MAKALAH PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN
MAKALAH PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN
“Penetapan Kadar Metanol dalam Minuman Beralkohol”
“Penetapan Kadar Metanol dalam Minuman Beralkohol”
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
JAKARTA
2014
2014
Kelompok D2.8
Kelompok D2.8
Anggota Kelompok :
Anggota Kelompok :
1.1. Yuana Yuana Adi Adi Setiawan Setiawan 2012210294 2012210294 ( ( )) 2.
2. Yulia Yulia Asia Asia Ervina Ervina 2012210297 2012210297 ( ( )) 3.
3. Zainirwan Zainirwan Rusman Rusman 2012210304 2012210304 ( ( )) 4.
4. Dita Dita Arum Arum K K 2013212274 2013212274 ( ( )) 5.
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah- Nya
Nya terutama terutama nikmat nikmat kesempatan kesempatan dan dan kesehatan kesehatan sehingga sehingga penulis penulis dapatdapat menyelesaikan makalah
menyelesaikan makalah praktikum praktikum “Analisis “Analisis Makanan”.Makanan”. Kemudian shalawatKemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni
al-memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umatqur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas akhir praktikum analisis makanan Makalah ini merupakan salah satu tugas akhir praktikum analisis makanan di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Pada kesempatan ini penulis ingin di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Yunahara mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Yunahara Farida, M.Si., Apt, Dra Setyorini Sugiastuti, M.Si., Apt, dan Dra Diana Farida, M.Si., Apt, Dra Setyorini Sugiastuti, M.Si., Apt, dan Dra Diana Serlahwaty, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing praktikum analisis makanan Serlahwaty, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing praktikum analisis makanan dan kepada teman-teman yang telah membantu selama penulisan makalah ini. dan kepada teman-teman yang telah membantu selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. ini. Jakarta, Mei 2014 Jakarta, Mei 2014 Penulis Penulis
DAFTAR ISI Kata Pengantar ... 2 Daftar Isi ... 3 Daftar Tabel ... 4 Daftar Gambar ... 5 Daftar Lampiran... 6 BAB I Pendahuluan ... 7
BAB II Tinjauan Pustaka ... 8
2.1 Karakteristik Metanol ... 8
2.2 Sintesa Metanol ... 8
2.3 Kegunaan Metanol ... 9
2.4 Proses Metanol Meracuni Tubuh ... 10
2.5 Gejala Keracunan Metanol ... 12
2.6 Penangana Keracunan Metanol ... 13
2.7 Regulasi Minuman Beralkohol ... 13
BAB III Metodologi Penelitian ... 14
3.1 Alat yang digunakan ... 14
3.2 Bahan yang digunakan ... 15
3.3 Cara Kerja ... 15
3.4 Interpretasi Hasil ... 17
BAB IV Hasil Penelitian ... 18
4.1 Hasil Penelitian ... 18
4.2 Perhitungan ... 20
BAB V Pembahasan ... 24
Kesimpulan dan Saran ... 26
Daftar Pustaka ... 27
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.1 ... 18
Tabel IV.2 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.2 ... 18
Tabel IV.3 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.3 ... 19
Tabel IV.4 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.4 ... 19
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Beaker glass ... 15
Gambar III.2 Labu ukur ... 15
Gambar III.3 Gelas Ukur ... 15
Gambar III.4 Water Bath ... 15
Gambar III.5 Pipet Skala ... 15
Gambar III.6 Kuvet ... 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Keracunan Akibat Penyalahgunaan Metanol ... 28 Lampiran 2. Pengaruh Pemberian Metanol dan Etanol terhadap kerusakan sel
hepar tikus wistar ... 29 Lampiran 3. Deteksi Etanol Setelah Konsumsi Arak dalam Urin dengan
BAB I
PENDAHULUAN
Metanol merupakan senyawa kimia yang sangat beracun bila dibandingkan dengan etanol. Metanol sering disalahgunakan sebagai bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan sebagai pengganti etanol karena
disamping harganya yang relatif murah juga akibat ketidakpahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh zat tersebut sehingga banyak yang beranggapan bahwa sifat dan fungsi metanol adalah sama dengan etanol. Orang yang sudah
kecanduan minuman keras dan kurang memiliki dana untuk membeli minuman keras yang legal cenderung akan membuat atau membeli minuman keras yang ilegal yaitu dengan membeli minuman keras oplosan yang telah dicampur dengan metanol.
