• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan pelayanan primer dalam sistem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penguatan pelayanan primer dalam sistem"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“Penguatan pelayanan primer dalam sistem kesehatan

nasional”

DISUSUN OLEH

NAMA

: SRI WAHYU

NIM

: C111 14 041

LEMBAGA KESEHATAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dan negara bertanggung jawab mengupayakan kesehatan yang berkualitas bagi setiap warga negaranya. Undang-undang No. 23 tahun 1992, sehat diartikan sebagai suatu keadaan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis dari suatu negara yang terdiri atas ketangguhan dan keuletan, serta kekuatan dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam atau luar secara langsung maupun tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integrits, identitas, dan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Di Indonesia, konsepsi ketahanan nasional merupakan pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang serasi, seimbang dalam seluruh aspek berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. Pembangunan sistem pelayanan kesehatan yang baik di suatu negara akan meningkatkan pengembangan di segala bidang secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, pelayanan kesehatan yang baik merupakan modal dasar keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai ketahanan nasional.

Sejak dulu, solusi atas penyelesaian masalah kesehatan yang ada tak kunjung datang, malah bertambah saja masalah yang semakin muncul, selain angka kematian ibu dan bayi yang masih cukup tinggi di Indonesia dan beberapa penyakit infeksi yang belum terkontrol; kualitas pelayanan kesehatan yang semakin menurun dan pelayanan kesehatan yang belum terdistribusi secara merata; serta komersialisasi pelayanan kesehatan, menambah carut marutnya kondisi kesehatan saat ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui kerjasamanya antar negara maju dan berkembang terus berusaha memecahkan permasalahan kesehatan yang ada dengan serangkaian deklarasi atau berbagai program yang yang bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan seluruh orang di dunia. Dimulai dengan Universal Declaration of Human Right tahun 1948 yang menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia sampai strategi perencanaan yang dibuat oleh 193 negara di dunia berupa program Millenium Development Goals (MDGs). Pada MDGs, pelayanan kesehatan yang baik dapat dilihat melalui pencapaian beberapa target dari beberapa goal yang ada, seperti penurunan angka kematian bayi, peningkatan mutu kesehatan ibu, serta penurunan angka kejadian penyakit HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya. Semua target tersebut diharapkan dapat tercapai pada Tahun 2015 di semua negara di dunia. Program tersebut selanjutnya menjadi Sustainable Development Goals (SDGs) dengan beberapa amandemen hingga terbentuknya 17 tujuan yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2030.

(3)

serta pengendaliannya; peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi; penyediaan air bersih dan sanitasi dasar, kesehatan ibu dan anak (termasuk keluarga berencana); imunisasi; pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat, pengobatan penyakit umum dan ruda paksa; serta penyediaan obat-obat esensial. Sejak Deklarasi Alma Ata (WHO, 1978), Pelayanan Kesehatan Primer menjadi salah satu satu hal utama dalam pembangunan ketahanan nasional, dan program ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan holistik di masyarakat.

Di beberapa negara di dunia seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, serta beberapa negara di Asia berhasil menata sistem pelayanan kesehatan dengan menerapkan konsep Pelayanan Kesehatan Primer sebagai ujung tombak dari pembangunan nasional. Di Indonesia, konsep Pelayanan Kesehatan Primer oleh sebagian masyarakat masih dilihat terbatas hanya pada bangunan fisik puskesmas dan pelayanan kesehatan wajib serta pendukung di puskemas. Sehingga konsep ini menjadi kerdil di negara ini, yang hanya dilihat sebatas pelayanan kesehatan kelas bawah. Di lain pihak, pelayan kesehatan yang diupayakan oleh pihak swasta semakin berkembang. Dominasi kapitalisasi sangatlah terasa pada jenis pelayanan yang diupayakan oleh pihak swasta. Bagi para pengusaha kesehatan di dunia, negara ini berhasil dijadikan sebagai target pemasaran yang menjajikan, sehingga jumlah rumah sakit swasta yang berskala nasional maupun internasional semakin menjamur.

