BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Sekolah
SD Negeri 1 Kamarang berdiri pada tahun 1959, SD ini terletak di Desa yang strategis, dekat dengan Jalan Kecamatan yang selalu dilewati kendaraan umum. Akses transportasi juga sangat mendukung untuk menjangkau SD tersebut.
Tabel 4.1 Data Personal Guru
No Nama Pegawai
NIP
L/P Jabatan Gol Ru Status Kepeg Sertifikasi 1. Hj. Henurdiati, S.Pd 19560221 197601 2 003 P Kepsek IV/A Pembina PNS √ 2. Emon, A.Ma.Pd 19590103 198109 1 007 L Guru IV/A Pembina PNS √ 3. Nunung Sumartini, S.Pd 19610314 198204 2 006 P Guru IV/A Pembina PNS √
4. Ali Sadikin, S.Pd.I 19630114 198412 1 024 L Guru IV/A Pembina PNS √ 5. Emoh Nuryamah, S.Pd 19620226 198609 2 001 P Guru IV/A Pembina PNS √ 6. Sumnyar, S.Pd 19670423 198803 2 004 P Guru IV/A Pembina PNS √ 7. Dede Abdulkohar, S.Pd 19710210 199903 1 003 L Guru IV/A Pembina PNS - 8. Dedi Mulyadi, S.Pd 19690904 200801 1 007 L Guru II/A Pengatur PNS - 9. Khoerunisa, Ama.Pd - P Guru Honorer GTT -
10. Mahmud, S.Ag -
L Guru Honorer GTT -
11. Siti Maemunah, S.Pd.I -
P Guru Honorer GTT -
12. Iis Pujiastuti -
P Guru Honorer GTT -
13. Yati Hayati Ramdaniah -
P Guru Honorer GTT -
14. Ade yudiharti, S.Pd -
P Guru Honorer GTT -
15. Jajang Jaya Permana -
L Penjaga Honorer GTT -
Data Siswa
Tabel 4.2
Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2012 / 2013
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Jumlah
26 17 43 31 27 58 23 22 45 28 25 53 23 25 48 33 22 55 161 141 302
Keadaan Bangunan Ruang Belajar
Tabel 4.3
Keadaan Unit Gedung dan Ruang Belajar
Kondisi Unit Gedung Kondisi Ruang Kelas
Baik Rusak
Ringan
Rusak Berat
Jumlah Baik Rusak
Ringan Rusak Berat Jumlah 1 1 - 2 8 - - 8 Tabel 4.4
Keadaan Ruang Penunjang Kegiatan Kepemilikan Ruang Penunjang Kegiatan
Ruang Kepsek
Ruang Guru
Perpustakaan UKS Pramuka Mushola WC
Guru Murid
2 2 1 1 - 1 2 5
Keadaan Sarana Dan Prasarana
Tabel 4.5
Keadaan Meja Dan Kursi
Kepala Sekolah /Guru Murid
Meja Kursi Meja Kursi Bangku
Gandeng Ba ik Rus ak Rin gan Jum lah Ba ik Rus ak Rin gan Jum lah Ba ik Rus ak Rin gan Jum lah Ba ik Rus ak Rin gan Jum lah Ba ik Rus ak Rin gan Jum lah 7 2 9 7 2 9 20 48 68 40 130 170 60 5 65 A. Hasil Penelitian.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan diuraikan sebagai berikut.
Pembahasan hasil penelitian tersebut mengacu pada hasil pengamatan ketika pelaksanaan pembelajaran matematika tentang soal cerita pada bilangan pecahan
Hasil penelitian dan pembahasan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, serta refleksi yang dilakukan setiap siklus.
1. Analisis dan Deskripsi Siklus I a. Perencanaan siklus I
Siklus I ini diuraikan menurut komponen RPP yang mengacu pada Standar Kompetensi (SK) lalu di jabarkan
pembelajaran,materi pembelajaran dan dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan penutup dengan melakukan tes evaluasi. Penelitian ini dilakukan pada hari senin 08 Nopember 2012 . Pembelajaran dalam siklus I ini, akan dilaksanakan selama 3 x 35 menit. Dalam alokasi waktu tersebut 2 x 35 digunakan proses pembelajaran dan 35 menit berikutnya digunakan untuk melakukan tes pemahaman siklus I.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti
mempersiapkan alat atau bahan yang digunakan dan juga membuat instrumen penelitian. Instrumen penelitian tersebut terdiri dari instrumen pembelajaran yang berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang menjabarkan materi pokok
penerapan pendekatan matematika realistik dalam
menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan, LKS (Lembar Kerja Siswa) sebagai alat pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran, dan lembar soal tes pemahaman untuk siklus I sebagai alat ukur untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. Selanjutnya adalah instrumen pengumpul data yang terdiri dari : lembar observasi guru dan lembar observasi siswa untuk memudahkan pengamat dalam mencatat hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran, dan lembar wawancara sebagai pedoman dalam melakukan wawancara kepada siswa setelah melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya setelah seluruh instrumen dibuat, dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan para pengamat, hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi antara peneliti, pengamat, dan dosen pembimbing, selain itu juga untuk mendapatkan masukan- masukan dan perbaikan yang dapat memperlancar pelaksanaan penelitian. Setelah dilakukan
konsultasi, maka selanjutnya memperbaiki hal- hal yang perlu diperbaiki.