Di dalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh. Keracunan metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya yang dapat menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah periode laten selama 6-30 jam. Dari berbagai kasus keracunan minuman keras yang terjadi pada masyarakat terlihat dari hasil pemeriksaan sisa sampel ataupun otopsi mayat korban, ternyata selain etanol ditemukan metanol didalamnya dan korban dinyatakan oleh dokter mengalami keracunan metanol.
Oleh sebab itu kita sebagai farmasis berperan untuk mengawasi produk makanan dan minuman yang beredar di pasaran, dalam hal ini khususnya mengawasi peredaran produk minuman beralkohol di masyarakat agar tidak terjadi lagi hal-hal serupa. Pengawasan produk tersebut dilakukan dengan melakukan uji kebenaran kadar terhadap komposisi yang terkandung dalam label minuman sehingga didapatkan kebenaran yang jelas mengenai kadar komposisinya dan sesuai dengan persyaratan kadar yang telah ditentukan oleh BPOM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Metanol
Metanol adalah senyawa alkohol dengan 1 rantai karbon. Rumus kimiaa CH3OH, dengan berat molekul 32. Titik didih 640-650°C (tergantung kemurnian), dan berat jenis 0,7920-0,7930 (tergantung kemurnian). Secara fisik metanol merupakan cairan bening, berbau seperti alkohol, dapat bercampur dengan air, etanol, kloroform dalam perbandingan berapapun, higroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan api yang berwarna biru.
Metanol lebih racun dari pada alkohol (ethanol) dan dalam jumlah sedikitpun dapat mengakibatkan buta hingga kematian. Ingat belakangan ini, banyak yang mati akibat minum bir oplosan? Setelah di selidiki ternyata mirasnya
mengandung metanol yang dalam perdagangan umum sering disebut spiritus. Memang dalam perdagangan umum, metanol sering diberi warna (biru) akibat diberi tambahan senyawa cupri sulphate untuk membedakan metanol teknis dengan alkohol, dan dijual dengan nama spiritus.
Metanol atau metil alkohol diproduksi dari distilasi wood atau dengan oksidasi langsung dari hidrokarbon. Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang merupakan komponen dari gas alam.
2.2 Sintesa Metanol
Secara teori Metanol dapat dibuat dari proses penyulingan kayu, gasifikasi batu bara muda dan sintesis gas alam. Reaksi pembuatan Methanol dengan
sintesis gas alam adalah sebagai berikut: CH4 + H2O <---> 3 H2 + CO CO + 2 H2 <---> CH3OH
CO2 + 3 H2 <---> CH3OH + H2O
Racun H2S pada Natural Gas ditangkap dengan katalis ZnO, dan racun RSH ditangkap dengan katalis CoMo. Adapun secara ringkas, tahapan proses sintesis metanol adalah sebagai berikut:
CnH2n+2 + n H2O <---> CO + (2n+1)H2 -Q CO + 3 H2 <---> CH4 + H2O +Q
CO + H2O <---> CO2 + H2 + Q
steam, reaksi sebagai berikut,
CH4 + H2O <---> 3 H2 + CO – Q
termal: merubah sisa-sisa CH4 dengan steam dan O2, di mana reaksi partial dan sempurna berlangsung sekaligus, reaksinya sebagai berikut,
2 CnH2n+2 + (3+1n)O2 <---> 2nCO2 + (2n+2)H2O+Q 2 CnH2n+2 + 3nO2 <---> 2CnCO+ 2H2+ 4nH2O+Q CH4 + 2O2 <---> CO2 + 2H2)+ Q
CH4 + O2 <---> CO + H2 + H2O+Q
-gas CO, CO2, dan H2 lalu disintesis dalam reaktor dengan katalis Cu
kemurniannya masih berkisar 70 %, maka dilakukan tahap akhir yaitu destilasi untuk mendapatkan
Metanol dengan kemurnian tinggi.
