• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Donald Trump Melarang Masuknya Pengungsi Ke Amerika Serikat Ditinjau Dari Konvensi 1951 Dan Protokol 1967 Tentang Status Pengungsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Donald Trump Melarang Masuknya Pengungsi Ke Amerika Serikat Ditinjau Dari Konvensi 1951 Dan Protokol 1967 Tentang Status Pengungsi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Masalah pengungsi belakangan ini bagaikan sebuah fenomena yang

lumrah kita dengar dan kita lihat pada saat ini. Media-media pemberitaan baik

radio, televisi hingga portal berita berbasis online pun seakan berlomba-lomba

membahas tentang masalah pengungsi ini. Misalnya saja yang sering kita dengar

adalah mulai dari masalah pengungsian besar-besaran di Suriah yang terdampak

konflik dengan ISIS atau suku Rohingya yang tidak diakui di Myanmar,dan

sebagainya. Problema pengungsi seyogyanya memang sudah menjadi masalah

yang boleh dibilang sangat klasik dalam peradaban manusia.

Pengungsi adalah orang yang terpaksa meninggalkan negara asalnya

karena rasa takut mendasar dan mengalami penindasan (persecution). Rasa takut

yang mendasar inilah yang membedakan pengungsi dengan jenis migran lainnya,

seberat apapun situasinya, dan juga dari orang yang tidak membutuhkan

Pengungsi tidak dapat mengandalkan perlindungan dari negara yang seharusnya

memberi perlindungan kepada mereka.1

1

Yuliantinigsih,Aryuni. 2013. Perlindungan Pengungsi Dalam Perspektif Hukum Intrnasional dan Hukum Islam ( Studi Terhadap Kasus Manusia Perahu Rohingya ). Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13, No. 1.

Misalnya saja seperti kelaparan,

kemiskinan dan genosida di negara asal mereka. Kemiskinan dan kelaparan juga

menjadi momok menakutkan bagi masyarakat sebagian negara di Afrika seperti

Somalia, Sudan Selatan, dan sebagainya. Akses air bersih juga menjadi masalah di

(2)

Pada akhirnya, mereka kemudian tidak memiliki pilihan lagi selain harus

mengungsi keluar dari negara asal mereka yang terdampak perang saudara,

genosida, bencana alam, kemiskinan dan kelaparan. Mereka kemudian melakukan

perantauan ke negara-negara yang dirasa akan memberikan mereka perlindungan

serta rasa aman dan nyaman.

Belakangan ini, dunia dikejutkan dengan kebijakan Presiden Amerika

Serikat, Donald Trump yang mengeluarkan sebuah perintah eksekutif yang intinya

melarang penerimaan imigran dari 7 Negara mayoritas Muslim serta pengungsi

untuk masuk ke Amerika Serikat. Hal ini sudah ia utarakan sejak masa

kampanye-nya. Trump seolah ingin menunjukkan bahwa apa yang dia kampanyekan selama

masa kampanye bukan hanya bualan belaka, dan benar saja, ia wujudkan ketika

menjadi Presiden Amerika Serikat sekarang. Berikut adalah isi dari perintah

eksekutif tersebut dikutip dari NBC News:

“Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry Into the United States”

The order suspends the entry of immigrants from seven Muslim-majority countries

— Syria, Iran, Iraq, Libya, Sudan, Yemen and Somalia — for 90 days and stops

all refugees from entering the country for 120 days. Syrian refugees are banned

indefinitely. During the time of the ban, the secretary of homeland security and

the secretary of state will review and revise the refugee admission process.

Also in the order is the suspension of Obama's 2012 Visa Interview Waiver

Program, which allowed frequent U.S. tourists to bypass the visa interview

(3)

White House officials have made a number of contradictory statements, at

times calling the order a "ban" and at other times referring to it as a "travel

restriction." After the order was signed, thousands of protesters popped up at

airports across the country to denounce it.2

Setelah Trump mengeluarkan kebijakan kontroversialnya tersebut, gelombang

protes berdatangan, baik di dalam negeri hingga luar negeri. Warga negara dari

negara Eropa juga tidak ketinggalan menyuarakan suara mereka menentang

kebijakan Donald Trump ini. Mereka tidak menyetujui apa yang dilakukan oleh

Trump dan menganggap ini merupakan sebuah kebijakan yang sangat konyol.

