• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) : Studi Mengenai Perjanjian Waralaba Toko Omi Kpri Iain-Su Dan Pt. Inti Cakrawala Citra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) : Studi Mengenai Perjanjian Waralaba Toko Omi Kpri Iain-Su Dan Pt. Inti Cakrawala Citra"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemerintah Pemerintah Republik Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional dan pada dasawarsa terakhir telah menjadikan pembangunan di bidang perekonomian sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Pembangunan di bidang perekonomian merupakan pembangunan paling utama di Indonesia. Salah satu perkembangan yang menonjol dan memperoleh perhatian dalam masa sepuluh tahun terakhir ini adalah makin luasnya arus globalisasi yang berlangsung baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun bidang-bidang lainnya.1

Salah satu ciri globalisasi adalah kompetitif, kosmopolit, dan perubahan yang amat cepat. Untuk mengantisipasi kondisi yang demikian, salah satu cara yang dilakukan manusia adalah melakukan kerjasama atau kemitraan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam menjalankan suatu perusahaan. Perlu kita sadari bahwa kerjasama baru dapat mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak, apabila keduanya menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan dan dapat memelihara kerjasama yang terjalin.

Mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya adalah salah satu tujuan suatu negara tidak terkecuali Indonesia. Pembangunan di bidang perekonomian merupakan salah satu cara mencapai kesejahteraan masyarakat, karena seiriing

1

(2)

pertumbuhan di bidang perekonomian ke arah yang lebih baik maka akan muncul lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi permodalan, dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, para pengusaha dan orang-orang yang ingin terjun langsung di dunia bisnis hendaknya terlebih dahulu mengetahui dan memahami hukum bisnis secara detail agar bisnis yang ditekuni berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi dirinya dan menyejahterakan masyarakat pada umumnya.

Salah satu upaya peningkatan perekonomian dalam hal kerjasama adalah mengembangkan sistem penanaman modal (investasi). Penanaman modal merupakan suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk

meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.2

Penanaman modal ini dapat dilakukan secara langsung (direct investment) maupun secara tidak langsung (indirect investment). Pada indirect investment) kegiatannya mencakup transaksi di pasar uang dan pasar modal. Umumnya investor melakukan jual beli sahan dan/atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat, tergantung fluktuasi nilai saham atau uang yang diperjualbelikan.3 Sedangkan pada direct investment, investor langsung menanamkan sahamnya langsung pada suatu perusahaan atau peluang bisnis tertentu. Investor ikut serta

2

Ana Rokhmatussa’dyah,dan Suratman., Hukum Investasi & Pasar Modal, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015), hlm.3.

3

(3)

dalam pelaksanaan , pengawasan, serta ikut menanggung resiko terhadap kesulitan dan kerugian yang diperoleh. Salah satu peluang bisnis yang menggunakan sistem direct investment adalah perusahaan denga sistem franchise atau di Indonesia

biasa disebut dengan waralaba.

Waralaba (Franchise) merupakan suatu perjanjian mengenai pendistribusian barang dan jasa terhadap konsumen. Franchise mengandung daya tarik tersendiri bagi calon pengusaha yang ingin memiliki bisnis sendiri, tetapi bukan sepenuhnya milik sendiri, dengan mengiminimalisir sebagian resiko kegagalan usaha. Warren J. Keengen dalam bukunya Global Marketing

Management mengatakan bahwa para pengusaha yang bermaksud

mengembangkan usahanya secara internasional dapat melakukan beberap macam pilihan cara, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, salah satu diantaranya yaitu melakukan pewaralabaan (franchising).4

Pada dasarnya sistem ini merupakan salah satu sistem perluasan pasar yang dilakukan oleh perusahaan yang telah mapan, dengan adanya management dan tingkat profitabilitas yang stabil, perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan dengan pihak lain yang melakukan kerja sama dengan sistem waralaba (franchise) tersebut. Wirausahawan pada umumnya membutuhkan orang-orang dengan berbagai jenis keahlian untuk membantu mereka agar bisnis yang mereka jalankan tetap menguntungkan dan selalu berkembang.5

Pengertian franchise berasal dari bahasa Perancis pada abad pertengahan, yang diambil dari kata “franc” (bebas) atau “francher” (membebaskan), yang

4

Gunawan Widjaja, Waralaba, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet.1, 2001), hlm. 1

5

(4)

secara umum diartikan sebagai pemberian hak istimewa.6 Istilah franchise yang sudah di Indonesia kan menjadi waralaba. Waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih istimewa dan laba berarti untung. Jadi kata waralaba berarti untung. Jadi kata waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan lebih/istimewa.7 Seiring perkembangan zaman, pengertian franchise berubah menjadi pemberian izin dalam pemakaian nama atau merek dagang.8 Sistem ini diperkenalkan pertama kali oleh Isaac Singer seorang pencipta mesin jahit merek Singer pada tahun 1851 di Amerika Serikat, dapat menyebar ke Indonesia maupun negara-negara lain di dunia seperti Kanada, Cina, Jepang, Meksiko, Eropa adalah sebagai konsekuensi dari era globalisasi.

Pola franchise atau waralaba ini berkembang baik di tengah jaman yang semakin maju ini karena :9

1. Menawarkan kenyamanan / keleluasaan, hal ini sangat di dambakan oleh manusia saat ini karena kehidupan sehari-hari sudah sedemikian menekan sehingga ada waktu-waktu santai. Biasanya waktu tersebut mereka habiskan untuk membeli kenyamanan. Contoh : jasa SPA, Body Care, dan sebagainya. 2. Peningkatan permintaan akan jasa, hal ini merupakan sektor yang

berkembang pesat karena dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan manusia tidak terlepas dari ketergantungan kepada sesamanya. Contoh : antar jemput anak sekolah, katering, dan sebagainya.

6

Adrian Sutedi,Hukum Waralaba, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 6.

7

Darmawan Budi Suseno, Sukses Usaha Waralaba Mudah, Resiko Rendah dan Menguntungkan, (Yogyakarta: Cakrawala, 2007), hlm. 19

8

Anonymous, Pengertian Franchise,http/id/shvoong.com , diakses pada tanggal 7 Juli 2017

9

(5)

3. Konsumen tidak mempunyai waktu, waktu merupakan hal yang sangat berharga oleh karena itu kita dituntut untuk berprilaku cepat. Contoh : Kentucky Fried Chicken , Texas, dan lain sebagainya.

4. Pelayanan dan kualitas yang baik, hal ini karena sangat didambakan oleh konsumen dimanapun mereka berada.

Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey

Pisa , KFC , Swensen dan Burger King. Perkembangan terlihat sangat pesat

dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada tahun 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima franchise di Indonesia. Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadi krisis moneter.10

Para penerima franchise asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam. Hingga tahun 2000-an,franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabil ditandai dengan perseteruan para elit politik. Barulah pada tahun 2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan yang sangat pesat.11

Pesatnya pertumbuhan bisnis waralaba di Indonesia, membuktikan bahwa telah terjadi perubahan cara pandang dalam konsep jaringan distribusi barang dan jasa yang ada selama ini. Karena dalam sistem bisnis seperti ini memungkinkan seorang pengusaha melaksanakan upaya perluasan usaha dengan membuka jaringan outlet di berbagai tempat tanpa harus mengeluarkan biaya dengan investasi sendiri. Melalui konsep pemasaran sistem waralaba, setiap perusahaan pemilik waralaba dapat menawarkan hak penggunaan sistem usaha tertentu

10

Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern, ( Jakarta : Refika Aditama, 2004), hlm. 113.

11

(6)

miliknya kepada calon penerima waralaba yang disertai dengan pemberian bantuan teknis yang berupa pemberian latihan, pedoman operasi, supervisi dan manajemen.12

Sebagai pranata sosial dalam kehidupan ekonomi, kehadiran waralaba menghadirkan permasalahan di bidang hukum. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan –hubungan yang terjadi atas sistem perjanjian waralaba tersebut. Untuk itu perlu aturan yang mengatur berjalannya perjanjian waralaba di Indonesia. Selain ketentuan umum yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), pemerintah juga memberikan perhatian khusus terutama dari segi hukum, sehingga lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012 tentang penyelenggaraan waralaba.

Hal – hal yang diatur oleh hukum dan perundang-undangan merupakan das sollen (segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap)

yang harus ditaati oleh para pihak dalam perjanjian waralaba. Jika para pihak mematuhi peraturan dan tidak menyimpang dari aturan main yang ada, maka tidak akan timbul permasalahan dalam perjanjian waralaba ini. Dalam kenyataan kehidupan masyarakat seringkali perilaku menyimpang dari aturan yang sudah ada, seperti halnya dalam perjanjian bisnis waralaba dimana penyimpangan ini menimbulkan wanprestasi sebagai akibat tidak ditaatinya aturan main oleh para pihak. Berlakunya hukum dilihat dari pola harapan dan pelaksanaannya

12

(7)

(expectation and performance) ini memberikan bobot yang lebih realistis serta dinamis terhadap berlakunya hukum.13

Perjanjian waralaba merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan yang merugikan pihak lain. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian waralaba, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar sesuai dengan hukum yang berlaku. Saat ini sektor bisnis waralaba sudah beragam bentuknya, yaitu dari sektor pendidikan, salon, retail, laundry, kebugaran, pencucian mobil, aksesoris kenderaan serta makanan dan minuman sudah banyak yang diwaralabakan. Salah satunya yaitu di dalam skripsi ini dari sektor minimarket / retail yaitu waralaba Toko OMI KPRI IAIN - SU.

Semua hal yang terkait dengan franchise Toko OMI KPRI IAIN – SU dan PT. Inti Cakrawala Citra ini diatur dalam suatu perjanjian waralaba atau franchise agreement yang dalam perjanjian tersebut memuat hak dan kewajiban

masing-masing pihak baik franchisor (pemberi waralaba) PT. Inti Cakrawala Citra maupun franchisee (penerima waralaba) Toko OMI KPRI IAIN - SU. Pengembangan bisnis waralaba di bidang minimarket / retail merupakan suatu bisnis yang prospeknya sangat menjanjikan karena bisnis ini berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang akan terus ada, sehingga sangat baik untuk dikembangkan dan menarik jika dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan dalam perjanjian franchise atau waralaba.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul : “Kajian Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise

13

(8)

Agreement) : Studi Mengenai Perjanjian Waralaba Toko OMI KPRI

IAIN-SU dan PT. Inti Cakrawala Citra”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis akan bahas, yaitu :

1. Bagaimanakah pengaturan bisnis waralaba (franchise) dalam kerangka hukum nasional di Indonesia?

2. Bagaimanakah bentuk dan pengaturan perjanjian waralaba (Franchise Agreement) Toko OMI KPRI IAIN – SU dan PT. Inti Cakrawala Citra?

3. Bagaimanakah penyelesaian masalah jika terjadinya sengketa antara Toko OMI KPRI IAIN-SU dan PT. Inti Cakrawala Citra?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan bisnis waralaba (franchise) dalam kerangka hukum nasional di Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk dan pengaturan perjanjian waralaba (franchise agreement) Toko OMI KPRI IAIN – SU dan PT. Inti Cakrawala Citra.

3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian masalah jika terjadinya sengketa antara Toko OMI KPRI IAIN-SU dan PT. Inti Cakrawala Citra.

(9)

1. Hasil penulisan ini diharapkan akan memberikan sumbangan pengetahuan dalam hukum.

2. Sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk akademisi dan praktisi hukum.

3. Memberikan kajian akademis yang lebih objektif, jelas, tegas dan terperinci kepada para pihak yang berkecimpung dalam bisnis waralaba.

4. Secara teoritis untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum khususnya ilmu pengetahuan hukum yang menyangkut perjanjian waralaba.

5. Secara praktis penelitian ini sebagai informasi kepada masyarakat terutama kalangan dunia usaha, praktisi tentang perjanjian waralaba dan sebagai masukan kepada pemberi waralaba dan kepada penerima waralaba untuk mengetahui dan mendalami hak dan kewajiban masing-masing di dalam sebuah perjanjian kerja.

D. Keaslian Penelitian

(10)

Skripsi ini berjudul “Kajian Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) : Studi Mengenai Perjanjian Waralaba Toko OMI KPRI IAIN-SU dan

PT. Inti Cakrawala Citra”. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, Penulis melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.Bila di kemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, makahal itu dapat dimintakan pertanggungjawabannya.

E. Tinjauan Pustaka

Perjanjian didalam Pasal 1313 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) menyatakan “suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.14 Sedangkan menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.15

Waralaba (Franchise) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau

14

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), , (Jakarta : Pradnya Paramita, 2009), hlm.338.

15

(11)

digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.16 Secara bebas dan sederhana, waralaba didefinisikan sebagai hak istimewa (privilege) yang terjalin dan atau diberikan oleh pemberi waralaba (franchisor) kepada penerima waralaba (franchisee) dengan sejumlah kewajiban atau pembayaran.17 Dalam format bisnis, pengertian waralaba adalah pengaturan bisnis dengan sitem pemberian hak pemakaian nama dagang oleh franchisor kepada pihak independen atau franchisee untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan kesepakatan.18

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian

Penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini bersifat deskriptif yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu mengkaji ketentuan-ketentuan tentang Kajian Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) : Studi Mengenai Perjanjian Waralaba Toko OMI KPRI IAIN-SU dan

PT. Inti Cakrawala Citra. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis.

Penelitian normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap

pengertian-16

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba, BAB I, Pasal 1 ayat (1).

17

Adrian Sutedi,Loc.Cit.

18

(12)

pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek hukum.19

2. Data Penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.20 Data penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research) untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier.21 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara tidak langsung.

a. Bahan hukum primer

Dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba.

b. Bahan hukum sekunder

Semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang Perjanjian dan Waralaba, seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan diatas.

c. Bahan hukum tersier

19

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 15.

20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm.172.

21

(13)

Semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian, serta penelitian lapangan melalui wawancara di Toko OMI KPRI IAIN - SU di medan.

Menurut M. Nazil dalam bukunya, dikemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.22

4. Analisa data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya.23 Metode analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.

Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.24 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal

22

M. Nazil, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 111.

23

Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 69.

24

(14)

dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.25 Penarikan kesimpulan terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun induktif, sehingga akan dapat merangkum jawaban terhadap permasalahan yang telah disusun.26

G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaatpenulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN BISNIS WARALABA (FRANCHISE) DALAM KERANGKA HUKUM NASIONAL DI INDONESIA

Bab ini dibahas tinjauan mengenai sejarah dan perkembangan terbentuknya waralaba (franchise), pengertian dan istilah waralaba (franchise), jenis-jenis waralaba, serta pengaturan waralaba di Indonesia.

BAB III BENTUK DAN PENGATURAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) TOKO OMI KPRI IAIN – SU DAN PT. INTI CAKRAWALA CITRA

25

Ibid., hlm. 10.

26

Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah),

(15)

Bab ini akan membahas tentang bentuk dan pengaturan perjanian waralaba Toko OMI KPRI IAIN – SU dan PT. Inti Cakrawala Citra, hak dan kewajiban permberi waralaba (franchisor) serta hak dan kewajiban penerima waralaba (franchisee).

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA TOKO OMI KPRI IAIN-SU DAN PT. INTI CAKRAWALA CITRA

Bab ini akan membahas tentang pelaksanaan perjanjian waralaba (franchise agreement) dan bagaimana penyelesaian sengketa antara Toko OMI KPRI IAIN-SU dan PT. Inti Cakrawala Citra.

BAB V PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Apakah petugas loket menuliskan register pendaftaran dengan lengkap dan merekap register setiap akhir pelayanan5. Apakah diruang loket terpasang SPO dengan lengkap dan mudah

memberi petunjuk kepada Pelaksana/Pejabat Fungsional/Bawahan sesuai bidang tugas jabatannya dalam rangka pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksplanatory/verifikatif yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan yang sudah digariskan itu tercapai

students and teacher are not familiar enough with learning technique (Jigsaw II technique) applied in learning process, as described in Observational Table (see the table 2

Menurut Curton (1983 dalam Prasetyo, 2010) nyeri merupakan respon yang timbul saat jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan seseorang mencari cara untuk mengontrol nyeri.

Tugas untuk mengendalikan dan meneruskan paket pada jaringan tradisional digabung menjadi satu dan dilakukan oleh router , sehingga jika protokol routing eBGP

Untuk program berkelanjutan, pegawai dapat diikutsertakan dalam pelatihan- pelatihan yang diadakan oleh pihak eksternal kemungkinan terbesar program pelatihan

Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi cahaya