2.3 Kegunaan Metanol
Metanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam, dikarenakan metanol tidak mudah terbakar dibandingkan dengan bensin. Metanol campuran merupakan bahan bakar dalam model radio kontrol. Salah satu kelemahan metanol sebagai bahan bakar adalah sifat korosi terhadap beberapa logam, termasuk aluminium. Metanol, merupakan asam lemah, menyerang lapisan oksida yang biasanya melindungi aluminium dari korosi:
6 CH3OH + Al2O3 → 2 Al(OCH3)3 + 3 H2O
Ketika diproduksi dari kayu atau bahan oganik lainnya, metanol organik tersebut merupakan bahan bakar terbarui yang dapat menggantikan hidrokarbon. Namun mobil modern pun masih tidak bisa menggunakan BA100 (100% bioalkohol) sebagai bahan bakar tanpa modifikasi. Metanol juga digunakan
sebagai solven dan sebagai antifreeze, dan fluida pencuci kaca depan mobil. Sekitar 40% metanol diubah menjadi formaldehyde, dan dari sana menjadi berbagai macam produk seperti plastik, plywood, cat, peledak, dan tekstil.
Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah, sejumlah kecil metanol digunakan ke air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi bakteri, yang mengubah nitrat menjadi nitrogen. Bahan bakar direct-metanol unik karena suhunya yang rendah, operasi pada tekanan atmofser, mengijinkan mereka dibuat kecil. Ditambah lagi dengan penyimpanan dan penanganan yang mudah dan aman membuat metanol dapat digunakan dalam perlengkapan elektronik lainnya.
2.4 Proses metanol meracuni tubuh
Metanol sangat mudah diserap oleh tubuh melalui berbagai rute pemberian (oral, inhalasi, topikal, dll). Di dalam hati (liver), metanol akan dioksidasi menjadi formaldehid (formalin) dengan bantuan enzim alcohol dehydrogenase dan kemudian kemudian dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam format oleh enzim formaldehid dehidrogenase. Perubahan dari formaldehid menjadi asam format sangat cepat, dengan waktu-paro selama 1-2 menit, sehingga tidak sampai terjadi akumulasi formaldehid dalam tubuh. Asam format selanjutnya dapat diubah menjadi 10-formiltetrahidrofolat yang dapat dimetabolisir lebih lanjut menjadi karbon dioksida sebagai upaya detoksifikasi dari tubuh. Kecepatan perubahan asam format menjadi metabolitnya tergantung ketersediaan tetrahidrofolat dalam hati. Namun demikian, waktu paruh asam format di dalam tubuh cukup panjang, yaitu sampai 20-24 jam. Asam format inilah yang akan menyebabkan berbagai efek toksik pada tubuh.
Ekskresi metanol dari tubuh relatif lambat, dengan waktu paruh (T1/2) selama 24 jam. Manusia lebih sensitif terhadap efek toksik metanol jika dibandingkan dengan hewan non primata. Keparahan toksisitas metanol lebih berkaitan dengan derajat kejadianmetabolik asidosis ketimbang konsentrasi metanolnya. Hal ini karena ketoksikan metanol ditentukan oleh kecepatan pembentukan asam format dalam tubuh dan kemampuan hati untuk
mendetoksifikasinya. Minum metanol, walaupun dalam jumlah sedikit, dapat berbahaya dan menyebabkan gangguan kesehatan serius, meliputikoma, kejang, dan kebutaan, bahkan kematian. Metanol juga toksik/beracun jika dihirup atau terkena mata, karena dapat merusak penglihatan.
Terdapat variasi signifikan pada manusia mengenai dosis toksik maupun dosis letal (yg menyebabkan kematian) akibat metanol. Sebuah studi menyebutkan bahwa dosis letal minimal adalah berkisar 300-1000 mg/kg BB. Ada lagi yang menyebutkan bahwa dosis letal akibat minum metanol adalah sekitar 15 ml metanol 40%. Ada lagi yang melaporkan osis letal sebesar 500 ml metanol 40%. .
Di bawah ini dipaparkan fase-fase efek toksik yang bisa terjadi akibat paparan metanol
Fase pertama adalah Penekanan sistem saraf pusat. Dapat terjadi dalam 30 menit- 2 jam, intoksikasi dapat terjadi dalam durasi yang lebih pendek daripada intoksikasi oleh etanol
Fase kedua adalah fase laten tanpa gejala, mengikuti depresi sistem saraf pusat :Dalam 48 jam setelah diminum, pasien mungkin belum menunjukkan tanda-tanda keracunan, walaupun gejalanya mungkin berbeda secara individual.
