• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI AGRIB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI AGRIB"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI AGRIBISNIS

PELATIHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

Disusun oleh :

Nama : Ibnu Muchtar Rosyidi Kelas : Agribisnis 6C

NIM : H0812080

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program terkait pertanian di Indonesia telah diformulasi oleh Kementrian Pertanian dalam wujud “Empat Sukses Program Pembangunan Pertanian” yaitu: (1) Pencapaian Swasembada dan Swasembada berkelanjutan, (2) Peningkatan Diversifikasi Pangan, (3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor serta (4) Peningkatan Kesejahteraan Petani Pertanian.

Pengembangan pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah hasil pertanian seperti jerami padi merupakan aktivitas yang relevan dengan empat sukses program pembangunan pertanian di atas, terutama pada empat sukses yang pertama (swasembada berkelanjutan) dan empat sukses yang ke tiga (peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor) serta empat sukses yang ke empat ( peningkatan kesejahteraan petani)

Undang-undang SP3K nomor 16 tahun 2006 juga mengamanahkan bahwa kegiatan penyuluhan harus memperhatikan kondisi lingkungan, agar lingkungan pertanian tetap terjaga, lestari dan semakin meningkat kualitasnya setelah di hujani pupuk dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan degradasi lahan.

Selanjutnya, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang merupakan komponen dari sistem pembangunan pertanian secara keseluruhan di Indonesia juga dituntut untuk memberi kontribusi demi tercapainya empat sukses program pertanian tersebut serta berusaha mengembangkan inovasi dalam memanfaatkan limbah hasil pertanian seperti jerami padi dalam mendukung pertanian Indonesia yang berkelanjutan

(Sustainable Agriculture of Indonesia).

(3)

Organik. Pelatihan yang di tujukan untuk pengurus kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan penyuluh pertanian.

Kegiatan pelatihan tersebut akan dilaksanakan di Desa Jetis Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Alasan utama dipilihnya lokasi tersebut adalah; petani setempat belum memanfaatkan jerami padi hasil budidaya sebelumnya untuk memperbaiki struktur tanah lahan usaha. Selain itu belum tumbuhnya kesadaran petani dalam melaksanakan usaha tani dengan orientasi sadar lingkungan. Alasan lain, adalah kurangnya sosialisasi penyuluh kepada petani dan masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan pertanian agar tetap lestari.

B. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya pelatihan pertanian berkelanjutan ini adalah sebagai berikut:

1. Petani memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan pertanian

2. Petani diharapkan dapat memanfaatkan jerami padi yang dihasilkan dari usahataninya menjadi pupuk organik.

3. Petani mendapatkan nilai tambah yang lebih baik melalui peningkatan penghasilan tambahan

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pelatihan

Pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. (Simanjuntak, 2005)

Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya. (Ivancevich, 2008)

Definisi lain menyatakan bahwa pelatihan adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelatihan merupakan upaya yang dilakukan oleh organisasi tertentu (pemerintah, swasta, NGO dan organisasi lainnya) dalam rangkain meningkatkan mutu sumberdaya manusia terutama meningkatnya keterampilan dan kinerja.

B. Tujuan Pelatihan

(5)

diselesaikan secara rasional, (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman sesama dan dengan manajemen (pimpinan).

C. Komponen

Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005) terdiri dari : 1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur, 2) Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional), 3) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai, 4) Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

D. Tahapan

Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi:

1. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Kegiatan identifikasi pelatihan diperlukan untuk menyiapkan rencana/program pelatihan. Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan anggaran untuk pelatihan. Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak ada manfaatnya jika pelatihan yang dilaksanakan tidak atau kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, sebagai langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

(6)

kegiatannya. Usul perlunya pelatihan datang dari kelompok masyarakat itu sendiri, demikian pula jenis pelatihannya.

b. Menggali informasi melaui kegiatan Pengkajian Desa Secara Partisipatif/Participatory Rural Appraisal (PRA). Melalui pelaksanaan PRA yang dilanjutkan dengan pembuatan rencana-rencana peningkatan kegiatan di tingkat kelompok dapat diperoleh informasi kebutuhan pelatihan yang berasal dari masyarakat sendiri.

c. Menggali informasi melalui wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat/anggota kelompok tani/masyarakat, disertai dengan pengamatan langsung terhadap kondisi masyarakat/kelompok tersebut. d. Penelitian konvensional yang dilakukan oleh ahli. Melalui penelitian

terhadap masyarakat yang bersangkutan yang mencakup tingkat pengetahuan dan tingkat keterampilan masyarakat dalam melakukan usahanya yang berkaitan dengan kehutanan dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan pelatihan. Informasi dari hasil penelitian ini masih perlu dikonsultasikan lagi dengan pemuka/kelompok masyarakat tersebut untuk memperoleh kepastian pelatihan yang diperlukan.

2. Pemilihan Bentuk Dan Jenis Pelatihan

Berdasarkan hasil diskusi atau penggalian informasi melalui pelaksanaan PRA atau wawancara dapat diketahui adanya kebutuhan pelatihan atau pelatihan yang diinginkan oleh kelompok masyarakat tadi. Jika ada beberapa usulan jenis pelatihan sedangkan dana untuk itu terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan jenis pelatihan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Pemilihan jenis pelatihan dilakukan melalui suatu diskusi dengan masyakat yang bersangkutan dalam suatu pertemuan khusus. Juga disesuaikan dengan ketersediaan dana.

3. Penyusunan Kurikulum Dan Silabus Pelatihan

Pada pelatihan formal jangka pendek maupun jangka panjang, perlu dibuat kurikulum dan silabusnya. Dalam kurikulum mata ajaran yang akan diberikan pada pelatihan biasanya terdiri dari dua kelompok yakni :

(7)

Mata ajaran yang termasuk dalam kelompok ini adalah mata ajaran utama dan sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang kegiatan yang dilatihkan atau untuk melakukan kegiatan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Kelompok Penunjang

Mata ajaran yang termasuk dalam kelompok ini adalah mata ajaran yang sebaiknya dikuasai peserta pelatihan yang berguna untuk menunjang pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan kegiatan yang dilatihkan. Bagi mata pelajaran yang diperlukan silabusnya terdiri dari teori dan praktek.

4. Modul Pelatihan demikian sifatnya berbeda dengan pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Dalam pelatihan non formal bagi orang dewasa, ada karakteristik peserta yang harus diperhatikan yakni :

a. Orang dewasa mempunyai pengalaman dan pengalaman masing-masing orang berbeda satu sama lain.

b. Lebih suka menerima saran-saran daripada digurui.

c. Biasanya menilai dirinya lebih rendah daripada kemampuan sebenarnya yang ada pada dirinya.

d. Biasanya lebih menyenangi hal-hal yang bersifat praktis.

e. Biasanya membutuhkan waktu belajar yang relatif lama, membutuhkan suasana akrab dan menjalin hubungan yang erat.

(8)

g. Hanya mau belajar dengan baik jika mereka menganggapnya perlu bagi mereka.

h. Lebih memperhatikan hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya.

(9)

RENCANA KEGIATAN

A. Tema Kegiatan

Tema dari kegiatan ini adalah Pelatihan Pertanian Berkelanjutan dengan Pembuatan Pupuk Organik

B. Waktu dan Tempat

Kegiatan pelatihan ini akan dilaksankan pada tangal 7 Maret 2015, di Desa Jetis Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. (Jadwal pelaksanaan kegiatan terlampir pada lampiran.1)

C. Sasaran Kegiatan

Sasaran dari kegiatan pelatihan ini adalah; Pengurus kelompok tani, Penyuluh petanian dan pejabat desa dan tokoh masyarakat setempat.

D. Input (Masukan)

Input atau masukan sumberdaya yang mendukung pelaksanaan kegiatan pelatihan ini antara lain:

1. Kurikulum dan buku panduan pelatihan pertanian berkelanjutan (pembuatan pupuk organik)

2. Sumberdaya Manusia, yang terdiri dari:

a. Mahasiswa Fakultas Pertanian UNS yang telah terlatih dan menjadi panitia dalam melaksanakan penyuluhan pertanian berkelanjutan terutama dalam pembuatan pupuk organik jerami (Susunan panitia terlampir pada lampiran. 2)

b. Sarana dan prasarana pelatihan.

c. Anggaran Fakultas Pertanian UNS untuk praktikum dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 732.000,00 dan bantuan ATK dari Jurusan Penyuluhan Pertanian sebesar Rp. (Rincian biaya terlampir pada lampiran.3)

E. Output (Hasil Keluaran)

(10)

F. Outcome (Hasil Kegiatan)

Outcome atau hasil dari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan petani inovator orang yang bergerak dalam pengembangan pertanian berkelanjutan terutama dalam memanfaatkan jerami padi menjadi komoditas bernilai tambah.

2. Menghasilkan petani yang terampil dalam pemanfaatan limbah jerami padi menjadi pupuk organik

3. Menghasilan penyuluh yang aktif dalam pengembangan sistem pertanian berkelanjutan

4. Mendapat dukungan dari tokoh masyarakat utama desa dalam pengembangan usaha tani berbasis pertanian berkelanjutan.

G. Impact (Dampak)

Dampak yang nanti diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan ini antara lain;

1. Beralihnya petani di Desa setempat dari pelaksanaan usaha tani konvensional menuju usaha tani yang ramah lingkungan.

2. Meningkatnya pendapatan petani melalui produksi pupu organik dan 3. Berkurangnya ketergantungan petani terhadap pupuk kimia

H. Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan pelatihan meliputi; persiapan administratif dan edukatif, pelaksanaan dan pelaporan pelatihan, tahapan tersebut telah dirinci seperti dibawah ini:

1. Persiapan administratif dan edukatif, terdiri dari:

a. Menyiapkan surat edaran tentang adanya program pelatihan b. Membuat surat keputusan (SK) penyelenggaraan pelatihan c. Menyiapkan buku pedoman/petunjuk

d. Undangan peserta pelatihan e. Menentukan Pelatih (Tutor)

(11)

g. Menyiapkan perlengkapan diklat (alat tulis, peta singkap, laptop dll)

h. Mempersiapkan perlengkapan penunjang (sound system dll ) i. Menyusun kebutuhan biaya

2. Pelaksanaan Kegiatan, tahapannya adalah sebagai berikut: a. Pembukaan dan perkenalan

b. Dinamika kelompok c. Penyampaian materi d. Praktikum

e. Penutupan

3. Evaluasi, pekerjaan dalam evaluasi antara lain: a. Membuat laporan hasil kegiatan

b. Membuat rencana tindak lanjut (RTL)

I. Materi

Materi yang akan sampaikan dalam pelatihan ini adalah dinamika kelompok, pertanaian berkelanjutan (urgensi, dan manfaat), tahapan pembuatan pupuk organik dan praktikum cara membuat pupuk organik dari EM 4 dan Promi.

J. Instuktur atau Tutor Pelatihan

Instruktur atau tutor diharapkan dapat memaparkan lebih jelas pokok-pokok materi yang akan disajikan dan juga mampu menjadi motivator, katalisator dan dinamisator, para instruktur dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut:

1. Hanung, materi yang akan disampaikan adalah Konsep Pertanian Berkelanjutan

2. Angga, pembawa materi Macam-macam Teori Pembuatan Pupuk Organik. 3. Bayu, pembawa materi langkah pembuatan Pupuk Organik (Praktikum) 4. Bagas, pembawa materi Dinamika Kelompok

(12)

K. Kebutuhan Sarana Pelatihan

Saran yang dibutuhkan untuk tercapainya tujuan dari pelatihan pertanian berkelanjutan ini adalah sebagaia berikut:

1. Kebutuhan sarana pendukung dalam proses penyelenggaraan diklat a. Undangan

b. Spanduk tema c. Peta singkap d. Kertas koran e. Spidol

f. Pena + buku catatan (untuk peserta) 2. Kebutuhan Teknologi dalam Pelatihan

a. satu buah Infokus b. satu buah laptop c. satu buah mic

d. Satu unit soundsystem sederhana

(13)

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Pelatihan

JADWAL KEGITAN PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK Hari/ Tanggal Jenis Kegiatan Waktu (WIB) Keterangan

Sabtu/7 Maret 2015 Persiapan

Mempersiapkan seluruh Pengisian absensi 08.30 – 09.00 Pejabat Pembukaan 09.00 – 09.15 Snack

Istirahat 09.15 – 09.45 Bermain peran Penyampaian Materi 09.45 – 10.30 Teoritis

Pembuatan Pupuk

Organik 10.30 – 11.30 Praktikum Membuat pembukuan

Kelompok

11.30 – 12.00 Pejabat

Penutupan 12.00 – 12.15 Panitia

(14)

Lampiran 3. Rincian Kebutuhan Biaya. RINCIAN KEBUTUHAN BIAYA

No. Rincian Kebutuhan Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)

a. Bagian

Perlengkapan

1. Spanduk tema 1 buah 50.000,00- 50.000,00-2. ATK administrasi panitia 1 paket 7.000,00- 7.000,00-3. Dokumentasi 1 paket - -4. ATK Peserta 10 paket 7.000,00 70.000,00 5. Kertas koran (Blank) 25 lembar 1.000,00 25.000 6. Spidol permanen 3 buah 10.000,00 30.000,00

Jumlah a 182.00,00

b. Bagian Konsumsi

Snack 20 dus 5.000,00 100.000,00 Makan 20 dus 15.000,00 300.000,00

Jumlah b 400.000,00

c. Bagian Acara

1. Honor Narasumber 4 orang - -2. Honor Panitia 7 Orang -

-Jumlah c

-d. Akomodasi

1. Sewa Tempat 1 paket - -2. Biaya Transportasi Peserta 10 orang - -3. Biaya Transportasi Pejabat 3 orang 50.000,00 150.000,00 4. Uang saku peserta 10 orang - -5. Biaya Transportasi Panitia 7 orang -

-Jumlah d 150.000,00 Hill/ The McGraw-Hill Companies, Inc. Boston.

(15)

Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. FE UI. Jakarta. Suandi Achmad dan Ida. 2005. Modul Manajemen Pelatihan, STPP Bogor

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan kadar bromazepam dalam sediaan tablet dapat dilakukan secara.. Spektrofotometri UV, Kromatografi Gas, Kromatografi Cair

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana efektifitas kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) kelompok Mata Pelajaran IPS di

Kesimpulan dari faktor kelemahan dan faktor peluang yang pertama adalah munculnya konflik dan isi dari tuntutan berlebihan yang membuat Badan Kesbangpol tidak memiliki

Dengan pengaturan untuk menu Jaringan yang benar, Anda dapat mengelola proyektor dari komputer menggunakan browser Web bila komputer dan proyektor tersambung dengan baik ke

Struktur dan komposisi vegetasi hutan mangrove habitat bekantan (Nasalis larvatus Wurmb.) di bagian hilir Sungai Wain, Kalimantan Timur menunjukkan bahwa pada habitat bekantan

Langkah 7: Kemudian dilakukan proses penambahan bit sinkronisasi dengan rumus (2.27) dimana akan dilakukan perbandingan antara bit pesan rahasia terhadap host audio agar diketahui

Sumberdaya kognitif seseorang dapat diolah melalui belajar menari, yang mana tari berfungsi sebagai sarana pendidikan untuk mengembangkan potensi emosional, bahkan tari

This work was conducted to study of kaolin modification with sulfonate group and their influence as filler in chitosan matrix on cation exchange capacity, swelling degree