Mereka melakukan protes. Tujuan mereka hanya satu, mereka menuntut Donald

Trump untuk mencabut kebijakannya tersebut.3

Dalam perintah eksekutif itu, Donald Trump akan melarang masuknya

imigran-imigran yang berasal dari 7 Negara mayoritas Muslim ( Suriah, Iran, Irak,

Libya, Sudan, Yaman dan Somalia ) selama 90 hari sejak perintah eksekutif itu

ditandatangani dan Trump juga menghentikan sementara program penerimaan

pengungsi untuk masuk ke Amerika Serikat selama 120 hari sejak perintah

eksekutif itu dikeluarkan. Terkhusus untuk pengungsi Suriah, belum ditentukan

jangka waktu yang pasti kapan larangan itu akan dicabut.

Perintah eksekutif ini sungguh menyakitkan, Trump terlihat sangat

diskriminatif. Ia menolak imigran dari negara tertentu untuk masuk ke Amerika

Serikat serta menolak para pengungsi untuk masuk ke Amerika Serikat.

(4)

Untuk para pengungsi Suriah, mereka adalah orang-orang yang tidak lagi

mendapatkan rasa aman dan nyaman di negara asal mereka. Kekacauan sungguh

melanda Suriah. Baru-baru ini lagi, Suriah kembali berduka. Rezim Assad diduga

menggunakan senjata kimia untuk membantai warga Suriah. Di saat yang

bersamaan, Amerika memberlakukan pelarangan masuknya pengungsi Suriah ke

Amerika Serikat. Namun, Amerika seolah-olah terlihat peduli dengan Suriah,

mereka melancarkan serangan ke Suriah sebagai bentuk “bantuan”, namun

menolak pen gungsi Suriah.

Kebijakan eksekutif pertama Donald Trump yang ia keluarkan pada tanggal 27

Januari 2017 telah ditolak oleh Hakim Pengadilan Federal Amerika Serikat, ,

James Robart yang berasal dari Partai Republik dan mereka meminta penundaan

pemberlakuan perintah eksekutif milik Donald Trump tersebut.4 Setelah perintah eksekutifnya ditolak oleh Hakim Federal, Donald Trump berang bukan main.

Bahkan di akun twitter-nya, Donald Trump menghujat Hakim yang membekukan

perintah eksekutifnya tersebut, Trump mengatakan bahwa :”Jika terjadi sesuatu di

Amerika, salahkan saja hakim dan sistem peradilan!”.5 Ada sekitar 60.000 penduduk imigran Amerika Serikat yang mengalami pembatalan VISA. Dengan

adanya putusan Hakim James Robart, kini mereka bisa bebas bepergian di

Amerika Serikat, asalkan telah memiliki VISA yang valid.6

Pemerintahan Donald Trump melakukan banding terhadap Pengadilan

Federal Amerika Serikat , namun perintah eksekutif milik Donald Trump tetap

(5)

ditangguhkan. Dikutip dari Kompas7

Namun , Donald Trump tidak menyerah. Dia masih tetap bersikeras

mempertahankan perintah eksekutifnya dan melakukan revisi terhadap perintah

eksekutifnya yang telah ditolak oleh Pengadilan Federal Amerika Serikat. Di

dalam perintah eksekutifnya yang baru, Trump mengeluarkan Irak dari daftar

negara yang dilarang masuk ke Amerika Serikat.

,Pengadilan banding federal Amerika Serikat,

Jumat pagi WIB (10/2/2017), memutuskan, kebijakan "anti-imigran" yang diambil

Presiden Donald Trump tetap ditangguhkan.Putusan bulat dari panel tiga hakim

ini sekaligus mengartikan, warga dari tujuh negara mayoritas Muslim akan terus

dapat melakukan perjalanan ke AS. Hal itu mengabaikan perintah eksekutif

Trump bulan lalu."Di satu sisi, masyarakat memiliki perhatian yang kuat dalam

keamanan nasional, hal itu menjadi kemampuan seorang presiden terpilih untuk

memberlakukan kebijakan," tulis para hakim, seperti dilansir CNN."Dan di sisi

lain, masyarakat juga memiliki perhatian dalam kebebasan perjalanan,

menghindar dari pemisahan keluarga, dan kebebasan dari diskriminasi.""Dengan

demikian, banding untuk memberlakukan kebijakan itu ditolak," sebut majelis

hakim.