Saat ini, jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia sebanyak 22.327, sedangkan jumlah poliknik yang dikelola swasta jumlahnya diperkiran 34.000 dan sekitar 20% merupakan poliknik dokter spesialis. Pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh pihak swasta sarat dengan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, sehingga persepsi masyarakat terbentuk bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit dan klinik dokter hanya terbatas pelayanan kuratif dan rehabilitatif saja sedangkan pelayanan promotif dan preventif hanya diusahakan oleh puskesmas dan dinas kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana peran pelayanan kesehatan primer dalam upaya penguatan sistem kesehatan nasional ?

C. Tujuan

Mengetahui peran kesehatan primer dalam upaya penguatan sistem kesehatan nasional.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan Primer

Pengertian pelayanan yang dimaksud disini adalah, kualitas pelayanan kesehatan yang berhubungan erat dengan kepuasan pengguna pelayanan atau pasien. Suatu pelayanan dikatakan baik atau buruk tergantung pada tingkat kepuasan pengguna layanan yang didasarkan pada kualitas pelayanan itu sendiri. Kesehatan adalah suatu konsep yang telah sering digunakan tetapi sulit untuk dijelaskan artinya, Faktor yang berbeda menyebabkan sulitnya mendefinisikan kesehatan, penyakit, dan kesakitan (Gochman, 1988” Endar Sugiharto 1999; 47). Meskipun demikian, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi kesehatan apapun harus mencakup komponen biomedis, personal, dan sosiokultural.

Pada tahun 1974 WHO mencoba menggambarkan kesehatan secara luas yang tidak hanya meliputi aspek medis tetapi juga aspek mental dan social. Kesehatan dapat diartikan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan social, dan bukan suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Penyakit dan kesakitan, meskipun sangat berkaitan satu dengan lainnya , namun mencerminkan suatu perbedaan fundamental dan konsepsional tentang periode sakit. Menurut Cassel, kesakitan adalah apa yang dirasakan pasien saat dia pergi ke dokter, sedangkan penyakit adalah apa yang didapatkannya sepulang dari dokter (Helman,1990 ; Endar Sugiarto 1999; 47).

Puskesmas dan Rumah sakit pada masa lalu berbeda dengan yang sekarang. Dulu, puskesmas dan Rumah sakit lebih condong ke kepentingan social dari pada bisnis, sedangkan saat ini sesuai dengan perkembangan zaman semakin banyak Puskesmas dan Rumah sakit yang dikelola pihak swasta dan mereka mengharapkan pemasukan keuangan yang sesuai untuk menutupi biaya operasional dan modal penyediaan fasilitas rumah sakit. Dengan pengelolaan yang lebih professional, tidak berarti Puskesmas dan Rumah sakit sama sekali kehilangan sifat sosialnya. Pada dasarnya sistem di puskesmas atau rumah sakit dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : operasional dan manajerial. Sistem manajerial berarti mengelola Puskesmas atau Rumah sakit melalui sistem administrasi, dalam sistem ini para petugas yang terlibat di dalamnya dapat berhubungan dengan langsung maupun tidak langsung dengan pasien maupun pengunjung peskesmas, sementara dalam sistem operasional sebagian besar tugasnya langsung berhubungan dengan pasien.

(5)

medis, yang akhirnya menentukan kesehatan pasien tersebut (Endar Sugiarto 1999; 50) Dalam pelayanan kesehatan ini lebih fokus pada tenaga medis, dokter, perawat, dan petugas, tata usaha atau administrasi Puskesmas. Puskesmas tidak akan beroperasi dengan baik dan profesional bila tidak ditunjang dengan unsur tersebut, terutama yang berhubungan dengan masalah pelayanan.

Menurut Wye Kof (Love lode,1998) kualitas jasa diartikan sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan (Fandy Tjiptono 1996: 59). Administrator layanan kesehatan walau tidak langsung memberikan layananan kesehatan, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan kesehatan. Kebutuhan akan supervisi, manajemen keuangan dan logistic akan memberikan suatu tantangan dan kadang-kadang administrator layanan kesehatan kurang memperhatikan prioritas sehingga muncul persoalan dalam layanan kesehatan. Pemusatan perhatian terhadap beberapa dimensi mutu pelayanan kesehatan dalam menyusun prioritas dan dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi layanan kesehatan.

Setiap pasien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang komperhensif secara berjenjang, termaksud obat ,sesuai indikasi medis. Setiap pasien mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas. Puskesmas sering kali terbentur pada keterbatasan seperti kekurangan sarana prasarana, kekurangan dokter spesialis. Oleh karena itu pelayanan di Puskesmas di pengaruhi pula oleh mutu Puskesmas tersebut. Untuk itu, cakupan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bukan semata tercover dalam seratus persen cakupan penduduk miskin yang terlayani. Terlayaninya pasien perlu di evaluasi dengan sejauh mana standar pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas. Tuntutan masyarakat adalah optimalnya pelayanan yang diberikan oleh puskesmas. Demikian pula pelayanan yang diberikan kepada masyarakat harus optimal dari segi mutu.

(6)

Indikator menuju Indonesia Sehat salah satunya adalah indikator proses dan masukan, Indikator ini salah satunya adalah persentase keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan seratus persen. Oleh karena itu diharapkan Puskesmas sungguh-sungguh memperhatikan pelayanan. Pelayanan puskesmas harus benar-benar memenuhi standar pelayanan. Kesehatan pasien adalah jalur menuju keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia. Rakyat miskin adalah kelompok yang rentan terhadap kesehatan (utamanya ibu hamil, menyusui, bayi, dan balita). Rakyat miskin rentan terhadap kesakitan karena latar belakang social ekonomi memberi kontribusi yang sangat kompleks terhadap status kesehatan. Diantaranya adalah pengaruh gizi, sanitasi, beban kerja, pendidikan, dan lain sebagainya. Dari beberapa perspektif diatas pengertian yang lebih tepat untuk layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien atau konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. (Imbalo S. Pohan, 2006; 17).

B. Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya. (WHO; 1996).

Sistem kesehatan di Indonesia telah mulai dikembangkan sejak tahun 1982 yaitu ketika Departemen Kesehatan RI menyusun dokumen system kesehatan di Indonesia yang disebut Sistem Kesehatan Nasional (SKN).

Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibentuklah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

(7)

Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Perpres 72/2012 Pasal 1 angka 2).

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945 ( Depkes RI, 2004)

Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

SKN perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, antara lain kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.

SKN disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (primary health care) yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata, pemberian pelayanan kesehatan berkualitas yang berpihak kepada kepentingan dan harapan rakyat, kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat, kepemimpinan, serta profesionalisme dalam pembangunan kesehatan.

C. Peran Pelayanan Kesehatan Primer dalam Upaya Penguatan Sistem Kesehatan Nasional

Di era jaminan kesehatan nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi terpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medisnya. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan.

(8)

di Puskesmas, klinik atau dokter prakter perseorangan yang akan menjadi gerbang utama peserta BPJS Kesehatan dalam mengakses pelayanan kesehatan. Untuk itu kualitas faskes primer ini harus kita jaga, mengingat efek dari implementasi Jaminan Kesehatan nasional ke depan, akan mengakibatkan naiknya permintaan (demand) masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kepastian jaminan sudah didapatkan. Jika FKTP/faskes primer tidak diperkuat, masyarakat akan mengakses faskes tingkat lanjutan sehingga akan terjadi kembali fenomena rumah sakit sebagai puskesmas raksasa.

Salah satu upaya terhadap penguatan fasilitas kesehatan primer ini, diharapkan tenaga-tenaga medis yang berada di jenjang FKTP/Faskes Primer ini, harus memiliki kemampuan dan harus menguasai hal-hal terbaru mengenai prediksi, tanda, gejala, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan komprehensif mengenai berbagai penyakit. Lebih jauh dan yang terpenting adalah kemampuan dalam hal pencegahan penyakit yang kini menjadi produk lokal harus dipahami oleh setiap dokter yang bekerja di tengah masyarakat agar pasien ke depan memperoleh pelayanan. Inilah yang disebut dengan penguatan FKTP/Faskes Primer melalui fungsi promotif dan preventif.

Penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai manfaat yang diberikan JKN berupa manfaat medis, khususnya untuk manfaat promotif dan preventif. Seharusnya pemberi pelayanan kesehatan (PPK) tingkat I, Puskemas, klinik pratama, atau yang setara, tidak lalai untuk memberikan layanan yang bersifat promotif dan preventif kepada peserta JKN. Namun melihat kenyataan yang ada saat ini, apakah Puskesmas sebagai PPK I sudah memberikan dan mengoptimalkan hal tersebut, padahal hal tersebut sudah tertuang dalam paket manfaat yang diberikan dalam JKN? Dalam era JKN ini malah Puskesmas lebih concern terhadap pelayanan kuratif sehingga yang terjadi adalah kejadian pembludakan pasien marak terjadi di Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan pengobatan (kuratif). Hal ini seperti menunjukkan bahwa JKN hanya berfokus pada pelayanan kuratif saja dan mengabaikan upaya promotif dan preventif. Padahal notabene-nya Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) yang seharusnya berfokus pada upaya kesehatan masyarakat bukan pada upaya kesehatan perseorangan.

(9)

perseorangan yang harusnya juga disediakan oleh PPK I? Padahal upaya promotif dan preventif perorangan menjadi salah satu manfaat yang dijamin dalam JKN. Jika ditilik lebih lanjut, sebenarnya dampak dari pengoptimalan upaya preventif dan promotif cukuplah berarti dalam menurunkan angka kunjungan peserta yang akan menggunakan jasa pelayanan kuratif, hal ini dikarenakan setelah peserta mendapat paparan mengenai upaya preventif untuk kesehatan dirinya maka ia akan lebih concern untuk menjaga kesehatannya dan tujuan untuk menyehatkan bangsa pun dapat tercapai. Walaupun tentunya hal ini tidak dapat terjadi begitu saja, butuh effort yang cukup besar untuk menjalankan itu semua.

Dalam peraturan-peraturan terkait JKN pun belum ada yang membahas secara khusus mengenai besaran anggaran yang digunakan untuk pelayanan promotif dan preventif. Permenkes No. 19 tahun 2014 tentang Penggunaan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional, hanya menjelaskan mengenai penggunaan dana kapitasi ditujukan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Besaran yang ditentukan adalah untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan sebesar 60% dari dana kapitasi dan untuk dukungan biaya operasional merupakan selisih dari besar dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi pembayaran jasa pelayanan, yang artinya sekitar 40% dari dana kapitasi. Pembiayaan upaya promotif dan preventif masuk ke dalam dukungan biaya operasional bersamaan dengan pembiayaan obat, alkes, BHP, dan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya. Apakah ini dirasa cukup dan bisa optimal untuk pelaksanaan upaya promotif dan preventif? Sepertinya jawabannya adalah belum, karena hingga saat ini promotif dan preventif masih dianaktirikan oleh BPJS padahal hal ini sudah jelas diamanahkan dalam UU No. 24 tahun 2012 dan Permenkes No. 28 tahun 2014.

Hendaknya pihak BPJS menilik lebih lanjut mengenai manfaat promotif dan preventif, apakah dalam praktek di lapangannya hal ini dilaksanakan atau hanya sekedar manfaat yang tercantum dalam peraturan yang mengatur mengenai JKN, apabila sudah dilaksanakan apakah sudah optimal pencapaiannya atau belum. Hal ini dikarenakan pembiayaan untuk pengobatan (kuratif) itu tidak akan ada habisnya sepanjang waktu dan akan terus menerus meningkat jika tidak dibarengi dengan upaya promotif dan preventif, baik lingkup perseorangan ataupun masyarakat.

(10)

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dan negara bertanggung jawab mengupayakan kesehatan yang berkualitas bagi setiap warga negaranya. sehat diartikan sebagai suatu keadaan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Pelayanan Kesehatan Primer merupakan sistem pelayanan kesehatan yang melingkupi pendidikan mengenai masalah kesehatan, cara pencegahan penyakit, serta pengendaliannya; peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi; penyediaan air bersih dan sanitasi dasar, kesehatan ibu dan anak (termasuk keluarga berencana); imunisasi; pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat, pengobatan penyakit umum dan ruda paksa; serta penyediaan obat-obat esensial.

