64 BAB V
PEMBAHASAN
Setelah menjabarkan temuan lapangan serta analisa yang relevan pada bab sebelumnya, dalam bab ini penulis mencoba menggambarkan pola komunikasi ketua kelompok dalam komunikasi kelompok di KWT Sedyo Mulyo tersebut. Pola komunikasi sendiri diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Djamarah,2004:1). Pada bagian ini merupakan pembahasan, penulis membahas tentang pola komunikasi ketua kelompok dalam komunikasi kelompok di KWT Sedyo Mulyo. Bagian ini akan menggambarkan pola komunikasi yang digunakan Ibu Sujiyah selaku ketua KWT Sedyo Mulyo dalam menangani beberapa hambatan di dalam kelompok. Hal ini dilakukan karena ingin mempertahankan solidaritas kelompok.
Di dalam bukunya Communication in Small Groups, Steven A Beebe menuliskan bahwa pengaruh lain pada iklim kelompok adalah jaringan komunikasi, pola interaksi dalam suatu kelompok, atau yang berbicara kepada siapa. Jika kita ikut dalam sebuah kelompok dimana nantinya kita akan berpartisipasi aktif di dalam kelompok tersebut, mungkin akan tampak bahwa ada beberapa orang yang berbicara lebih dari yang lain, sebagian besar komunikasi yang mereka lakukan, ditujukan kepada seluruh anggota kelompok secara keseluruhan. Lain halnya yang dapat dilihat jika kita berada dalam kelompok, dimana sedikit anggota yang aktif berbicara untuk kepentingan kelompok, di dalam kelompok tersebut kita akan menemukan bahwa orang-orang relatif sedikit komentar ke grup kepetingan keseluruhan kelompok dan terlihat bahwa mereka mengarahkan sebagian besar dari apa yang mereka katakan dalam kelompok ke arah orang-orang tertentu saja.
65 Anggota cenderung akan memperbanyak komentar untuk satu orang pusat, mungkin pemimpin yang ditunjuk atau ketua. Sebagai seseorang yang menjadi pusat dari pola komunikasi yang di lakukan di dalam kelompok, sosok inilah yang dianggap mampu dan memiliki daya tarik sehingga anggota kelompok yang lain mempercayai orang tersebut untuk mengendalikan segala sesuatu yang ada di kelompok.
Dalam konsep De Vito terdapat lima model komunikasi yaitu : model lingkaran, model roda, model Y, model rantai, dan model semua saluran atau bintang. (Agus Maulana: 2011)
Pola komunikasi berbentuk Y merupakan jenis pola komunikasi yang komunikatif, dimana berpusat pada satu titik, kemudian meneruskan informasi dan menjalin hubungan dengan banyak orang di dalam kelompok tersebut. Pola lain yang mungkin muncul ialah pola melingkar, dimana orang berbicara hanya dengan mereka yang duduk di samping atau dengan kata lain yang memiliki posisi dan memiliki kedekatan yang akrab. Ada juga pola lain, yaitu pola linear, dimana orang berkomunikasi secara berantai, jadi informasi disampaikan oleh satu orang kemudian disampaikan kepada orang lain secara berantai.
66 Dengan adanya pola komunikasi yang baik sesuai dengan iklim sebuah kelompok, orang juga cenderung merasa lebih puas dalam kelompok dimana mereka dapat berpatisipasi aktif , Orang akan merasa dihargai berada di sebuah kelompok dimana saran, ide, dan pemikirannya bisa diterima dengan baik. Ketika interaksi melalui penuangan ide di batasi , mungkin orang akan menjadi kurang memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti kebutuhan berkomunikasi. Hasil survey para peneliti dari beberapa kelompok, menunjukkan bahwa kelompok dengan pola komunikasi terpusat tentu akan lebih efisien. Efisiensiannya karena dapat meningkatkan produktivitas kelompok , namun bukti juga cukup menunjukkan bahwa pola komunikasi bebas dan terbuka, dapat mencakup semua orang yang ada di kelompok .Lalu bentuk lain pola komunikasi lingkaran lebih cenderung mengarah pada penilaian kelompok yang lebih akurat serta lebih menarik iklim kelompok dan mencapai kepuasan individu yang lebih besar.