8

Akan tetapi, seorang Hakim di distrik Hawaii, Derrick Watson kembali menolak

revisi perintah eksekutif milik Donald Trump tersebut. Sebab, menurutnya revisi

(6)

dari perintah eksekutif tersebut masih identik dengan perintah eksekutifnya yang

pertama dan ini dianggap melanggar konstitusi Amerika Serikat.9

PBB ( Perserikatan Bangsa-Bangsa) sendiri sebenarnya telah memiliki badan

khusus untuk menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan pengungsi yaitu

UNHCR / United Nations High Comissioner for Refugees. Tujuan utamanya

adalah untuk melindungi hak – hak dan keamanan pengungsi. UNHCR bekerja

untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki hak untuk mencari suaka dan

mendapatkan suaka yang aman di negara lain, dengan pilihan selanjutnya untuk

kembali ke negara asalnya secara sukarela, diintegrasi secara lokal atau

ditempatkan di negara ketiga. UNHCR juga dimandatkan oleh Majelis Umum

PBB untuk membantu dan mencari solusi bagi orang – orang tanpa

kewarganegaraan10

UNHCR sendiri telah mengecam apa yang dilakukan oleh Donald Trump,

"Tentu saja UNHCR percaya bahwa pengungsi harus ditawarkan bantuan,

perlindungan, peluang untuk mendapatkan pemukiman kembali, tanpa

memandang ras, agama atau etnis," kata juru bicara UNHCR, Vannina

Maestracci.

.

11

Akan tetapi, Trump seolah-olah menutup matanya dari keberadaan

PBB, UNHCR dan gelombang pendemo yang menentang serta mengecam keras

kebijakannya yang sangat kontroversial tersebut.

(7)

Dalam Konvensi PBB tahun 1951 dan Protokol 1967 tentang Status

Pengungsi pun telah diatur tentang hal tersebut, seperti perlindungan terhadap

hak-hak pengungsi dan bagaimana seharusnya perlakuan negara penerima

terhadap para pengungsi. Terlebih lagi, Amerika Serikat merupakan salah satu

pihak yang turut serta menandatangani Protokol 1967 tentang Status Pengungsi.

Setiap negara mempunyai tugas umum untuk memberikan perlindungan

internasional sebagai kewajiban yang dilandasi hukum internasional, termasuk

hukum hak asasi internasional dan hukum kebiasaan internasional. Prinsip non

-refoulement sebagaimana tercantum dalam pasal 33 Konvensi mengenai Status

Pengungsi 1951 merupakan aspek dasar hukum pengungsi yang melarang negara

untuk mengusir atau mengembalikan seseorang ke negara asalnya dimana

kehidupan dan kebebasannya akan terancam, dan oleh karenanya mengikat semua

negara yang menjadi peserta Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi.12

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan fakta-fakta dan opini-opini yang ada diatas, penulis tertarik

untuk membahas dan melakukan penelitian terkait masalah ini dengan judul

“Kebijakan Donald Trump Melarang Masuknya Pengungsi ke Amerika Serikat

Ditinjau Dari Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang Status Pengungsi”

Adapun yang merupakan permasalahan yang timbul dalam penulisan ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan Hukum Internasional bagi para pengungsi?

12

(8)

2. Bagaimana hubungan kedaulatan negara dengan kewajiban penerimaan

pengungsi dalam Hukum Internasional?

3. Bagaimana pandangan Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang Status

Pengungsi terhadap kebijakan Donald Trump?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan Hukum Internasional bagi para

pengungsi.

b. Untuk mengetahui bagaimana daya mengikat Hukum Internasional bagi

sebuah negara.

c. Untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh Donald Trump bertentangan

dengan Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang Status Pengungsi.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan, khususnya

terhadap perlindungan hak-hak pengungsi yang diatur di dalam Protokol 1967

tentang Status Pengungsi

b. Secara Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran yuridis bagi para pengungsi yang terkena

imbas daripada kebijakan Donald Trump ini.