Fase ketiga terjadi asidosis metabolik berat: pada fase ini metanol telah dimetabolisir menjadi asam format dan menyebabkan metabolik asidosis
(meningkatnya keasaman darah), yang dapat menyebabkan mual, muntah, pusing, dan mungkin sudah mulai ada tanda-tanda gangguan penglihatan.
Fase keempat adalah toksisitas pada mata, diikuti dengan kebutaan, koma, dan mungkin kematian: Gangguan visual/penglihatan umumnya terjadi pada 12-48 jam setelah minum, dan range-nya bervariasi, dari mulai tidak
tahan cahaya (fotofobia), kabur atau berkabut, sampai kebutaan.
2.5 Gejala Keracunan Metanol
Pada awalnya akan terjadi ganguan pada saluran cerna dengan gejala-gejala sakit perut, mual dan munta-muntah dan selanjutnya terjadi depresi susunan syaraf pusat dan akan terlihat gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala keracunan alkohol (etanol) : sakit kepala, pusing, sakit otot, lemah, kehilangan kesadaran dan kejang-kejang ini berlangsung selama 12 – 24 jam.
Pada tahap selanjutnya jika korban tidak segera mendapat pertolongan yang tepat akan terjadi kerusakan syaraf optik dengan gejala-gejala dilatasi pupil, penglihatan menjadi kabur dan akhirnya kebutaan yang permanen. Metabolisme asidosis dengan gejala-gejala mual, muntah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat, tekanan darah menurun, syok kemudian koma dan akhirnya meninggal.
Keracunan metanol terjadi tidak hanya melalui mulut, dapat juga terjadi bila terhirup / inhalasi dengan gejala-gejala : iritasi selaput lendir, sakit kepala,
telinga berdengung, pusing, sukar tidur, bola mata bergerak bolak balik, pelebaran bola mata / dilatasi pupil, penglihatan kabur, mual, muntah, kolik dan sulit buang
air besar. Terkena kulit menyebabkan kulit menjadi kering, gatal-gatal dan iritasi. Terkena mata dapat menyebabkan iritasi dan gangguan penglihatan.
2.6 Penanganan Keracunan Metanol
Tindakan yang dapatdilakukan bila terjadi keracunan metanol, yaitu :Bila tertelan segera hubungi dokter terdekat dan jangan dirangsang untuk muntah, jika tidak sadar jangan diberi minuman, jika pasien muntah letakkan posisi kepala
lebih rendah dari pinggul untuk mencegah muntahan tidak masuk ke saluran pernapasan, jika korban tidak sadar miringkan kepala korban kesatu sisi, sebelah
kiri atau kanan dan segerabawakedokter.
Bila terhirup pindahkan korban di tempat udara segar, diistirahatkan jika perlu pasang masker berkatup atau peralatan sejenis untuk memlakukan pernapasan buatan dan segerahubungidokterterdekat.
Bila terkena mata, cuci mata dengan air mengalir yang banyak sambil mata dikedip-kedipkan sampai dipastikan terbebas dari metanol dansegeraperiksakankedokter.
Bila terkena kulit, segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu korban kemudian cuci kulit dengan sabun dan air mengalir yang banyak selama lebih kurang 15 – 20 menit sampai bersih dari metanol, bila perlu periksakan ke dokter
2.7 Regulasi Minuman Beralkohol
Menurut Permenkes RI No. 86/Menkes/Per/IV/1997 tentang minuman keras, yang dimaksud dengan minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol, tetapi bukan obat. Penggolongan minuman keras adalah sebagai berikut :
a) Minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima
persen)
b) Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20%
(dua puluh persen)
c) Minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55%
(lima puluh lima persen).
d) Minuman beralkohol golongan B dan golongan C adalah kelompok minuman keras yang diproduksi, pengedaran dan penjualannya ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.
% yang di maksud adalah volume / volume pada suhu 20°C. Sementara minuman keras yang banyak beredar di pasaran adalah minuman keras Golongan A.
