• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SOS 1100645 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "S SOS 1100645 Chapter3"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian deskriptif. Menurut nasution (1991, hlm.41) “penelitian deskriptif, mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial..”. Pernyataan

tersebut dapat dipahami bahwa dengan desain deskriptif peneliti dapat

menggambarkan segala keadaan para pedagang warung kios asal Kuningan dalam

melakukan gerak sosial. Kemudian adanya juga tujuan desain penelitian deskriptif

kualitatif menurut Bungin (2007, hlm. 68) mengatakan

bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu

Penjelasan tersebut, ketika peneliti melakukan penelitian maupun telah mengumpulkan

atau memperoleh data yang sesuai dan diinginkan mengenai mobilitas sosial pedagang

warung kios asal Kuningan di sekitar kampus Bumi Siliwangi, peneliti dapat

menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai fenomena tersebut dengan cara

mengungkapkan ke permukaan berbagai fakta sosial, seperti apakah yang menjadi

faktor pendorong maupun penarik mereka untuk melakukan mobilitas sosial dan

termasuk kepada mobilitas vertikal manakah atas hasil yang mereka kerjakan.

Penulis dalam meneliti di lapangan di wajibkan untuk mempunyai kemampuan

mengakrabi lokasi dan responden. Alwasilah (2012) mengungkapkan bahwa istilah

yang baku dalam literatur kualitatif adalah gaining entry atau establishing rapport,

yakni kulo nuwun terhadap lokasi penelitian dan silaturahmi kepada responden.

Sebelum melakukan pengambilan data dalam penelitian penulis musti melakukan

(2)

terlebih dahulu, karena jarak psikologis antara peneliti dan objek penelitian pastinya

memiliki jarak.

Rapport menurut Webster’s New Colegiate Dictionary (dalam Alwasilah, 2012, hlm.101) adalah “relation marked by harmony, conformity, accord, or affinity (1981:949), yaitu hubungan yang ditandai oleh kesesuaian, kesepakatan, persetujuan atau kedekatan antara peneliti dan yang akan diteliti.” Penjelasan tersebut sangat direkomendasikan setiap peneliti harus mempunyai atau membentuk suatu hubungan

yang bisa mendekatkan antara peneliti yang responden yang akan di teliti. Jalinan

tersebut sangat penting karena peneliti adalah instrumen penelitian, dan tanpa

hubungan tersebut akan sangat sulit untuk merealisasikan penelitian yang telah

dicanangkan. Peneliti sebagai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penelitian, apa

yang oleh Hammersley dan Atkinson (1983) disebut reflexivity.

Penjelasan tersebut, peneliti dituntut untuk mendapatkan kepercayaan, yaitu

membangun rapport. Alwasilah (2012, hlm.102) mengungkapkan bahwa Rapport

adalah mekanisme untuk mengurangi jarak psikologis, mencairkan ketegangan dan

membangun kepercayaan responden terhadap peneliti. Akan lebih baik apabila

peneliti memahami budaya atau kebiasaanya. Dilansir di sumber yang sama, peneliti

etnografis prosesional, khususnya sewaktu wawancara, menurut Alwasilah (2012,

hlm.102) memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

Sensitif, sabar, cerdik, tidak menghakimi (judgemental), bersahabat dan tidak menyerang (innofensive), menunjukan toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity), memiliki selera humor, ingin menguasai bahasa asing (bahasa ibu responden), dan mampu menjaga kerahasiaan responden, peneliti harus ‘berbudaya lokal responden’ agar mendapatkan data secara terus menerus sampai penelitian usai. (Alwasilah, 2012, hlm.102).

Penulis akan berusaha untuk menaplikasikan sifat maupun sikap tersebut ketika mulai

beraksi di lapangan untuk pengambilan data kepada para pedagang warung kios asal

Kabupaten Kuningan di sekitar Kampus UPI Bandung. Penulis cukup mengenal

bahasa dan budaya sunda yang lumayan berbeda dari daerah tatar sunda parahyangan,

karena penulis berdomisili dari daerah yang sama, yaitu Kabupaten Kuningan.

