• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepercayaan Dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Pembelian Produk smartphone Samsung Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Usu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepercayaan Dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Pembelian Produk smartphone Samsung Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Usu"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tentang Keputusan Pembelian 2.1.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Dalam membeli produk yang diinginkan, seorang konsumen harus

penyesalan yang akan terjadi di kemudian hari. Proses pengambilan keputusan

yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan (decision)

melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternative tindakan (atau

pelaku).Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa prilaku

yang berbeda.

Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan bukanlah hal

yang sederhana, pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan

mereka namun dapat bertindak sebaliknya.Mereka mungkin menanggapi

pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada menit-menit

terakhir.Karenanya pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi serta

perilaku pembelian pelanggan sasaran mereka.

Menurut Setiadi (2003:415), inti dari pengambilan keputusan

konsumen (consumerdecision making) adalah proses pengintegrasian yang

mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku

(2)

pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara

kognitif sebagai keinginan berperilaku.

Dalam membeli produk yang diinginkan, seorang konsumen harus

menentukan keputusan pembelian yang tepat, kalau tidak, mungkin saja

penyesalan yang akan terjadi di kemudian hari. Proses pengambilan keputusan

yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan (decision)

melibatkan pilihan di antara dua atau lebih alternatif tindakan (atau perilaku).

Keputusan selalu mensyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang

berbeda.

Pada kebanyakan orang,perilaku pembelian

konsumenseringkalidiawalidan dipengaruhiolehbanyaknya rangsangan dari

luardirinya,baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari

lingkungannya.Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri seusai

dengankarakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan

pembelian.Karakteristikpribadi konsumenyangdipergunakanuntukmemproses

rangsangan tersebut sangat komplek dan salah satunya adalahmotivasi

untuk membeli.

2.1.2 Faktor Utama Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian 2.1.2.1 Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam

(3)

sangatlah penting.Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang

paling mendasar.Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih

kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus

bagi anggota-anggotanya.Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama,

kelompok ras dan daerah geografis.Banyak sub-budaya yang

membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang

produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan

mereka.Kelas sosial, tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi

juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal.

Kelas sosial berbeda dalam busana, cara berbicara, preferensi rekreasi,

dan banyak ciri-ciri lain. Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama,

orang-orang dalam kelas sosial yang sama cenderung bertingkah laku

lebih seragam daripada orang-orang dari dua kelas sosial yang

berbeda. Kedua, orang-orang yang merasa menempati inferior atau

superior sehubungan dengan kelas sosial mereka.Ketiga, kelas sosial

seseorang ditandai oleh sekumpulan variabel, seperti pekerjaan,

penghasilan, kesejahteraaan, pendidikan, dan pandangan terhadap nilai

daripada suatu variabel. Keempat, individu dapat pindah dari satu

kelas sosial ke kelas sosial lain, ke atas dan ke bawah sepanjang hidup

mereka. Luasnya mobilitas ini bergantung pada kelakuan stratifikasi

(4)

2.1.2.2 Faktor Sosial

Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang

konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti keleompok

acuan, keluarga, serta peran dan status.

Kelompok acuan, banyak kelompok yang mempengaruhi

perilaku seseorang. Kelompok acuan seseorang terdiri dari sumua

kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak

langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang

memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan Kelompok

Keanggotaan.

Kelompok keanggotaan adalah kelompok kelompok primer,

seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, yang berinteraksi

dengan seseorang secara terus menerus dan informal.

2.1.2.3 Faktor Pribadi

Keputuasan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi. Karakteristik tersebut adalah usia dan tahap siklus hidup,

pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan

konsep-konsep diri pembeli.

(5)

tahap siklus hidup psikologis.Orang dewasa mengalami perjalanan dan

transformasi sepanjang perjalanan hidupnya.Pemasar memberikan

perhatian yang besar pada situasi hidup yang berubah dan dampak

mereka terhadap perilaku konsumsi.

Pekerjaan.Pekerjaan seseorang juga memperngaruhi perilaku konsumsinya.Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan

yang memiliki minat diatas rata-rata atas produk dan jasa mereka.