67
Mendengar Informasi Menyampaikan
Informasi
Bagan 5.1
Pola Komunikasi Ketua Kelompok Dalam Komunikasi Kelompok di KWT Sedyo Mulyo
Bisa dilihat dari bagan pola komunikasi di dalam KWT Sedyo Mulyo, bahwa ketua memiliki peran yang sangat penting di dalam pola komunikasi di KWT Sedyo Mulyo ini. Ibu Sujiyah melakukan komunikasi pribadi dengan seluruh anggota KWT Sedyo Mulyo. Selain itu, Ibu Sujiyah juga melakukan hubungan antar pribadi dengan pihak luar yang akan menjalin hubungan dengan KWT Sedyo Mulyo.
Ketua
Kelompok
(Ibu Sujiyah)
Perangkat Desa Dinas
Pemerintah
Anggota KWT Pengurus
68 Ibu Sujiyah menyampaikan informasi yang di sampaikan oleh para pengurus KWT Sedyo Mulyo, seperti bendahara, sekretaris dan pengurus yang lainnya ke dalam forum pertemuan KWT. Penyampaian informasi tersebut bertujuan supaya seluruh anggota KWT Sedyo Mulyo mengetahui tentang informasi yang telah disampaikan para pengurus. Setelah informasi disampaikan oleh Ibu Sujiyah, anggota KWT aktif memberikan tanggapan atau masukan melalui Ibu Sujiyah, hubungan yang erat terjalin disini karena para anggota menjadi merasa lebih dekat dengan ketua. Selain melakukan komunikasi untuk membahas permasalah KWT, Ibu Sujiyah dan para anggota KWT Sedyo Mulyo juga aktif melakukan komunikasi pribadi melalui hal lain. Semua kegiatan, permasalahan, hubungan di dalam KWT Sedyo Mulyo melalui Ibu Sujiyah terlebih dahulu, jadi sebagai ketua, Ibu Sujiyah selalu mengetahui apa saja yang terjadi di dalam kelompok yang dipimpinnya.
69 Gambar 5.2. Diskusi Ketua KWT Sedyo Mulyo dengan pihak luar KWT
(Dokumen Pribadi: Ardiani Ayu)
Pada gambar 5.1. diatas Ibu Sujiyah sedang melakukan diskusi dengan melakukan komunikasi antarpribadi dengan Petugas PPL dari Dinas Peternakan. Hubungan antara KWT Sedyo Mulyo dengan Dinas Petarnian memang selalu melalui Ibu Sujiyah sebagai Ketua. Setelah itu, hasil dari pembicaraan tersebut disampaikan oleh Ibu Sujiyah pada pertemuan rutin KWT selanjutnya.
70 5.1 Penerapan Teori Percakapan Kelompok dalam hasil penelitian di dalam
Kelompok Wanita Tani Sedyo Mulyo
71 Gambar 5.3
Seorang anggota KWT Sedyo Mulyo sedang mengisi lembar keinginan dalam usaha mengembangkan KWT Sedyo Mulyo yang di bagikan oleh Ibu Sujiyah
Sumber : Dokumen Pribadi: Ardiani Ayu, 2017
Dengan melakukan hal demikian, para anggota KWT Sedyo Mulyo, melalui wawancara yang dilakukan, menjelaskan bahwa semua anggota merasa didengar pendapatnya dan pencapaian kelompok dianggap merupakan hasil usaha kerjasama dalam kelompok. Meskipun begitu, peran ibu Sujiyah juga diakui sangat banyak dalam membawa KWT ini menjadi semakin berkembang untuk mencapai tujuan bersama.
“Ibu Sujiyah selalu mengedepankan kepentingan bersama, sikapnya terbuka, jadi setiap berdiskusi bersama, anggota merasa tidak
72 langsung anggota dituntun untuk mengembangkan pemikiran.