(3)

mengumpulkan data yang relevan dan terkini kepada para pedagang atas gerak sosial

yang mereka lakukan.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang akan diajukan oleh penulis yang berjudul “Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kuningan” dilakukan dengan metodologi deskriptif dan

pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (2010, hlm.4) menguraikan bahwa “Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh orang atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial”. penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, atas dasar pemaparan tersebut bahwa metode yang dipilih sesuai dengan tujuan yang dituju oleh penulis

yaitu untuk memahami segala fenomena sosial yang terjadi, yaitu mengenai Mobilitas

Sosial yang dilakukan oleh pedagang yang berasal dari Kabupaten Kuningan, dimasa

fenomena tersebut terjadi di sekitar lingkungan dimana penulis menetap sementara di

Kota Bandung, tepatnya di sekitar Kampus UPI Bandung.

Pelaksanaanya memerlukan proses yang mendalam dengan cara keterlibatan

langsung di lapangan baik dalam berinteraksi secara langsung maupun dengan cara

mengamatinya di lapangan. Kemudian dijabarkan dengan cara di deskripsikanya

secara menyeluruh dari segala hasil penelitian.

C. Lokasi dan Informan

1. Lokasi

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley

(dalam Sugiyono, 2013, hlm. 215) dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial

yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sesuai dengan pernyataan tersebut, dalam

penelitian yang berjudul Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kabupaten

kuningan ini tempat (place) yang telah dipilih oleh peneliti yaitu pedagang yang

bertempat atau beroperasi di sekitar Kampus UPI Bandung, yang meliputi jalan Geger

(4)

apabila dalam Kecamatan mencakup Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Cidadap.

Namun seiring menuju penelitian destinasi penelitian dapat berkembang. Setelah itu

pelaku (actors) yaitu pedagang makanan ataupun pedagang kaki lima baik laki-laki

maupun perempuan dengan berbagai latar belakang dan usia yang berada di sekitar

UPI Bandung. Terakhir aktivitas (activity), tentunya yang berkecimpung di sektor

informal yang di fokuskan kepada pedagang.

Batasan lokasi meliputi jalan sekitar Kampus UPI Bumi siliwangi.

2. Informan

Subjek berarti disini adalah informan penelitian. Penelitian kualitatif ini

peneliti wajib merancang strategi untuk berupaya menggali informasi dari yang akan

diteliti. Sangat penting dalam penentuan informan yang mengerti dan paham akan

masalah yang sedang diteliti. Karena itu dalam meraih informan yang sesuai dengan

tema, peneliti menggunakan prosedur penelitian kualitatif ini oleh penulis yaitu

purpossive sampling. Seperti telah dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm. 218) bahwa “purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Seperti dalam menentukan narasumber atau informan yang akan

menjadi subjek penelitian mempunyai beberapa kriteria yaitu para pedagang yang

berasal dari Kabupaten Kuningan yang melakukan Mobilitas Sosial ke Kota Bandung

dan lebih tepatnya yang berada di sekitar Kampus UPI Bandung.

Menurut Bungin (2007, hlm 107) pengunaan prosedur purposif adalah antara

lain menggunakan Key Person. Pada penentuan Key Person ini adalah informan yang

menguasai informasi dalam moblitas sosial pedagang warung kios asal Kuningan ini.

Penulis menentukan yang menjadi Key Person adalah pedagang itu sendiri, yang bisa

dilakukan wawancara secara mendalam. Informan pangkal penulis menentukan bahwa

para konsumen atau pelanggan, keluarga dan tokoh masyarakat yang menjadi informan

pangkal, yang dianggap dapat mengetahui segala peristiwa yang terjadi dalam

mobilitas pedagang, baik dari keadaan maupun pelayanan.

