TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang tergolong :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Familia : Arecaceae Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Luas Areal Kelapa Sawit
Tabel 1. Luas perkebunan kelapa sawit berdasarkan level nasional
Lokasi 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Aceh 329,562 354,615 363,660 396,644 420,173 [4]319,167 Sumatera Utara 1,054,849 1,175,078 1,192,466 1,340,348 1,396,273 [4]1,057,769 Sumatera Barat 353,412 374,211 376,858 364,208 376,474 [4]347,800 Riau 2,031,817 1,912,009 2,037,733 2,193,721 2,290,736 [4]1,949,061 Jambi 488,911 625,974 687,892 657,929 692,967 [4]494,078 Sumatera Selatan 777,716 820,787 821,391 1,060,573 923,002 [4]789,065 Bengkulu 274,728 299,886 309,723 290,633 293,800 [4]226,754 Lampung 157,402 117,67 144,466 158,045 184,914 [4]154,766 Bangka Belitung 164,482 178,408 197,586 201,091 206,207 [4]143,909 Kepulauan Riau 8,488 6,216 8,932 19,036 19,001 [4]0 Jawa Barat 12,323 9,196 9,039 13,611 13,624 [4]12,301 Banten 15,734 16,491 20,044 20,101 19,724 [4]15,370 Kalimantan Barat 750,948 683,276 885,075 914,835 936,407 [4]621,986 Kalimantan
Tengah
911,441 1,003,100 1,024,973 1,099,692 1,115,933 [4]1,143,114
Kalimantan Selatan
353,724 420,158 423,208 475,739 512,897 [4]324,096
Kalimantan Timur 446,094 676,395 716,662 816,257 733,397 [4]554,716 Kalimantan Utara 0 0 0 0 153,315 [4]0 Sulawesi Tengah 55,214 95,820 112,661 140,882 147,912 [4]66,575 Sulawesi Selatan 19,853 23,416 41,982 36,262 50,914 [4]17,500 Sumber : Kementerian Pertanian, 2016
Sifat-sifat Kelapa Sawit
1. Sifat Anatomi
Tanaman kelapa sawit termasuk dalam kelas monokotil. Dalam pertumbuhannya, tanaman monokotil berbeda dengan tanaman dikotil karena tidak dijumpai adanya meristem lateral, sehingga pada monokotil pertumbuhan hanya ditentukan oleh meristem apikal. Hal ini dapat dilihat dari bentuk batang yang tidak mengalami penambahan diameter sepanjanghidupnya (Killmann dan Choon 1985; Prayitno 1991).
centraldan inner. Vessels tersebut dibagi juga menjadi 2 bagian yaitu vessels
besar dan kecil. Vessel besar memiliki dinding tebal dan diduga sebagai komponen utama untuk transportasi nutrisi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
(a) Vascular bundles dengan 1 buah vessel besar (b) Vascular bundles dengan 3 buah vessel besar
Gambar 1. Vascular bundlesdengan 1 buah vessel besar (a) dan 3 buah vessel
besar (b) pada bidang lintang menggunakan light microscopy (sumber Erwinsyah 2008)
Gambar 2. Struktur vascular bundles BKS pada bidang lintang dengan keberadaan jaringan parenchymatous ground, vessels, fibres dan
Rahayu (2001) dan Erwinsyah (2008) mengemukakan bahwa komponen utama penyusun BKS adalah vascular bundles dan parenkim, maka bila pada lokasi tertentu dijumpai vascular bundles dalam jumlah yang banyak, akibatnya proporsi parenkim akan berkurang. Luasan vascular bundles di bagian tepi lebihtinggi dan semakin berkurang ke arah pusat, sebaliknya di bagian tepi luasan parenkim lebih rendah dan semakin meningkat ke arah pusat.
Variasi luasan vascular bundles menurut arah kedalaman dan ketinggian diduga ada kaitannya dengan jaringan phloem dan xylem yang dikelilingi oleh
parenchyme, serta terkait pula dengan umur dan fungsi jaringan dalam batang. Pada bagian batang yang masih muda (bagian pusat dan ujung batang) dimana jaringan penyusun kayunya masih aktif, sel-sel parenchyme lebih mendominasi dibandingkan vascular bundles. Sedangkan di bagian batang yang sel-sel penyusunya sudah tidak aktif khususnya bagian tepi dan pangkal batang, vascular bundles yang lebih dominan (Rahayu, 2001).
