• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Pendahuluan. 10 Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 6, Desember 2013, Annesa Adriyani 1, Andreas 2, Hardi 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 Pendahuluan. 10 Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 6, Desember 2013, Annesa Adriyani 1, Andreas 2, Hardi 3"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Dengan

Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Moderating

Annesa Adriyani1, Andreas2, Hardi3 1,2&3

Program Pascasarjana Magister Akuntansi Universitas Riau

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh keahlian, independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan serta pengaruh pengalaman kerja terhadap hubungan keahlian, independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan dengan kualitas hasil pemeriksaan.Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan metode sensus, sedangkan teknik penyebarannya menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada pemeriksa Inspektorat Provinsi Riau. Dari 56 kuesioner yang disebarkan, sebanyak 53 kuesioner yang kembali. Analisis data dilakukan dengan pengujian regresi linier berganda dan MRA. Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial keahlian, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan, sedangkan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pengalaman kerja juga terbukti tidak mampu mempengaruhi hubungan keahlian, independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Kata Kunci: Keahlian, Independensi, Kecakapan Profesional, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Kualitas Hasil Pemeriksaan.

Abstract

The purpose of this study was to demonstrate the influence of expertise, independence, professional skills and level of education on the quality of the results and the effect of work experience on relations expertise, independence, professional skills and education levels with the quality of inspection results.This study is a survey with census method, while spreading technique using questionnaires distributed to inspectors Inspectorate Riau Province. Of the 56 questionnaires distributed, 53 questionnaires were returned. Data analysis was performed by multiple linear regression testing and MRA. The results showed partially expertise, professional skills and education levels affect the quality of inspection results. While independence does not affect the quality of inspection results. Job experience as a moderating variable proved to be able to strengthen the relationship between expertise, independence, professional skills and level of education on the quality of inspection results.

Keywords: Expertise, Independence, Professional Skills, Level of Education, Work Experience and Quality Inspection Results.

1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah Instansi Pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan, yaitu seluruh proses kegiatan audit, review, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultansi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan tingkat departemen. Inspektorat melakukan pemeriksaan dan pengawasan khusus pada SKPD yang ada pada setiap kabupaten, kota dan provinsi.

(2)

Inspektorat Riau adalah bagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berada di dalam lingkup Pemerintah Provinsi Riau. Kedudukan Inspektorat Riau berada dalam posisi yang sejajar dengan dinas atau badan di Pemerintah Provinsi Riau. Inspektorat dalam melakukan pemeriksaan, berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat eksternal.

Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya dengan baik, auditor Inspektorat Provinsi Riau dituntut untuk mempunyai hasil audit yang berkualitas. Kualitas audit menurut DeAngelo [1], adalah sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Sementara itu menurut Deis dan Groux [2], bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor.

Dalam pemerintahan pada pemeriksaan yang dilakukan APIP terkadang menemui kendala dalam pelaksanaannya karena adanya rasa kekeluargaan, kebersamaan dan pertimbangan manusiawi yang ada di dalam pemerintahan. Masalah lain yang dihadapi dalam peningkatan kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan sikap atau perilaku, kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan secara wajar, efektif dan efisien.

Kualitas audit sangat penting dalam kegiatan audit, karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan .Rasuman [3]. Dan dengan keahlian yang dimiliki oleh pemeriksa maka pengawasan yang dilakukan oleh APIP akan menghasilkan laporan yang berkualitas.

Kemudian dengan sikap independensinya maka pemeriksa dapat melaporkan dalam laporan hasil pemeriksaannya jika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh auditannya. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan independensi dari pemeriksa.

Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Pemerintah Provinsi Riau. Jika dilihat dari data kepegawaian Inspektorat Provinsi Riau banyak sekali pegawai yang memiliki tingkat pendidikan dibawah sarjana. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh aparat pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan.

Kecakapan profesional juga merupakan syarat diri yang penting untuk di implementasikan dalam pekerjaan audit. Penelitian Rahman [4] memberikan bukti empiris bahwa kecakapan profesional (due professional care) merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit. Kecakapan profesional auditor yang cermat dan seksama menunjukkan kepada pertimbangan profesional (professional judgment) yang dilakukan auditor selama pemeriksaan.

Menurut Sukriah dkk. [5], pengalaman juga memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah keahlian, independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan berpengaruh

(3)

kecakapan profesional dan tingkat pendidikan dengan kualitas hasil pemeriksaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membuktikan keahlian, independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

2. Untuk membuktikan pengalaman kerja berpengaruh terhadap hubungan keahlian,

independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan dengan kualitas hasil pemeriksaan.

2 Telaah Pustaka dan Hipotesis

2.1 Keahlian

Menurut Jaafar dan Sumiyati [6], pengertian keahlian audit meliputi keahlian mengenai pemeriksaan maupun penguasaan masalah yang diperiksanya ataupun pengetahuan yang dapat menunjang tugas pemeriksaan. Keahlian tersebut mencakup: merencanakan pemeriksaan, menyusun Program Kerja Pemeriksaan (PKP), melaksanakan Program Kerja Pemeriksaan, menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), mendistribusikan Laporan Hasil Pemeriksaan, memonitor Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

(TLHP). Sedangkan Menurut Simamora (2002:30)7, keahlian auditor ditentukan oleh:

pendidikan kesarjanaan formal; pelatihan dan pengalaman dalam auditing dan akuntansi publik; partisipasi dalam program edukasi yang berkelanjutan selama karir profesi.

2.2 Independensi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 [8] tentang Standar Audit, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, menyatakan dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi APIP serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat.

2.3 Kecakapan Profesional

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008[8] tentang standar audit, auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Sedangkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007[9] tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.

2.4 Tingkat Pendidikan

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008[8] tentang standar audit, dijelaskan bahwa auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu (S-1) atau yang setara. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.

(4)

2.5 Pengalaman Kerja

Menurut Tubbs [10], jika seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit banyak kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.

2.6 Kualitas Hasil Pemeriksaan

Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang menjadi indikator dalam kualitas pemeriksaan, yaitu kelemahan pengendalian intern, penyimpangan dari peraturan perundang-undangan, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, kerahasiaan informasi, dan tindak lanjut dari rekomendasi.

2.7 Pengaruh Keahlian Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor atau pemeriksa, dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan tugas-tugas pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki auditor atau pemeriksa baik yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal harus terus-menerus ditingkatkan.

Menurut Tan dan Libby [11], keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang pemeriksa yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

2.8 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Independensi auditor merupakan salah satu faktor yang penting untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Karena jika auditor kehilangan independensinya, maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Sukriah dkk [5]. Dan oleh sebab itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas sangat diperlukan sikap independensi dari seorang auditor. Karena hasil yang akan disampaikan oleh auditor tersebut, akan menjadi kebijakan dan pengambilan keputusan bagi auditor dalam rangka meningkatkan kinerjanya dikemudian hari.

2.9 Pengaruh Kecakapan Profesional Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Penggunaan kemahiran professional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan pelaporan. Aji, [12]. Auditor yang memiliki kecakapan profesional akan menggunakan keahlian secara cermat dan seksama, dan menerapkan pertimbangan profesional dalam mengambil keputusan sehingga akan berpengaruh

(5)

pemeriksaan yang berkualitas.

2.10Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

Latar belakang pendidikan akuntansi menjadi sebuah keharusan bagi pemeriksa laporan keuangan, dan semakin tinggi jenjang pendidikan maka pengetahuan akuntansi akan semakin komprehensif. Batubara [13], mengatakan kualitas pemeriksa dituntut untuk lebih tinggi daripada pelaksana, sehingga pemeriksa dapat melakukan penilaian atas ketaatan pelaksana terhadap standar yang berlaku, dan hal itu dapat tercapai jika auditor memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang yang diperiksa.