(5)

Informan Pokok Informan Pangkal

1. Pedagang Warung Kopi

2. Pedagang Kios Rokok

1. Keluarga pedagang Warung Kopi/Kios Rokok

2. Konsumen Warung Kopi/Rokok 3. Tokoh Masyarakat daerah asal

Sumber : Diolah oleh peneliti (2015)

D. Instrumen Penelitian

“Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya yang terjun ke

lapangan” (Bungin, 2007, hlm.222). Jadi, peneliti harus menguasai dan mempunyai

wawasan terhadap bidang penelitian mobilitas sosial para pedagang, dan penuh

kesiapan dalam melaksanakanya, terutama dalam pengambilan, pengolahan dan uji

kebsahan data.

E. Teknik pengumpulan data

1. Obeservasi Partisipatif (Participant Observer)

Menurut Bungin (2007, hlm.118) menyatakan “ Pengumpulan data melalui

observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan” Terjunya penulis ke lapangan dalam penelitian, peneliti akan berusaha untuk mengamati segala proses

secara langsung dalam kehidupan mereka baik peristiwa maupun kejadian di dalam

lingkungan pedagang, dan dapat menggali informasi yang lebih actual dan relevan

dengan situasi di lapangan.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara Mendalam Menurut Bungin (2007, hlm 111) yaitu “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai,

(6)

teknik wawancara, komunikasi verbal dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung oleh peneliti. Ketika melakukan wawancara mendalam kepada narasumber

yaitu para pedagang yang berasal dari Kabupaten Kuningan, peneliti diharapkan

mampu mengakrabkan diri dengan informan sengan sifat yang lebih non formal.

Penulis diharapkan dapat mendeskripsikan dan mengeksplorasi mengenai mobilitas

sosial yang dilakukan.

3. Dokumentasi

“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (Sugiyono,

2013, hlm. 240). Segala dokumen atau catatan yang ada baik bersifat primer maupun

sekunder, data tersebut akan membantu penulis dalam melakukan penelitian kepada

para pedagang, dan bisa melengkapi data yang belum kredibel dari apa yang

didapatkan dari observasi maupun wawancara.

F. Teknik pengolahan data

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm.246), mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

a. Data Reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kegiatan awal mencari data sudah barang tentu

banyak hal yang harus difokuskan dan di sesuaikan dengan tema, Karena itu peneliti

musti memilih hal-hal pokok dalam mengambil data. Jadi peneliti dalam

pengambilan data sangat perlu dicatat dan diambil atau di reduksi yang sesuai

(7)

b. Data Display (Penyajian data)

Proses ini dilakukan setelah adanya reduksi data, kemudian tahap selanjutnya

yaitu mendisplay. Mendisplay disini maksudnya untuk menyajikan. Apabila peneliti

telah mereduksi data, proses selanjutnya peneliti harus menyajikan data mengenai

Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kuningan. Bisa dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowerchart dan sejenisnya.

c. Conclusion Drawing / verification

Langkah ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah mereduksi

dan menyajikan data hasil dari lapangan, bisa ditariknya kesimpulan. Namun

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila terdapat bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka

yang dikemukakan kesimpulan yang kredibel. Apabila setelah memulai penelitian,

penulis akan selalu kembali ke lapangan atau ke tempat pedagang bergegiatan, baik

di tempak bekerja maupun tidak, dan tidak hanya sekali. Demi memperoleh data

yang akurat dan membuat kesimpulan yang kredibel.

G. Uji Keabsahan Data

Sangat diperlukan bahwa data hasil penelitian diharuskan data yang dapat

dipercaya dan valid. Banyak hasil penelitian yang diragukan kebenaranya karena

beberapa hal, Bungin (2007, hlm. 261) menyatakan bahwa

“(1) subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif; (2) alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi); (3) sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian”

Karena itu suatu ketidak validan haruslah dihindari agar jauh dari keraguan dan

kekeliruan yang mengatasnamakan semua pihak. Metode-metode yang dapat

(8)