Keadaan ekonomi.Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang.Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan

yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, hutang, kemampuan

untuk meminjam, dan sikap atas belanja atau menabung. Pemasar

barang-barang yang peka tehadap harga terus menerus memperhatikan

trend penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat bunga, jika indikator

ekonomi menandakan resesi, pemasar dapat mengambil

langkah-langkah untk merancang ulang, melakukan penempatan ulang kembali

harga produk mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai

(6)

2.1.2.4 Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor

psikologi utama-motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan

pendirian

Motivasi.Seseorang memiliki bantak kebutuhan pada waktu tertentu.Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; muncul dari tekanan

biologis seperti lapar, haus, tak nyaman. Kebutuhan lain bersifat

psikogenis ; mereka muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan

akan pengakuan, penghargaan atau rasa memiliki. Sebagiab besar

kebutuhan psikogenis tidak cukup kuat untuk memotivasi orang agar

bertindak dengan segera. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia

di dorong hinga mencapai tingkat intensitas yang memadai. Motif

adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak.

Dengan memuaskan kebutuhan tersebut ketegangan akan berkurang.

2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Setiadi (2003:16) proses pembelian yang spesifik terdiri dari

urutan kejadian berikut :

Pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Tugas pemasar

(7)

yang bekerja pada tahap-tahap itu. Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah

kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi

sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya.Kebutuhan ini dapat

disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan

normal seseorang atau rangsangan eksternal seseorang.

2. Pencarian Informasi

Seseorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong

untuk mencari informasi yang lebih banyak. Salah satu faktor kunci bagi

pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan

oleh konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber terhadap

keputusan pembelian. Sumber-sumber informasi konsumen dapat

dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

a. Sumber Pribadi : Keluarga, teman, tetangga,dan kenalan.

b. Sumber Komersil : Iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan, pameran.

c. Sumber Umum : Media massa, organisasi konsumen.

d.Sumber Pengalaman: Pernah menangani, menguji, menggunakan produk

(8)

Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan. Kebanyakan model

dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka

memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk

terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional.

4. Keputusan Membeli

Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan

membeli. Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain,

sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang

akan tergantung pada 2 (dua) hal yaitu :

a. Intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan

konsumen.

b. Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut.

Faktor yang kedua adalah situasi yang tidak dapat diantisipasi.

Konsumen membentuk suatu maksud pembelian, atas dasar

faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapakan, harga yang

diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Ketika konsumen

akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi

unutk mengubah maksud pembelian tersebut.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan, konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen

(9)

dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar. Pekerjaan

pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan

terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian. Kepuasan pembeli

merupakan fungsi dari seberapa dekatharapan pembeli atas produk

tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya

guna produk produk tersebut dibawah harapan pelanggan, pelanggan

tersebut akan merasa dikecewakan. Tetapi, jika memenuhi harapan,

pelanggan tersebut akan merasa puas, dan jika melebihi harapan, maka

pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.

6. Kepuasan Sesudah Pembelian

Setelah membeli produk, seorang konsumen mungkin mendeteksi

adanya suatu cacat. Beberapa pembeli tidak akan menginginkan produk

cacat tersebut, yang lainnya akan bersifat netral ada beberapa bahkan

mungkin melihat cacat itu sebagai suatu yang meningkatkan nilai produk.

7. Tindakan – Tindakan Sesudah Pembelian

Kepuasan atau ketidak puasan konsumen pada suatu produk akan

mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas,

maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk

membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan mengambil

satu atau dua tindakan. Mereka mungkin akan mengurangi

ketidakcocokannya dengan meninggalkan atau mengembalikan produk

(10)

dengan mencari informasi yang mungkin mengkonfirmasikan produk

tersebut sebagai bernilai tinggi (atau menghindari informasi yang

mengkonfirmasikan produk tersebut sebagai bernilai rendah).

8. Penggunaan dan Pembuangan Sesudah Pembelian

Para pemasar juga harus mengontrol bagaimana pembeli

menggunakan dan membuang suatu produk. Bila konsumen menemukan

cara pemakaian pengguanaan baru, ini haruslah menarik minat pemasar

karena penggunaan baru tersebut dapat diiklankan.