Maka hasil dari perencanaan penelitian pada siklus I ini yaitu peneliti harus menyiapkan alat atau bahan yang akan digunakan, membuat Instrumen pembelajaran yaitu RPP dan LKS, dan membuat Instrumen pengumpul data yaitu lembar observasi guru dan siswa serta lembar wawancara siswa.
b. Pelaksanaan siklus I
Sesuai dengan yang telah direncanakan, yaitu dilaksanakan pada hari senin, tanggal 8 nopember 2012 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 24 siswa ( tidak ada siswa yang tidak hadir) materi dalam pembelajaran adalah mengenai soal cerita pada bilangan pecahan.
Ketika pembelajaran dimulai, siswa sudah dikondisikan untuk duduk berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Pembelajaran diawali dengan apersepsi, yaitu mengingatkan kembali tentang konsep pecahan dengan
melakukan tanya jawab mengenai penjumlahan dan
pengurangan pecahan. Peneliti menuliskan soal sebagai berikut :1
3 + 1
3 = ... , kemudian siswa menjawab secar
bersama- sama 2
3 . Peneliti menuliskan lagi soal berikutnya 1 4 + 1
4 = ... , kembali siswa menjawab secra bersama- sama 2 4 .
peneliti menuliskan lagi 3
4 - 1
4 = ... , siswa menjawab 2 4 dan
bahkan ada sebagian siswa yang menjawab 1
2 . Peneliti menuliskan 1 2 + 1 3= ..., siswa menjawab 5
6 , tetapi suara siswa
yang menjawab mulai berkurang. Berikutnya guru membacakan soal cerita” ayah Ratna mengecat kayu yang panjangnya 7
10
meter dengan warna merah dan putih. Sepanjang 1
berwarna merah. Berapa meter panjang kayu yang di cat warna putih ?”. Beberapa siswa menjawab 2
10 meter dan siswa yang
lain tidak menjawab, terlihat berpikir, dan sibuk menghitung dengan jari dan alat tulis mereka setelah itu peneliti menyampaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan hari ini yaitu mengenai penyelesaiaan soal cerita pada bilangan pecahan, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bertanya kepada siswa “ Siapa yang mau belajar tentang menyelesaikan masalah sehari- hari yang berkaitan dengan pecahan ?”.
Selanjutnya peneliti memberikan salah satu masalah kontekstual yang sedang dipelajari, yaitu: Erna diminta tolong ibu untuk membelikan bahan-bahan pembuat kue. Erna membeli 1/2 kg gula dan 1/4 kg tepung . Berapa berat gula dan tepung yang dibeli erna tersebut?
Setelah itu, seluruh siswa mengerjakan soal yang ada didalam LKS tersebut dan guru membimbing siswa dalam kelompok terutama kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Ketika melakukan bimbingan pada setiap kelompok,seluruh siswa terlihat bekerja dengan kelompok dengan baik,saling berbagi pengetahuan,terlihat senang dan tidak tegang. Tetapi ada juga siswa yang mengobrol diluar diskusi materi yang dipelajari dan ada juga siswa yang berjalan-jalan disekitar kelasdengan alasan meminjam alat tulis. Namun secara keseluruhan,dari pengamatan peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar setiap kelompok sudah dapat menyelesaikan soal pecahan dalam bentuk soal cerita.
Selanjutnya setelah seluruh siswa menyelesaikan masalah tersebut maka 2 orang siswa yang mewakili kelompoknya masing- masing diminta untuk mempresentasikan jawaban kelompoknya di depan kelas sesuai dengan cara mereka masing-
masing. Pada saat kegiatan ini berlangsung empat siswa atau dua kelompok yang menjawab benar diberikan penghargaan berupa nilai plus untuk memberikan motivasi kepada siswa lainnya. Guru kemudian menjelaskan penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dan tidak sama dengan realitas atau sesuai dengan tujuan matematika realistik.
Selanjutnya siswa tidak dibagi lagi kedalam kelompok kecil melainkan individu dan berlomba menyesuaikan soal tersebut yaitu
“Pedagang beras itu mempunyai 7
10 ton persediaan
beras.Dalam 2 hari berturut- turut telah terjual sebanyak 1
4 ton
beras dan 1
5 ton beras”.
1) Berapa ton beras yang terjual dalam 2 hari ? 2) Berapa ton beras yang belum terjual ?
Siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan guru memberikan bimbingan kepada siswa terutama yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Siswa yang sudah selesai menyelesaikan masalah tersebut diminta untuk menampilkan hasil pekerjaannya dipapan tulis, sedangkan siswa lain diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan atau tanggapan tentang jawaban tersebut. Guru memberikan penghargaan dengan memberikan nilai plus kepada siswa yang telah menyampaikan aspirasinya. Guru kemudian menjelaskan materi tentang memecahkan masalah sehari- hari yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk soal cerita dengan realitas atau sesuai dengan tujuan matematika realistik.
Pada kegiatan akhir guru menjelaskan kembali tentang
penerapan pendekatan matematika realistik dalam
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan dilanjutkan dengan melakukan tes pemahaman siklus I.
c. Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus I ini, observasi dilakukan oleh observer yang bernama Mahmud,S.Ag, peneliti yang bernama Yati. Dimana penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Kamarang pada siswa kelas IV. Pelaksanaan observasi yang dilakukan ini terdiri dari observasi guru dan observasi siswa, berikut hasil observasi tersebut :
1) Observasi Guru Siklus I Tabel 4.6
Hasil Observasi Guru Siklus I
No Aktivitas Guru Deskripsi Proses Pembelajaran
1 Melakukan tanya jawab
mengenai Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan
(Apersepsi).
