BAB 3
KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
spiritualitas dan stres pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
Dengan variabel yang diteliti adalah tingkat spiritualitas dengan unsur yang dinilai
yaitu hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan
dengan alam atau lingkungan, hubungan dengan Tuhan dan tingkat stres unsur
yang dinilai adalah respon fisik dan respon psikologis.
Skema 3.1. Kerangka konseptual tingkat spiritual dan stres pada lansia
j
o
Tingkat spiritualitas
• Tinggi • Rendah
Tingkat stress
3.2 Definisi Operasional
Table 3.2 Definisi Operasional tingkat spiritualitas dan stres pada lansia
No Variabel Defenisi atau individu dalam
Kuesioner Tinggi
(11-20)
Kuesioner Berat (20-49)
Ringan (50-80)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat spiritualitas dan stress di Graha Resident Senior Karya
Kasih Medan.
4.2Populasi dan Sampel
4.2.1Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang
tinggal di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan yang berjumlah 80 orang.
4.2.2Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagaian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu pengumpulan
sampel dengan berdasarkan jumlah populasi yang didasarkan atas pertimbangan
dan karakteristik yang dikehendaki peneliti. Kriteria inklusi sampel pada
penelitian ini adalah:
a. Tidak sedang dalam kondisi sakit
b. Dapat berkomunikasi dengan baik
Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi di Graha Resident Senior
Karya Kasih Medan yaitu 30 orang. Jumlah tersebut diperoleh setelah melakukan
survei awal.
4.3Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.
Lokasi ini dipilih karena wilayah penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti
dan belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang tingkat spiritualitas dan
stress di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan sehingga peneliti memilih
lokasi ini sebagai tempat penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan
Oktober-Mei 2017.
4.4Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari institusi
Fakultas Keperawatan dan persetujuan dari Direksi Graha Resident Senior Karya
Kasih Medan. selanjutnya peneliti melakukan beberapa langkah-langkah
penelitian mulai dari pertimbangan etik penelitian yang meliputi: persetujuan dari
responden penelitian (informed consent), lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan
disertai judu l penelitian. Sebelum menyerahkan informed consent (lembar persetujuan sebagai responden), peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan
manfaat penelitian kepada calon responden. Apabila responden tidak bersedia
menjadi responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai hak-hak
informed consent untuk ditandatangani sebagai bukti kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Penelitian dilakukan dengan rahasia (anonymity), dan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka saat penelitian ini, peneliti tidak
mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode penelitian
(confidentiality), kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti sebagai kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian
ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual dari responden.
4.5Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini
dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada landasan teori dari
variabel penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1)
Kuesioner tentang data demografi responden meliputi: inisial, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan.
(2) Kuesioner spiritual diidentifikasi berdasarkan karakteristik spiritualitas yaitu
hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan
alam atau lingkungan dan hubungan dengan Tuhan menggunakan pertanyaan
yang memberikan gambaran spiritualitas responden. Kuesioner ini terdiri dari 20
butir pernyataan yang disusun sendiri oleh peneliti yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian yang menggunakan jenis kuesionerskala Guttman.Kuesioner
spiritualitas terdiri dari 20 pernyataan yang terbagi atas pernyataan hubungan
dengan diri sendiri sebanyak 5 butir yang terdapat pada kuesioner nomor 1, 2, 3,
nomor 6, 7, 8, 9, 10, pernyataan hubungan dengan alam sebanyak 5 butir yang
terdapat pada nomor 11, 12, 13, 14, 15, pernyataan hubungan dengan Tuhan
sebanyak 5 butir yang terdapat pada nomor 16, 17, 18, 19, 20 dengan pilihan
jawaban Ya dan Tidak. Skor tertinggi pada skala ini adalah 1 dan skor terendah
adalah 0. Seluruh kuesioner dalam penelitian ini adalah pernyataa positif.
Spiritualitas pada lansia tersebut akan dikategorikan berdasarkan rumus statistika
yaitu:
i
=
������������� �����
dimana i merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah). Dari hasil skoring spiritualitas nilai tertinggi 20 dan terendah 0, maka
rentang kelas adalah 20 dengan 2 kategori banyak kelas, sehingga diperoleh
panjang kelas sebesar 10. Data untuk kuesioner spiritualitas dikategorikan sebagai
berikut: 10-20 adalah spiritualitas yang tinggi dan 0-10 adalah spiritualitas yang
rendah. (3) Kuesioner stress diidentifikasi berdasarkan unsur fisik dan psikologis.
