• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Spiritualitas dan Stres Pada Lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Spiritualitas dan Stres Pada Lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan Chapter III VI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

spiritualitas dan stres pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.

Dengan variabel yang diteliti adalah tingkat spiritualitas dengan unsur yang dinilai

yaitu hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan

dengan alam atau lingkungan, hubungan dengan Tuhan dan tingkat stres unsur

yang dinilai adalah respon fisik dan respon psikologis.

Skema 3.1. Kerangka konseptual tingkat spiritual dan stres pada lansia

j

o

Tingkat spiritualitas

• Tinggi • Rendah

Tingkat stress

(2)

3.2 Definisi Operasional

Table 3.2 Definisi Operasional tingkat spiritualitas dan stres pada lansia

No Variabel Defenisi atau individu dalam

Kuesioner Tinggi

(11-20)

Kuesioner Berat (20-49)

Ringan (50-80)

(3)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui tingkat spiritualitas dan stress di Graha Resident Senior Karya

Kasih Medan.

4.2Populasi dan Sampel

4.2.1Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang

tinggal di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan yang berjumlah 80 orang.

4.2.2Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagaian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu pengumpulan

sampel dengan berdasarkan jumlah populasi yang didasarkan atas pertimbangan

dan karakteristik yang dikehendaki peneliti. Kriteria inklusi sampel pada

penelitian ini adalah:

a. Tidak sedang dalam kondisi sakit

b. Dapat berkomunikasi dengan baik

(4)

Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi di Graha Resident Senior

Karya Kasih Medan yaitu 30 orang. Jumlah tersebut diperoleh setelah melakukan

survei awal.

4.3Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.

Lokasi ini dipilih karena wilayah penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti

dan belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang tingkat spiritualitas dan

stress di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan sehingga peneliti memilih

lokasi ini sebagai tempat penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan

Oktober-Mei 2017.

4.4Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari institusi

Fakultas Keperawatan dan persetujuan dari Direksi Graha Resident Senior Karya

Kasih Medan. selanjutnya peneliti melakukan beberapa langkah-langkah

penelitian mulai dari pertimbangan etik penelitian yang meliputi: persetujuan dari

responden penelitian (informed consent), lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan

disertai judu l penelitian. Sebelum menyerahkan informed consent (lembar persetujuan sebagai responden), peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan

manfaat penelitian kepada calon responden. Apabila responden tidak bersedia

menjadi responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai hak-hak

(5)

informed consent untuk ditandatangani sebagai bukti kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penelitian dilakukan dengan rahasia (anonymity), dan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka saat penelitian ini, peneliti tidak

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode penelitian

(confidentiality), kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti sebagai kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian

ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual dari responden.

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini

dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada landasan teori dari

variabel penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1)

Kuesioner tentang data demografi responden meliputi: inisial, umur, jenis

kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan.

(2) Kuesioner spiritual diidentifikasi berdasarkan karakteristik spiritualitas yaitu

hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan

alam atau lingkungan dan hubungan dengan Tuhan menggunakan pertanyaan

yang memberikan gambaran spiritualitas responden. Kuesioner ini terdiri dari 20

butir pernyataan yang disusun sendiri oleh peneliti yang sesuai dengan kebutuhan

penelitian yang menggunakan jenis kuesionerskala Guttman.Kuesioner

spiritualitas terdiri dari 20 pernyataan yang terbagi atas pernyataan hubungan

dengan diri sendiri sebanyak 5 butir yang terdapat pada kuesioner nomor 1, 2, 3,

(6)

nomor 6, 7, 8, 9, 10, pernyataan hubungan dengan alam sebanyak 5 butir yang

terdapat pada nomor 11, 12, 13, 14, 15, pernyataan hubungan dengan Tuhan

sebanyak 5 butir yang terdapat pada nomor 16, 17, 18, 19, 20 dengan pilihan

jawaban Ya dan Tidak. Skor tertinggi pada skala ini adalah 1 dan skor terendah

adalah 0. Seluruh kuesioner dalam penelitian ini adalah pernyataa positif.

Spiritualitas pada lansia tersebut akan dikategorikan berdasarkan rumus statistika

yaitu:

i

=

�������

������ �����

dimana i merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah). Dari hasil skoring spiritualitas nilai tertinggi 20 dan terendah 0, maka

rentang kelas adalah 20 dengan 2 kategori banyak kelas, sehingga diperoleh

panjang kelas sebesar 10. Data untuk kuesioner spiritualitas dikategorikan sebagai

berikut: 10-20 adalah spiritualitas yang tinggi dan 0-10 adalah spiritualitas yang

rendah. (3) Kuesioner stress diidentifikasi berdasarkan unsur fisik dan psikologis.

Kuesioner stres yang digunakan merupakan kuesioner dengan skala likert yang

sudah dimodifikasi dari alat ukur Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42)

yang dikembangkan oleh Lovibond & Lovibond (1995). DASS 42 adalah

seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional dari 3

sub yaitu depresi, kecemasan dan stres, di mana masing-masing sub terdiri dari 14

pernyataan. Instrumen stres dari DASS 42 kemudian dimodifikasi menjadi 20

pernyataan yang terdiri dari 2 subvariabel yaitu fisik 4 pernyataan,

(7)

dan ringan. Peneliti menggunakan skala Likert untuk mengukur pernyataan

negatif dengan nilai skor yaitu jika jawaban “tidak pernah” bernilai 4,

“kadang-kadang” bernilai 3, “sering” bernilai 2, dan “selalu” bernilai 1. Total skor

diperoleh terendah 20 dan yang tertinggi 80. Berdasarkan rumus statistik menurut

Riduwan (2005),

p= rentang kelas/banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 60 dan 2 kategori kelas untuk

mengukur tingkat stres yang berat dan ringan maka diperoleh panjang kelas 30.

Menggunakan P = 30 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval

pertama, maka komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut:

20 – 49 = ringan

50 – 80 = berat

4.6Validitas dan Reabilitas

4.6.1Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah (Arikunto, 2006). Penelitian ini menggunakan uji validitas

dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran

instrumen yaitu: relevansi isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan penelitian agar

dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian ini akan dilakukan

penyesuaian instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu relevan

(8)

dengan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini yang akan dilakukan uji validasi oleh 1 orang Dosen Fakultas

Keperawatan yang berkompetensi dibidang spiritualitas dan stress dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan oleh beliau, kuesioner dalam

penelitian ini dinyatakan valid.

4.6.2Reliabilitas

Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melaksanakan penelitian,

dilakukan suatu uji tentang kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan dengan

orang yang berbeda atau waktu yang berbeda (Setiadi, 2012). Uji reliabilitas

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau alat ukur secara konsisten

objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan

hasi yang relative sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang

sama.

Uji reliabilitas dilakukan pada tanggal 24 April-26 April 2017 di Panti Jompo

Yayasan Guna Budi Bakti Medan terhadap 10 orang responden yang memenuhi

kriteria. Uji reliabilitas dilakukan dengan komputerisasi untuk analisa Cronbach’s alpha dan KR 21, dengan hasil koefisien reliabilitas tingkat spiritualitas sebesar 0,80 (lampiran 8) dan reliabilitas tingkat stress sebesar 0,60 (lampiran 8). Sesuai

dengan pendapat Riduan (2005) suatu instrumen dikatan reliabel apabila

koefisiennya bernilai lebih besar dari 0,60.

(9)

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu tahap awal peneliti

mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan

(Fakultas Keperawatan USU) dan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan surat rekomendasi

kemudian peneliti meminta ijin ke pengelola Graha Resident Senior Karya Kasih

Medan. Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang

telah ditetapkan. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti

menjelaskan kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan cara

pengisian kuesioner. Kemudian bagi calon responden yang bersedia, diminta

untuk menandatangani inform consent. Peneliti membacakan isi kuesioner kepada responden yang tidak bisa membaca, kemudian responden menjawab

sesuai dengan keadaan yang dialaminya saat itu selanjutnya peneliti menandai

jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Serta memberikan

kuesioner secara langsung kepeda responden yang mampu membaca dan

didampingi oleh peneliti. Dalam penelitian ini ada beberapa sampel yang tidak

bersedia menjadi responden. Maka peneliti membatalkan responden tersebut

dengan mengganti responden yang lain yang bersedia. Setelah pengisian

kuesioner selesai, peneliti memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang

lengkap, dapat langsung dilengkapi, selanjutnya data yang sudah terkumpul akan

dianalisa.

4.8Analisa Data

Dari semua data yang terkumpul, analisa data dapat dilakukan melalui

(10)

responden dan kelengkapannya serta memastikan bahwa semua jawaban telah

diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa,

tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer, tahap keempat adalah melalukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Langkah selanjutnya pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi untuk melihat bagaimana tingkat spiritualitas dan stress

di Graha Senior Karya Kasih Medan.

4.8.1.Analisa Univariat

Analisa univariat atau analisa deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan variabel penelitian. Analisa ini akan menyajikan karakteristik

responden, hasil kuesioner mekanisme koping dari lansia di Graha Residsent

Senior Karya Kasih Medan. Pada analisa univariat ini akan menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari variabel, yang dihitung dengan rumus :

P = �

�× 100%

Keterangan : P = persentase

(11)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang Tingkat Spiritualitas dan Stres Pada Lansia di

Graha Resident Senior Karya Kasih Medan, diperoleh melalui pengumpulan data

pada tanggal 02 Mei-30 Mei 2016. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang

tingkat spiritualitas dan menggambarkan tentang tingkat stress lansia di Graha

Resident Senior Karya Kasih Medan berdasarkan tiga kategori.

5.1.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap responden sebanyak 30 orang responden

berdasarkan karakteristik jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, pendidikan

terakhir, status perkawinan dan pekerjaan. Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian

(12)

Tabel 1. Distribusi dan Karakteristik Responden (n=30)

Karakteristik Frekuensi(n) Persentasi(%) Jenis Kelamin

Perguruan Tinggi

(13)

5.1.2 Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia

Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan tingkat spiritual pada lansia

dalam kategori tinggi sebanyak 29 orang (97%). Untuk lebih data lebih lengkap

dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas Lansia (n=30)

Pernyataan Frekuensi (n) Persentasi (%) Tingkat Spiritualitas

Tinggi (11-20) Rendah (0-10)

29 1

97 3

5.1.3 Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Berdasarkan Karakteristik Spiritual

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat spiritual berdasarkan

karakteristik spiritual dalam hubungannya dengan Tuhan sebanyak 24 responden

(80%) dalam kategori tinggi, berdasarkan karakteristik spiritual dalam

hubungannya dengan diri sendiri sebanyak 23 responden (76%), berdasarkan

karakteristik spiritual dalam hubungannya dengan orang lain sebanyak 26

responden (67%) dalam kategori tinggi dan berdasarkan karakteristik spiritual

dalam hubungannnya dengan lingkungan sebanyak 26 responden (67%) dalam

(14)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas Lansia berdasarkan karakteristik spiritualitas (n=30)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%) Hubungan dengan Tuhan

Tinggi Rendah

Hubungan dengan diri sendiri

Tinggi Rendah

Hubungan dengan orang lain

5.1.3.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan

Karakteristik Hubungan Dengan Tuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 29 responden (97%) lansia

menyatakan beribadah (berdoa, sembahyang/meditasi) untuk mendekatkan diri

dengan Tuhan yang Maha Kuasa selama mereka tinggal di Panti, sebanyak 28

responden (93%) yakin dan percaya bahwa Tuhan akan membrikan mereka

kesembuhan ketika mereka sakit, sebanyak 26 responden (87%) mengatakan

(15)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Tuhan

Pernyataan pasien selama di panti Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%)

Saya berdoa/sembahyang/meditasi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Saya mengikuti kegiatan ibadah agama .

Saya dikunjungi oleh rohaniawan

Saya merasa bahwa ketika saya sakit saya berobat dan percaya kepada Tuhan akan memberikan kesembuhan.

Saya membaca majalah buku agama.

29 (97) 1 (3)

26 (87) 4 (13)

26 (87) 4 (13)

28 (93) 2 (7)

11 (37) 19 (63)

5.1.3.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan

Karakteristik Hubungan Dengan Diri Sendiri

Hasil penelitian terhadap hubungan dengan diri sendiri didapati bahwa

sebanyak 28 (93%) lansia menyatakan mampu menerima seluruh situasi hidup

mereka, dan sebanyak 28 responden (93%) menyatakan dapat menerima

perubahan-perubahan dalam hidup mereka.

Sebanyak 21 responden (70%) menyatakan dapat menemukan arti dan tujuan

(16)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Diri Sendiri

Pernyataan kondisi pasien selama di panti

Frekuensi(Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%)

Saya mampu menerima seluruh situasi hidup saya

Saya dapat menerima perubahan hidup saya

Saya dapat menemukan erti dan tujuan hidup saya

Saya mempunyai peranan penting dalam keluarga

Saya percaya dan menyakini bahwa hari tua menjadi hari bahagia

28 (93) 2 (7)

28 (93) 2 (7)

21 (70) 9 (30)

19 (63) 11 (37)

19 (63) 11 (37)

5.1.3.3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan

Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain

Hasil penelitian berdasarkan hubungan dengan orang lain menunjukkan

bahwa 27 responden (90%) mengatakan senang ketika keluarga datang

menjenguk mereka, 26 (87%) responden mengatakan menerima dukungan dan

pendampingan dari keluarga ketika mereka sakit, sebanyak 26 responden (87%)

(17)

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Orang Lain

Pernyataan pasien selamat tinggal di panti

Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%) Saya dapat bergaul dengan

orang lain di panti

Saya senang ketika

keluarga datang menjenguk

Saya menerima dukungan dan pendampingan dari keluarga ketika sakit

Saya memaafkan orang lain

Saya berbagi dengan orang lain yang ada disekitar panti

24 (80) 6 (20)

27 (90) 3 (10)

26 (87) 4 (13)

25 (83) 5 (16)

26 (87)4 (13)

5.1.3.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan

Karakteristik Hubungan Dengan Lingkungan

Berdasarka hasil penelitian menunjukkan bahwa 27 responden (90%)

sering menikmati udara sekitar panti di pagi hari dan 27 responden (90%)

mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan panti. Ssebanyak 19 responden

(63%) mengatakan seringpergi rekreasi bersama teman lansia di panti dan 17

(18)

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia Berdasarkan Karakteristik Hubungan Dengan Lingkungan

Pernyataan pasien selama di panti

Frekuensi (Persentasi) Ya Tidak n (%) n (%)

Saya bercocok tanam selama dirawat di panti.

Saya merasa nyaman dengan lingkungan panti.

Saya sering pergi rekreasi bersama lansia panti.

Saya menikmati udara disekitar panti di pagi hari.

Saya sering jalan-jalan sore hari disekitar panti

1 (3) 29 (97)

27 (90) 3 (10)

19 (63) 11 (37)

27(90) 3 (10)

17(57) 13 (43)

5.1.4 Gambaran Tingkat Stres Lansia

Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan tingkat stres pada lansia dalam

kategori ringan sebanyak 30 orang (100%) (tabel 8).

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Stres Lansia (n=30)

Pernyataan Frekuensi (n) Persentasi (%)

(19)

5.1.4.1 Gambaran Tingkat Stres Pada Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di

panti mengatakan bahwa tidak pernah bereaksi berlebihan terhadap situasi

misalnmya berbicara lebih cepat yaitu sebanyak 25 responden (83), sebanyak 17

responden (57) mengatakan kadang-kadang mudah merasa tersinggung, sebanyak

6 responden (20) sering mengatakan bahwa jika mereka sedih, mereka tidak bisa

dihibur oleh siapapun dan sebanyak 5 responden (17) selalu mengatakan mereka

sering merasa kesepian.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Stres Lansia (n=30)

Pernyataan pasien selama di panti

Frekuensi (Persentasi) TP KK SR SL n (%) n(%) n (%) n (%) Saya mudah merasa

kelelahan

Detak jantung saya

meningkat setelah beraktivitas

Saya cenderung bereaksi berlebihan

Saya merasa telah banyak menghabiskan energi

Saya merasa terganggu oleh masa lalu yang buruk

Saya menjadi marah karena hal-hal kecil atau sepele

Saya sulit untuk santai

Saya mudah tersinggung

(20)

Saya sulit untuk menenangkan pikiran

Saya merasa ketakutan tanpa alasan yang jelas

Saya merasa kesepian selama saya tinggal di panti

Saya mudah gelisah

Saya merasa sulit untuk beristirahat malam

Saya merasa hidup saya tidak berarti lagi

Saya merasa mudah marah

Jika saya merasa tertekan, dan tidak melakukan kegiatan

Saya tidak sabar ketika menunggu

Saya kehilangan minat beraktifitas

Saya mudah menangis

(21)

2. Pembahasan

Hasil dari penelitian yang di peroleh, pembahasaan akan dilakukan untuk

menjawab pertanyaan penelitian tentang tingkat spiritualitas dan stress di Graha

Resident Senior Karya Kasih Medan.

5.2.1 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tingkat Spiritual Lansia di Graha

Resident Senior Karya Kasih Medan

Hasil pengolahan data didapat bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual lansia

di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan termasuk dalam kategori tinggi

dengan frekuensi 29 orang dengan persentase (97 %). Hal ini disebabkan karena

mayoritas responden berada pada rentang usia 60-74 tahun sebanyak 18 orang (60

%) dan pada rentang usia 75-89 tahun sebanyak 9 0rang (30 %).

Spiritual adalah komponen yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan

bagi kaum lanjut usia dan akan menjadi lebih penting ketika seseorang semakin

tua (Frederick, 2013). Perawatan di usia senja menekankan aspek perawatan

spiritual dan fisik. Banyak orang yang menderita penyakit di usia senja menimba

kekuatan dan kepercayaan keagamaan dan spiritual mereka (Mueller et al, 2001).

Sehingga lansia berusaha untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya untuk

mendapatkan kekuatan dan pengharapan dalam hidupnya.

Hal ini sesuai dengan penelitian Astaria (2010) tantang gambaran pemenuhan

kebutuhan spiritual pada lansia di kelurahan tanjung Gusta kecamatan Medan

Helvetia termasuk dalam kategori cukup baik dengan frekuensi 19 (61,3%) yang

(22)

pada usia tersebut sudah mengalami penurunan kemampuan untuk hidup secara

produktif disertai keterbatasan secara fisik dan keadaan yang mereka yang hidup

sendiri.

Berdasarkan data demografi responden jumlah responden perempuan lebih

banyak di bandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Hal ini menujukkan

bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan umur harapan

hidup laki-laki (Kemenkes, 2013). Apabila di hubungkan dengan pemenuhan

kebutuhan spiritual lansia, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan

kebutuhan spiritual responden perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan

pemenuhan kebutuhan spiritual laki-laki.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Gupta & Chadha, 2013) yang

menyatakan bahwa adanya perbedaaan yang signifikan antara penglaman spiritual

perempuan dibandingkan dengan pengalaman spiritual laki-laki. Perempuan telah

terbina dengan etika kepedulian rasa percaya terhadap rahmat dan kasih tanpa

pamrih terhadap orang lain.

Kerendahan hati dan kepatuhan dalam perawatan lebih tinggi pada

perempuan dalam masyarakat. Sehingga menyebabkan perempuan memiliki

pengalaman yang lebih sering merasa bersyukur atas berkat seseorang merasa

peduli tanpa pamrih untuk orang lain dan menerima orang lain bahkan ketika

melakukan sebuah kesalahan.

Menurut Asumsi Peneliti, pemenuhan kebutuhan spiritual dengan kategori

tinggi mencapai (97%) kemungkinan dapat dipengaruhi oleh karakteristik

(23)

untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan merasakan bahwa ketika sakit, mereka

percaya kepada Tuhan akan memberikan kesembuhan. Pemenuhan kebutuhan

spiritual lansia dalam hubungannya dengan Tuhan di panti tersebut termasuk

dalam kategori tinggi karena lansia berusaha memenuhi kebutuhan spiritualnya

sendiri untuk mempertahankan tingkat spiritual mereka.

Berdasarkan karakteristik dalam hubungan dengan diri sendiri juga

menunjukkan bahwa tinggat spiritualitas tinggi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa klien mampu menerima seluruh situasi hidup klien yaitu sebanyak 28

responden (93%) dank lien dapat menerima perubahan dalam hidup klien

sebanyak 28 responden (93%).

Berdasarkan karakteristik dalam hubungan dengan orang lain menunjukkan

bahwa sebanyak 27 responden (90%) klien senang ketika keluarga datang

menjenguk mereka dan sebanyak 26 responden (87%) mengatakan bahwa

menerima dukungan dan pendampingan dari keluarga.

Berdasarkan karakteristik dalam hubungan dengan lingkungan menunjukkan

bahwa sebanyak 27 responden (90%) mengatakan nyaman dengan lingkungan

panti dan sebanyak 27 responden (90%) mengatakan dapat menikmati udara

disekitar panti dipagi hari.

Berdasarkan dimensi spiritualitas yaitu karakteritik spiritualitas hubungan

dengan Tuhan, karakteristik hubungan dengan diri sendiri, karakteristik hubungan

dengan orang lain dan karakteristik hubungan dengan lingkungan menunjukkan

(24)

Hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan Hart (2002, dalam Astaria

2010) keinginan untuk menjalin dan mengembnagkan hubungan antar manusia

yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga

dapat memberikan memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan

banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan

dukungan sosial yang kuat cenderung menentang perilaku tidak sehat dan

melindungi individu dari penyakit.

Pandangan ini didukung oleh teori yang dinyatakan oleh (Dewi, 2014)

yang menyatakan bahwa aspek perilaku spiritualitas meliputi cara seseorang

memanifestasikan kepercayaannya, yang meliputi arti dan tujuan hidup,

kepercayaan, harapan, cinta dan pengampunan.

5.2.2 Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tingkat Stres Lansia di Graha Resident

Senior Karya Kasih Medan

Hasil pengolahan data didapat bahwa pemenuhan kebutuhan tingkat stress

pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan dalam kategori ringan

dengan frekuensi 30 responden dengan persentasi 100%. Hal ini disebabkan

karena 25 responden dengan persentasi (83%) mengatakan tidak pernah bereaksi

berlebihan cepat dalam situasi apapun, sebanyak 23 responden dengan persentasi

77% mengatakan tidak pernah merasa hidup tidak berarti lagi, sebanyak 23

responden dengan persentasi 77 % mengatakan tidak pernah tidak sabar ketika

menunggu, dan sebanyak 22 responden dengan persentasi 73% mengatakan tidak

(25)

beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat stress pada lansia

(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat di ambil beberapa kesimpulan

dan saran mengenai tingkat spiritualitas dan stress pada lansia di Graha Resident

Senior Karya Kasih Medan.

6.1. Kesimpulan

Tingkat spiritualitas dan stress pada lansia di Graha Resident Senior Karya

Kasih Medan dalam kategori tinggi untuk spiritualitas. Dari data demografi

terlihat karakteristik responden: perempuan, usia 60-74 tahun, budha, pendidikan

SMA, berstatus tidak menikah, suku bangsa tionghoa, dan pekerjaan sebelumnya

wiraswasta. Karakteristik pemenuhan kebutuhan spiritual yang tertinggi adalah

hubungan dengan orang lain, hubungan dengan lingkungan dan hubungan dengan

Tuhan. Tetapi ada juga pemenuhan kebutuhan spiritual yang di nilai kurang

berdasarkan karakteristik hubungan dengan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena

lansia kurang terlibat dalam kegiatan di keluarga sehingga mereka menarik diri

dengan mengatakan bahwa mereka tidak berperan aktif dalam kegiatan keluarga

dan kurang percaya terhadap kemampuan diri sendiri. Untuk kategori tingkat

stress adalah ringan, hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik dari beberapa

pernyatan responden yang menyatakan bahwa tidak pernah merasa kesepian,

merasa hidupnya masih sangat berarti dan dapat bergaul dengan teman lainnya

(27)

6.2. Saran

6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan informasi yang

berguna bagi mahasiswa keperawatan dan institusi dalam meningkatkan asuhan

keperawatan dibidang spiritualitas dan stress.

6.2.2 Bagi keluarga, Masyarakat dan Pengelola Panti

Keluarga sebagai orang yang terdekat sebagai lansia hendaknya

mencurahkan segala perhatian kepada lansia, mengikutsertakan lansia dalam

setiap kegiatan di keluarga walapun mereka tinggal di Panti. Karena hal ini dapat

meningkatkan spiritualitas lansia. Kepada pihak yang bertugas mengelola panti

diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan lansia terutama dalam

bidang spiritualitas. Mengembangkan program kunjungan dan kariatif kepada

lansia yang mengalami gangguan anggota gerak. Menciptakan suasana doa, serta

menyediakan bahan bacaan rohani.

6.2.3 Bagi penelitian Selanjutnya

Pada penelitian ini, peneliti tidak mengkaji lebih dalam kebutuhan spiritual

yang dibutuhkan oleh lansia, sehingga peneliti mengharapkan untuk penelitian

selanjutnya perlu dilakukan pengembangan instrumen dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh semua orang khususnya lansia. Selain itu peneliti juga

menyarankan pada peneliti selanjutnya menggunakan desain kualitatif sehingga

peneliti dapat menggali informasi lebih banyak tentang pemenuhan kebutuhan

Gambar

Tabel 1. Distribusi dan Karakteristik Responden (n=30)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat  Spiritualitas Lansia (n=30)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Spiritualitas Lansia
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Spiritual Lansia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Zaky Siraj Hasibuan, 2012, Tinjauan Yuridis Penggunaan Klausula Eksonerasi Bagi Pengguna Jasa Perparkiran di Kota Medan , Skripsi, Medan, Fakultas Hukum, Universitas

Adapun pertimbangan hukum dalam putusan Mahkamah Konsitusi Nomor 74/PUU- XII/2014 disebutkan bahwa terhadap frasa “Pejabat Lain” dalam Pasal 7 ayat (2)

Metode penulisan yang dipakai dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, bahan analisa di dalam penelitian ini adalah bahan skunder, Metode

Miastenia gravis adalah penyakit autoimun yang menyerang neuromuskular juction ditandai oleh suatu kelemahan otot dan cepat lelah akibat adanya antibodi

Untuk menguji coba Receiver RF Circuit Training System GRF-3300, digunakan beberapa alat yaitu Spectrum Analyzer, Oscilloscope, Distortion Meter dan Function

Metode penulisan yang dipakai dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, bahan analisa di dalam penelitian ini adalah bahan skunder, Metode

Cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang penting dalam..

Teknik 1 :Ajak orang-orang yang sedang konflik pada tujuan yang lebih tinggi. Contoh, bagian anda terlibat konflik dalam menentukan kuota penjualan. Bagian keuangan