2.1.4 Jenis-jenis Tingkah laku Pembelian Konsumen

Menurut Kotler (2005:160) mengatakan ada beberapa tingkah laku

pembelian konsumen, yaitu :

1. Tingkah Laku membeli yang kompleks

Konsumen mengalami tingkah laku pembelian yang kompleks kalau

mereka terlibat dalam pembelian dan memiliki perbedaan pandangan yang

berarti diantara merek. Konsumen mungkin akan terlibat bila produknya

mahal, berisiko, jarang dibeli dan amat mencerminkan citra diri, pada

umumnya banyak yang harus dipelajari konsumen mengenai kategori produk.

(11)

Tingkah laku ini terjadi saat konsumenterlibat dlam pembelian produk

mahal, jarang dibeli dan berisiko tetapi konsumen dapat melihat sedikit

perbedaan diantara merek.

3. Tingkah Laku membeli yang merupakan kebiasaan

Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi dibawah

kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang

dirasakan besar. Dalam hal ini tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat

urutan keyakinan sikap tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak membentuk

sikap yang kuat terhadap suatu merek, mereka memilih merek karena sudah

dikenal.

4. Tingkah Laku membeli yang mencari variasi

Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari variasi

dalam situasi yang ditandai dengan keterlibatan konsumen yang rendah, tetapi

perbedaan merek dianggap berarti. Dalam keadaan seperti ini konsumen

sering kali mengganti merek.

2.1.5 Langkah-langkah Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut sumarwan (2004:294) , keputusan membeli atau

mengkonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali oleh

langkah-langkah sebagai berikut:

(12)

Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah,

yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan

keadaan yang sebenarnya terjadi.

b. Waktu

Berlalunya waktu akan menyebabkan teraktifkannya kebutuhan psikologi

seseorang. Waktu juga akan mendorong pengenalan kebutuhan lain yang diinginkan

oleh seseorang konsumen. Usia konsumen yang semangkin tua akan menyebabkan ia

memiliki aspirasi dan nilai yang berbeda. Konsumen yang lebih tua mungkin akan

lebih memperhatikan kesehatannya,sehingga ia banyak membutuhkan makanan yang

sangat selektif agar terhindar dari berbagai penyakit.

c. Perubahan situasi

Perubahan situasi akan mengaktifkan kebutuhan. Konsumen yang masih

bujangan mungkin akan lebih banyak menghabiskan pengeluaranya untuk hiburan.

Jika konsumen tersebut menikah maka ia akan mengenali banyak kebutuhan yang

lain.

d. Pemilikan produk

Memiliki sebuah produk seringkali mengaktifkan kebutuhan yang lain.

Seseorang konsumen yang membeli sebuah mobil baru, maka ia akan menyadari

perlunya produk lain. Ia memerlukan sampo mobil,lap kanebo, peralatan

(13)

e. Konsumsi produk

Jika buah-buahan yang tersedia dikulkas sudah habis, maka konsumen akan

membeli lagi buah-buahan untuk kebutuhan konsumsinya. Habisnya persediaan

makanan yang ada dirumah seringkali mendorong konsumen menyadari kebutuhanya

untuk segera membeli makanan lagi sehingga bisa tersedia untuk konsumsi

berikutnya.

f. Perbedaan individu

g. Pengaruh pemasaran

Produk baru muncul hamper setiap hari, dan diiklankan atau di

komunikasikan melalui berbagai media oleh perusahan pembuatnya. Program

pemasaran tersebut akan mempengaruhi konsumen untuk menyadari akan

kebutuhanya. Produk yang dikomunikasikan dengan menarik akan memicu seseorang

konsumen untuk menyadari akan kebutuhanya dan merasakan bahwa produk

tersebutlah yang bisa memenuhi kebutuhanya tersebut.

h. Pencarian informasi

Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa

kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.

Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan didalam ingatanya ( pencarian

(14)

2.2 Teori Tentang Kepercayaan

2.2.1 Pengertian Kepercayaan

Mangkunegara (2009), menyatakan bahwa kepercayaan dan sikap sangat berpengaruh, sikap sangat mempengaruhi kepercayaan begitu pula

sebaliknya, kepercayaan menentukan sikap.Dalam hubunganya dengan perilaku

konsumen, sikap dan kepercayaan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu

produk, merek, dan pelayanan.Sikap dan kepercayaan konsumen terhadap suatu

produk atau merek dapat diubah melalui komunikasi yang persuasive dan

pemberian informasi yang efektif kepada konsumen.