Erwinsyah (2008) membagi penampang lintang batang menjadi 3 bagian yaitu peripheral, central dan inner zone.Zona peripheral merupakan zona paling luar batang sebelum kulit dan korteks dan hanya 30% dari seluruh total area.Vascular bundles pada area ini sangat padat, sedangkan sel parenkim sangat sedikit dibandingkan wilayah lainnya. Secara visual, daerah ini terlihat agak gelap.Zona central merupakan daerah paling lebar sekitar 50 % dari total seluruh area.Orientasi vascular bundles pada area ini adalah random atau acak. Zona inner
Sulaiman, dkk.(2012) menyatakan bahwa zona periperal merupakan daerah dekat dengan lapisan parenkim dan banyak vascular bundles yang memberikan kekuatan batang kelapa sawit. Wilayah ini mencakup sekitar 20% dari total luas penampang dengan jumlah vascular bundles sekitar 87/cm2. Zona central mencakup sekitar 80% dari total area dan terdiri dari vascular bundles
yang tersebar di daerah lebih luas dan terdapat di dalam jaringan parenkim tipis. Lim dan Khoo (1986) dalam Sulaiman (2012) memperkirakan jumlah vascular bundles adalah sekitar 37/cm2.
Menurut Lim dan Gan (2005) dan Erwinsyah (2008) Jumlah vascular bundles berhubungan dengan kekuatan batang kelapa sawit yang dihasilkan.Kekuatan batang kelapa sawit semakin menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian batang kelapa sawit. Menurut Lim dan Khoo (1986)
dalam Abdullah (2010) menyatakan jumlah vascular bundles per satuan luas mengalami penurunan menuju zona dalam dan mengalami peningkatan dari ujung menuju pangkal batang.
2. Sifat Fisis dan Mekanis
Menurut Choon dkk, (1991), kerapatan kayu kelapa sawit di tiga zona yang berbeda pada berbagai tinggi batang.Nilai kerapatan secara bertahap meningkat dari zona dalam ke zona pheriperal.Kecenderungan ini serupa untuk semua posisi ketinggian batang.Kayu zonasi kelapa sawit pada bagian melintang sangat signifikan mempengaruhi kepadatan kayu. Perbedaan nilai densitas pada satu zona ke yang lain tergantung posisinya dibagian melintang.
Kadar air (KA) batang kelapa sawit bervariasi antara 100-500%. Kenaikan KA yang bertahap ini diindikasikan terhadap ketinggian dan kedalaman posisi batang, yang bagian terendah dan luar batang memiliki nilai yang sangat jauh dengan 2 bagian batang lainnya.Kecenderungan kenaikan KA ini dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan distribusi jaringan parenkim yang berfungsi menyimpan atau menahan lebih banyak air daripada jaringan pembuluh (Choon dkk, 1991).
Menurut Prayitno (1995) dalam Rahayu (2001) kadar air kayu akan turun dari pangkal kebeberapa meter di atas pangkal dan kemudian naik menuju bagian ujung. Selain itu kadar air ini juga akan turun dari bagian pusat kayu ke bagian kulit pada semua ketinggian batang. Hal ini disebabkan pada bagian pusat dan bagian ujung memiliki persentase jumlah parenkim yang lebih besar daripada
vascular bundles.sedangkan parenkim memiliki kemampuan untuk mengikat air lebih banyak daripada vascular bundles..
kadar air bervariasi dari 76,5 % sampai 575,4 % dengan rata-rata 326,2 ± 115,7 %. Variasi kadar air ini dapat dilihat dari jumlah vascular bundles
dan jaringan parenkim dalam batang kelapa sawit.
Sifat mekanis kayu batang kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2 dengan membandingkan beberapa sifat mekanis batang kelapa sawit dengan beberapa spesies kayu dan 2 jenis monokotil.Beberapa sifat penting dari batang kelapa sawit untuk setiap bagian batang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Perbandingan sifat Elaeis guineensis Jacq dengan beberapa jenis kayu Spesies Kerapatan
250-850 3100-11400 26-105 19-49 520-4400
Cengal 820 19600 149 75 9480
Kapur 690 13200 73 39 5560
Kayu karet 530 8800 58 26 4320
Sumber : Choon (1991)
Tabel 3. Sifat-sifat dasar batang kelapa sawit
Sifat-sifat penting Bagian dalam batang
Tepi Tengah Pusat
bagian tepi batang kelapa sawit lebih baik kualitasnya daripada bagian tengah dan pusat.
METODE PENELITIAN
a.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai Agustus 2016. Pengukuran vascular bundles dan kadar air dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan.
b. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang kelapa sawit berasal dari Kebun Aek Pancur milik PPKS yang telah dipotong menjadi disc.
Alat yang digunakan adalah chainsaw yang berfungsi untuk memotong batang kelapa sawit, circular saw yang berfungsi untuk membelah disc menjadi berukuran 2x2 cm, oven, desikator, kaliper, kamera digital, timbangan elektrik, dan juga alat tulis.
Prosedur penelitian
1. Penebangan pohon