Salah satu upaya terhadap penguatan fasilitas kesehatan primer ini, diharapkan tenaga-tenaga medis yang berada di jenjang FKTP/Faskes Primer ini, harus memiliki kemampuan dan harus menguasai hal-hal terbaru mengenai prediksi, tanda, gejala, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan komprehensif mengenai berbagai penyakit. Lebih jauh dan yang terpenting adalah kemampuan dalam hal pencegahan penyakit yang kini menjadi produk lokal harus dipahami oleh setiap dokter yang bekerja di tengah masyarakat agar pasien ke depan memperoleh pelayanan. Inilah yang disebut dengan penguatan FKTP/Faskes Primer melalui fungsi promotif dan preventif.

B. Saran

Untuk mewujudkan sistem kesehatan nasional yang mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan di Indonesia, maka pemberdayaan layanan kesehatan primer sangat perlu untuk dilakukan. Mengingat layanan kesehatan primer seharusnya merupakan tujuan pertama masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sangat penting bagi para tenaga media di layanan kesehatan primer ini untuk senantiasa menggalakkan tindakan preventif dan promotif sehingga dapat menekan jumlah kesakitan dan menumbuhkan paradigma sehat di kalangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

AnneAhira.com.Konsep dan Implementasi Analisis Kebijakan Kesehatan (online)

http://www.AnneAhira.com/artikel/analisis-kebijakan-kesehatan.html. Minggu, 13 Maret 2011 pkl 18.52

(11)

http://images.albadroe.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Rt5PkgoKCsAAABj74 Sc1/kebijakan%20kesehatan.ppt?nmid=56606948. Minggu, 13 Maret 2011 pkl 14.4 Ayun Sriatmi. Sejarah analisis kebijakan dan kerangka analisis kebijakan (online)

http://eprints.undip.ac.id/6256/1/Kerangka_analisis_kebijakan_-_ayun_sriatmi.pdf Senin, 14

maret 2011 pukul 14.01

Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Dunn WN. 1988. Analisa Kebijaksanaan Publik. Yogyakarta : PT. Hanindita

Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Juanita. Kesehatan dan Pembangunan Nasional (online)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3737/1/fkm-juanita2.pdf Jumat, 4 Maret 2011 pkl 18.59

Pasolong Harbani. 2010. TeoriAdministrasi Publik. Bandung : Alfabeta

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan. Penerbit Sinar Grafika 1992

Siagian SP. 1985. Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan Dan Strategi Organisasi. Jakarta : PT. Gunung Agung

Surya Utama. Dasar-Dasar Analisis Kebijakan Kesehatan (online)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3765/1/fkm-surya4.pdf. Jumat, 11 Maret 2011 pkl 15.31

Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Undang-Undang Kesehatan dan Rumah Sakit 2009. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Yustisia

Referensi

Dokumen terkait

8. Harus tetap body sedan/hatchback yang ada di pasaran. Tamiya Subaru Legacy TIDAK diperbolehkan. Khusus untuk FF, diperbolehkan menggunakan ban karet merk lain dengan

Tugas akhir ini mengambil studi kasus dari sebuah crane barge yang sedang melakukan kegiatan operasi heavy lifting dengan mengangkut sebuah topside platform

Berangkat dari pemikiran tersebut, dikaitkan dengan kondisi rill sementara Aparat Desa Tempang III, Kecamatan Langowan Utara, Kabupaten Minahasa sebagai tempat penelitian

b)Surat Perakuan Pemilik hendaklah menyatakan persetujuan kos pembaikan ditanggung sendiri.. c)Surat Perakuan Bengkel hendaklah menyatakan kenderaan yang dibaiki oleh

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah keahlian sebagai bagian dari kajian ekonomi Islam mengkaji prinsip-prinsip manajemen dalam al-Qur’an dan hadits, etika bisnis Islam, sejarah

Berdasarkan dari hasil keseluruhan aspek sumber ide yang telah diamati, ternyata hiasan bordir yang paling tinggi di pusat perbelanjaan di Surabaya Utara yaitu hiasan bordir

Kelemahan lainnya adalah tidak semua jenis kayu atau bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku papan semen karena adanya zat ekstraktif seperti gula,

Sampel data adalah penyuluh pertanian yang berada di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan, Pringsewu dan Tulang Bawang Barat yang