Kegiatan yang dilaksanakan juga merupakan hasil dari diskusi oleh semua anggota kelompok”1
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kelompok, salah satunya adalah aktifitan anggota kelompok yang dibentuk secara bersama-sama, supaya kelompok tersebut dapat terus berkembang dan solidaritasnya semakin kuat. Anggota KWT Sedyo Mulyo selalu aktif dalam tiap pertemuan, hal ini diamati oleh peneliti dalam beberapa kali mengikuti pertemuan rutin di KWT Sedyo Mulyo. Pada saat Ibu Sujiyah menjelaskan tentang materi baru, banyak anggota KWT Sedyo Mulyo yang aktif mengajukan pertanyaan, bila ada suatu informasi yang kurang jelas para anggota tidak sungkan mengajukan diri untuk bertanya. Dalam menyelesaikan masalah para anggota kelompok juga aktif memberikan masukan dan berdiskusi supaya masalah yang dihadapi mendapatkan jalan keluar yang tepat sehingga semua pihak yang bersangkutan merasa puas dengan keputusan yang diambil.
Solidaritas kelompok yang terjalin dipengaruhi oleh tujuan dari suatu kelompok dibentuk. Menjadi tempat bertukar informasi, pikiran dan juga mempererat rasa kesatuan kehidupan bertetangga menjadi sebuah keluarga yang kuat, itulah tujuan dari dibentuknya KWT Sedyo Mulyo ini. Nantinya diharapkan, dengan adanya kelompok ini, rasa kesatuan keluarga yang menjadi keluarga dapat benar-benar bisa tercapai. Sikap inilah yang mampu membawa sebuah kelompok dapat terus meningkatkan produktivitasnya sehingga semua tujuan dari kelompok dapat dicapai bersama-sama. Sebuah kelompok akan maju dan berhasil apabila antara seluruh anggota, pengurus dan juga ketua dapat bekerja dan berkomunikasi dengan baik. Keaktifan dari tiap-tiap pihak sangat diperlukan supaya tercipta suasana yang nyaman di dalam kelompok.
73 sebuah kelompok yang memiliki anggota yang pasif dan ditambah dengan ketua yang pasif pula, hal ini menyebabkan terhambatnya prestasi serta produktivitas dari kelompok tersebut. Selain itu, ada pula sebuah kelompok yang memiliki anggota yang aktif dan mengembangkan kelompoknya, namun memiliki ketua yang kurang aktif dalam komunikasi maupun aktif dalam mengembangkan kelompok yang dipimpin olehnya.
(a) (b) Gambar 5.4
Ibu-ibu anggota KWT Sedyo Mulyo bergotong royong membersihkan sisa bahan yang telah digunakan dalam kegiatan masak
bersama (a) dan melakukan kegiatan praktek tanam bersama (b). Sumber : Dokumen Pribadi: Ardiani Ayu, 2017
74 tinggi. Dengan ikut aktif dalam penanaman bibit di polybag, membuat sukses KWT Sedyo Mulyo secara bersama-sama, karena dapat menghemat biaya kebutuhan rumah tangga.
Dalam pertemuan KWT Sedyo Mulyo juga membahas tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KWT Sedyo Mulyo dalam 4 bulan kedepan. Dilakukan musyawarah bersama untuk membahas tentang kegiatan KWT dalam 4 bulan kedepan. Ibu Sujiah membuka beberapa termin untuk anggota kelompoknya yang ingin mengeluarkan ide, ide bersifat bebas, terlihat banyak anggota yang aktif dan semangat dalam mengemukakan ide. Beberapa ide yang sudah dikemukakan, dicatat oleh Sekretaris, kemudian di akhir penutupan musyawarah tentang ide, Sekretaris membacakan hasil dari ide para anggota KWT. Hasil yang paling banyak dikemukakan ialah mengadakan cocok tanam bersama dengan Kelompok Tani Ngudi Rahayu, dimana anggotanya adalah bapak-bapak dari Dusun Wonolelo. Selain itu, ada juga kegiatan masak bersama dengan menggukan bahan local disekitar Dusun Wonolelo, bahan yang ada boleh dioleh menjadi makanan apa saja, nantinya pemenang dinilai dari rasa hasil makanan yang dioleh dan bagaimana kreativitas pengolahan bahan.