Kepercayaan merupakan pondasi dari bisnis. Kepercayaan ini tidak

begitu saja dapat diakui oleh pihak lain / mitra bisnis, melainkan harus

dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Menurut Prasaranphanich

(2007:23), ketika konsumen mempercayai sebuah perusahaan, mereka akan

lebih suka melakukan pembelian ulang dan membagi informasi pribadi yang

berharga kepada perusahaan tersebut.

Moorman et al., (1993) seperti yang dikutip oleh darsono (2008:11)

mendefinisikan kepercayaan (trust) sebagai kesediaan (willingness) individu

untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat dalam pertukaran

(15)

Ketika satu pihak mempunyai keyakinan ( confidence) bahwa pihak

lain yang terlibat dalam pertukaran mempunyai reliabilitas dan integritas,

maka dapat dikatakan ada kepercayaan (trust). Rofiq (2007:32)

mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah kepercayaan pihak tertentu

terhadap yang lain dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu

keyakinan bahwa orang yang dipercayainya tersebut memiliki segala

kewajibannya secara baik sesuai dengan yang diharapkan.

Kepercayaan konsumen menurut Mowen,dkk (2002:312) adalah

semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang

dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan mamfaatnya.

2.2.2 Kepercayaan Konsumen tentang Atribut Produk

Atribut (attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin

dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek. Ada dua (2) jenis atribut yaitu atribut

instrinsik dan atribut ekstrinsik. Atribut instrinsik adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan sifat actual produk, sedangkan atribut ekstrinsik adalah

segala sesuatu yang diperoleh dari aspek aksternal produk, seperti nama

merek, kemasan, dan label.

Perusahaan harus menyadari bahwa kepercayaan terhadap objek,

atribut, dan mamfaat menunjukkan persepsi konsumen, dan karena itu,

(16)

lainnya.Mereka juga harus mengingat bahwa kepercayaan mareka sendiri

terhadap sebuah merek tertentu sangat berbeda dari pasar target. Kepercayaan

yang dikatakan mewakili asosiasi yang konsumen bentuk di antara objek,

atribut, dan mamfaat, didasarkan atas proses pembelajaran kognitif.

Seseorang membentuk tiga jenis kepercayaan Mowen,dkk (2002:312) yaitu :

1. Kepercayaan atribut-objek (object-atribute beliefs)

Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut

kepercayaan atribut-objek, seperti seseorang, barang atau jasa.

2. Kepercayaan atribut-mamfaat

Kepercayaan atribut-mamfaat merupakan persepsi konsumen tentang

seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan

mamfaat tertentu. Seseorang mencari produk dan jasa yang akan

menyelesaikan masalah-masalah mereka dan memenuhi kebutuhan

mereka, dengan kata lain memiliki atribut yang dapat dikenal.

3. Kepercayaan objek – mamfaat

Kepercayaan objek – mamfaat merupakan persepsi konsumen tentang

seberapa jauh produk, orang, atau jasa tertentu yang akan memberikan

(17)

2.2.3 Kepercayaan, Sikap, dan Prilaku Terbentuk

Kepercayaan, sikap, dan prilaku terbentuk dengan dua cara berbeda.

Pada formulasi langsung, kepercayaan, sikap, dan prilaku diciptakan tanpa

terjadi keadaan lain sebelumnya.Jadi, seperti ditunjukkan oleh perspektif

pengaruh prilaku, perilaku dapat terjadi tanpa pembentukan sikap atau

kepercayaan awal konsumen yang kuat tentang objek dimana perilaku

diarahkan. Demikian juga, seperti dinyatakan oleh perspektif eksperiensial

sikap (misalnya, perusahaan) dapat tercipta tanpa pengembangan kepercayaan

spesifik awal konsumen tentang objek sikap Mowen,dkk (2002:322).

Mowen, dkk (2002:322) menambahkan bahwa setelah kepercayaan,

sikap, atau prilaku terbentuk secara langsung terdapat tendensi atas tiga

keadaan yang dapat menciptakan sebuah hierarki. Dengan cara ini,

pertama-tama konsumen membentuk kepercayaan terhadap sebuah produk dan

kemudian membentuk kepercayaan serta sikap terhadap produk tersebut.

