapasitas Perpustakaan Umum

Persentase pengguna aktif sebuah perpustakaan (populasi yang dilayani) pada sebuah kota atau masyarakat normalnya adalah antara 20-30 % penduduknya.

Populasi yang dilayani

Pelayanan Terbuka Luas area 15 m2 per 1000 volume Volume per 1000 populasi Total Kapasitas 3000 1333 4000 100 5000 800 4000 100 10000 600 6000 100 20000 600 12000 180 40000 600 24000 360 60000 600 36000 540 80000 550 44000 660 100000 550 50000 750

(30)

Populasi yang dilayani Jumlah tempat duduk per 1000 populasi

10000 - 20000 2 – 3

20000 - 40000 3 – 4

40000 – 70000 2 – 2,5

>70000 1,5 – 2

Tabel 2. Standar Jumlah Tempat Duduk pada Perpustakaan Sumber : Planning and Design for Library Building

II.3. Lokasi Proyek

Pada pembahasan ini, akan diuraikan tentang deskripsi/tinjauan lokasi proyek.

II.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek

Kriteria lokasi berdasarkan persyaratan lokasi dapat dijadikan sebagai tolok ukur standar yang dapat menjadi pertimbangan untuk pemilihan lokasi Medan Public Library, yaitu :

 Peruntukan lahan untuk fungsi perpustakaan harus sesuai dengan Master Plan RUTRK Kota Medan.

 Karakter penampilan lingkungan cukup baik yang berkaitan dengan perpustakaan dan kaidah ramah lingkungan.

 Kemudahan pencapaian/aksesbilitas oleh pengunjung, pengelola, maupun kendaraan servis, tidak sering terjadi kemacetan.

 Dekat dengan jalan utama ke/dari pemukiman.

 Berdekatan dengan ruang terbuka umum (misal taman kota), untuk kejelasan orientasi, sequence, kemungkinan untuk pengembangan kegiatan yang berhubungan (related use) seperti sekolah, universitas yang berhubungan dengan perpustakaan, dan lain-lain.

 Berdekatan dengan sekolah, universitas ataupun fasilitas edukasi lainnya.

 Berdekatan dengan aksesbilitas keamanan.

 Tersedianya jaringan utilitas, seperti jaringan PLN, PDAM, Telkom, Riol Kota, dll.

 Berdekatan dengan pergerakan/perpindahan publik.

II.3.1.1. Tinjauan terhadap Stuktur Kota

(31)

mengganggu tata guna lahan yang sudah direncanakan untuk sebuah wilayah kota. Sebagai sebuah sarana pendidikan, maka perpustakaan ini harus direncanakan di wilayah yang secara tata guna lahan memang diperuntukkan bagi perkembangan pendidikan.

W P P Kecamatan Pusat Pengembangan Peruntukkan Wilayah Program Kegiatan Pembangunan A M. Belawan M. Marelan M. Labuhan Belawan Pelabuhan,industri, permukiman , rekreasi maritim

Jalan baru, jaringan air minum, septic

tank, sarana pendidikan dan permukiman.

B M. Deli Tanjung Mulia Perkantoran,

perdagangan, rekreasi indoor, permukiman

Jalan baru, jaringan air minum,pembuangan sampah, sarana pendidikan . C M. Timur M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas Aksara Permukiman, pendidikan, perdagangan , rekreasi Sambungan air minum, Septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M. Polonia Pusat Kota CBD, pusatpemerintahan, hutan kota, pusat pendidikan, perkantoran, rekreasi indoor, permukiman Perumahan permanen ,penanganan sampah, sarana pendidikan. E M. Barat M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan

Sei Sikambing Permukiman, perkantoran, perdagangan,

konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.

Sambungan air minum,Septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

Tabel 3. Pembagian Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP) Kota Medan Sumber : RUTRK Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

(32)

Gambar 1. Peta Wilayah Pengembangan Kota Medan

Dari gambar diatas, maka lokasi tapak yang berada pada WPP C, WPP D dan WPP E adalah lokasi yang sesuai dengan pengembangan kawasan pendidikan. Dari ketiga WPP yang paling cocok untuk pemilihan lokasi adalah WPP C, karena memiliki polling terbanyak untuk kawasan penyebaran sekolah dan universitas terbanyak dan dengan jumlah pelajar terbanyak. Lokasi tapak yang merupakan kawasan pendidikan sangat sesuai dengan peruntukan Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP) dan pemusatan pembangunan pendidikan sekarang sedang diarahkan kepada Kecamatan Medan Timur.

Berikut tabel jumlah penyebaran sekolah di WPP C, D dan E : Kecamatan Medan SD (org) SLTP (org) SMU (org) Akademik (unit) Universitas (unit) Jumlah sekolah dan universitas (unit) Jumlah pelajar (org) M. Timur 45 28 18 1 3 95 ± 46.323 M. Perjuangan 45 28 18 1 3 95 ± 23.420 WPP D Pusat Bisnis(CBD), pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan

WPP E Perumahan, perkantoran,

konservasi, lapangan golf dan hutan kota.

WPP A Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pergudangan dan permukiman WPP B Merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan WPP C Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan, rekreasi, dan perdagangan

(33)

M. Tembung 42 27 18 - 1 88 ± 6.432 M. Area 46 15 14 4 - 79 ± 3.870 M. Denai 44 15 16 3 - 78 ± 2.833 M. Amplas 27 11 - - - 38 ± 1.936 M. Johor 27 11 - - - 38 ± 1.435 M. Baru 16 8 6 5 2 37 ± 33.000 M. Kota 46 15 14 4 - 79 ± 11.040 M. Maimoon 23 7 3 2 - 35 ± 5.040 M.Polonia 6 3 3 - 1 13 ± 2.046 M. Barat 32 7 6 4 1 50 ± 9.899 M. Helvetia 47 28 22 2 4 103 ± 10.089 M. Petisah 32 14 - - - 46 ± 8.089 M. Sunggal 16 8 6 5 2 37 ± 5.866 M.Selayang 24 14 12 - 2 52 ± 4.783 M. Tuntungan 27 11 - - - 38 ± 2.740

Tabel 4. Jumlah penyebaran sekolah dan jumlah pelajar WPP C, D dan E Sumber : Website Pemerintahan Kota Medan <www.pemkomedan.go.id>

II.3.1.2. Syarat Pemilihan Lokasi Proyek

Dari peninjauan tabel diatas, maka dapat ditarik syarat pemilihan lokasi proyek :  Lokasi perencanaan diharapkan berada di sekitar daerah zona sekolah, sehingga

mudah dijangkau anak-anak sekolah dengan berjalan kaki.

 Lokasi perancangan harus sesuai dengan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP) C yang sesuai dengan perkembangan ke arah pendidikan dan rekreasi.

 Mudah dijangkau bukanlah harus di pusat kota ataupun pusat daerah tetapi bagaimana bisa mudah oleh transportasi umum dan pribadi.

 Lokasi perancangan harus sehat yang berarti:

 Lokasi tidak terletak pada daerah perindustrian yang banyak menimbulkan polusi udara.

(34)

 Lokasi tidak berada daerah yang bertanah rawa atau berlumpur atau tanah yang berpasir, dan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi yaitu terkait kelembaban udara, kelembaban udara harus mencapai kenetralan antara 55-65%.

Gambar 2. Pemiilihan lokasi pada WPP C, D dan E Sumber : Website Pemerintahan Kota Medan <www.pemkomedan.go.id>

Dari ketiga WPP, ditariklah pada setiap WPP kecamatan yang paling tinggi pollingnya dalam jumlah pelajar. Maka yang terpilih adalah WPP C : Kecamatan Medan Timur, WPP D : Kecamatan Medan Baru dan WPP E : Kecamatan Medan Barat.

II.3.1.3. Potensi Kawasan

Kawasan di WPP C memiliki kekuatan dan potensi yang menguntungkan bagi

WPP C pada kecamatan Medan Timur dengan jumlah penyebaran sekolah dan univesitas 95 unit dan dengan jumlah pelajar

WPP D pada kecamatan Medan Baru dengan jumlah penyebaran sekolah dan univesitas 37 unit dan dengan jumlah pelajar WPP E pada kecamatan

Medan Barat dengan jumlah penyebaran sekolah dan univesitas 50 unit dan dengan jumlah pelajar

(35)

 Pada rancangan RUTRK 2006 – 2016 ditunjukkan bahwa pengembangan kota dititikberatkan di kawasan Medan Timur dan Medan Perjuangan. Sesuai dengan RUTRK yang masih berlaku, kawasan Medan Timur adalah WPP C dengan kegiatan permukiman, pendidikan, perdagangan , rekreasi. Sehingga mengoptimalkan pembangunan di kawasan Medan Timur, dikarenakan jumlah pelajar di kecamatan Medan Timur lebih banyak.

 Berdekatan dengan sekolah, universitas ataupun fasilitas edukasi lainnya, sehingga mudah bagi para pelajar untuk datang ke gedung perpustakaan ini.

II.3.1.4. Status Kepemilikan

Pembangunan Medan Public Library ini merupakan bagian perencanaan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara umumnya dan Pemerintah Kota Medan khususnya.

II.3.2. Analisis Pemilihan Lokasi

Berikut akan diuraikan tentang analisis pemilihan lokasi yang tepat untuk pembangunan Medan Public Library.

II.3.2.1. Alternatif Pemilihan Lokasi

Lokasi Medan Public Library sebagai sarana edukasi dan rekreatif lebih baik berada di daerah dekat dengan pusat pendidikan, seperti sekolah, universitas dan mudah dijangkau semua kalangan masyarakat. Adapun lokasi alternatif perpustakaan adalah :

(36)

A. Alternatif 1

Lokasi berada di Jalan Perintis Kemerdekaan dengan luas lahan ± 2 Ha terletak di Kecamatan Medan Timur. Berdekatan dengan Universitas Nomensen , SMA Negri 11 , Sekolah Budi Murni, Sekolah Methodist-3, TK Prima dan Sekolah Sutomo.

B. Alternatif 2

Lokasi berada di Jalan Gajah Mada dengan luas lahan ± 1,1 Ha terletak di kecamatan Medan Baru . Berdekatan dengan, Sekolah Santo Thomas, dan Sekolah , serta berdekatan dengan Institut Teknik TD Pardede.

C. Alternatif 3

Lokasi berada di Jalan Adam Malik dengan luas lahan ± 2,4 Ha terletak di kecamatan Medan Barat . Berdekatan dengan, Politeknik LP3I , dan Sekolah SD Arsyadiah.

Gambar 3. Alternatif Site Jl. Perintis Kemerdekaan

Gambar 4. Alternatif Site Jl. Gajah Mada

(37)

Tabel 5. Perbandingan Alternatif Lokasi Site

Keterangan :

3 : Baik sekali 2 : Baik 1 : Cukup 0 : Kurang

Kriteria Lokasi

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Luas lahan (1) 2 Ha (2) 1.1 Ha (3) 2,4 Ha Tingkatan Jalan (3)

Jalan Arteri Primer

(3) Jalan Arteri Primer

(3) Jalan Arteri Primer

Pencapaian ke Lokasi (3)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum

(3)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum

(3)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum

Jangkauan terhadap Struktur kota

(3)

Berada dipusat kota dan merupakan daerah pengembangan pendidikan, kesehatan, pemukiman, perdagangan

(3)

Berada dipusat kota dan

merupakan daerah pengembangan pendidikan, kesehatan, pemukiman, dan perkantoran.

(1)

Berada diperkotaan dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi dan merupakan daerah pengembangan

perdagangan dan rekreasi Fungsi Pendukung sekitar

lokasi

(3)

Pertokoan, kantor, gedung seni daerah, sekolah, universitas, permukiman kompleks dan lainnya.

(3) Perkantoran ,sekolah, institusi, rumah sakit, pemukiman mewah dan lainnya.

(3) Pertokoan, perkantoran, kantor, institusi, permukiman dan lainnya.

RUTRK (Pengembangan Pendidikan dan Rekreasi)

(3) Sesuai (3) Sesuai (3) Sesuai

Penyebaran sekolah dan universitas

(3) Paling banyak dengan jumlah 95 sekolah dan universitas.

(1) Paling sedikit dengan jumlah 37 sekolah dan universitas.