75 5.2 Penerapan Teori Kontigensi dalam hasil penelitian di dalam Kelompok
Wanita Tani Sedyo Mulyo
Dilihat dari hasil wawancara dan apa yang diamati oleh peneliti selama penelitian, peneliti dapat menganalisa bahwa yang telah dilakukan oleh Ibu Sujiyah sebagai ketua dalam menjalankan peran ketua kelompok dalam menangani masalah yang ada di dalam kelompok dapat dikatakan berhasil. Menurut teori Kontingensi yang dikemukakan oleh (Fiedler & Chemers, 1964). Teori Kontigensi terkait dengan gaya dan situasi tempat dimana seorang pemimpin itu memimpin kelompoknya. Teori ini difokuskan pada gaya kepemimpinan dan situasi yang menjadi kerangka kerjanya. Di dalam teori ini mempelajari bagaimana seorang pemimpin bersikap dan bertindak dalam situasi kelompok yang berbeda-beda. Di dalam penelitian ini Ibu Sujiyah yang menjadi bahan penelitian untuk dikaitkan dengan Teori Kontigensi ini.
Gaya kepemimpinan pada Teori Kontigensi mengacu pada dua motivasi yaitu :
Task Motivation (motivasi yang mengacu pada tugas) Pemimpin fokus pada tugas dan hasil yang dicapainya.
Dalam hal ini hasil penelitian membahas tentang fokus dari pemimpin
yang hanya mengacu pada tugas dan hasil yang dicapai. Dalam penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti, terlihat dari pengamatan bahwa Ibu Sujiyah selama
bertahun-tahun memimpin KWT Sedyo Mulyo, selalu membentuk sikap peduli
dan terbuka kepada semua anggota. Dalam pertemuan rutin yang diikuti peneliti
pada tanggal 15 Januari 2017, terdapat masalah internal kelompok, yaitu
Bendahara dari KWT Sedyo Mulyo meminta diganti posisinya karena merasa
sudah terlalu lama menjabat dan merasa bahwa tanggung jawabnya semakin besar
karena ada beberapa anggota KWT Sedyo Mulyo yang tidak tertib dalam
mengangsur pinjaman yang harus dibayarkan pada jangka waktu yang telah
ditentukan. Sempat terjadi perdebatan di dalam pertemuan tersebut, karena para
anggota KWT Sedyo Mulyo tidak mau memilih bendahara yang baru, karena
dirasa Bendahara yang sekarang ini sudah baik dalam mengelola keuangan dan
76 mampu untuk mengganti posisi sebagai Bendahara KWT. Melihat perdebatan
yang terjadi, Ibu Sujiyah menengahi perdebatan tersebut dengan bijaksana tetapi
santai. Beliau melakukan musyawarah dengan pengurus yang lain,
mempertimbangkan beberapa hal yang sekiranya memang membebankan
bendahara yang meminta pergantian posisinya. Ibu Sujiyah mangadakan voting
dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa semua anggota KWT tidak setuju
adanya pergantian posisi bendahara. Maka dari itu Ibu Sujiyah memutuskan untuk
tidak mengganti posisi bendahara, dengan catatan bahwa seluruh anggota yang
memiliki kewajiban angsuran simpan pinjam harus taat tiap bulannya membayar
angsuran. Bagi anggota yang telat dan tidak tertib membayar angsuran simpan
pinjam, akan diberlakukan sistem denda tetapi jumlahnya tidak terlalu
membebankan anggota kelompok.