Apabila pembentukan sebuah keadaan (misalnya, kepercayaan) menimbulkan

penciptaan keadaan lainnya (misalnya, sikap), maka pembentukan sikap

(18)

2.3 Teori Tentang Citra Perusahaan

2.3.1 Pengertian Citra Perusahaan

Citra perusahan didefinisikan sebagai sebuah persepsi mengenai

kualitas yang digabungkan dengan nama (Aaker dan Keller, 1990). Fungsi

utama dari citra perusahaan adalah menjadi fasilitas pilihan ketika pedoman

instrinsic atau atribut-atribut tampak sulit atau tidak mungkin dilakukan.

pedoman instrinsic meliputi komposisi fisik atau teknikal dari produk. Nama

merek telah didefinisikan sebagai sebuah pedoman Ekstinsik, sehingga

menjadi sebuah atribut yang digabungkan dengan jasa tetapi menjadi bagian

fisik jasa itu sendiri.

Suatu organisasi dapat mempunyai citra baik, buruk, dan bahkan tidak

jelas. Citra adalah realitas, oleh karena itu program pengembangan dan

perbaikan citra harus didasarkan pada realitas. Jika citra tidak sesuai dengan

realitas dan kinerja perusahaan baik maka itu merupakan kesalahan

perusahaan dalam berkomunikasi.Citra yang baik merupakan hasil dari usaha

perusahaan tersebut dalam memberikan pelayaan yang mampu memuaskan

pelanggannya. (Arafah, 2004:61).

Citra suatu perusahaan dibentuk berdasarkan kesan, pemikiran dan

pengalaman yang dialami pelanggan sewaktu melakukan interaksi dengan

(19)

sikap atau penilaian terhadap perusahaan bersangkutan. Sikap atau penilaian

tersebut akan menjadi referensi bagi pelanggan untuk mengambil keputusan

pembelian selanjutnya.

Citra akan berdampak pada keberhasilan kegiatan bisnis dan

pemasaran perusahaan. Citra yang buruk akan melahirkan dampak negatif

terhadap operasi bisnis perusahaan. Citra perusahan yang baik dan kuat akan

mempunyai mamfaat sebagai berikut:

1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.

2. Menjadi perisai selama masa krisis.

3. Menjadi daya tarik bagi eksekutif handal.

4. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran

5. Penghematan biaya operasional.

Menurut Steidl dalam Sutojo (2004:34), langkah awal sebelum

membangun citra, hendaklah perusahaan terlebih dahulu memilih segmen –

segmen masyarakat yang mereka rasa paling besar peranan dan potensinya

dalam menentukan masa depan perusahaan.

Dengan menentukan kelompok sasaran, manajemen perusahaan dapat

menyusun program pembangunan citra perusahaan secara lebih

terarah.Dengan menentukan segmen-segmen masyarakat yang dijadikan

(20)

dengan mereka secara lebih efektif. Dalam banyak hal pemilihan segmen

sasaran juga lebih memudahkan perusahan memilih jalur yang akan

dipergunakan untuk berkomunikasi dengan mereka.

Menurut Sutojo (2004:39), keberhasilan perusahaan membangun citra

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Dari sekian banyak faktor tersebut

lima diantaranya besar pengaruhnya. Kelima faktor tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap mamfaat yang

dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran.

2. Mamfaat yang ditonjolkan cukup realities.

3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan.

4. Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran.

5. Citra yang ditonjolkan meupakan sarana, bukan tujuan usaha.

Citra yang dipopulerkan dalam 3 (tiga) tahap (Sutojo:2004:55), yaitu:

1. Pembentukan persepsi segmen sasaran.

Langkah pertama upaya pembentukan citra segmen sasaran tentang jati diri

perusahaan, adalah menciptakan citra yang akan dipopulerkan. Citra yang

ingin dibentuk harus mencerminkan jati diri perusahaan yang sebenarnya.

(21)

Persepsi yang baik dari pelanggan harus selalu dipertahankan. Apabila tidak

dipertahankan dengan baik, citra perusahaan dimasyarakat dapat menurun,

bahkan dilupakan.