Setiap guru memberikan soal dan bertanya , selalu ada siswa yang menjawab pertanyaan dengan tepat. Secara bergiliran siswa aktif menjawab.
Ketika guru mulai memberikan soal mengenai Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan dalam bentuk soal cerita tidak ada siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab.
2 Memberikan salah satu masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita pada bilangan pecahan serta menjelaskannya
Sebagian besar siswa
menyimak, ketika ditengah pembelajaran, ada siswa yang
mengobrol dan bercanda
dan guru tidak menegur atau memberikan peringatan
3 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
Penerapan pendekatan
matematika realistik dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan
Tidak ada satu orang pun siswa yang bertanya
4 Memberikan satu contoh soal mengenai penyelesaian soal cerita pada bilangan pecahan dengan penerapan pendekatan matematika realistik. Kemudian menunjuk satu orang siswa untuk mengerjakannya didepan kelas
Dari 9 orang siswa yang mengacungkan tangan, guru menunjuk satu orang siswa perempuan kemudian siswa tersebut mengerjakan soal didepan kelas, dan hasil pekerjaannya benar,
Setelah itu guru memberikan pujian dan ucapan terima kasih
kepada siswa tersebut,
kemudian menyuruh siswa tersebut duduk kembali
5 Memberikan soal cerita yang ada
pada LKS dan kemudian
membimbing siswa dalam
mengerjakan soal tersebut
Guru berkeliling, memantau
setiap kelompok dan
memberikan bimbingan kepada setiap kelompok
6 Membahas setiap soal yang ada pada LKS dengan menerapkan
Setiap soal yang dibahas selalu ada siswa yang mengacungkan
pendekatan Matematika Realistik di depan kelas
tangan
7 Mengumpulkan hasil
pembelajaran dengan cara melakukan tanya jawab
Seluruh siswa ikut serta dalam tanya jawab
8 Melakukan tes pemahaman
siklus I
Guru berkeliling kelas, mengecek siswa yang sedang mengerjakan soal
Dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru sudah cukup dapat membuat siswa aktif dan senang dalam pembelajaran, ini terlihat dari banyak siswa yang mengacungkan tangan.
Setiap guru mengajukan soal- soal atau pertanyaan- pertanyaan. Namun, guru masih kurang tegas dalam menghadapi siswa yang mengobrol, sehingga siswa tersebut mengganggu siswa lain yang sedang fokus belajar. 2) Observasi Siswa Siklus I
Tabel 4.7
Hasil Observasi Siswa Siklus I
No Aktivitas Guru Deskripsi Proses Pembelajaran
1 Melakukan tanya jawab
mengenai Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan
(Apersepsi).
Siswa aktif mengikuti tanya
jawabdengan guru namun
masih terlihat beberapa siswa
tidak fokus, ada yang
mengobrol, bercanda, dan memainkan alat tulis.
2 Memberikan salah satu masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita pada bilangan pecahan serta menjelaskannya
Siswa memperhatikan dengan baik
Tidak ada yang mengobrol
3 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
Penerapan Pendekatan
Matematika Realistik dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan
Tidak ada yang bertanya
4 Memberikan satu contoh soal mengenai penyelesaian soal cerita pada bilangan pecahan dengan Penerapan pendekatan matematika realistik. Kemudian menunjuk satu orang siswa untuk mengerjakannya didepan kelas
Dua orang siswa ditunjuk untuk mengerjakan soal di depan kelas, dan siswa yang lain memperhatikan
5 Memberikan soal cerita yang ada
pada LKS dan kemudian
membimbing siswa dalam
mengerjakan soal tersebut
Ketika memberikan soal yang ada pada LKS, banyak siswa yang mengobrol, ada juga yang terlihat bingung ketika diberikan soal, ada juga satu kelompok terlihat tidak dapat bekerja sama dengan baik
6 Membahas setiap soal yang ada pada LKS dengan menerapkan pendekatan matematika realistik di depan kelas
Siswa aktif mengikuti
pembahasan soal, namun ada juga siswa yang mengobrol dan kurang kondusif
7 Mengumpulkan hasil
pembelajaran dengan cara melakukan tanya jawab
Beberapa orang siswa terlihat bingung, siswa yang lain ada juga yang ikut serta dalam tanya jawab
8 Melakukan tes pemahaman
siklus I
Siswa tertib, tidak ada yang mengobrol ataupun bercanda ketika mengerjakan tes tersebut
Hasil observasi diatas menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan, dapat dikatakan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, meskipun masih ada siswa yang belum bisa kondusif pada saat proses pembelajaran, hal ini akan dijadikan catatan dan perbaikan untuk siklus berikutnya.
3) Hasil Wawancara Siswa Siklus I
Peneliti melakukan wawancara setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, peneliti melakukan wawancara kepada 6 orang siswa yang heterogen. Cara menentukkan siswa yang heterogen ini, peneliti berkonsultasi dengan wali kelas. Hasil wawancara 6 orang siswa secara garis besar akan disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.8
No Pertanyaan Tanggapan siswa 1 Bagaimanakah pembelajaran
yang telah dilakukan ? Mengapa ?
Senang, rame
Karena gurunya tidak galak, Jika ada pertanyaan selalu dijawab, belajar lebih menyenangkan karena berkelompok
2 Apakah dengan pembelajaran Matematika Realistik dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan
membuatmu lebih memahami pembelajaran ?
Mengapa ?
Iya,
Karena dengan dikaitkan pada kehidupan sehari- hari membuat saya lebih paham memahami soal tersebut
3 Adakah kesulitan ketika pembelajaran ?
Apa ? Mengapa ?
Tidak ada,
Karena berkelompok dan guru juga menjelaskannya jelas
Setelah melakukan tes siklus I pada akhir pembelajaran, peneliti mengolah tes hasil tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa setelah melaksanakan pembelajaran matematika tentang soal cerita pada bilangan pecahan dengan menerapkan pendekatan matematika realistik. Hasil tes yang tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 4.9
Hasil Tes Pemahaman Siklus I Rata-rata = 69,00
Standar Deviasi = 14,69
Nomor Nomor No Butir Baru
No Butir Asli Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Urut Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama/ Skr Ideal 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 1 1 B1 77 10 5 10 8 5 3 10 8 10 8 2 2 B2 49 10 5 10 5 3 0 10 0 3 3 3 3 B3 73 10 10 10 8 5 1 10 1 10 8 4 4 B4 72 10 5 10 8 5 1 10 3 10 10 5 5 B5 75 10 10 10 8 5 1 10 1 10 10 6 6 B6 71 10 5 10 10 5 3 10 0 10 8 7 7 B7 74 8 5 10 10 5 3 10 3 10 10 8 8 B8 61 10 10 5 8 3 1 5 1 10 8 9 9 B9 39 8 1 8 3 3 0 8 0 3 5 10 10 B10 77 10 10 10 8 5 3 10 3 10 8 11 11 B11 45 10 1 10 1 1 1 10 0 3 8 12 12 B12 69 10 5 10 5 8 1 10 0 10 10 13 13 B13 63 10 1 10 10 1 0 10 1 10 10 14 14 B14 93 10 3 10 10 10 10 10 10 10 10 15 15 B15 55 10 8 10 5 3 0 10 0 8 1 16 16 B16 70 10 5 10 8 8 3 10 0 8 8 17 17 B17 42 8 3 8 3 1 0 8 0 3 8 18 18 B18 81 10 5 10 8 10 3 10 5 10 10 19 19 B19 73 8 1 10 10 5 1 10 8 10 10 20 20 B20 78 10 8 10 10 8 1 10 3 10 8 21 21 B21 72 10 5 10 10 3 3 10 3 10 8 22 22 B22 100 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 23 23 B23 71 10 8 10 8 5 3 10 1 8 8 24 24 B24 76 10 8 10 10 5 0 10 5 10 8
Dari hasil tes pemahaman tersebut skor yang didapat oleh siswa adalah skor 100, maksimal. Dan skor minimal yang didapat oleh siswa adalah skor 39,dari hasil tes tersebut juga didapatkan jumlah siswa yang tuntas dan jumlah siswa yang belum tuntas.Ketuntasan belajar ini mengacu pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran matematika yang ditentukan oleh sekolah yaitu sebesar 65. Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Ketuntasan Siswa Siklus I 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 % Tuntas 17 71 % Tidak tuntas 7 29 % d. Refleksi Siklus I
Dari hasil Observasi dan Refleksi yang dilakukan oleh pengamat dan peneliti dalam melaksanakan siklus I ada beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk siklus berikutnya, diantaranya :
1) Penerapan pendekatan matematika realistik perlu diperkuat lagi sebaiknya siswa yang mempraktekan sendiri alat atau media dalam pembelajaran tersebut dan guru itu hanya sebagai fasilitator belajar saja, dimana guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil.
2) Pengaturan tempat duduk siswa ketika bekerja didalam kelompok perlu diperbaiki, sebaiknya jangan ada siswa yang
membelakangi papan tulis, karena hal ini menyebabkan kesulitan untuk memperhatikan npenjelasan dari guru.
3) Pengelolaan kelas perlu ditingkatkan. Sebaiknya peneliti lebih tegas jika ada siswa yang melakukan hal- hal diluar pembelajaran seperti mengobrol atau bercanda dengan teman. 4) Penelitian ini dilanjutkan ke siklus II karena ketuntasan siswa
baru mencapai kategori cukup yaitu 71 % dan perlu pendekatan matematika realistik bagi anak yang bermasalah.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Siklus II
Siklus II ini direncanakan akan dilaksanakan dengan 1 pertemuan, selama 3x35 menit. 2x35 menit akan digunakan untuk pembelajaran dan 35 menit berikutnya akan digunakan untuk melakukan tes pemahaman siklus II. Siklus II ini akan dilaksanaka pada hari senin, 15 Nopember 2012. Materi yang akan diberikan pada siklus ini adalah tentang menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan.
Seperti hal nya perencanaan yang ada pada siklus II ini peneliti menerapkan pendekatan matematika realistik untuk menngkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan dan juga instrumen pembelajaran yaitu LKS, RPP, dan lembar tes pemahaman siklus II, dan instrumen pengumpul data, yaitu lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan lembar wawancara siswa.Penyusunan instrumen peneliti pada siklus II ini, mengacu pada perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan dari hasil refleksi pada siklus I, hal ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kendala yang muncul pada pelaksanaan siklus I.
Setelah seluruh instrument dibuat, maka yang yang dilakukan selanjutnya adalah mengkonsultasikannya kepada para pengamat dan dosen pembimbing. Untuk menyamakan
persepsi dan juga untuk meminta saran-saran yang dapat dijadikan perbaikan dalam perencanaan siklus II ini.Setelah saran-saran diberikan, maka peneliti melakukan perbaikan sesuai dengan saran-saran yang diberikan oleh para pengamat dan dosen pembimbing.
Maka hasil dari perencanaan penelitian pada siklus II ini yaitu peneliti harus menyiapkan alat atau bahan yang akan digunakan, membuat Instrumen Pembelajaran yaitu RPP dan LKS, dan membuat Instrumen pengumpul data yaitu lembar observasi guru dan siswa serta lembar wawancara siswa dan penyusunan instrumen ini mengacu pada perbaikan- perbaikan yang perlu dilakukan dari hasil refleksi siklus I,dimana penerapan pendekatan matematika realistik lebih diperkental. b. Pelaksanaan Siklus II
Sesuai dengan yang telah direncanakan, siklus II ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 15 Nopember 2012. Materi yang akan diberikan adalah tentang menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan. Siswa yang hadir adalah 24 siswa (tidak ada siswa yang tidak hadir).
Seperti halnya pada siklus I, siswa sudah dikondisikan untuk duduk berkelompok, hanya saja pada siklus II ini, pengaturan tempat duduk siswa diperbaiki, yang bertujuan agar seluruh siswa dapat memperhatikan penjelasan dari guru secara efektif. Pembelajaran diawali dengan memotivasi siswa untuk belajar, kemudian apersepsi, yaitu melakukan diskusi kelas mengenai penerapan pendekatan matematika realistic dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan seperti yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Kemudian peneliti menjelaskan mengenai materi yang akan dipelajari hari ini, yaitu tentang menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan
dengan pecahan , dan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Berikutnya, guru memberikan salah satu masalah konstektual yang sedang dipelajari, yaitu :Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut dipotong – potong menjadi 7 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema mengajak Menik kerumahnya, Ema dan Menik masing- masing makan 2 potong kue,
1) Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik ? 2) Berapa bagian kue yang masih tersisa ?
Kemudian siswa mulai bekerja didalam kelompok untuk mengerjakan soal yang ada pada LKS mereka masing-masing. Pada kegiatan ini ,peneliti memantau dan membimbing siswa dalam kelompok terutama kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas, dari pengamatan peneliti, siswa sudah dapat tertib dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa jua dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompok masing-masing, setelah seluruh siswa selesai mengerjakan soal yang ada pada LKS, peneliti bersama-sama denga siswa membahas LKS tersebut didepan kelas, 2 orang siswa yang mewakili kelompoknya masing-masing diminta untuk mempresentasikan jawaban kelompokya didepan kelas, antusias siswa dalam menjawab LKS pun semakin meningkat. Guru kemudian menjelaskan penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dan berpenyebut yang tidak sama dengan realitas
Kemudian siswa diberikan salah satu masalah lagi tentang memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan, yaitu : Marbun mempunyai dua botol yang berbeda besarnya. Botol prtama
dapat di isi 1/3 liter air dan botol kedua dapat di isi 3/8 liter air. Marbun telah menyediakan 1 liter air untuk di isikan kedalam kedua botol tersebut.
a) Berapa liter air yang dapat diisikan ? b) Berapa liter air yang tersisa?
Siswa tidak dibagi lagi kedalam kelompok
kecil,melainkan individu dan berlomba menyelesaikan soal tersebut. Antusias siswa dalam menjawab LKS pun semakin meningkat, ini terlihat dari lebih banyak siswa yang mengacungkan tangan ketika peneliti menawarkan kepada siswa untuk menjawab soal yang ada pada LKS, guru memberikan penghargaan degan memberikan nilai plus kepada siswa yang telas menyampaikan aspirasinya.
Sebelum menutup pembelajaran, peneliti melakukan tes pemahaman siklus II, yang bertujuan untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa pada siklus II, pada pengajaran tes ini, masih ada siswa yang lambat dalam mengerjakan soal melebihi waktu yang ditentukan.
c. Observasi siklus II
Selama pembelajaran berlangsung, pengamat melakukan observasi. Observasi dilakukan oleh observer yang bernama Mahmud,S.Ag dan peneliti yang bernama Yati. Observasi ini terdiri dari observasi siswa dan guru dengan cara mencatat dan memantau aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan petunjuk lembar observasi dan guru, setelah pembelajaran selesai peneliti bersama dengan pengamat
melakukan wawancara kepada siswa untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berikut ini hasil-hasil observasi dan wawancara tersebut :
1) Observasi Guru Siklus II Tabel 4.11
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Aktivitas Guru Deskripsi Proses Pembelajaran
1. Melakukan Tanya jawab
megenai penjumlahan dan
penguranga pecahan,
(Apersepsi)
Siswa tertib memperhatikan ada beberapa siswa yang terlihat belum siap belajar, masih mengobrol dan memainkan alat tulis. Kemudian guru menegur
dan mencoba memberikan
motivasi belajar dengan cara melakukan permainan.
2. Salah satu masalah kontektual dalam bentuk soal cerita pada bilangan pecahan.
Siswa memperhatikan guru sesekali menegur siswa yang mengobrol. Ada juga siswa yang terlihat bingung.
3. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
mengenai penerapan
pendekatan matematika
realistic dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan.
Satu orang siswa meminta untuk dijelaskan sekali lagi kemudian guru mengulang penjelasannya sedikit-sedikit.
4. Memberikan satu contoh soal mengenai penyelesaian soal
Guru berkeliling kelas
cerita pada bilangan pecahan yang ada pada LKS.
kelompok,sesekali menegur siswa yang melakukan hal-hal diluar proses pembelajaran. 5. Membahas soal yang ada pada
LKS dengan menerapkan
pendekatan Matematika
Realistik.
Memotivasi siswa untuk dapat
menjawab soal-soal dan
memberikan penguatan,pujian kepada siswa yang telah megerjakan didepan kelas.
6. Menyimpulkan hasil
pembelajaran dengan cara melakukan tanya jawab dengan siswa
Siswa ikut serta dalam tanya jawab.
7. Melakukan tes pemahaman
siklus II
Guru berkeliling kelas,
memantau siswa yang sedang mengerjakan soal, sesekali
mengingatkan waktu dan
menegur siswa yang kurang tertib.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan peneliti sudah cukup baik dalam pngelolaan kelas maupun dalam menyampaikan materi pembelajaran bila dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajran pada siklus I. Hal ini menunjukan, peneliti sudah melakukan perbaikan-perbaikan mengenai kekurangan-kekurangan pada siklus I. Secara garis besar proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengamat sudah dapat dinilai baik dan berhasil.
2) Observasi siswa siklus II
Tabel 4.12
Hasil observasi Aktivitas Siswa Siklus II
1. Melakukan Tanya jawab megenai penjumlahan dan
penguranga pecahan,
(Apersepsi)
Memperhatikan aktivitas dalam menjawab pertanyaan dari guru, meskipun sesekali masih ada siswa yang mengobrol dan belum bisa konsentrasi, tetapi
setelah guru melakukan
permainan, siswa dapat
dikondisikan. 2. Salah satu masalah kontektual
dalam bentuk soal cerita pada bilangan pecahan.
Memperhatikan beberapa siswa terlihat bingung.
3. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya
mengenai penerapan
pendekatan matematika
realistik dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan.
Satu orang mengangkat tangan dan meminta dijelaskan sekali lagi.
4. Memberikan satu contoh soal mengenai penyelesaian soal cerita pada bilangan pecahan yang ada pada LKS.
Siswa didalam setiap kelompok terlihat saling bekerjasama satu sama lain, saling berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan. Jika ada yang belum mereka pahami, maka mereka segera memanggil guru.
5. Membahas soal yang ada pada
LKS dengan menerapkan
pendekatan matematika
realistik.
Beberapa orang siswa
mengacungkan tangan setiap soal yang diajukan oleh guru. Setiap siswa yang menapat kesempatan untuk menjawab
selalu mengerjakan soal dengan
tepat .siswa yang lain
memperhatikan, tidak ada siswa yang melakukan hal-hal diluar proses pembelajaran.
6. Menyimpulkan hasil
pembelajaran dengan cara
melakukan tanya jawab
dengan siswa
Aktif ikut serta dalam tanya jawab
7. Melakukan tes pemahaman siklus II
Seluruh siswa tertib
mengerjakan tes pemahaman siklus II, tetapi masih ada siswa yang mengerjakan tes diluar waktu yang sudah ditentukan.
Dari hasil tersebut, terlihat bahwa siswa sudah lebih aktif dari pada pembelajaran siklus I. Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum,melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil. pembelajaran lebih terlihat berpusat pada siswa. Siswa juga lebih kondusif dalam pembelajaran. Peran guru lebih terlihat sebagai fasilitator. Siswa juga lebih antusias dalam melaksanakan pembelajaran.
3) Wawancara siswa siklus II
Tabel 4.13
Hasil wawancara siswa siklus II
No Pertanyaan Tanggapan siswa
1. Bagaimanakah pembelajaran
yang telah dilaksankan tadi
dibandingkan dengan
pembelajaran sebelumnya?
Senang, karena belajarnya boleh diskusi sama teman kelompok. Gurunya juga baik
Mengapa?
2. Apakah dengan penerapan
pendekatan matematika realistic dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan?
Iyah, karena dengan dikaitkannya pada kehidupan sehari-hari membuat saya lebih paham dalam memahami soal tersebut.
3. Adakah kesulitan dalam
melakukan pembelajaran
tadi?apa?mengapa?
Tidak ada, karena saya selalu bertanya kepada ibu guru, dan ibuguru langsun menjelaskan, jadi saya lebih mengerti.
Dapat disimpulkan dari wawancara tersebut, siswa terlihat senang dan aktif dalam pembelajaran mereka juga lebih mudah menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan yang sebelumnya mereka anggap sulit. Respon siswa tersebut dikarenakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan matematika realistik, yang membuat pembelajaran lebih rileks dan menyenangkan, tetapi pemahaman siswa juga meningkat.
Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan tes pemahaman siklus II. Hal ini bertujuan untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa. Seperti halnya pada tes yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II ini juga menggunakan penskoran dengan hasil tes tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 4.14
Hasil Tes Pemahaman Siklus II Rata-rata = 84,33
Standar Deviasi = 18,95
Nomor Nomor
No Butir
Baru Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urut Subyek No Butir Asli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama/ Skr
Ideal 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 2 B2 53 10 3 1 3 10 5 0 3 10 8 3 3 B3 86 10 10 5 10 10 10 3 10 10 8 4 4 B4 98 10 10 10 10 10 10 8 10 10 10 5 5 B5 84 10 10 3 10 10 10 3 10 8 10 6 6 B6 88 10 10 8 10 10 10 0 10 10 10 7 7 B7 96 10 10 8 10 10 10 8 10 10 10 8 8 B8 82 10 10 1 10 10 10 1 10 10 10 9 9 B9 38 8 3 0 0 10 3 0 1 10 3 10 10 B10 100 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 B11 50 10 5 0 3 8 3 0 10 8 3 12 12 B12 83 10 10 3 10 10 10 0 10 10 10 13 13 B13 72 10 10 1 1 10 10 0 10 10 10 14 14 B14 100 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 15 15 B15 74 10 8 0 8 10 8 0 10 10 10 16 16 B16 88 10 10 10 8 10 10 0 10 10 10 17 17 B17 48 8 5 0 3 10 8 0 3 10 1 18 18 B18 98 10 10 10 10 10 10 8 10 10 10 19 19 B19 96 10 10 8 10 10 8 10 10 10 10 20 20 B20 98 10 10 10 10 10 10 10 8 10 10 21 21 B21 98 10 10 10 10 8 10 10 10 10 10 22 22 B22 100 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 23 23 B23 94 10 10 8 10 10 10 8 8 10 10 24 24 B24 100 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Dari hasil tes tersebut skor maksimal yang didapat oleh siswa adalah skor 100 dan skor minimal yang didapat oleh siswa adalah 38 skor minimal yang ada ini, meningkat dari hasil tes pemahaman siklus I. selain itu, jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran matematika ini meningkat dari siklus sebelumnya. Hal ini terjadi dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Ketuntasan Siswa
Siklus I
Tuntas 20 83
Tidak tuntas 4 17
d. Refleksi siklus II
Dari hasil observasi dan diskusi yang dilakukan oleh para pengamat dan peneliti, disimpulkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran yang dilaksanakan sudah dapat dikatakan baik, pada pelaksanaan siklus II peneliti sudah melakukan perbaikan – perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang muncul ketika pelaksanaan siklus I, seperti penerapan pendekatan matematika realistik lebih diperkuat,pengelolaan kelas lebih diperbaiki, mengatur tempat duduk siswa, dan perbaikan LKS sudah dilakukan. Hanya saja kendala yang muncul pada siklus II ini, ketika melakukan tes pemahaman siklus II masih ada beberapa siswa yang mengerjakan tes tersebut melebihi waktu yang ditentukan. Namun, hal ini tidak berpengaruh pada proses pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini juga dicukupkan sampai siklus II ini, karena dari hasil tes pemahaman siklus II ketuntasan siswa secara klasikal sudah mencapai kategori baik. 3. Peningkatan pemahaman matematika siswa dalam menyelesaikan
soal cerita pada bilangan pecahan
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.16
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus II
No Nama Siklus I Siklus II Meningkat Menurun Keterangan
1 B1 87 100 √ Di atas KKM
2 B2 49 53 √ Di bawah KKM
3 B3 78 86 √ Di atas KKM
5 B5 80 84 √ Di atas KKM 6 B6 81 88 √ Di atas KKM 7 B7 94 96 √ Di atas KKM 8 B8 78 82 √ Di atas KKM 9 B9 39 38 √ Di bawah KKM 10 B10 82 100 √ Di atas KKM 11 B11 45 50 √ Di bawah KKM 12 B12 79 83 √ Di atas KKM 13 B13 63 72 √ Di atas KKM 14 B14 100 100 √ Di atas KKM 15 B15 55 74 √ Di atas KKM 16 B16 79 88 √ Di atas KKM 17 B17 42 48 √ Di bawah KKM 18 B18 86 98 √ Di atas KKM 19 B19 78 96 √ Di atas KKM 20 B20 84 98 √ Di atas KKM 21 B21 84 98 √ Di atas KKM 22 B22 100 100 √ Di atas KKM 23 B23 78 94 √ Di atas KKM 24 B24 94 100 √ Di atas KKM
Dari data diatas, terlihat bahwa siswa mengalami peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita dari tiap siklus.Dari siklus I ke siklus II peningkatan tersebut tergolong kriteria cukup efektif. Meskipun ada 4 orang siswa yang nilainya masih dibawah KKM. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan para siswa tersebut, salah satu dari mereka mengaku sedang ada masalah dengan teman sekelompoknya ( bermusuhan ) sehingga ia tidak dapat ikut serta dalam pelaksanaan pembelajaran kelompok dengan baik. Sedangkan dua orang lainya mengaku ada teman yang mengganggu ketika melakukan tes pemahaman siklus II. Dan satu
orang lagi mengaku takut dengan pelajaran matematika.ssehingga mereka tidak dapat menyelesaikan tes tersebut tepat waktu, dan hal ini menyebabkan mereka tidak mengisi beberapa soal yang ada dalam tes tersebut. Hal – hal tersebut yang membuat mereka tidak mampu menyelesaikan soal cerita dengan baik. Untuk lebih rinci hal – hal tersebut tersaji dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.17
Hasil Wawancara Siswa yang Nilainya di Bawah KKM
Pertanyaan B2 B9 B11 B17 Kendala apa yang menyebabkan mendapat kamu nilai dibawah KKM Ketika mengerjakan tes, ada teman yang mengganggu sehingga saya tidak memiliki cukup waktu untuk mengerjakan tes. Jadi ada soal yang tidak saya isi Diganggu oleh teman ketika melakukan tes Saya takut dengan pelajaran matematika tidak senang saya sedang bermusuhan dengan teman sekelompok saya, jadi saya tidak ikut serta ketika mengisi LKS dan ini menyebabkan saya tidak bisa mengerjakan tes
Peningkatan pemahaman juga dapat dilihat dari rata – rata kelas dan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II yang tergambar pada diagram 4.1 berikut ini :
Diagram 4.1
Peningkatan Pemahaman Siswa dari Siklus I ke Siklus II B. Pembahasan
1. Perencanaan
Pada perencanaan siklus I maupun siklus II, peneliti melakukan perencanaan seperti membuat RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ) ini dibuat sesuai dengan KTSP yang mengacu pada Standar Kompetensi (SK), lalu dijabarkan menjadi Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan dilanjutkan ke kegiatan awal,inti,dan kegiatan penutup dengan melakukan tes evaluasi. RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ini dibuat dengan tujuan untuk memperkirakan apa saja yang akan diakukan pada saat pembelajaran. Selain RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), lembar observasi guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung itu perlu yang digunakan untuk menemukan kekurangan yang perlu diperbaiki dalam siklus berikutnya, selanjutnya adalah lembar wawancara siswa yang
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Siklus I Siklus II Rata-rata Ketuntasan belajar( % )
digunakan untuk mengetahui tanggapan-tanggapan siswa mengenai penerapan pendekatan matematika realistik dan juga mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu peneliti juga menyiapkan tes pemahaman tiap siklus yang bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman matematika siswa dari tiap siklus.