Kuesioner stres yang digunakan merupakan kuesioner dengan skala likert yang
sudah dimodifikasi dari alat ukur Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42)
yang dikembangkan oleh Lovibond & Lovibond (1995). DASS 42 adalah
seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional dari 3
sub yaitu depresi, kecemasan dan stres, di mana masing-masing sub terdiri dari 14
pernyataan. Instrumen stres dari DASS 42 kemudian dimodifikasi menjadi 20
pernyataan yang terdiri dari 2 subvariabel yaitu fisik 4 pernyataan,
dan ringan. Peneliti menggunakan skala Likert untuk mengukur pernyataan
negatif dengan nilai skor yaitu jika jawaban “tidak pernah” bernilai 4,
“kadang-kadang” bernilai 3, “sering” bernilai 2, dan “selalu” bernilai 1. Total skor
diperoleh terendah 20 dan yang tertinggi 80. Berdasarkan rumus statistik menurut
Riduwan (2005),
p= rentang kelas/banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 60 dan 2 kategori kelas untuk
mengukur tingkat stres yang berat dan ringan maka diperoleh panjang kelas 30.
Menggunakan P = 30 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval
pertama, maka komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
20 – 49 = ringan
50 – 80 = berat
4.6Validitas dan Reabilitas
4.6.1Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2006). Penelitian ini menggunakan uji validitas
dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran
instrumen yaitu: relevansi isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan penelitian agar
dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian ini akan dilakukan
penyesuaian instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu relevan
dengan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini yang akan dilakukan uji validasi oleh 1 orang Dosen Fakultas
Keperawatan yang berkompetensi dibidang spiritualitas dan stress dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan oleh beliau, kuesioner dalam
penelitian ini dinyatakan valid.
4.6.2Reliabilitas
Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melaksanakan penelitian,
dilakukan suatu uji tentang kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan dengan
orang yang berbeda atau waktu yang berbeda (Setiadi, 2012). Uji reliabilitas
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau alat ukur secara konsisten
objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan
hasi yang relative sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang
sama.
Uji reliabilitas dilakukan pada tanggal 24 April-26 April 2017 di Panti Jompo
Yayasan Guna Budi Bakti Medan terhadap 10 orang responden yang memenuhi
kriteria. Uji reliabilitas dilakukan dengan komputerisasi untuk analisa Cronbach’s alpha dan KR 21, dengan hasil koefisien reliabilitas tingkat spiritualitas sebesar 0,80 (lampiran 8) dan reliabilitas tingkat stress sebesar 0,60 (lampiran 8). Sesuai
dengan pendapat Riduan (2005) suatu instrumen dikatan reliabel apabila
koefisiennya bernilai lebih besar dari 0,60.
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu tahap awal peneliti
mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan
(Fakultas Keperawatan USU) dan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan surat rekomendasi
kemudian peneliti meminta ijin ke pengelola Graha Resident Senior Karya Kasih
Medan. Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah ditetapkan. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti
menjelaskan kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan cara
pengisian kuesioner. Kemudian bagi calon responden yang bersedia, diminta
untuk menandatangani inform consent. Peneliti membacakan isi kuesioner kepada responden yang tidak bisa membaca, kemudian responden menjawab
sesuai dengan keadaan yang dialaminya saat itu selanjutnya peneliti menandai
jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Serta memberikan
kuesioner secara langsung kepeda responden yang mampu membaca dan
didampingi oleh peneliti. Dalam penelitian ini ada beberapa sampel yang tidak
bersedia menjadi responden. Maka peneliti membatalkan responden tersebut
dengan mengganti responden yang lain yang bersedia. Setelah pengisian
kuesioner selesai, peneliti memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang
lengkap, dapat langsung dilengkapi, selanjutnya data yang sudah terkumpul akan
dianalisa.
4.8Analisa Data
Dari semua data yang terkumpul, analisa data dapat dilakukan melalui
responden dan kelengkapannya serta memastikan bahwa semua jawaban telah
diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa,
tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer, tahap keempat adalah melalukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Langkah selanjutnya pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi untuk melihat bagaimana tingkat spiritualitas dan stress
di Graha Senior Karya Kasih Medan.
4.8.1.Analisa Univariat
Analisa univariat atau analisa deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan variabel penelitian. Analisa ini akan menyajikan karakteristik
responden, hasil kuesioner mekanisme koping dari lansia di Graha Residsent
Senior Karya Kasih Medan. Pada analisa univariat ini akan menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari variabel, yang dihitung dengan rumus :
P = �
�× 100%
Keterangan : P = persentase
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang Tingkat Spiritualitas dan Stres Pada Lansia di
Graha Resident Senior Karya Kasih Medan, diperoleh melalui pengumpulan data
pada tanggal 02 Mei-30 Mei 2016. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang
tingkat spiritualitas dan menggambarkan tentang tingkat stress lansia di Graha
Resident Senior Karya Kasih Medan berdasarkan tiga kategori.
5.1.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan terhadap responden sebanyak 30 orang responden
berdasarkan karakteristik jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, pendidikan
terakhir, status perkawinan dan pekerjaan. Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian
Tabel 1. Distribusi dan Karakteristik Responden (n=30)
Karakteristik Frekuensi(n) Persentasi(%) Jenis Kelamin
Perguruan Tinggi
5.1.2 Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia
Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan tingkat spiritual pada lansia
dalam kategori tinggi sebanyak 29 orang (97%). Untuk lebih data lebih lengkap
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas Lansia (n=30)
Pernyataan Frekuensi (n) Persentasi (%) Tingkat Spiritualitas
Tinggi (11-20) Rendah (0-10)
29 1
97 3
5.1.3 Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Berdasarkan Karakteristik Spiritual
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat spiritual berdasarkan
karakteristik spiritual dalam hubungannya dengan Tuhan sebanyak 24 responden
(80%) dalam kategori tinggi, berdasarkan karakteristik spiritual dalam
hubungannya dengan diri sendiri sebanyak 23 responden (76%), berdasarkan
karakteristik spiritual dalam hubungannya dengan orang lain sebanyak 26
responden (67%) dalam kategori tinggi dan berdasarkan karakteristik spiritual
dalam hubungannnya dengan lingkungan sebanyak 26 responden (67%) dalam
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas Lansia berdasarkan karakteristik spiritualitas (n=30)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%) Hubungan dengan Tuhan
Tinggi Rendah
Hubungan dengan diri sendiri
Tinggi Rendah
Hubungan dengan orang lain
5.1.3.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan
Karakteristik Hubungan Dengan Tuhan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 29 responden (97%) lansia
menyatakan beribadah (berdoa, sembahyang/meditasi) untuk mendekatkan diri
dengan Tuhan yang Maha Kuasa selama mereka tinggal di Panti, sebanyak 28
responden (93%) yakin dan percaya bahwa Tuhan akan membrikan mereka
kesembuhan ketika mereka sakit, sebanyak 26 responden (87%) mengatakan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Tuhan
Pernyataan pasien selama di panti Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%)
Saya berdoa/sembahyang/meditasi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Saya mengikuti kegiatan ibadah agama .
Saya dikunjungi oleh rohaniawan
Saya merasa bahwa ketika saya sakit saya berobat dan percaya kepada Tuhan akan memberikan kesembuhan.
Saya membaca majalah buku agama.
29 (97) 1 (3)
26 (87) 4 (13)
26 (87) 4 (13)
28 (93) 2 (7)
11 (37) 19 (63)
5.1.3.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan
Karakteristik Hubungan Dengan Diri Sendiri
Hasil penelitian terhadap hubungan dengan diri sendiri didapati bahwa
sebanyak 28 (93%) lansia menyatakan mampu menerima seluruh situasi hidup
mereka, dan sebanyak 28 responden (93%) menyatakan dapat menerima
perubahan-perubahan dalam hidup mereka.
Sebanyak 21 responden (70%) menyatakan dapat menemukan arti dan tujuan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Diri Sendiri
Pernyataan kondisi pasien selama di panti
Frekuensi(Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%)
Saya mampu menerima seluruh situasi hidup saya
Saya dapat menerima perubahan hidup saya
Saya dapat menemukan erti dan tujuan hidup saya
Saya mempunyai peranan penting dalam keluarga
Saya percaya dan menyakini bahwa hari tua menjadi hari bahagia
28 (93) 2 (7)
28 (93) 2 (7)
21 (70) 9 (30)
19 (63) 11 (37)
19 (63) 11 (37)
5.1.3.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan
Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain
Hasil penelitian berdasarkan hubungan dengan orang lain menunjukkan
bahwa 27 responden (90%) mengatakan senang ketika keluarga datang
menjenguk mereka, 26 (87%) responden mengatakan menerima dukungan dan
pendampingan dari keluarga ketika mereka sakit, sebanyak 26 responden (87%)
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain
Pernyataan pasien selamat tinggal di panti
Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%) Saya dapat bergaul dengan
orang lain di panti
Saya senang ketika
keluarga datang menjenguk
Saya menerima dukungan dan pendampingan dari keluarga ketika sakit
Saya memaafkan orang lain
Saya berbagi dengan orang lain yang ada disekitar panti
24 (80) 6 (20)
27 (90) 3 (10)
26 (87) 4 (13)
25 (83) 5 (16)
26 (87)4 (13)
5.1.3.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan
Karakteristik Hubungan Dengan Lingkungan
Berdasarka hasil penelitian menunjukkan bahwa 27 responden (90%)
sering menikmati udara sekitar panti di pagi hari dan 27 responden (90%)
mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan panti. Ssebanyak 19 responden
(63%) mengatakan seringpergi rekreasi bersama teman lansia di panti dan 17
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Lingkungan
Pernyataan pasien selama di panti
Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%)
Saya bercocok tanam selama dirawat di panti.
Saya merasa nyaman dengan lingkungan panti.
Saya sering pergi rekreasi bersama lansia panti.
Saya menikmati udara disekitar panti di pagi hari.
Saya sering jalan-jalan sore hari disekitar panti
1 (3) 29 (97)
27 (90) 3 (10)
19 (63) 11 (37)
27(90) 3 (10)
17(57) 13 (43)
5.1.4 Gambaran Tingkat Stres Lansia
Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan tingkat stres pada lansia dalam
kategori ringan sebanyak 30 orang (100%) (tabel 8).
Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Stres Lansia (n=30)
Pernyataan Frekuensi (n) Persentasi (%)
5.1.4.1 Gambaran Tingkat Stres Pada Lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di
panti mengatakan bahwa tidak pernah bereaksi berlebihan terhadap situasi
misalnmya berbicara lebih cepat yaitu sebanyak 25 responden (83), sebanyak 17
responden (57) mengatakan kadang-kadang mudah merasa tersinggung, sebanyak
6 responden (20) sering mengatakan bahwa jika mereka sedih, mereka tidak bisa
dihibur oleh siapapun dan sebanyak 5 responden (17) selalu mengatakan mereka
sering merasa kesepian.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Stres Lansia (n=30)
Pernyataan pasien selama di panti
Frekuensi (Persentasi) TP KK SR SL n (%) n(%) n (%) n (%) Saya mudah merasa
kelelahan
Detak jantung saya
meningkat setelah beraktivitas
Saya cenderung bereaksi berlebihan
Saya merasa telah banyak menghabiskan energi
Saya merasa terganggu oleh masa lalu yang buruk
Saya menjadi marah karena hal-hal kecil atau sepele
Saya sulit untuk santai
Saya mudah tersinggung
Saya sulit untuk menenangkan pikiran
Saya merasa ketakutan tanpa alasan yang jelas
Saya merasa kesepian selama saya tinggal di panti
Saya mudah gelisah
Saya merasa sulit untuk beristirahat malam
Saya merasa hidup saya tidak berarti lagi
Saya merasa mudah marah
Jika saya merasa tertekan, dan tidak melakukan kegiatan
Saya tidak sabar ketika menunggu
Saya kehilangan minat beraktifitas
Saya mudah menangis
2. Pembahasan
Hasil dari penelitian yang di peroleh, pembahasaan akan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang tingkat spiritualitas dan stress di Graha
Resident Senior Karya Kasih Medan.
5.2.1 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tingkat Spiritual Lansia di Graha
Resident Senior Karya Kasih Medan
Hasil pengolahan data didapat bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual lansia
di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan termasuk dalam kategori tinggi
dengan frekuensi 29 orang dengan persentase (97 %). Hal ini disebabkan karena
mayoritas responden berada pada rentang usia 60-74 tahun sebanyak 18 orang (60
%) dan pada rentang usia 75-89 tahun sebanyak 9 0rang (30 %).
Spiritual adalah komponen yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan
bagi kaum lanjut usia dan akan menjadi lebih penting ketika seseorang semakin
tua (Frederick, 2013). Perawatan di usia senja menekankan aspek perawatan
spiritual dan fisik. Banyak orang yang menderita penyakit di usia senja menimba
kekuatan dan kepercayaan keagamaan dan spiritual mereka (Mueller et al, 2001).
Sehingga lansia berusaha untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya untuk
mendapatkan kekuatan dan pengharapan dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Astaria (2010) tantang gambaran pemenuhan
kebutuhan spiritual pada lansia di kelurahan tanjung Gusta kecamatan Medan
Helvetia termasuk dalam kategori cukup baik dengan frekuensi 19 (61,3%) yang
pada usia tersebut sudah mengalami penurunan kemampuan untuk hidup secara
produktif disertai keterbatasan secara fisik dan keadaan yang mereka yang hidup
sendiri.
Berdasarkan data demografi responden jumlah responden perempuan lebih
banyak di bandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Hal ini menujukkan
bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan umur harapan
hidup laki-laki (Kemenkes, 2013). Apabila di hubungkan dengan pemenuhan
kebutuhan spiritual lansia, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan
kebutuhan spiritual responden perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
pemenuhan kebutuhan spiritual laki-laki.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Gupta & Chadha, 2013) yang
menyatakan bahwa adanya perbedaaan yang signifikan antara penglaman spiritual
perempuan dibandingkan dengan pengalaman spiritual laki-laki. Perempuan telah
terbina dengan etika kepedulian rasa percaya terhadap rahmat dan kasih tanpa
pamrih terhadap orang lain.
Kerendahan hati dan kepatuhan dalam perawatan lebih tinggi pada
perempuan dalam masyarakat. Sehingga menyebabkan perempuan memiliki
pengalaman yang lebih sering merasa bersyukur atas berkat seseorang merasa
peduli tanpa pamrih untuk orang lain dan menerima orang lain bahkan ketika
melakukan sebuah kesalahan.
Menurut Asumsi Peneliti, pemenuhan kebutuhan spiritual dengan kategori
tinggi mencapai (97%) kemungkinan dapat dipengaruhi oleh karakteristik
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan merasakan bahwa ketika sakit, mereka
percaya kepada Tuhan akan memberikan kesembuhan. Pemenuhan kebutuhan
spiritual lansia dalam hubungannya dengan Tuhan di panti tersebut termasuk
dalam kategori tinggi karena lansia berusaha memenuhi kebutuhan spiritualnya
sendiri untuk mempertahankan tingkat spiritual mereka.
Berdasarkan karakteristik dalam hubungan dengan diri sendiri juga
menunjukkan bahwa tinggat spiritualitas tinggi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa klien mampu menerima seluruh situasi hidup klien yaitu sebanyak 28
responden (93%) dank lien dapat menerima perubahan dalam hidup klien
sebanyak 28 responden (93%).
Berdasarkan karakteristik dalam hubungan dengan orang lain menunjukkan
bahwa sebanyak 27 responden (90%) klien senang ketika keluarga datang
menjenguk mereka dan sebanyak 26 responden (87%) mengatakan bahwa
menerima dukungan dan pendampingan dari keluarga.
Berdasarkan karakteristik dalam hubungan dengan lingkungan menunjukkan
bahwa sebanyak 27 responden (90%) mengatakan nyaman dengan lingkungan
panti dan sebanyak 27 responden (90%) mengatakan dapat menikmati udara
disekitar panti dipagi hari.
Berdasarkan dimensi spiritualitas yaitu karakteritik spiritualitas hubungan
dengan Tuhan, karakteristik hubungan dengan diri sendiri, karakteristik hubungan
dengan orang lain dan karakteristik hubungan dengan lingkungan menunjukkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan Hart (2002, dalam Astaria
2010) keinginan untuk menjalin dan mengembnagkan hubungan antar manusia
yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga
dapat memberikan memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan
banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan
dukungan sosial yang kuat cenderung menentang perilaku tidak sehat dan
melindungi individu dari penyakit.
Pandangan ini didukung oleh teori yang dinyatakan oleh (Dewi, 2014)
yang menyatakan bahwa aspek perilaku spiritualitas meliputi cara seseorang
memanifestasikan kepercayaannya, yang meliputi arti dan tujuan hidup,
kepercayaan, harapan, cinta dan pengampunan.
5.2.2 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tingkat Stres Lansia di Graha Resident
Senior Karya Kasih Medan
Hasil pengolahan data didapat bahwa pemenuhan kebutuhan tingkat stress
pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan dalam kategori ringan
dengan frekuensi 30 responden dengan persentasi 100%. Hal ini disebabkan
karena 25 responden dengan persentasi (83%) mengatakan tidak pernah bereaksi
berlebihan cepat dalam situasi apapun, sebanyak 23 responden dengan persentasi
77% mengatakan tidak pernah merasa hidup tidak berarti lagi, sebanyak 23
responden dengan persentasi 77 % mengatakan tidak pernah tidak sabar ketika
menunggu, dan sebanyak 22 responden dengan persentasi 73% mengatakan tidak
beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat stress pada lansia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat di ambil beberapa kesimpulan
dan saran mengenai tingkat spiritualitas dan stress pada lansia di Graha Resident
Senior Karya Kasih Medan.
6.1. Kesimpulan
Tingkat spiritualitas dan stress pada lansia di Graha Resident Senior Karya
Kasih Medan dalam kategori tinggi untuk spiritualitas. Dari data demografi
terlihat karakteristik responden: perempuan, usia 60-74 tahun, budha, pendidikan
SMA, berstatus tidak menikah, suku bangsa tionghoa, dan pekerjaan sebelumnya
wiraswasta. Karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritual yang tertinggi adalah
hubungan dengan orang lain, hubungan dengan lingkungan dan hubungan dengan
Tuhan. Tetapi ada juga pemenuhan kebutuhan spiritual yang di nilai kurang
berdasarkan karakteristik hubungan dengan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena
lansia kurang terlibat dalam kegiatan di keluarga sehingga mereka menarik diri
dengan mengatakan bahwa mereka tidak berperan aktif dalam kegiatan keluarga
dan kurang percaya terhadap kemampuan diri sendiri. Untuk kategori tingkat
stress adalah ringan, hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik dari beberapa
pernyatan responden yang menyatakan bahwa tidak pernah merasa kesepian,
merasa hidupnya masih sangat berarti dan dapat bergaul dengan teman lainnya
6.2. Saran
6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan informasi yang
berguna bagi mahasiswa keperawatan dan institusi dalam meningkatkan asuhan
keperawatan dibidang spiritualitas dan stress.
6.2.2 Bagi keluarga, Masyarakat dan Pengelola Panti
Keluarga sebagai orang yang terdekat sebagai lansia hendaknya
mencurahkan segala perhatian kepada lansia, mengikutsertakan lansia dalam
setiap kegiatan di keluarga walapun mereka tinggal di Panti. Karena hal ini dapat
meningkatkan spiritualitas lansia. Kepada pihak yang bertugas mengelola panti
diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan lansia terutama dalam
bidang spiritualitas. Mengembangkan program kunjungan dan kariatif kepada
lansia yang mengalami gangguan anggota gerak. Menciptakan suasana doa, serta
menyediakan bahan bacaan rohani.
6.2.3 Bagi penelitian Selanjutnya
Pada penelitian ini, peneliti tidak mengkaji lebih dalam kebutuhan spiritual
yang dibutuhkan oleh lansia, sehingga peneliti mengharapkan untuk penelitian
selanjutnya perlu dilakukan pengembangan instrumen dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh semua orang khususnya lansia. Selain itu peneliti juga
menyarankan pada peneliti selanjutnya menggunakan desain kualitatif sehingga
peneliti dapat menggali informasi lebih banyak tentang pemenuhan kebutuhan