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Dikarenakan instrumen penelitian kualitatif tersebut adalah diri sendiri atau

peneliti, karena itu sangat penting seorang peneliti selalu terjun langsung dalam

lapangan untuk pengamatan maupun pengambilan data sampai kejenuhan

pengumpulan data tercapai. Menurut Bungin (2007, hlm. 263) mengungkapkan “bersama informan di lapangan akan membantu peneliti memahami budaya dan tradisi informan, memahami makna-makna budaya, makna simbul, dan berbagai makna lainya yang hidup dan tumbuh di masyarakat...”. Pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa dalam penelitian perlu waktu yang relatif lama untuk mendukung

kepastian data, dengan memahami budaya, bahasa atau kebiasaan informan di lokasi

yang menjadi target. Sehingga peneliti dapat membandingkan data yang diperoleh

dari kata-katanya dengan kebiasaan yang sering ditampilkan.

b. Ketekunan Pengamatan

Menurut Bungin (2007, hlm. 264) mengatakan “Untuk memperoleh derajat

keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan lapangan”. Apabila di analogikan dalam peribahasa yaitu pisau yang tajam karena sering diasah. Begitu pula dalam penelitian semakin

peneliti mempertajam ketekunan maka tingkat keabsahan tentunya meningkat,

dengan menggunakan segala panca indera yang mesti peneliti optimalkan. Ketika

mengamati mobilitas sosial pedagang, peneliti mesti dengan tekun mengamati segala

sesuatu yang terjadi di lapangan.

c. Triangulasi sumber data

Menggali suatu informasi diperlukan sumber data yang berbeda alias bukan

hanya terfokus dalam satu sumber data. Tingkat kepercayaan dalam mengambil data

diperlukan cara membandingkan dan mengecek dengan cara tertentu. Menurut Paton

(9)

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan apa yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi , orang berada dan orang pemerintahan. 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

Cara-cara tersebut sangat harus dilaksanakan terutama untuk penelian kualitatif. Poin

pertama yang dimaksudkan adalah langkah peneliti dalam meraih data yang dituju

peneliti bukan hanya mengambil data melalui teknik wawancara, namun dengan

mengamati pola perilaku pedagang tersebut dalam aktivitas sehari-hari yang dianggap

penting sebagai data yang perlu dibandingkan dengan data yang diambil dari teknik

wawancara. Pada poin kedua dapat dimengerti yaitu langkah nyata di lapangan dalam

meneliti disini dimaksudkan bahwa peneliti diharuskan untuk mengambil data dengan

mengamati dan melakukan wawancara dengan berbagai teknik secara non formal

pada kegiatan sehari-hari di depan umum, dan membandingkan dengan data hasil

wawancara pribadi secara mendalam dengan para pedagang warung kios asal

Kabupaten Kuningan. Poin ketiga yang dimaksudkan yaitu peneliti bisa mengambil

sumber data selain dari informan ini seperti pedagang warung kios asal Kuningan.

Namun peneliti musti mengambil data dari pihak lain mengenai kondisi kondisi para

pedagang menurut pandangan mereka, seperti para masyarakat sekitar atau konsumen

di Warung Kopi atau pedagang kaki lima. Kemudian data-data tersebut dapat dapat

dibandingkan dari sumber-sumber yang lainya. Poin keempat dapat dijelaskan bahwa

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau

tinggi , orang berada dan orang pemerintahan. Sangat perlu dalam triangulasi sumber

data ini, berbagai persfektif dapat dibandingkan dari berbagai sumber. Bisa dari

masyarakat sekitar para pedagang atau Warung Kopi tersebut mengenai

pandanganya, bisa pula memilih dengan mengambil data dari pandangan para ahli,

(10)

pembahasan yang peneliti ambil. Poin terakhir yaitu dengan membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang ada. Alasan-alasan kesamaan dan adanya

perbedaan adalah harapan dari perbandingan tersebut.

Menurut Moleong (dalam Bungin, 2007, hlm. 265) mengungkapkan Triangulasi

sumber data juga memberi kesempatan untuk dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden. 2) Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data.

3) Menyediakan tambahan informasi secara sukarela.

4) Memasukan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data.

5) Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

Maksud dari poin pertama yang dapat dimengerti penulis yaitu setelah dilakukanya

penelitian, hasil-hasil yang telah diperoleh dari sumber data yang telah diolah, para

pedagang warung kios asal kuningan dapat memberi penilaian mengenai keabsahan

datanya. selanjutnya dengan dilakukanya triangulasi sumber data hal-hal yang berbau

kekeliruan akan terkikis sedikit demi sedikit, sehingga keabsahan data dapat

diperhitungkan. Diteruskan pada poin ketiga dimaksudkan dapat melalukan

pengambilan data dari berbagai sumber, data-data hasil penelitian akan terus

bertambah dan berkembang. Poin berikutnya menjelaskan Sangat penting kontribusi

seorang informan baik yang inti maupun individu atau sekelompok dari pihak yang

berbeda. Karena tidak dimungkinkan dilakukan penelitian dengan tidak adanya

subjek penelitian yaitu para pedagang dan masyarakat sekitarnya. Poin terakhir dapat

dimaksudkan berbagai informan yang telah direncanakan oleh peneliti, peneliti harus

dipastikan untuk memperoleh data yang cukup dari berbagai sumber data.

d. Kecukupan referensi

Referensi dapat diambil dari berbagai alat maupun media yang cocok dalam

penelitian kualitatif ini seperti, segala catatan dari lapangan, rekam suara maupun

(11)

e. Uraian Rinci

Penjelasan rinci dari apa yang diperoleh akan sangat memudahkan pembaca

untuk mengerti. Terutama akan lebih baik apabila dengan bahasa yang baik, benar

dan masuk di akal.

f. Auditing

Menurut Bungin (2007, hlm.267) mengungkapkan “Auditing adalah konsep manajerial yang dilakukan secara ketat dan dimanfaatkan untuk memeriksa

ketergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran”. Menguji keabsahan sangat penting dalam langkah ini.

Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh

Halpern (dalam Bungin, 2007, hlm. 267) yaitu,

1) Tahap pra-entri,

2) Tahap penetapan hal-hal yang dapat diaudit. 3) Tahap Kesepakatan formal.

4) Tahap penentuan keabsahaan data.

Pertama yaitu Tahap pra-entri, sejumlah pertemuan diadakan oleh auditor dengan

auditi (peneliti) dan berakhir pada usaha meneruskan, mengubah seperlunya, atau

menghentikan pelaksanaan usulan auditing. Sesudah itu auditi memilih auditor yang

potensial untuk melaksanakan auditing itu. Tahap tersebut peneliti akan mengambil

salah satu pedagang yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk menjadi

seorang auditor sepanjang penelitian atau hanya dalam hasilnya saja. Selanjutnya

Tahap penetapan hal-hal yang dapat diaudit. Pedagang atau auditor berperan untuk

mempelajari seluruh bahan, apakah sesuai dengan hasil metode pengambilan data.

Apabila auditor memandang data kurang lengkap atau tuntas, auditor dapat

memberikan saran lebih baik diteruskan atau tidak, atau bisa diperbaiki.

Tahap berikutnya yaitu tahap Kesepakatan formal. Pedagang dengan auditi

(12)

tentang batas waktu, tujuan, peranan, tempat dalam pelaksanaanya. Bisa di rundingkan

kembali apabila terjadi kekeliruan. Terakhri Tahap penentuan keabsahaan data. Tahap

bagian terpenting ini, sorang pedagang (auditor) wajib memeriksa kepastian dalam

keabsahan data. Apakah berasal dari data-data hasil pengambilan lewat metode yang

telah ditetapkan sebelumnya, auditor wajib menelusuri dan mempelajari dari data-data

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan teknik triangulasi dengan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan, membandingkan apa yang dikatakan penata program dan penyiar

Triangulasi sumber dapat dicapai dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan 53 Implementasi Customer

Melalui sumber artinya membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan, membandingkan apa yang dikatakan orang atau informan tentang situasi penelitian dengan

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data

1. Dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, akan tetapi apa saja yang tersembunyi jauh di dalam diri

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikaitkan orang di depan umum dengan

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. Membandingkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi