• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB VI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

77 BAB VI

MAKNA SAGUER DAN PERGESERANNYA DALAM MASYARAKAT HALMAHERA UTARA

Pada bagian ini penulis membahas tentang makna Saguer dulu dan makna Saguer sekarang serta melihat pergeserannya dalam Masyarakat Halmahera Utara. 6.1. Makna Saguer dalam Masyarakat Halmahera Utara

(2)

78

“Kalau saguer kan sebenarnya ada dua makna, yang pertama makna sosial budaya yang kedua manfaat ekonomi. Kalau makna

sosial budaya kan yang seperti tadi saya bilang bahwa dengan

masih dipakainya Saguer itu sebagai minuman tradisionil di

berbagai acara maka itu meyakinkan sekali ke saya bahwa tradisi

orang Tobelo masih cukup kuat begitu. Yang kedua dari sisi

ekonomi, sebenarnya orang juga bisa mengusahakan itu sebagai

pekerjaan tambahan selain dia berusaha di bidang lain. Jadi kalau

di setiap dusun ada pohon Saguer jangan kasih biar begitu saja,

tapi dia kelola dia cari orang buat bikin itu supaya minuman itu

bisa menghasilkan uang untuk dia untuk keluarga.”

Dalam tindakan sosial yang terjadi pergeseran makna Saguer menjadi Cap Tikus sehingga makna yang ada mulai bergeser dari makna ritual menjadi makna ekonomi. Di dalam pergeseran makna yang terjadi terbentuk suatu interaksi penghubung antara makna Saguer dulu dan makna Saguer sekarang. Dalam sisi pergeseran makna tidak seluruhnya Saguer menjadi Cap Tikus, namun Saguer dan Cap Tikus seperti dua sisi mata uang, keduanya memiliki dua makna yang sangat berbeda. Sementara makna sesungguhnya dari minuman Saguer bagi masyarakat diutarakan oleh Kepala Desa Gosoma, Bapak Daniel Rahayan:

“Budayanya itu Saguer juga dipakai sebagai simbol dari seorang pengantin laki-laki pada saat acara-acara perkawinan. Jadi dia

kalau menurut kita juga menurut masyarakat Tobelo Saguer tu

hanya merupakan minuman ringan yang dipakai selalu dalam

upacara-upacara adat sebagai minuman utama nah itu. Bagi saya

makna Saguer seperti itu tapi saya melihat Saguer ada manfaat

ekonomi. Makna ekonomi ini dia bisa membantu dalam keluarga

kami. Itu saja. Selain itu karena dia berfungsi sebagai simbol dari pengantin laki-laki itu.”

(3)

79

Saguer menjadi makna simbolik bagi perjuangan seorang laki-laki dalam mencari nafkah. Proses mendapatkan Saguer dari mulai memanjat pohon seho, dan mengolahnya dengan ketelitian tinggi menjadi simbol bahwa seorang anak laki-laki dianggap dewasa dan telah siap mengarungi bahtera rumah tangga. Para distributor dan pedagang Saguer berpendapat bahwa Saguer sangat rutin digunakan dalam kegiatan acara kebudayaan masyarakat Halmahera Utara.

Bapak Inu Koda sebagai penjual yang telah berpuluh-puluh tahun mengedarkan Saguer di Halmahera Utara mengakui bahwa minuman Saguer termasuk minuman ringan dan tidak memabukkan. Pesanan yang datang dari konsumen rata-rata dalam kuantitas yang banyak mayoritas berasal dari kegiatan adat kebudayaan. Fungsi Saguer dalam melengkapi setiap acara kebudayan di Halmahera Utara menggambarkan bahwa Saguer masih lekat dengan habitus masyarakat yang ada dan tetap berusaha dilestarikan.

Manfaat ekonomi begitu dirasakan oleh keluarga pembuat Saguer dalam menunjang kehidupan sehari-hari keluarga mereka. Makna ekonomi inilah yang paling mereka rasakan dikarenakan Saguer telah menjadi tumpuan kehidupan sebagian besar para produsen. Dalam proses produksi ibu-ibu yang merupakan istri dari petani Saguer biasanya terlihat membantu dalam hal pengolahan. Sementara proses produksi lain seperti memanjat pohon, membersihkan batang daun, mengangkat dan membawa air nira jarang dilakukan oleh perempuan dikarenakan hal tersebut membutuhkan stamina yang tinggi dan pengalaman yang umumnya hanya dimiliki oleh laki-laki di Halmahera Utara.

(4)

80

diwariskan secara turun temurun dari pengalaman pribadi dan interaksi sosial membentuk pertukaran pengalaman.

Makna Saguer jika dilihat dalam aspek gender terlihat jelas pada acara budaya Halmahera Utara yaitu Acara Maso Minta, dimana ketika calon mempelai laki-laki akan melamar calon mempelai perempuan dengan membawa Saguer. Saguer dijadikan bukti bahwa calon mempelai laki-laki sudah mandiri dan mampu mengarungi bahtera rumah tangga. Saguer merupakan bukti bahwa calon mempelai laki-laki sanggup membuktikan kepada calon mempelai perempuan bahwa dia telah siap menikah. Proses produksi Saguer yang membutuhkan keuletan, kesabaran serta kerja keras menjadikan makna simbolik Saguer ini begitu dapat diterima olah keluarga mempelai perempuan.

6.2. Pergeseran Makna Saguer dalam Masyarakat Halmahera Utara

Dalam sub bab ini akan dijelaskan tiga hal tentang pergeseran makna Saguer dalam masyarakat Halmahera Utara meliputi (1) pergeseran makna dalam aspek penggunaan, (2) aspek produksi dan (3) aspek distribusi yang diuraikan sebagai berikut:

6.2.1. Pergeseran Makna Penggunaan Saguer di Halmahera Utara

Ketua adat Amant Tobelo, Bapak Yessayas Banari meyakini bahwa selama masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Halmahera Utara Saguer akan tetap terjaga, seperti yang ia kemukakan.

“Iya itu pergeseran, tapi kalau dalam konteks Saguer dia masih tetap ada. Karena Saguer itu sampai kapanpun dia tetap

Saguer kecuali dia mau rubah menjadi Cap Tikus dan

sebagainya itu baru banyak dampak secara psikologis tapi

kalau masih sebatas saguer kita kira sampai sekarang dia

masih aktif karena walaupun sudah perkembangan ini kota

dengan modernisasi tetapi nilai-nilai tradisinya itu orang

masih pegang.”

(5)

81

Beliau yang sejak remaja memang sangat akrab dengan kebudayaan Halmahera Utara paham benar tentang makna filosofis Saguer sehingga sangat penting baginya dan generasi penerus Halmahera Utara agar tetap memegang nilai-nilai dan tradisi meski arus modernisasi yang datang akan sangat sulit sekali dibendung. Para pemuda Tobelo sangat memahami perbedaan antara Saguer dan Cap Tikus. Pemuda Tobelo memang sangat akrab dengan minuman Saguer dan Cap Tikus meskipun Cap Tikus memiliki kadar alkohol yang lebih besar,

Saguer diletakkan pada arena pertemuan adat dan Cap Tikus lebih ke minuman keseharian. Dari hasil observasi di lapangan memang pemuda Halmahera Utara lebih menyukai Cap Tikus dikarenakan efek dari Cap Tikus lebih dapat membuat mereka bersemangat dan melepaskan penat untuk bersenang-senang ketika berkumpul dengan teman-temannya.

Sebagian besar masyarakat Halmahera Utara memang mengharapkan Saguer sebagai budaya tradisional tidak mengalami pergeseran makna, karena meminum Saguer bagi Masyarakat Halmahera Utara berpangkal dari pelestarian amanat leluhur dan sebagai pengukuhan nilai-nilai budaya yang berlaku turun temurunsecara simbolik. Namun pada kenyataannya, Saguer mengalami pergeseran makna kesakralannya dikarenakan pelestarian kebudayaan tersebut hanya semata sebatas meneruskan tradisi. Sebagian masyarakat masih berfikir bahwa selama perubahan itu baik dan menguntungkan secara ekonomi, maka tidak menjadi masalah jika budaya yang dimiliki mengalami pergeseran makna.

Pergeseran makna Saguer ini sebenarnya telah dipahami benar oleh konsumen. Mereka menkonsumsi Cap Tikus karena keberadaannya memang kurang dikontrol oleh pemerintah seperti diungkapkan oleh Har Dombo, seorang pemuda Halmahera Utara sebagai berikut:

“Dari pemerintah mereka tidak ada sosialisasi, tapi yang terjadi orang sudah memanfaatkan Saguer sebagai manfaat ekonomi dan

orang merubah menjadi produk Cap Tikus. Kalau generasi

(6)

82

Dari pernyataan Har Dombo dapat digambarkan bahwa motivasi konsumen banyak menggunakan Cap Tikus salah satu faktor terbesarnya karena adanya kesempatan yang luas. Peredaran Cap Tikus di Halmahera Utara menjadi sangat bebas dan mudah ditemukan, sehingga dampak dari alkohol tinggi Cap Tikus sulit dikendalikan. Dalam teori Bourdieu tentang perubahan sosial, pergeseran sosial makna penggunaan Saguer menjadi Cap Tikus didasarkan bahwa masyarakat tidak menempatkan habitus dan modal dalam arena konsumsi yang tepat. Alih-alih ingin melestarikan dalam konsumsi keseharian dari melimpahnya hasil dari pohon seho, namun mereka tidak dapat melakukan seleksi terhadap produk yang berdampak negatif seperti Cap Tikus. Meskipun terdapat pergeseran dari penggunaan Cap Tikus di masyarakat, kepala desa Gosoma sebagai wakil dari pemerintahan, yaitu Bapak Daniel Rahayan mengungkapkan bahwa pihaknya tetap selalu berupaya melestarikan minuman Saguer dan mempertahannya:

“Saya mendukung Saguer karena tidak punya dampak karena Saguer digunakan dalam acara adat. Saya mendukung kalau

Saguer ini dipertahankan. Kalau Saguer ini diproduksi menjadi

Cap Tikus ini kan berdampak besar bisa mengganggu lingkungan

sekitar Desa Gosoma. Saguer tidak punya dampak karena

dikontrol oleh tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh budaya, tokoh-tokoh

masyarakat.”

(7)

83

“Yang punya dampak yaitu dimana orang memproduksi Cap Tikus. Nah Cap Tikus ini menimbulkan dampak. Dampak seperti anak

SMP anak SMA ada orang sudah minum Cap Tikus produksi

kadarnya tinggi dibandingkan Saguer nah ketika mereka minum

Cap Tikus ini bisa menimbulkan konflik antara anak remaja dan ini

juga akan merusak masa depan generasi yang baru yang sekarang.

Kalau saya melihat Saguer tidak punya dampak dia punya nilai

budaya, nilai kebersamaan, nilai membangun. Jika ada acara

perkawinan orang butuh Saguer.”

Menurut Ketua Adat Amant Tobelo, Saguer sering dipandang juga mengandung alkohol tinggi, memabukan serta memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Pandangan ini sering didapati oleh masyarakat yang berada di luar wilayah Maluku. Bapak Yessayas Banari menekankan bahwa yang memiliki dampak buruk adalah Cap Tikus, bukan Saguer. Saguer meskipun mengandung alkohol, namun cara produksinya sangat baik dan dihasilkan dari fermentasi alami. Perbedaan ini yang perlu diketahui oleh kalangan masyarakat luas akan keberadaan dua minuman ini di Maluku. Tokoh masyarakat Halmahera Utara, Bapak Tomy Panyi tidak menampik bahwa banyak produsen di hutan memang telah banyak yang memproduksi Cap Tikus.

“Orang minum Saguer untuk membangkitkan semangat kerja mereka. Ah jangan asal ketika orang yang membuat Saguer yang

di tempat-tempat pembuat Saguer yang di hutan sana mereka

sudah berpikir filosofinya sudah makna ekonomi dan mereka

memproduksi menjadi Cap Tikus.”

(8)

84

benar bahwa makna dulu dan makna sekarang Saguer dalam penggunaannya memang sudah sangat berbeda.

6.2.2. Pergeseran Makna Produksi Saguer di Halmahera Utara

Tokoh Agama Halmahera Utara Mina Rahayan sangat mengkhawatirkan jika masyarakat di luar Halmahera Utara justru lebih mengenal Cap Tikus daripada Saguer sebagai asal minuman daerah ini, seperti yang ia katakan.

“Ya pohon Saguer ini pohon aren ini sebenarnya sebagai bahan pembuat minuman keras dalam bahasa orang maluku minuman ini

bernama Cap Tikus. Jadi minuman ini sebagai minuman adat

istiadat, artinya tiap-tiap masyarakat untuk perkembangannya

Saguer ini tetap digunakan sebagai bahan pembuat minuman keras

yang imbasnya minuman keras ini menjadi ikon karena minuman

ini menjadi salah satu aturan adat istiadat orang Maluku

khususnya di daerah Maluku Utara, khusunya lagi di Halmahera

Utara.”

Sebagai tokoh agama Bapak Mina Rahayan memang sangat mengkhawatirkan bahwa konsumsi Cap Tikus akan berdampak pada penyimpangan norma dan nilai-nilai agama. Terlebih lagi jika terjadi seperti kerusuhan dan tawuran antar warga yang notabene memang di Wilayah Halmahera Utara tinggal berbagai etnis dan agama yang beragam.

(9)

85

“Jadi satu dia memiliki nilai historis sejarah yang kedua dia memiliki nilai kebudayaan nilai tradisi. Dari tanggapan saya

barangkali untuk di Desa Gosoma kan tidak tahu persis berapa

jumlah mungkin yang membuat itu tapi kebanyakan kan produk itu

kan dibuat menjadi Cap Tikus iya to. Hanya sebagian kecil yang

dikelola ke produk yang lain misalnya gula merah dan seterusnya.”

Sebenarnya banyak produk yang bisa diolah dari Saguer selain Cap Tikus seperti kecap dan gula merah, namun memang diakui oleh Bapak Tomy Panyi bahwa Cap Tikus lebih dipilih oleh produsen Saguer dikarenakan penjualannya yang cepat serta banyak peminatnya. Pergeseran makna dalam penggunaan Saguer menjadi Cap Tikus dalam aspek produksi sebenarnya telah disadari pula oleh produsen.

Jika dikaitkan dengan teori Bourdieu, Cap Tikus merupakan suatu proses penciptaan ulang dominasi sosial yang telah ada sebelumnya (Saguer). Pergeseran makna ini menurut Bourdieu bahwa yang terpenting bukanlah apa yang ternyatakan (eksplisit) baik dalam ajaran maupun aturan moral, melainkan apa yang tidak ternyatakan (implisit) yang hanya dapat dilihat dalam perilaku sehari-hari. Sehingga sangat diperlukan kesadaran yang tinggi bagi setiap produsen dalam mengatur jumlah produksi Cap Tikus yang memang dapat dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif.

6.2.3. Pergeseran Makna Distribusi Saguer di Halmahera Utara

Dalam perayaan adat orang Halmahera Utara, terkadang Saguer dan Cap Tikus dikonsumsi bersamaan, sehingga hal ini menjadi kesulitan tersendiri dalam melakukan kontrol dan pengarahannya. Bapak Inu Koda seorang penjual Saguer dan Cap Tikus mengaku memang ketika ada perayaan bukan hanya Saguer yang dipesan, namun juga Cap Tikus.

“Iya budaya Tobelo tiap hari kan pasti pakai itu, orang-orang kaya itu juga masih pakai Saguer dan Cap Tikus nah itu. Jadi polisi

(10)

86

Kalau misalnya pemuka semaso selap manusia ada seribu orang

pakai itu gimana.”

Bapak Inu Koda sebagai produsen dengan latar belakang ekonomi menengah sebagai petani di Desa Gosoma memang tidak dapat menolak permintaan pasar akan Cap Tikus. Beliau memiliki istri dan anak yang masih sekolah yang setiap hari membutuhkan dana operasional sehingga jika hanya menjual Saguer maka akan sangat kesulitan beliau memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Inu Koda bahwa setiap hari orang Tobelo memang mengkonsumsi Saguer dan Cap Tikus. Pernah Suatu ketika aparat kepolisian mengadakan operasi cipta kondisi yang menyita semua minuman, padahal terdapat minuman Saguer yang memang sudah menjadi budaya. Namun dalam segi ekonomi Cap Tikus lebih menguntungkan dibandingkan Saguer, seperti diutarakan oleh penjual Cap Tikus, Bapak Inu Koda:

Itu satu botol Saguer kira-kira 6 ribu, kalau sudah berubah jadi Cap Tikus itu kira-kira harganya itu sudah 15 ribu. Kebanyakan

orang datang untuk beli Cap Tikus, karena Cap Tikus ini kadarnya

lebih tinggi dan orang gunakan lebih Cap Tikus daripada orang beli Saguer, itu.”

(11)

87

pergeseran makna Saguer menjadi Cap Tikus di Halmahera Utara telah beredar ke luar Kabupaten, bahkan daerah Halmahera Utara mulai dikenal dengan kapasitas produksi Cap Tikus yang besar hingga para distributor mulai menjualnya ke pulau-pulau lain.

Referensi

Dokumen terkait

Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik , dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama.. Yogyakarta:

Isu adalah suatu hal atau trending topic yang sedang di bicarakan saat ini yang bersifat kekinian, atau sementara tetapi jika di respon dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan

Ada beberapa hambatan dalam upaya penanggulangan kejahatan kasus pemalsuan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor(BPKB). Diantaranya kurangnya pemahaman Lembaga Penjaminan

• Siswa secara individu dapat menuliskan Menuliskan rumus luas permukaan dan volume kubus balok, menghitung luas permukaan dan volume kubus balok. • Siswa

Ulama kibar turut menjadi hukum jihad itu wajib, namun begitu, perkara yang penting diambil kira adalah kadar kemampuan yang melibatkan aspek fizikal

Makna ihsan belum terinternalisasi pada tahap kesadaran ilahi sebagai organisasi bisnis syariah yang menjalankan amanah untuk meraih ridha Allah SWT.Kemudian

View publication stats View

Menurut Erna Dewi, senada dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana terhadap pelaku penelantaran anak dari segi