(3) Tidak begitu banyak dengan jumlah 45 sekolah dan universitas. Kontur Realtif datar Realtif datar Realtif datar

Kedekatan dengan sekolah dan universitas (2)  Dekat  Berada di seberang sekolah Methodist-3 (1)  Kurang dekat  Harus berjalan kaki

sekitar 500m barulah mencapai sekolah dan institut TD Pardede (1)  Dekat  Berada di seberang institut LP3I Total Nilai 21 19 20 Peringkat 1 3 2

(38)

II.3.2.2. Posisi Site terhadap Peta Kota Medan

1. Alternatif A

Jl. Perintis Kemerdekaan

Batas-batas site :

 Utara : Jl. Perintis Kemerdekaan

 Timur : Jl. Thamrin

 Selatan : Jl. Prof. H.M. Yamin

 Barat : Rumah Penduduk

2. Alternatif B Jl. Gajah Mada

Batas-batas site :

 Utara : Jl. Gajah Mada

 Timur : Jl. Letjen S. Parman

 Selatan : Jl. Hasanuddin  Barat : Jl. Bantam 3. Alternatif C Jl. H. Adam Malik Batas-batas site :

 Utara : Jl. H.Adam Malik

 Timur : Jl. Sei Deli

 Selatan : Jl. Bangun

 Barat : Jl. H.Adam Malik Gambar 6. Peta kota Medan

(39)

II.3.2.3. Deskripsi Lokasi sebagai Tapak Rancangan

 Kasus Proyek : Medan Public Library  Status Proyek : Fiktif

 Pemilik Proyek : Pihak Pemerintah

 Lokasi Tapak : Jln. Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur, Kelurahan Persiapan Perintis, Kotamadya Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

- Batas Utara : Jln. Perintis Kemerdekaan - Batas Timur : Jln. Thamrin

- Batas Selatan : Jln. Sena

- Batas Barat : Rumah Penduduk  Luas Lahan : + 2 Ha (+ 20.000 m2)

 Kontur : Datar

 KDB : 60 %

 KLB : 3-5 lantai

 GSB

 Jln. Perintis Kemerdekaan : 7 meter

 Jln. Thamrin : 10.5 meter

 Jln. Sena : 5 meter

 Rumah Penduduk

 Bangunan Eksisting : Ruko, Rumah Penduduk, Sarana Pendidikan, Perkantoran  Potensi Lahan :

 Terletak dipusat kota

 Berada pada kawasan pendidikan

 Transportasi lancar dan baik

 Luas site mendukung + 2 Ha

 Berada di linkungan pendidikan

 Memiliki jalur utilitas yang baik.

II.4. Tinjauan Fungsi

Dari tinjauan fungsi ini, kiata dapat mengetahui bagaimana Medan Public Library bekerja, apa aktifitasnya siapa penggunanya dan persyaratan ruang.

Gambar

Tabel 1. Standar Jumlah Buku pada Perpustakaan Umum
Tabel 2. Standar Jumlah Tempat Duduk pada Perpustakaan  Sumber : Planning and Design for Library Building
Tabel 3. Pembagian Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP) Kota Medan  Sumber : RUTRK Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
Gambar  1. Peta Wilayah Pengembangan Kota Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menghadapi tantangan yang muncul, baik secara internal maupun eksternal, sebuah organisasi memerlukan sebuah pengelolaan.Berbagai macam tantangan yang muncul memerlukan strategi

pengorganisasian data, analisis data, serta verifikasi data (Creswell, John.W, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran perkusi dengan

Parameter temperatur pada proses oksidasi CO oleh CuO dalam sistem kontrol inventori helium RGTT200K, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan produk oksidasi yaitu

Namun adanya pengaruh yang tidak signifikan dari variabel sikap atas pajak ini menunjukkan bahwa walaupun seseorang cenderung dipengaruhi oleh sikap yang mendukung

Berdasarkan penelitian Tugas Akhir dengan judul “Analisis Minat Nasabah Dalam Pembiayaan Mitra Usaha Di Bmt Al Hikmah Cabang Gunungpati Ditinjau Dari Faktor Internal

Dari perhitungan evaluasi kapasitas saluran eksisting, didapatkan hasil bahwa saluran drainase tidak dapat menampung debit curah hujan serta limpasan yang terjadi,

7. Memahami baahwa gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda. Memahami benda bergerak memerlukan gaya. Menyebutkan dan memberi contoh macam-macam gaya. Menjelaskan bahwa gaya

Sejauh ini, kesadaran rumah tangga terha- dap pentingnya ketersediaan air bersih pipa atau pompa dan sanitasi yang layak telah ter- bentuk pada seluruh lapisan masyarakat (mis- kin