2.11Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan Keahlian, Independensi,

Kecakapan Profesional Dan Tingkat Pendidikan Dengan Kualitas Hasil Pemeriksaan

Seorang auditor akan menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas apabila banyaknya pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang auditor tersebut. Pengalaman kerja juga sangat ditentukan dari lamanya melaksanakan tugas. Semakin lama pengalaman kerja seseorang memberikan keahlian dan keterampilan yang cukup sehingga pemeriksaan yang dilakukan akan semakin berkualitas, begitu juga sebaliknya semakin sedikit pengalamn kerjanya, memberikan tingkat keahlian dan keterampilan sangat rendah dan hasil pemeriksaannya juga kurang berkualitas. Mardiasmo [18] mengemukakan bahwa pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi dan independensi untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal, yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Sarwono [15]. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Penelitian ini merupakan penelitian survey.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah lembaga Inspektorat Provinsi Riau. Jumlah populasi adalah sebanyak 56 (lima puluh enam) orang. Penelitian ini menggunakan sensus, seluruh populasi yaitu staf Inspektorat Provinsi Riau sejumlah 56 orang dijadikan sampel. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah seluruh pemeriksa Inspektorat Provinsi Riau yang berjumlah 56 (lima puluh enam) orang.

Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu keahlian (X1), independensi (X2), kecakapan profesional (X3), tingkat pendidikan (X4), variabel dependen yaitu kualitas hasil pemeriksaan (Y) sedangkan pengalaman kerja (X5) sebagai variabel moderating dan diukur dengan menggunaka skala likert.

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) dan Moderated Regression Analysis (MRA). Persamaan regresi linier berganda dan MRA adalah sebagai berikut:

Model satu: Y = α + β1X1 +β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Model dua: Y = α + β1X1 +β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X1*X5 + β7X2*X5 + β8X3*X5 +

(6)

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui kehandalan (validitas) dan kesahihannya (reliabilitas). Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dan MRA. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik t yang digunakan untuk menguji apakah variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y), dengan signifikansi 5%.

4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) dan dari 56 kuesioner yang disebarkan, 53 kuesioner yang kembali dan 3 kuesioner yang tidak kembali. Dari hasil uji validitas menunjukkan bahwa instrumen-instrumen pada setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid dan dapat dipakai untuk melakukan penelitian atau menguji hipotesis penelitian karena nilai pada setiap instrumen berada di atas nilai signifikanpada tabel nilai r

product moment, yaitu di atas 0,2706 (0,390 - 0,919). Uji reliabilitas menunjukkan bahwa

seluruh instrumen di atas adalah reliabel karena nilai alpha tiap-tiap instrumen tersebut (variabel X1 = 0,825, X2 = 0,703, X3 = 0,608, X4 = 0, 648, X5 = 0,683, Y = 796) lebih besar dari Alpha Cronbach (0,60) sehingga dapat dipakai untuk melakukan penelitian atau menguji hipotesis

penelitian.

Uji normalitas dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot. Berdasarkan hasil pengujian, data model regresi penelitian ini berdistribusi normal. Uji multikolinieritas menghasilkan bahwa nilai tolerence menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance > 0,10 (X1 = 0,914, X2 = 0,914, X3 =

0,987, X4 = 0,988) dan VIF < 10 (X1 = 0,1,095, X2 = 1,095, X3 = 1,013, X4 = 1,012).

Berdasarkan ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian ini tidak mengandung problem multikolinieritas. Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas. Hal ini terlihat dari grafik scatterplot tampak bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Hasil persamaan regresi linier berganda dapat menggunakan nilai-nilai dari kolom β yaitu kolom Unstandarized Coefficients dari perhitungan Coefficients Regresi. Dari nilai-nilai koefisien di atas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 15,624 + 0,222X1 - 0,182X2 + 0,712X3 + 0,428X4

Dari kolom β didapat harga constant sebesar 15,624. Untuk nilai koefisien X1= 0,222,

X2= -0,182, X3= 0,712 dan X4= 0,428. Ini berarti bahwa independensi (X2), kecakapan

profesional (X3) dan tingkat pendidikan (X4) berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan (Y) sedangkan keahlian (X1) berpengaruh negatif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Y). Konstanta sebesar 15,624 berarti bahwa seorang auditor tetap dapat memiliki kualitas hasil pemeriksaan sebesar 15,624 meskipun variabel independennya (bebas) nol.

Selanjutnya dalam penelitian pengujian efek moderasi (MRA) dilakukan dengan menggunakan analisis pure moderator yaitu pengujian yang dilakukan dengan membuat regresi interaksi, tetapi variabel moderator tidak berfungsi sebagai variabel independen. Berdasarkan

(7)

0,290AbsX2_X5 – 0,070AbsX3_X5 + 0,042AbsX4_X5 Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hasil sebagai berikut: 1. Uji statistik t (Uji regresi secara parsial)

a. Pengaruh keahlian terhadap kualitas hasil pemeriksaan dilihat dari hasil regresi menunjukkan besar t hitung variabel X1 sebesar 2,221 > ttabel 2,0106 dan signifikansi

sebesar 0,031 < α= 0,05, maka H1 diterima. Ini berarti bahwa variabel keahlian

berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

b. Pengaruh independensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan dilihat dari hasil regresi menunjukkan besar t hitung variabel X2 sebesar -0,645 < ttabel 2,0106 dan signifikansi

sebesar 0,522 > α= 0,05, maka H2 ditolak. Ini berarti bahwa variabel independensi tidak

berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

c. Pengaruh kecakapan profesional terhadap kualitas hasil pemeriksaan dilihat dari hasil regresi menunjukkan besar t hitung variabel X3 sebesar 2,454 > t tabel 2,0106 dan

signifikansi sebesar 0,018 < α= 0,05, maka H3 diterima. Ini berarti bahwa variabel

kecakapan profesional berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

d. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dilihat dari hasil regresi menunjukkan besar t hitung variabel X4 sebesar 2,620 > t tabel 2,0106 dan

signifikansi sebesar 0,015 < α= 0,05, maka H4 diterima. Ini berarti bahwa variabel

tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

2. Uji statistik MRA

Pengaruh pengalaman kerja terhadap hubungan keahlian, independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan dengan kualitas hasil pemeriksaan dilihat dari hasil regresi menunjukkan bahwa variabel X1, X2, X3, X4 dan X5 memiliki t-hitung < t-tabel dan

memiliki nilai signifikansi > 0,05. Ini berarti bahwa variabel-variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dari variabel moderating juga dapat dilihat bahwa AbsX1_X5, AbsX2_X5, AbsX3_X5 dan AbsX4_X5 ternyata tidak signifikan yaitu dengan probabilitas signifikan di atas 0,05 yang artinya bahwa variabel pengalaman kerja bukan variabel moderasi atau tidak dapat memperkuat hubungan antara keahlian, independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan dengan kualitas hasil pemeriksaan.

5 Kesimpulan dan Saran

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu keahlian, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas hasil

pemeriksaan dan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan pengalaman kerja sebagai variabel moderasi dirasa tidak mampu memoderasi pengaruh hubungan keahlian, independensi, kecakapan profesional dan tingkat pendidikan

terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Penelitian ini hanya melibatkan pada satu instansi saja, yaitu Inspektorat Provinsi Riau, sehingga tingkat generalisasi dari penelitian masih kurang. Dan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas variabel dan pengukuran variabel penelitian dan memperluas lingkup respondennya.

(8)

Diharapakan penelitian selanjutnya dapat menggunakan teknik wawancara dan juga melengkapi dengan data sekunder untuk mengukur kualitas hasil pemeriksaan dengan melihat Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), Program Audit dan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT) serta konsistensi atas Laporan Hasil Pemeriksaan.

Variabel lain yang kemungkinan memberikan pengaruh pada kualitas hasil pemeriksaan sebaiknya ditambahkan ke dalam model, misalnya pendidikan berkelanjutan, loyalitas, kecukupan waktu, program Kerja Pemeriksa (PKP), dan lain-lain yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat.

6 Referensi

[1] DeAngelo,L.E. Auditor Size and audit quality. Journal of Accounting & Economics, 183-199, 1981. (Jurnal)

[2] Deis, D.R. dan Giroux, G.A. Determinants of Audit Quality in the Public Sector. The

Accounting Review, 67, 3, 462-479, 1992. (Jurnal)

[3] Rasuman. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan

Berkelanjutan, Independensi, Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel moderating, Magister Akuntansi, Universitas Sumatera Utara. Medan, 2011. (Tesis)

[4] Rahman, Ahmad Taufik. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi

dan Due Profesional Care Terhadap Kualitas Audit. FE Unsoed, 2009. (Jurnal)

[5] Sukriah Ika, Akram dan Inapty Biana Adha. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan, 2011. (Jurnal)

[6] Jaafar, H.T Redwan dan Sumiyati. Kode Etik dan Standar Audit, Diklat Pembentukan Auditor Terampil, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP, Jakarta, 2005. (Jurnal)

[7] Simamora, Henry. Auditing, Penerbit: UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2002. (Buku)

[8] Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

Per/05/M.Pan/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta, 2008

[9] Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

[10] Tubbs, Richard M. The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and Amount

of Knowledge, The Accounting Review, 783-801, 1992. (Jurnal)

[11] Tan, Hun Tong and Robert Libby. Tacit Managerial Versus Technical Knowledge as Determinants of Audit Expertise in The Filed. Journal of Accounting Research, 97-113, 1997. (Jurnal)

[12] Aji, P. S. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari Persepsi Auditor atas Independensi, Pengalaman, dan Akuntabilitas. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, 2009. (Jurnal)

[13] Batubara, Rizal Iskandar. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, Dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan), Magister Akuntansi, Universitas Sumatera Utara. Medan, 2008. (Tesis)

[14] Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik, Edisi 2. Penerbit Andi. Yogyakarta, 2005. (Buku)

[15] Sarwono, Jonathan. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Penerbit Elex Media

(9)

REGRESI LINIER BERGANDA Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 15,624 7,058 2,213 ,032

keahlian ,222 ,100 ,290 2,221 ,031 ,914 1,095

independensi -,182 ,283 -,084 -,645 ,522 ,914 1,095

kecakapan profesional ,712 ,290 ,308 2,454 ,018 ,987 1,013

tingkat pendidikan ,428 ,163 ,329 2,620 ,012 ,988 1,012

a. Dependent Variable: kualitas hasil pemeriksaan

MODERATED REGRESSION ANALYSIS (MRA)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -136,800 115,509 -1,184 ,243 keahlian -1,749 1,590 -2,286 -1,100 ,277 independensi 12,281 4,279 5,679 1,870 ,056 kecakapan profesional 3,534 4,391 1,532 ,805 ,425 tingkat pendidikan -1,298 2,270 -1,000 -,572 ,570 pengalaman kerja 3,619 2,839 3,611 1,275 ,209 AbsX1_X5 ,038 ,040 2,719 ,949 ,348 AbsX2_X5 -,290 ,102 -8,646 -2,842 ,057 AbsX3_X5 -,070 ,106 -1,587 -,665 ,510 AbsX4_X5 ,042 ,056 1,272 ,740 ,464

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa aliran metode steepest slope memiliki akurasi yang baik dibandingkan dengan metode lowest height , dapat dilihat dari hasil alian akumulasi

Skripsi berjudul “ Kajian Stok dan Analisis Ketidakpastian Hasil Tangkapan Sumberdaya Ikan Terisi ( Nemipterus balinensis Bleeker, 1859) di Perairan Teluk Jakarta”

Alhamdulillahi robbil alamin,puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Dalam perancangan cover kaset ini menggabungkan beberapa teknik dan efek yang dapat dilakukan oleh Adobe Photoshop 7.0 agar terbentuk cover kaset yang aktraktif dan fariatif

Pada percobaan dilakukan pengukuran h untuk empat nilai debit air yang berbeda, dengan maksud untuk mengetahui apakah model yang dibuat cukup akurat. jika debit

Mata kuliah ini menyajikan materi berkenaan dengan hubungan antara diri [individu/self] dengan orang lain [others]; budaya sebagai komponen analisis yang penting;

Dari kedua variabel tersebut, komunikasi dan informasi mempunyai model hubungan yang linier terhadap kinerja waktu proyek khususnya pada indikator hubungan koordinasi

R404A Dengan Heat Exchanger Tipe Concentric Tube. Surabaya: