• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Program Evaluation and Review Technique (PERT) untuk Proyek Pembangunan Jalan Tol (Studi Kasus : Proyek Jalan Tol Medan- Kualanamu-Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Program Evaluation and Review Technique (PERT) untuk Proyek Pembangunan Jalan Tol (Studi Kasus : Proyek Jalan Tol Medan- Kualanamu-Tebing Tinggi)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Proyek

2.1.1Pengertian Proyek

Menurut Soeharto (1999) Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.

Tampubolon (2004) Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi sekali, di mana pelaksanaanya sejak awal sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu tertentu.

Zulian Yamit (2003) Proyek didefinisikan sebagai suatu sistem yang kompleks yang melibatkan koordinasi dari sejumlah bagian yang terpisah dari organisasi dan di dalamnya terdapat skedul dan syarat-syarat dimana kita harus bekerja.

Riyanarto (2012) Proyek adalah aktivitas yang memiliki ciri-ciri antara lain: mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi jelas awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber-sumber daya (manusia, uang, peralatan, dsb), serta multifungsional (anggota proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda).

(2)

2.1.2 Ciri-ciri Proyek

Menurut Soeharto(1999) bahwa ciri pokok sebuah proyek adalah sebagai berikut: Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau

hasil kerja akhir.

Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu.

Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

2.1.3 Jenis-jenis Proyek

Menurut Soeharto (1999), proyek dapat dikelompokkan menjadi : 1. Proyek Engineering-Konstruksi

Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi.

2. Proyek Engineering-Manufaktur

Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. 3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen. 5. Proyek Kapital

Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk investasi.

6. Proyek Radio-Telekomunikasi

(3)

7. Proyek Konservasi Bio-Diversity

Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan.

2.1.4Karakteristik Proyek

Menurut Clifford F. Gray dan Erik W. Larson (2007) bahwa karakteristik utama sebuah proyek adalah sebagai berikut:

1. Punya sasaran.

2. Ada rentang waktu tertentu, ada awal dan akhirnya.

3. Biasanya melibatkan beberapa departemen dan professional.

4. Umumnya melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. 5. Waktu, biaya, dan persyaratan kinerja yang spesifik.

Menurut PMBOK Guide (2004) sebuah proyek memiliki beberapa karkteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu : sementara (temporary), unik, dan progressive elaboration, selalu berkembang, dan berlanjut hingga proyek berakhir. Karakteristik tersebut yang membedakan proyek dengan aktivitas rutin operasional.

Menurut Iman Soeharto (1999), perbedaan mendasar antara kegiatan proyek dan kegiatan operasional yaitu kegiatan proyek bertujuan untuk mewujudkan atau membangun sistem yang belum ada sementara kegiatan didasarkan pada konsep yang mendayagunakan sistem yang ada secara terus menerusdan berulang-ulang. Perbedaan antara kegiatan proyek dan kegiatan operasional dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan kegiatan proyek dan kegiatan operasional.

KEGIATAN PROYEK KEGIATAN OPERASIONAL

Bercorak dinamis Berulang-ulang, rutin

Siklus proyek relative pendek Berlangsung dalam jangka panjang

Intensitas kegiatan dalam periode proyek

berubah-ubah ( naik-turun)

Intensitas kegiatan relatif sama

Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan

anggaran dan jadwal yang telah ditentukan

Batasan anggaran dan jadwal tidak

(4)

KEGIATAN PROYEK KEGIATAN OPERASIONAL

Terdiri dari berbagai macam-macam

kegiatan yang memerlukan berbagai

disiplin ilmu

Macam kegiatan tidak terlalu banyak

Keperluan sumberdaya berubah, baik

macam maupun volumenya

Macam dan keperluan sumberdaya

relatif konstan

Sumber : Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 1 (Iman Soeharto, 1999)

2.1.5 Siklus Proyek

Siklus hidup proyek umumnya melewati empat tahap berurutan, yakni :

1. Tahap Penentuan (Defining) : Menentukan spesifikasi proyek, menetapkan sasaran proyek, membentuk tim, dan menetapkan berbagai tanggung jawab utama.

2. Tahap Perencanaan (Planning) : Tingkat usaha bertambah, mengembangkan rencana untuk menentukan proyek apa yang akan bertahan, kapan proyek akan dijadwalkan, siapa yang akan memetik manfaat, tingkat kualitas apa yang harus dijaga, dan anggaran apa yang diperlukan.

3. Tahap Eksekusi (Executing) : Di tahap inilah bagian utama dari proyek kerja terjadi, baik fisik maupun mental. Produk fisik dihasilkan (jembatan,laporan,program perangkat lunak). Waktu, biaya, dan ukuran-ukuran spesifikasi digunakan untuk pengendalian. Apakah proyek sesuai jadwal, anggaran, dan memenuhi spesifikasi? Perkiraan (forecast) apa yang diperlukan di masing-masing ukuran tersebut? Perubahan/revisi apa yang diperlukan? 4. Tahap Pengiriman (Delivering) : Mencakup dua aktivitas, yakni mengirim

(5)

2.2 Manajemen Proyek

2.2.1 Pengertian Manajemen Proyek

Menurut PMBOK ((Project Management Body of Knowledge) Guide, 2004) (dikutip oleh Budi Santosa) bahwa manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek.

Riyanarto (2012) Manajemen proyek adalah suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengontrol sumber daya perusahaan dengan sasaran jangka pendek untuk mencapai goal dan objective yang spesifik.

H. Kerzner (1982) (dikutip oleh Soeharto) Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan..

2.2.2 Keberhasilan Manajemen Proyek

Menurut Budi Santoso (2009) Manajemen proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat berikut :

 Dalam waktu yang dialokasikan  Dalam biaya yang dianggarkan

 Pada performansi atau spesifikasi yang ditentukan  Diterima kostumer

 Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimum yang disetujui  Tanpa menggangu aliran pekerjaan utama organisasi

 Tanpa merubah budaya (positif) perusahaan.

(6)

Gambar 2.1 Hubungan Triple Constrain (Iman Soeharto, 1999)

 Biaya/Anggaran, yaitu proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran.

 Jadwal/Waktu, yaitu proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan.

 Mutu/Kinerja, yaitu harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.

Ketiga batasan di atas saling memiliki ketergantungan. Dalam arti, jika ingin meningkatkan kinerja dari produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka harus diikuti dengan meningkatkan mutu yang akhirnya akan berpengaruh pada naiknya biaya atau anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal juga.

Handoko (1999) menyatakan tujuan manajemen proyek adalah sebagai berikut:

a. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan kerugian, seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasar.

b. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

c. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Jadwal Waktu

Mutu Kinerja Biaya

(7)

2.3 Network Planning

2.3.1 Pengertian Network Planning

Menurut Badri (1997) Network planning (jaringan kerja) pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur atau tambahan tenaga kerja sehingga biaya juga bertambah, pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan lain, pekerjaan mana yang perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga kerja dapat digeser ketempat lain(dilakukan percepatan), hal ini dilakukan demi efisiensi.

2.3.2 Metode Network Planning

Berbagai macam analisis jaringan kerja, yang sangat luas pemakaiannya adalah teknik evaluasi dan review proyek (PERT) dan metode jalur kritis (CPM). 2.3.2.1Critical Path Method (CPM)

Critical Path Method (CPM) merupakan analisis jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan. Menurut Siswanto (2007) Critical Path Method (CPM) adalah sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan pengendalian biaya sebuah proyek. Model ini dikembangkan oleh perusahaan DuPont pada tahun 1957 untuk pembangunan sebuah pabrik kimia. Metode jalur kritis (critical path method-CPM) adalah sebuah manajemen proyek yang menggunakan hanya satu estimasi per aktivitas.

(8)

pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Sehingga perlu perhatian penuh pada jalur tersebut, karena cepat lambatnya suatu proyek selesai terletak pada jalur kritis. Tujuan lintasan ini untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan yang tingkat kepekaan tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggara proyek apabila kegiatan tersebut terlambat.

2.3.2.2Program Evaluation and Review Technique (PERT)

Program Evaluation and Review Techique (PERT) adalah sebuah model Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek. PERT dikembangkan sejak tahun 1958 oleh Booz-Allen dan Hamilton pada tahun 1958 dalam proyek pengembangan Polaris Weapons System, yaitu proyek khusus dari US Navy . Teknik ini mampu mereduksi waktu selama 16 bulan lebih cepat dari taksiran semula dan sejak itu mulai digunakan secara luas.

PERT merupakan metode untuk menentukan jadwal dan anggaran dari sumber-sumber, sehingga suatu pekerjaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu dapat diselesaikan tepat pada waktunya. PERT merupakan suatu fasilitas komunikasi dalam hal bahwa PERT dapat melaporkan kepada manajer perkembangan yang terjadi, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang tidak. Dan PERT dapat menjaga agar para manajer mengetahui dan mendapat keterangan ini secara teratur.

Menurut Heizer dan Render (2006) dalam PERT digunakan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan, antara lain :

a. Waktu optimis (optimistic time)[a]

Waktu optimis yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung sesuai rencana. Atau juga dapat disebut waktu minimum dari suatu kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik, sangat kecil kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini.

b. Waktu pesimis (pessimistic time)[b]

(9)

waktu maksimal yang diperlukan suatu kegiatan, situasi ini terjadi bila masih buruk terjadi.

c. Waktu realistis (most likely time)[m]

Waktu realistis yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan yang paling realistis atau juga dapat disebut sebagai waktu normal untuk menyelesaikan kegiatan.

Tujuan dari PERT adalah pencapaian suatu taraf tertentu dimana waktu merupakan dasar penting dari PERT dalam penyelesaian kegiata-kegiatan bagi suatu proyek. Dalam metode PERT dan CPM masalah utama yaitu teknik untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya.

a. Probabilitas Waktu Penyelesaian Proyek

Pada pembahasan sebelumnya dipakai asumsi bahwa waktu kegiatan diketahui dan tidak berubah secara signifikan. Asumsi ini kadang-kadang tepat untuk beberapa situasi, akan tetapi ada beberapa situasi yang tidak sesuai. Konsekuensinya, situasi seperti itu memerlukan pendekatan probabilitas.

Menurut Siswanto (2007) untuk menentukan waktu penyelesaian suatu kegiatan agar lebih realistik digunakan tiga macam taksiran waktu, yaitu :

1. Taksiran paling mungkin (most likely estimate)[m]

Dimaksudkan sebagai taksiran waktu penyelesaian suatu kegiatan yang paling realistik. Secara statistik [m] adalah taksiran terhadap modus atau titik tertinggi dari distribusi waktu penyelesaian kegiatan.

2. Taksiran optimistik (optimistic estimate)[a]

Dimaksudkan sebagai taksiran yang akan terjadi dengan kemungkinan 1/100 jika segala sesuatu berjalan dengan baik. Secara statistik [a] adalah taksiran batas bawah distribusi probabilitas.

3. Taksiran pesimistik (pessimistic estimate)[b]

(10)

Kedudukan tiga macam taksiran waktu penyelesaian tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tiga macam taksiran waktu pada distribusi Beta

Dari distribusi probabilitas ini, dapat diketahui nilai expected value dan variance dari distribusi tersebut untuk suatu tujuan tertentu. Dalam PERT expected value perlu diketahui karena expected value itu adalah nilai taksiran waktu penyelesaian kegiatan. Expected value dan variance dari model PERT tidak dapat dipenuhi oleh distribusi beta jika tidak ada hubungan tertentu yang sifatnya membatasi a, b, dan m. Selanjutnya karakteristik hubungan tersebut membuat titik tengah yang terletak pada (a+b)/2 sehingga expected value adalah rata-rata aritmatika terimbang dari nilai tengah dan modus. Oleh karena itu, expected value akan terletak pada 1/3 bagian antara modus dengan nilai tengah. Penjelasan tentang expected value, nilai tengah, a, m, dan b dalam distribusi Beta dapat dilihat pada gambar 2.3.

(11)

Kedudukan pada distribusi Beta sesungguhnya sangat tergantung pada nilai taksiran tiga macam waktu model PERT. Nilai taksiran tersebut akan menentukan bentuk dari distribusi Beta, sehingga akan ada tiga macam kemungkinan bentuk distribusi Beta, seperti yang terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Tiga macam kemungkinan hubungan antara a, b, m, dan

Expected value akan terletak di sebelah kanan m jika kurva menceng ke kanan; sebaliknya akan terletak di sebelah kiri m jika kurva menceng ke kiri; dan akan terletak tepat pada m jika kurva simetrik. Secara teoritik, bentuk probability destiny function pada distribusi Beta dipengaruhi oleh [n] atau jumlah sampel dan [r] atau jumlah sampel yang sukses (proses binomial) - Jika r/n = ½ maka kurva simetris

- Jika r/n < ½ maka kurva menceng ke kanan - Jika r/n > ½ maka kurva menceng ke kiri

Expected value atau taksiran waktu penyelesain kegiatan, dengan notasi dapat ditentukan sebagai berikut:

Selagi [a] dan [b] merupakan batas atas dan batas bawah distribusi

probabilitas, maka standar deviasi (σ) dari [a] hingga [b] adalah 6, sehingga

(12)

[ ]

Untuk mengetahui kemungkinan mencapai target jadwal, dapat dilakukan dengan menghubungkan antara waktu target (t) dengan jumlah waktu kegiatan kritis ( ) yang dinyatakan dengan rumus :

Angka merupakan angka probabilitas yang persentasenya dapat dicari dengan menggunakan tabel distribusi normal kumulatif .

b. PERT Cost Analysis

Walaupun PERT merupakan alat pengawasan dan pengendalian yang cukup handal, namun ada satu faktor terpenting yang terabaikan, yaitu biaya PERT cost analysis merupakan modifikasi PERT dengan melibatkan unsur biaya untuk perencanaan, pengawasan, dan pengendalian biaya proyek.

Menurut Richard Chase & W.R King (1995) anggaran biaya proyek dibuat dengan prosedur sebagai berikut :

1. Identifikasi setiap biaya yang berkaitan dengan setiap aktivitas, kemudian jumlahkan untuk dijadikan sebuah anggaran.

2. Jika proyek itu besar, maka beberapa aktivitas dapat dijadikan sebuah paket kerja yang lebih besar. Paket kerja dimaksudkan sebagai kumpulan beberapa aktivitas yang hamper sejenis atau yang saling memiliki hubungan erat satu sama lain.

3. Konversikan anggaran biaya dari setiap aktivitas dalam satuan biaya per periode waktu. Asumsi yang berlaku adalah bahwa biaya tersebut tersebar rata pada setiap satuan waktu yang lebih kecil.

(13)

2.3.3 Bahasa dan Simbol Diagram Network

Menurut Badri (1997) di dalam menyusun diagram network diperlukan simbol-simbol untuk menggambarkan pekerjaan-pekerjaan. Bentuk symbol yang sering digunakan dalam penggunaan diagram network adalah :

No Simbol Keterangan

1.

Arrow, bentuknya merupakan anak panah yang artinya aktivitas kegiatan adalah suatu pekerjaan atau tugas dimana

penyelesaiannya membutuhkan “duration” (jangka waktu tertentu) dan “resources” (tenaga, equipment, material dan biaya) tertentu.

2.

Node/event, bentuknya merupakan lingkaran bulat yang artinya saat, peristiwa atau kejadian : adalah permulaan atau akhir dari satu atau lebih kegiatan-kegiatan

3.

Double arrow, anak panah sejajar, merupakan kegiatan di Lintasan Kritis (Critical Path).

4.

Dummy, bentuknya merupakan anak panah terputus-putus yang artinya kegiatan semu atau aktivitas semu : adalah bukan

kegiatan/aktivitas tetapi dianggap kegiatan/aktivitas, hanya saja tidak membutuhkan duration dan resource tertentu.

(14)

Menurut Badri (1997) sebelum menggambarkan diagram network ada beberapa hal yang perlu diingat, yaitu :

- Panjang, pendek maupun kemiringan anak panah sama sekali tidak mempunyai arti, dalam pengertian letak pekerjaan, banyak duration maupun resource yang dibutuhkan.

- Aktivitas-aktivitas apa yang mendahului dan aktivitas-aktivitas apa yang mengikuti.

- Aktivitas-aktivitas apa yang dapat bersama-sama

- Aktivitas-aktivitas itu dibatasi saat mulai dan saat selesai.

- Waktu, biaya dan resources yang dibutuhkan dari aktivitas-aktivitas itu. - Kepala anak panah menjadi pedoman arah dari setiap kegiatan.

- Besar kecilnya lingkaran juga tidak mempunyai arti, dalam pengertian penting tidaknya suatu peristiwa.

2.3.4 Hubungan antar Simbol dan Kegiatan

Menurut Hayun (2005) hubungan antar simbol dan kegiatan dapat dinyatakan seperti berikut ini :

1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai dan kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, maka hubungan antara kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.6

A B C

Gambar 2.6 Kegiatan A pendahulu kegiatan B & kegiatan B pendahulu kegiatan C

2. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, maka dapat dilihat pada gambar 2.7

A

(15)

Gambar 2.7 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C

3. Jika kegiatan A danj B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D maka dapat dilihat pada gambar 2.8

A C

B D

Gambar 2.8 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D

4. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai, maka dapat dilihat pada gambar 2.9

A C

Dummy

B D

Gambar 2.9 Kegiatan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D

Fungsi dummy ( ) di atas adalah memindahkan seketika itu juga (sesuai dengan arah panah) keterangan tentang selesainya kegiatan B.

5. Jika kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka kita tidak boleh menggambarkannya seperti pada gambar 2.10 A

B

C

Gambar 2.10 Gambar yang salah bila kegiatan A, B, dan C

(16)

mulai dan selesai pada kejadian yang sama.

Untuk membedakan ketiga kegiatan itu, maka masing-masing harus digambarkan dummy seperti pada gambar 2.11

A A

B atau B

C C

Gambar 2.11 Perbedaan kegiatan dengan menggunakan dummy

2.3.5 Langkah-langkah dalam menggunakan Network Planning Menurut Taha (1997) adalah tiga langkah dalam membuat network, yaitu : 1. Merencanakan suatu proyek

- Analisis suatu proyek dengan menetapkan aktivitas individu mana yang harus dilakukan untuk menyelesaikan proyek.

- Tunjukkan hubungan perencanaan dan aktivitas ini dalam suatu network (dimana panah dan lingkaran mewakili hubungan diantara aktivitas proyek). 2. Menjadwal proyek

- Hitunglah berapa lama masing-masing aktivitas harus diselesaikan. - Lakukan perhitungan untuk menunjukkan jalur kritis.

- Gunakan informasi tentang jalur kritis ini untuk menentukan jadwal yang lebih ekonomis dan efisien.

3. Monitor Proyek

- Gunakan perencanaan dan penjadwalan untuk mengontrol dan memonitor kemajuan.

- Reviasi penjadwalan selama pelaksanaan proyek, jadi penjadwalan akan menunjukkan (menggambarkan) rencana dan status kemajuan yang sekarang.

(17)

Menurut Heizer dan Render (2006), ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yaitu kegiatan-pada-titik (activity-on-node – AON) dan kegiatan-pada-panah (activity-on-arrow – AOA). Pada pendekatan AON, titik menunjukkan kegiatan, sedangkan pada AOA, panah menunjukkan kegiatan.

Pontas M. Pardede (2005) mengemukakan perbedaan AOA dan AON yang digunakan dalam network planning adalah sebagai berikut :

a. AOA (activity on arrow)

Pada jaringan panah atau jaringan AOA, setiap kegiatan ditunjukkan dengan sebuah titik atau lingkaran. Titik-titik atau lingkaran tersebut dihubungkan dengan tanda panah yang berarti bahwa dua peristiwa yang berurutan dihubungkian dengan satu panah. Panah ini menunjukkan kegiatan yang mengantarai kedua peristiwa yang bersangkutan.

Gambar 2.12 Jaringan panah atau jaringan AOA.

b. AON (activity on node)

(18)

Gambar 2.13 Jaringan titik atau jaringan AON

2.4 Lintasan Kritis

2.4.1 Definisi Lintasan Kritis

Menurut Badri (1997) lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan penyelesaian proyek secara keseluruhan. Lintasan kritis digambarkan dengan dua garis anak panah yang sejajar. Lintasan kritis digunakan untuk mengetahui:

a. Penundaan pekerjaan pada “Lintasan Kritis”, menyebabkan seluruh proyek

tertunda penyelesaiannya.

b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada di lintasan kritis dapat dipercepat.

c. Pengawasan/Control hanya “diketatkan” di lintasan kritis saja, maka

pekerjaan-pekerjaan di jalur kritis :

- Perlu pengawasan ketat agar tidak tertunda.

- Kemungkinan di trade off dengan crash program : dipersingkat waktunya dengan biaya tambahan biaya (lembur).

d. Time Slack ( kelonggaran waktu) terdapat pada pekerjaan- pekerjaan yang tidak dilalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer untuk merealokasi/memindahkan tenaga kerja, alat-alat, dan biaya-biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis demi efisiensi.

2.4.2 Mencari Lintasan Kritis

Heizer dan Render (2006) menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass (perhitungan maju) dan backward pass (perhitungan mundur). ES dan EF ditentukan selama forward pass, LS dan LF ditentukan selama backward pass.

Menurut Richard Chase & W.R King (1995) Jalur kritis dapat dicari dengan terlebih dahulu menghitung earliest start (ES), latest start (LS), earliest finish (EF), dan latest finish (LF).

- ES (earliest start) adalah waktu memulai suatu pekerjaan yang tercepat tanpa harus mengganggu penyelesaian pekerjaan yang mendahuluinya.

(19)

- LS (latest start) adalah waktu yang paling lambat untuk memulai suatu pekerjaan tanpa harus menunda waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.

- LF (latest finish) adalah waktu yang paling lambat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa harus menunda waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Untuk menghitung ES dan EF seluruh pekerjaan, dimulai dari awal sampai akhir proyek (forward pass). Formula untuk mencari EF adalah sebagai berikut :

Untuk menghitung LS dan LF dimulai dari akhir proyek menuju awal proyek (backward pass). Formula untuk mencari LS adalah sebagai berikut :

Untuk selanjutnya adalah mengidentifikasi setiap aktivitas yang termasuk ke dalam jalur kritis. Operasinya dengan menghitung slack time (waktu menganggur), formula yang digunakan adalah :

Slack adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan. Kegiatan slack = 0 disebut sebagai kegiatan kritis (critical activities) dan berada pada jalur kritis.

Menurut Sudarmo (1998) Jalur kritis mempunyai sifat atau ciri-ciri sebagai berikut:

- Jalur kritis merupakan jalur yang memakan waktu terpanjang dalam proses produksi.

- Jalur kritis adalah jalur yang tidak memiliki tenggang waktu kegiatan antara waktu selesainya suatu tahap kegiatan dengan waktu mulainya suatu tahap kegiatan yang lain dalam proses produksi.

(20)

Apabila terjadi tenggang waktu, maka akan terjadi penundaan waktu pada penyelesaian seluruh kegaitan proses produksi. Berdasarkan sifat dan ciri-ciri jalur kritis di atas, kita akan dapat mengetahui jalur kritis pada suatu diagram network. Dengan mengetahui jalur kritis atau lintasan kritis akan memberikan kegunaan sebagai berikut (Badri) :

- Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis atau jalur kritis akan menyebabkan penundaan penyelesaian pekerjaan.

- Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada lintasan kritis dapat dilakukan percepatan.

- Pengawasan atau control dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungjkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur.

- Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan baiya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien.

2.5 Persamaan dan Perbedaan CPM dan PERT 2.5.1 Persamaan CPM dan PERT

CPM dan PERT sama-sama digunakan dalam perencanaan dan pengendalian proyek. Keduanya mendeskripsikan aktifitas-aktifitas proyek dalam jaringan kerja. Dan dari jaringan tersebut, mampu dilakukan berbagai analisis untuk pengambilan keputusan tentang wkatu, biaya, serta penggunaan sumber daya.

2.5.2 Perbedaan CPM dan PERT

Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan CPM dan PERT adalah sebagai berikut :

(21)

satu estimasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek.

2. PERT didasarkan pada taksiran probababilistik waktu aktifivitas yang menghasilkan suatu lintasan probabilistik melalui jaringan kerja aktivitas dan waktu penyelesaian proyek, sebaliknya CPM menggunakan waktu aktivitas konstan dan deterministik.

3. PERT menekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan CPM menekankan tepat biaya.

4. Pada PERT tanda anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan.

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan kegiatan proyek dan kegiatan operasional.
Gambar 2.1 Hubungan Triple Constrain (Iman Soeharto, 1999)
Gambar 2.2 Tiga macam taksiran waktu pada distribusi Beta
Gambar 2.4 Tiga macam kemungkinan hubungan antara a, b, m, dan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Opsi adalah salah satu instrumen derivative, dimana opsi merupakan suatu perjanjian kontrak antara penjual opsi (seller/writer) dengan pembeli opsi (buyer), dimana penjual

Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan melakukan analisis terhadap data curah hujan untuk mendapatkan debit banjir pada daerah aliran Sungai Negara dengan

Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa di RSJ Daerah Provsu Medan.. Psikologi

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui besaran impulse response pada speaker menggunakan sinyal impuls dan membandingkan metode pink noise

Skripsi dengan judul “ Perbedaan Hasil Belajar Materi Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel Menggunakan Metode Campuran dan Metode Cramer pada Siswa Kelas X SMAN

Related to the researcher problems above, the objective of this research was: to find out whether the use of Demonstration Method is effective to improve the first

Sesuai dengan Pasal 2 huruf e peraturan senat Universitas Brawijaya tentang Tata cara pemilihan Rektor universitas Brawijaya perioae iiii'g_ 2022, bahsta saya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Proses Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question And Getting Answer untuk meningkatkan Hasil Belajar Ilmu