Berdasarkan Keputusan Presiden No.3 tahun 1997 tentang Minuman Beralkohol, izin produksi minuman beralkohol diberikan oleh Mentri Perindustrian dan Perdagangan RI, sedangkan untuk izin peredaranya diberikan oleh Mentri Kesehatan (sekarang Badan POM). Adapun larangan – larangan terhadap peredaran minuman keras sebagai berikut :
a) lokasi penjualan keras seperti restaurant, kedai, bar atau tempat lain untuk diminum di tempat penjualan, tidak boleh berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah, dan Rumah Sakit.
b) Dilarang memproduksi dan mengimpor minuman keras tanpa ijin Mentri c) Dilarang mengedarkan minuman keras yang mengandung Metanol lebih
dari 0,1 % dihitung terhadap Etanol.
d) Dilarang menjual / menyerahkan minuman keras kepada anak di bawah umur 16 tahun.
e) Pada penyerahan minuman keras golongan C kepada konsumen, pengecer minuman keras harus mencatat tanggal penyerahan, nama dan alamat penerima, nomor dan tanggal paspor atau KTP serta jenis dan jumlah
minuman keras yang bersangkutan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat yang digunakan a) Alat destilasi b) Labu ukur 50 ml
c) Pipet ukur 1 ml, 2 ml d) Penangas es
e) Penangas air suhu antara 60°C – 75°C f) Kuvet 1 cm
g) Spektrofotometer
Gambar III.1 Beaker glass Gambar III.2 Labu ukur Gambar III.3 Gelas ukur
Gambar III.4 Water Bath
Gambar III.5 Pipet skala
3.2 Bahan dan Pereaksi
a) Etanol hasil destilasi praktikum III b) Asam sulfat pekat
c) Natrium bisulfit
d) Larutan kalium permanganat e) Larutan natrium kromatoprat 5%
f) Larutan baku metanol dibuat dari metanol 0,025% v/v dalam etanol 5,5% v/v
3.3 Cara kerja
a) Cara persiapan contoh
1) Encerkan contoh hingga kadar alkohol antara 5-6%.
2) Suling 50ml larutan contoh hingga diperoleh ±48 ml destilat
3) Encerkan dengan air hingga 50 ml. Jika kadar etanol sebelumnya telah ditetapkan, encerkan destilat hingga kadar etanol antara 5-6%.
b) Cara penetapan contoh
1) Pipet masing-masing 2 ml larutan kalium permanganat kedalam labu ukur 50 ml, dinginkan dalam penangas es 2) Tambahkan 1 ml larutan contoh yang telah dipersiapkan, 1
ml larutan baku metanol dan 1 ml etanol 5,5% (v/v) sebagai blanko. Biarkan didalam penangas es selama 30 menit.
3) Hilangkan warna larutan dengan sedikit natrium bisulfit 4) Tambahkan 1 ml larutan kromatoprat, campur
5) Tambahkan 15 ml asam sulfat pekat perlahan-lahan sambil digoyang
6) Masukkan kedalam penangas air suhu 60°C - 75°C selama 15 menit
7) Dinginkan hingga suhu kamar dan encerkan dengan air hingga 50 ml, campur
8) Ukur serapan larutan contoh dan baku pembanding terhadap blanko dalam kuvet 1 cm pada panjang gelombang 575 nm.
c) Cara penetapan blanko
1) Cara kerja seperti penetapan contoh
2) 1 ml contoh diganti dengan 1 ml etanol 5,5% v/v d) Cara penetapan baku
1) Cara kerja seperti penetapan contoh
2) 1 ml contoh diganti dengan 1 ml larutan baku metanol
Pengerjaan persiapan larutan contoh, blanko, dan baku dilakukan secara bersamaan
Panjang gelombang maksimal ditentukan dengan cara ukur serapan blanko dan baku pembanding dari panjang gelombang (λ) 650 nm sampai 550 nm kemudian lihat nilai serapan tertinggi pada baku pembanding terletak pada panjang gelombang (λ) berapa maka panjang gelombang (λ) tersebut ditetapkan sebagai panjang
gelombang (λ) maksimal.
3.4 Interpretasi Hasil
a) Kadar metanol dalam contoh
A1 : Serapan larutan contoh
A2 : Serapan larutan baku metanol
F : Faktor yang menyatakan pengenceran contoh 0,025 : Konsentrasi baku metanol
b) Kadar metanol dihitung terhadap kadar etanol dalam contoh
M : Kadar metanol dalam contoh (% volume) E : Kadar etanol dalam contoh (% volume)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
D2.1
Pengambilan contoh Pengenceran contoh Contoh 1 : 1 ml Pengambilan contoh : 30 ml Contoh 2 : 1 ml Faktor : 1,67
Baku : 1 ml
λ = 575 nm Serapan I Serapan II Rata-rata Blangko 0,000 0,000 0,000 Contoh 1 0,005 0,007 0,006 Contoh 2 0,010 0,019 0,015 Baku Pembanding 0,032 0,022 0,027
D2.2
Pengambilan contoh Pengenceran contoh Contoh 1 : 1 ml Pengambilan contoh : 30 ml Contoh 2 : 1 ml Faktor : 1,67
Baku : 1 ml
λ = 575 nm Serapan I Serapan II Rata-rata Blangko 0,000 0,000 0,000 Contoh 1 0,005 0,007 0,006 Contoh 2 0,010 0,019 0,015 Baku Pembanding 0,032 0,022 0,027
Tabel IV.1 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.1
D2.3
Pengambilan contoh Pengenceran contoh Contoh 1 : 1 ml Pengambilan contoh : 30 ml Contoh 2 : 1 ml Faktor : 2,2727
Baku : 1 ml
λ = 575 nm Serapan I Serapan II Rata-rata Blangko 0,000 0,000 0,000 Contoh 1 0,011 0,015 0,013 Contoh 2 0,013 0,009 0,011 Baku Pembanding 0,572 0,574 0,573
D2.4
Pengambilan contoh Pengenceran contoh Contoh 1 : 1 ml Pengambilan contoh : 30 ml Contoh 2 : 1 ml Faktor : 3,572
Baku : 1 ml
λ = 575 nm Serapan I Serapan II Rata-rata Blangko 0,000 0,000 0,000 Contoh 1 0,008 0,009 0,0085 Contoh 2 0,010 0,007 0,0085 Baku Pembanding 0,182 0,184 0,183
Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 =
Tabel IV.3 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.3
Sampel 2: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 =
Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Sampel 2: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = λ = 575 nm Kelompok D2.1 D2.2 D2.3 D2.4 Blangko Serapan 1 0,000 0,000 0,000 0,000 Serapan 2 0,000 0,000 0,000 0,000 Rata-rata 0,000 0,000 0,000 0,000 Contoh Serapan 1 0,005 0,005 0,013 0,008 Serapan 2 0,007 0,007 0,009 0,009 Rata-rata 0,006 0,006 0,011 0,0085 Baku Pembanding Serapan 1 0,032 0,032 0,572 0,182 Serapan 2 0,022 0,022 0,574 0,184 Rata-rata 0,027 0,027 0,573 0,183 4.2 Perhitungan D2.1
Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1:
a. Serapan 1= b. Serapan 2 = Sampel 2: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 =
Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Sampel 2: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = D2.2
Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan1 = b. Serapan 2 = Sampel 2: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 =
Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 =
Sampel 2: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = D2.3
Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan1= b. Serapan2= Sampel 2: a. Serapan1= b. Serapan2=
Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Sampel 2: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = D2.4
Kadar etanol yang diinginkan 5-6% V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 19,13% = 50 . 5% V1 = 13,068%
V1 . N1 = V1 . N2 V1 . 19,13% = 50 . 6% V1 = 15,682%
Yang diambil 14 ml etanol 19,13%, lalu diencerkan dengan aquadest ad 50 ml
Kadar etanol yang didapatkan : V1 . N1 = V2 . N2
14 . 19,13% = 50 . N2 N2 = 5,356 %
Faktor pengenceran =
= 3,572
Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan 1= b. Serapan 2= Sampel 2: a. Serapan 1= b. Serapan 2=
Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contoh Sampel 1: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Sampel 2: a. Serapan 1 = b. Serapan 2 =
BAB V PEMBAHASAN
1. Kadar metanol ditetapkan dengan pengenceran etanol hingga kadar antara 5 - 6%, hal ini dilakukan untuk memperoleh serapan contoh berkisar 0,2 – 0,8 sesuai hukum Lambert Beer. Jika kadar larutan tinggi pembacaan pada alat tidak baik karena serapan maksimum tidak terbaca, sehingga mempengaruhi hasil akhir. Metanol diukur pada λ 575 nm.
2. Menurut cara yang tercantum dalam SNI 06-2882-1992 prinsip pengujian metanol dengan spektrophotometer dalam minuman beralkohol yaitu oksidasi metanol dengan kalium metanol permanganat menjadi formaldehida. Formaldehida yang terjadi direaksikan dengan asam kromotropat atau garamnya. Warna yang terjadi resapannya di ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 575 nm.
3. Metanol sering terdapat dalam keadaan bercampur dengan etanol karena merupakan hasil sampingan dari etanol dan batas yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,1% dari kadar etanol.
4. Penambahan KMnO4 dalam penetapan kadar metanol berfungsi untuk
mengoksidasi metanol dalam sampel menjadi formaldehid. Pendinginan KMnO4 didalam penangas es bertujuan untuk mencegah oksidasi KMnO4
yang disebabkan oleh udara karena KMnO4 merupakan oksidator kuat.
5. Natrium bisulfit berguna untuk menghilangkan warna dari KMnO4 agar
tidak mengganggu pada saat pengukuran serapan. Penambahan natrium bisulfit tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan terbentuknya endapan putih dan akan mengganggu proses pengukuran serapan. (Perubahan warna yang terjadi ungu – coklat - bening).
6. Penambahan natrium kromatoprat bertujuan untuk menghasilkan atau membentuk warna dari larutan uji (warna bening - coklat) sehingga larutan dapat diukur serapannya pada λ 380-780 nm (panjang gelombang visible).
7. Pereaksi kromatropat ditambahkan pada larutan contoh akan membentuk warna violet. Reaksi :
+
Penambahan asam sulfat pada percobaan ini bertujuan sebagai katalisator yaitu mempercepat jalannya reaksi. Reaksi juga dipercepat dengan pemanasan di atas water bath selama 15 menit setelah ditambahkan asam
sulfat.
8. Penambahan asam sulfat pekat bertujuan untuk menarik metanol dalam larutan sehingga metanol terpisah dari senyawa lain dan serapan yang diukur optimal.
9. Serapan larutan contoh metanol yang didapatkan dari semua kelompok nilainya berbeda karena menggunakan kadar etanol yang juga berbeda. Tetapi dari hasil perhitungan kelompok D2.4 didapatkan kadar metanol yang dihitung dalam etanol sudah memenuhi persyaratan yaitu tidak melebihi 0,1 % sedangkan untuk kelompok D2.1 dan D2.2 kadarnya tidak memenuhi persyaratan karena melebihi 0,1%. Hal ini dapat disebabkan oleh volume pemipetan yang kurang akurat, penambahan reagen-reagen yang kurang tepat jumlahnya, ketidak akuratan dalam proses pengenceran ataupun waktu pemanasan yang terlalu lama.
O H H O S O O O HS O O
Asam Kromatro at Warna violet
O OH HO H SH SH SH SH O O O O O O O O
KESIMPULAN
Kadar metanol yang terdapat dalam contoh kelompok D2.4 didapatkan 0,0041% dan kadar rata-rata metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contoh yaitu 0,0765%. Hal ini memenuhi persyaratan dimana kadar metanol terhadap etanol yang dipersyaratkan tidak melebihi 0,1% dan dapat dikatakan sampel termasuk aman karena sudah memenuhi persyaratan regulasi minuman beralkohol. Sedangkan kadar metanol terhadap etanol pada contoh kelompok
D2.1, D2.2 dan D2.3 tidak memenuhi persyaratan.
SARAN :
Pada saat pengenceran sampel, volume pemipetan harus benar-benar diperhatikan agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran serapan.
Pada saat penambahan natrium bisulfit harus dilakukan secara perlahan sambil dikocok agar tidak membentuk endapan putih yang
akan mempengaruhi proses pengukuran serapan.
Penambahan natrium bisulfit harus dilakukan dalam penangas es karena KMnO4 merupakan oksidator kuat, untuk mencegah terjadinya oksidasi yang disebabkan oleh udara.
H2SO4 harus ditambahkan perlahan-lahan melalui dinding tabung sambil dikocok pelan karena reaksi yang dihasilkan bersifat eksotermik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2009. Keracunan Akibat Penyalah Gunaan Metanol . (Cited: Oct 13, 2010), Available at: http: //www.pom.go.id /public/siker /desc/produk /RacunSalahMeta .pdf
Presiden RI.1992. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan . \ Presiden RI.1997. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol . Wirasuta, I.M.A.G. tt. Pengantar Menuju Ilmu Forensik. Bukit Jimbaran :