3. Merubah persepsi segmen sasaran yang kurang menguntungkan.

Perusahaan dikelola secara professional akan berusaha keras merubah persepsi

segmen sasaran yang tidak menguntungkan. Cara yang terbaik untuk merubah

persepsi sekmen sasaran yang tidak menguntungkan adalah berbenah diri dari

dalam. Sebab-sebab yang menimbulkan perubahan persepsi segmen sasaran

terhadap perusahaan hendaknya dihapus, paling sedikit dieliminir.

Sebab-sebab tersebut mungkin ada pada kepribadian atau kinerja manajeman.

(22)

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian

Variabel Hasil

Penelitian 1 Budi

(2002)

Pengaruh kualitas produk dan citra perusahaan terhadap yang signifikan secara simultan, kualitas produk dan citra perusahaan menunjukkan hasil yang positif berpengaruh terhadap

keputusan pembelian handphone merek Samsung

Android dan faktor yang

paling dominan mempengeruhi keputusan

responden adalah citra perusahaan

2 Ari (2013)

Pengaruh bauran pemasaran dan citra perusahaan

terhadapkeputusan

pembelian produk

samrtphone Samsung

pada pengunjung plaza Mellenium Medan.

Bauran pemasaran dan citra perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian produk

smartphone Samsung

Galaxy series pada pengunjung Plaza Mellenium Medan

3 Arista Pengaruh iklan,

kepercayaan merek, dan citra merek terhadap minat beli smartphone

-Iklan

-Kepercayaan -Citra merek -Minat beli

(23)

Samsung. 4 Novi

(2010)

Pengaruh kepercayaan dan citra perusahaan terhadap Keputusan pembelian kartu simpati

pada Mahasiswa Jurusan Ilmu komunikasi Fakultas

ilmu social dan Ilmu politik Universitas positif terhadap keputusan pembelian kartu simpati dan citra perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian kartu Simpati.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam

masalah tertentu.

Kepercayaan merupakan pondasi dari bisnis.Kepercayaan merupakan faktor

utama yang menentukan terjadinya keputusan pembelian membangun kepercayaan

dengan konsumen adalah suatu faktor yang penting untuk menciptakan keputusan

pembelian.

Citra perusahaan diartikan sebagai sebuah persepsi mengenai kualitas yang

digabungkan dengan nama. Fungsi utama dari citra perusahaan adalah menjadi

fasilitas pilihan ketika pedoman instrinsic atau atribut-atribut tampak sulit atau tidak

(24)

pengalaman yang dialami pelanggan sewaktu melakukan interaksi dengan

perusahaan. Kemudian pengalaman maupun pemikiran itu akan membentuk sikap

atau penilaian terhadap perusahaan bersangkutan. Sikap atau penilaian tersebut akan

menjadi referensi bagi pelanggan untuk mengambil keputusan pembalian

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka konseptual dalam penelitian

ini sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian

2.6 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut :

“Kepercayaan, dan Citra perusahaan berpengaruh terhadap keputusan pembelian

untuk menggunakan produk smartphone Samsung pada Mahasiswa USU Medan”. KEPERCAYAAN (X1)

KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

POKJA ULP KOORDINATOR WILAYAH DI EMPAT LINGKUNGAN PERADILAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Tembusan kepada

perkembangan anak yang bisa dideteksi pada usia tiga tahun. Adapun gejala yang bisa dilihat antara lain gangguan komunikasi. Kualitas kemampuan komunikasi anak autis jenis ini

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) tahap memahami masalah dapat mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan

keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk diri sendiri atau untuk orang lain dengan membawa seseorang atau kelompok orang, baik secara

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa baik di unit kritis maupun unit medikal bedah, ketidakpatuhan tertinggi dalam melakukan 5 moment cuci tangan adalah

Keberadaan Karang dan Ornbak yang berkarakter kokoh, keras dan tegar sehingga dari kedua elemen tersebut dapat digunakan pada massa bangunan untuk memberikan kesan yang menyatu

Selain ayah mengajarkan tentang pendidikan kesehatan reproduksi sejak anak usia dini, ayah telah menjelaskan tentang bagaimana caranya mandi besar (83%), ayah

Berdasarkan hasil penelitian Mayasari dan Hadjam (2010) tersebut dapat disimpulkan bahwa sama seperti remaja putra yang normal, remaja putra tunagrahita secara seksual