Setelah selesai pertemuan, ada beberapa anggota kelompok yang tetap
tinggal di rumah Ibu Sujiyah, mereka melakukan komunikasi antarpribadi dengan
Ibu Sujiyah, hal-hal yang dibicarakan meliputi beberapa hal namun kebanyakan
hal-hal yang bersifat pribadi. Jadi dalam penelitian tersebut, terbukti bahwa Ibu
Sujiyah sebagai ketua mampu menjalin hubungan yang baik walaupun diluar
urusan yang menyangkut KWT Sedyo Mulyo. Tidak semata-mata hanya berfokus
tercapainya tugas.
Di dalam pengamatan jelas bisa kita melihat pada cara Ibu Sujiyah
memimpin KWT Sedyo Mulyo, terlihat bahwa beliau dapat fokus kepada apa saja
yang akan dicapai untuk kelompoknya. Beberapa hal telah coba dilakukan, supaya
dapat tercapai semua keinginan dari anggotanya melalui diskusi yang sering
dilakukan dengan anggota. Seperti berkembangnya jenis kegiatan yang telah
dilakukan KWT Sedyo Mulyo. Tujuan Ibu Sujiyah hanyalah membuat semua
anggotanya merasa dihargai dan nantinya bisa betah ada di dalam lingkup KWT
Sedyo Mulyo. Walaupun Ibu Sujiyah setiap hari harus bekerja mengajar ke
Sekolah Dasar, tetapi beliau seslalu mnyempatkan waktu untuk melakukan
rundingan dengan para anggota KWT yang lain, sehingga terjalin hubungan yang
77 Gambar 5.5 Ibu Sujiyah (Ketua KWT Sedyo Mulyo) dalam pertemuan rutin tanggal
15 Januari 2017
(Dokumen Pribadi: Ardiani Ayu)
Relationship Motivation (motivasi yang mengacu pada relasi)
Pemimpin fokus pada usaha untuk membangun relasi dengan
pengikut-pengikutnya.Dalam hal ini, menurut hasil penelitian dan telah dijelaskan
dibagian atas, terlihat bahwa Ibu Sujiyah membangun Relationship
Motivation. Dimana terlihat bahwa relasi atau hubungan yang baik dengan
anggota kelompoknya merupakan yang penting bagi dirinya, hal ini terlihat
dari cara beliau mau mendengarkan serta menerima pemikiran dari
anggotanya. Sikap mau terbuka dan peduli terhadap anggotanya selalu beliau
perlihatkan, dan para anggota kelompoknya juga mengakui akan hal itu.
Sebisa mungkin Ibu Sujiyah membangun relasi yang baik dengan anggota
KWT Sedyo Mulyo. Mulai dari mengadakan pertemuan informal dengan
78 perkembangan dari Kelompok Wanita Tani milik mereka. Selalu berusaha
menciptakan hubungan yang terbuka sehingga semua anggota KWT merasa
“dipentingkan” masuk ke dalam KWT tersebut. Saling bertukar informasi dan
juga melakukan beberapa diskusi yang bertujuan untuk memajukan KWT
Sedyo Mulyo, contohnya mengadakan lomba masak antar anggota KWT,
kunjungan ke beberapa tempat wisata dan juga home industry di beberapa
kota yang sudah terkenal dan menghasilkan makanan serta kerajinan yang
unik.
Hubungan baik terjalin di dalam KWT Sedyo Mulyo, hal ini terlihat dari
hubungan baik yang dapat di lihat dalam pengamatan yang telah dilakukan.
Ibu Sujiyah memiliki hubungan yang dekat dengan anggota kelompoknya,
ditandai dengan seringnya Ibu Sujiyah dan beberapa anggota kelompok
melakukan komunikasi non formal, terjadi pertukaran informasi yang intens.
Anggota kelompok sering melakukan diskusi tentang beberapa hal dengan
mendatangi rumah Ibu Sujiyah. Sebagai ketua kelompok yang cekatan, Ibu
Sujiyah juga merangsang atau merespons keinginan anggota kelompoknya.