(9)

Setelah dilakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum USU, ditemukan

beberapa skripsi yang membahas tentang pengungsi dari perspektif Hukum

Internasional, akan tetapi yang membahas dan mengaitkan pengungsi dengan

kebijakan Donald Trump tidak ada. Sehingga dapat dipastikan penelitian ini

merupakan asli atau orisinil dan dapat dipertanggungjawabkan secara kode etik

penulisan ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Sebagai titik tolak dari perumusan tinjauan pustaka, dapat diuraikan

beberapa konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Pengungsi adalah seseorang yang mengungsi dari negara asalnya pergi ke

negara lain untuk menyelamatkan diri dan mencari rasa aman.

Pencari suaka adalah seseorang yang menyebut dirinya sebagai pengungsi,

namun permintaan mereka akan perlindungan belum selesai dipertimbangkan.

Konvensi yang pada saat ini khusus mengatur tentang Pengungsi adalah

Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang Status Pengungsi

United Nations High Commissioner for Refugees atau UNHCR bertujuan

untuk melindungi dan memberikan bantuan kepada pengungsi berdasarkan

permintaan sebuah pemerintahan atau

pengungsi tersebut dalam proses pemindahan tempat menetap mereka ke tempat

yang baru.

Hukum Pengungsi internasional adalah turunan dan salah satu pengaturan

hukum internasional. Hukum pengungsi internasional lahir demi menjamin

(10)

Hak Asasi Manusia merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia

semenjak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, maka perlu dipahami

bahwa Hak Asasi Manusia tersebut tidaklah bersumber dari negara dan hukum,

tetapi semata bersumber dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya,

sehingga hak asasi manusia itu tidak dapat dikurangi ( non-derogable right )

Kedaulatan negara merupakan prinsip yang mendasari hubungan antar

negara dan juga merupakan landasan dari tatanan dunia. Prinsip ini merupakan

bagian dari hukum kebiasaan internasional (international customary law) yang

tercantum dalam Piagam PBB (United Nations Charter) serta menjadi komponen

penting dalam upaya pemeliharaan perdamaian dan keamanan dunia. Kedaulatan

negara menunjukkan kompetensi, independensi dan kesetaraan hukum antar

negara−negara.

Pacta Sunt Servanda (agreements must be kept) adalah asas hukum yang

menyatakan bahwa “setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para

pihak yang melakukan perjanjian.

Jus cogens adalah prinsip dasar hukum internasional yang diakui oleh

komunitas internasional sebagai norma yang tidak boleh dilanggar.

Negara Pihak yaitu negara anggota yang ikut dalam konvensi

internasional dalam hal ini termasuk Konvensi 1951 dan Protokol 1967

Perintah Eksekutif adalah sebuah perintah yang dikeluarkan oleh

Presiden Amerika Serikat (semacam Keppres di Indonesia)

Konvensi-konvensi digunakan untuk perjanjian internasional multilateral

(11)

dapat berlaku sebagai kaidah hukum internasional yang dapat berlaku secara luas,

baik dalam ruang lingkup regional maupun umum.

Protokol merupakan jenis perjanjian internasional yang kurang formal,

jika dibandingkan dengan traktat (treaty) ataupun konvensi (convention)

Negara adalah salah satu subyek hukum Internasional yang memiliki

kemampuan penuh untuk mengadakan atau untuk duduk sebagai pihak dalam

suatu perjanjian internasional

Prinsip non-refoulement adalah larangan atau tidak diperbolehkannya

suatu negara untuk mengembalikan atau mengirimkan pengungsi (refugee) ke

suatu wilayah tempat dia akan menghadapi persekusi atau penganiayaan

yang membahayakan hidup-nya karena alasan-alasan yang berkaitan dengan

ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu, atau

karena keyakinan politiknya

Hukum nasional adalah peraturan hukum yang berlaku di suatu negara

yang terdiri dari prinsip-prinsip serta peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat

pada suatu negara tersebut.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis

normatif adalah pendekatan yang melakukan analisa hukum atas peraturan

perundang-undaangan dan keputusan hakim dalam penulisan ini pendekatan

(12)

yang mengatur tentang perlindungan pengungsi sebagaimana yang terdapat di

dalam perangkat hukum nasional maupun perangkat hukum Internasional.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu metode

penelitian yang menggambarkan semua data kemudian dianalisis dan

dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung dan selanjutnya

mencoba untuk diberikan pemecahan masalahnya.

3. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Bahan hukum primer,yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang

merupakan landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini. Bahan

hukum Primer yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Konvensi 1951

dan Protokol 1967 tentang Status Pengungsi serta konvensi- konvensi

internasional yang berkaitan dengan masalah pengungsi, kemanusiaan serta

perjanjian internasional.

b. Bahan hukum sekunder,yaitu bahan hukum yang menunjang dan member

penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, jurnal ilmiah

dan pendapat para ahli hukum internasional yang terkait dengan masalah

pengungsi.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan dari

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum dan

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum, ensiklopedia dan sebagainya

(13)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis melalui Penelitian Pustaka

(Library Research). Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari dan

menganalisis berbagai macam bahan bacaan yang berkaitan dengan objek kajian

dalam skripsi ini antara lain berupa buku, jurnal, dokumen-dokumen, artikel dan

karya-karya tulis dalam bentuk media cetak dan media internet. Hal ini dilakukan

untuk mendapatkan landasan dalam menganalisa data-data yang diperoleh dari

berbagai sumber yang dapat dipercaya maupun tidak langsung (internet). Dengan

demikian akan diperoleh kesimpulan yang lebih terarah dari pokok bahasan.

5. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif

kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa

yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode yang diperoleh

menurut kualitas kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang

diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas

permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini hanya menjabarkan secara singkat

mengenai isi dari skripsi ini untuk memudahkan pemahaman materi skripsi ini.

Penulis membagi skripsi ini dalam 5 (lima) bab yang berhubungan erat satu sama

lain, dengan perincian sebagai berikut :

(14)

Dalam BAB I ini diuraikan tentang hal yang menjadi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka,

metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II PERLINDUNGAN PENGUNGSI DALAM HUKUM

INTERNASIONAL

Dalam BAB II ini dibahas tinjauan umum tentang pengungsi,

perlindungan pengungsi dan kewajiban serta hak pengungsi

BAB III DAYA IKAT HUKUM INTERNASIONAL DAN KAITANNYA

DENGAN KEDAULATAN NEGARA

Dalam BAB III ini dibahas tinjauan umum tentang kedaulatan

negara,mengikatnya perjanjian internasional dan prinsip non-refoulement sebagai

jus cogens

BAB IV KEBIJAKAN DONALD TRUMP DITINJAU DARI KONVENSI

1951 DAN PROTOKOL 1967 TENTANG STATUS PENGUNGSI

Dalam BAB IV ini dibahas tentang sejarah Pengungsi di Amerika Serikat,

kebijakan Donald Trump dikaitkan dengan Konvensi 1951 dan Protokol 1967

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Di era Globalisasi ini, jarak pandang semakin luas. Membuat dunia menjadi sempit untuk dijelajahi dengan berbagai macam akses yang mumpuni. Disinilah kemajuan

Kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan masyarakat sasaran para pelaku UKM yang tergabung didalam anggota Dekranasda Jawa Barat memberikan manfaat secara nyata

Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu, Seseorang kader yang tahu tentang pengertian, tujuan dan

12. Lembar soal boleh dicorat-coret, sedangkan Lembar Jawaban tidak boleh dicorat-coret. Petunjuk khusus tiap jenis soal ada pada bagian awal setiap jenis soal. SELAMAT MENGERJAKAN

Prosedur ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dikatakan bahwa proses penggunaan barang milik daerah yang dilakukan Badan Pengelola Keuangan

Ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan kemoterapi pada pasien Ca Mammae di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta tahun 2013 dengan nilai

Pengerjaan Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencanakan ukuran modul pelat pracetak lantai dermaga yang paling murah dan kuat dalam menahan beban dermaga di pelabuhan

0343-656450 Canned Pasteurized Crabmeat Frozen Demersal Fish Frozen Raw Shrimp Frozen Cooked Shrimp Frozen Crab Meat Frozen Crab Frozen Added Value Frozen Demersal fish Frozen