Setelah semua instrumen siap, selanjutnya peneliti melakukan konsultasi untuk menyamakan persepsi dan juga untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian dengan para observer dan dosen pembimbing kemudian setelah konsultasi dilakukan, peneliti merevisi hal-hal yang perlu diperbaiki dari instrument tersebut.
2. Pelaksanaan dan Pengamatan
Penerapan pendekatan matematika realistik digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan pada siswa kelas IV SDN 1 Kamarang Kabupaten Cirebon.
Pada siklus I, pendekatan matematika realistik diterapkan dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan.Penerapan pendekatan matematika realistik ditunjang pula dengan LKS. LKS ini harus dikerjakan oleh setiap siswa secara berkelompok. Pelaksanaan siklus I ini, siswa terlihat antusias dalam mengerjakan LKS. Dari hasil wawancara, siswa menjawab senang dengan diterapkannya pendekatan matematika realistik dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan. Alasan mereka adalah karena pembelajaran menjadi lebih konkret, sehingga soal cerita pada bilangan pecahan lebih mudah dipahami. Selain itu, pembelajaran lebih menyenangkan membuat pembelajaran lebih rileks dan bermakna. Pada saat penelitian melaksanakan tes pemahaman siklus I, banyak siswa yang mengerjakan soal dengan cara mereka membayangkan sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari, sehingga pembelajaran matematika menjadi konkret bagi mereka. Hal ini mempermudah mereka dalam memahami soal cerita pada bilangan pecahan. Dari hasil observasi , kendala utama yang muncul pada pembelajaran siklus I ini adalah
penerapan pendekatan matematika realistik perlu diperkuat pengelolaan kelas perlu di tingkatkan lagi, karena masih ada beberapa siswa ang kurang kondusif ketika pembelajaran berlangsung.
Pada siklus II,pendekatan matematika realistik diterapkan dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan. Pada pelaksanaan siklus II ini, siswa sudah lebih mengenal pendekatan matematika realistik karena bahan pelajaran yang disajikan melalui bahan cerita yang sesuai dengan lingkungan siswa. Sehingga walaupun materi yang dipelajari lebih sulit dari materi sebelumnya,mereka tetap mencoba untuk mengerjakan LKS dan berdiskusi dalam kelomok mereka masing – masing. Pada pelaksanaan siklus II ini, peneliti mencoba memperbaiki kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I. Peneliti mencoba memperkuat lagi pendekatan matematika realistik, meningkatkan pengelolaan kelas, mengubah pengaturan tempat duduk siswa, dan juga melakukan apersepsi yaitu melakukan diskusi kelas mengenai penerapan pendekatan matematika realistik dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan seperti yang dibahas sebelumnya. Menurut hasil pengamat observer yang tercatat dalam lembar observasi peneliti dan siswa , pada siklus II ini, peneliti sudah melaksanakan pembelajaran sesuai degan yang tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP). Guru juga sudah memperbaiki hal – hal yang perlu diperbaiki dalam siklus I, sehingga kekurangan yang muncul dalam siklus I, sudah tidak muncul kembali padda siklus II. Penerapan pendekatan matematiaka realistik juga lebih dikuasai oleh siswa karena bahan pengajaran yang disajikan melalui bahan cerita yang sesuai dengan lingkungan siswa. Berdasarkan hasil observasi juga, penerapan pendekatan matematika realistik menjadikan siswa lebih mudah dalam menyelesaikan soal cerita pada bilangan pecahan. Pembelajaran yang berkelompok juga memudahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman- teman sekelompok mereka jika ada hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa.
Pada siklus II siswa sudah lebih memahami dalam menyelesaikan soal cerita pada pecahan hanya saja ketika melakukan tes pemahaman siklus II, masih ada beberapa orang siswa yang lambat dalam mengerjakan soal, sehingga memerlukan waktu tambahan dalam mengerjakan tes. Hal ini disebabkan kemampuan siswa yang bervariasi, tidak semua siswa dapat mengerjakan soal dengan waktu yang cepat. Namun tidak menjadi kendala yang berarti dalam pelaksanaan pembelajaraan pada siklus II ini.