Jadi, keputusan yang diambil untuk kelompoknya bukan hanya semata-mata murni dari hasil pemikirannya sendiri, tetapi juga hasil diskusi dan hasil pemikiran dari semua anggota KWT Sedyo Mulyo yang lain.
Ada tiga variable situasi yang digunakan oleh masing-masing motivasi :
1. Hubungan pemimpin-anggota (group atmosphere)
Hal ini meliputi tingkat kepercayaan, loyalitas, dan daya tarik yang
dirasakan anggota terhadap pemimpinnya. Di dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti, rasa percaya, loyalitas dan daya tarik anggota
terhadap pemimpinnya sangat tinggi. Terbukti dari wawancara peneliti
kepada beberapa anggota KWT mengenai bagaimana sosok Ibu Sujiyah
79 2. Struktur kerja (task structure)
Hubungan struktur kerja menyoroti tingkat tuntutan kerja yang jelas dan
dikomunikasikan. Hasil wawancara dengan pengurus KWT Sedyo Mulyo,
dalam memberikan tugas dan tanggung jawab kepada para pengurus selalu
jelas, apa yang diinginkan oleh Ibu Sujiyah selalu diterangkan dengan
baik, setelah memberikan arahan, kemudian disambung dengan
memberikan contoh yang lengkap. Jadi sebagai pengurus yang diberi
tanggung jawab akan beberapa hal, tidak mengalami kebingungan dalam
mengerjakan tugas yang diberikan. Ibu Sujiyah dinilai tidak pernah lepas
tanggung jawab dalam memberikan tugas kepada pengurus KWT Sedyo
Mulyo.
3. Posisi kekuatan (position power)
Posisi kekuatan dilihat dari sejumlah wewenang yang dimiliki pemimpin
untuk memberikan penghargaan atau hukuman (reward and punishment).
Sebagai seorang pemimpin, Ibu Sujiyah terkadang menggunakan
wewenangnya sebagai ketua untuk memberikan penghargaan kepada
beberapa anggotanya, beliau pernah memberikan hadiah berupa beralatan
masak sederhana kepada anggota yang aktif dalam semua kegiatan dan
paling rajin berangkat pertemuan rutin KWT. Selain itu, beliau membuat
peraturan baru untuk anggota yang tidak tertib membayar angsuran simpan
pinjam dengan memberlakukan denda namun jumlah tidak terlalu
memberatkan anggota kelompoknya.
80 Cenderung lebih menarik diri dan tidak terlalu masuk secara mendalam ke dalam kelompok yang diikuti. Sementara LPC tinggi, di motivasi oleh hubungan, orang yang mendapatkan kepuasaan dalam organisasi dengan menjalin hubungan antarapribadi yang erat dengan anggota kelompok.
Hasil yang diperoleh untuk ibu Sujiyah dalam mengisi lembar skala adalah LPC tinggi yaitu mencapai angka 6, 6, 6, 5, 6, 6, 6, 5, 6, 6, 6, 7, 5, 6, 6, 7, 6, 7 dengan jumlah angka 108 . Karena LPC adalah ukuran kepribadian, nilai yang di dapat oleh Ibu Sujiyah dipercaya stabil dari waktu ke waktu dan tidak mudah berubah. LPC tinggi akan cenderung tetap tinggi. Hal yang dilakukan olehnya di dalam kelompok memiliki tujuan dan dasar hubungan yang erat dengan anggota kelompoknya dalam KWT Sedyo Mulyo. Jadi antara tugas dan juga hubungan baik dengan anggota kelompok berjalan seimbang. Dalam LPC ini, memang dapat menunjukan bahwa sebagai Ketua Ibu Sujiyah lebih memiliki peran unggul dalam membangun pola komunikasi dikelompoknya. Tidak hanya melaksanakan tugasnya sebagai ketua dengan baik, terus berpikir maju untuk selalu mengembangkan KWT yang dipimpin olehnya, namun juga mampu menjalin hubungan atau pola komunikasi yang baik dengan seluruh anggota kelompoknya.