• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS (IDR USD), PRODUK DOMESTIK BRUTO DAN HARGA EMAS DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi Pada Indonesia Periode 2008 - 2016) | Husnul | Jurnal Administrasi Bisnis 2183 8771 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS (IDR USD), PRODUK DOMESTIK BRUTO DAN HARGA EMAS DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi Pada Indonesia Periode 2008 - 2016) | Husnul | Jurnal Administrasi Bisnis 2183 8771 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

66

ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS (IDR/USD), PRODUK

DOMESTIK BRUTO DAN HARGA EMAS DUNIA TERHADAP INDEKS

HARGA SAHAM GABUNGAN

(

Studi Pada Indonesia Periode 2008 - 2016)

Habib Muhammad Husnul Raden Rustam Hidayat

Sri Sulasmiyati

Fakultas Ilmu Administrasi Univеrsitas Brawijaya

Malang

Ha.bib16@yahoo.com

ABSTRACT

Capital market has an essential role for economy sector of a country, the indicator is used to observe the development of capital market in Indonesia is Indonesia Composite Index, (ICI) which is a combination of all types of shares that listed on Indonesia Stock Exchange (IDX). ICI movement is influenced by several macroeconomic factors and commodity prices such as inflation, exchange rate, gross domestic product and world gold price. Based on the reasons, the purpose of this study is to know the effect of independent variables in this study, that are inflation (X1), Exchange Rate (IDR/USD) (X2), Gross Domestic Product (X3) and World

Gold Price (X4) Composite Stock Price Index (Y). The type of study used explanatory research with

quantitative approach. Focus of this study are analysis of inflation influence, exchange rate (IDR / USD), gross domestic product and world gold price on composite stock price index in 2008-2016 period. This study used all of data from series time in first quarter, 2008 to fourth quarter, 2016 sourced from Indonesia Stock Exchange, Bank Indonesia, Ministry of Trade and The London Bullion Market Association. The method used in this research is to use Social Statistics Package 23 program for Ms Windows.

Kеywords : Inflation, Exchange Rate (IDR/USD), Gross Domestic Product, World Gold Price and

Composite Stock Price Index

АBSTRАK

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara, indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pasar modal di Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi makro dan harga komoditas yaitu inflasi, kurs, produk domestik bruto dan harga emas dunia. Berdasarkan alasan tesebut, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas pada penelitian ini yaitu Inflasi (X1), Kurs (IDR/USD) (X2), Produk Domestik Bruto (X3) dan Harga

Emas Dunia (X4) terhadap variabel terikat Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs (IDR/USD), Produk Domestik Bruto dan Harga Emas Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2016. Data yang digunakan adalah seluruh data time series

triwulan I 2008 – triwulan IV 2016 yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan dan The London Bullion Market Association. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis statistik regresi linier berganda dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science

23 for Ms Windows.

Kаtа Kunci: Inflasi, Kurs (IDR/USD), Produk Domestik Bruto, Harga Emas Dunia dan Indeks Harga

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

67 PЕNDAHULUAN

Salah satu instrumen yang ada di pasar modal adalah saham. Saham secara sederhana dapat didefinisikan sebagai penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Lubis, 2008:59). Saham sebagai instrumen yang banyak diminati oleh investor akan selalu diperhatikan perkembangannya karena memiliki risiko fluktuasi harga yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan instrumen lain. Pemahaman tentang mekanisme pergerakan harga saham dan risikonya merupakan salah satu upaya untuk meminimasi kerugian. Investor pada umumnya menggunakan pedoman dalam berinvestasi dan memantau tren pergerakan harga saham melalui indeks pasar saham atau yang lebih dikenal dengan indeks harga saham gabungan (IHSG).

IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja pada seluruh saham gabungan (emiten) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG sebagai indikator yang mencerminkan kinerja perkembangan pasar modal ketika sedang mengalami peningkatan (bullish) atau sedang mengalami penurunan (bearish). Anoraga dan Pakarti (2006:103) menyebutkan bahwa dari pergerakan indeks harga saham ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah pasar sedang ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Pergerakan indeks harga saham ini menjadi acuan yang penting bagi para investor untuk menjual, membeli maupun menahan sahamnya. Pergerakan IHSG yang terus mengalami kenaikan menandakan perkembangan pasar modal di Indonesia yang cukup baik.

Naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh perubahan variabel ekonomi makro secara seketika (Samsul, 2006:200). Hal ini menyebabkan investor lebih cepat bereaksi mengkalkulasi dampak positif maupun negatif dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual sahamnya. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi pada masa yang akan datang sangat berguna dalam pengambilan keputusan. Investor harus dapat mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro yang dapat membantu membuat keputusan investasi. Indikator ekonomi makro yang sering dihubungkan dengan pasar modal adalah inflasi, kurs, produk domestik bruto dan harga emas dunia.

Inflasi merupakan salah satu indikator yang menjadi informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi. Menurut Yuliadi (2008:74) inflasi dapat diartikan sebagai

kenaikan harga secara umum dan jika terjadi secara terus menerus akan menyebabkan penurunan daya beli uang. Inflasi merupakan pertanda negatif bagi investor di pasar modal karena inflasi menyebabkan meningkatnya biaya produksi perusahaan (Tandelilin, 2010:214). Peningkatan biaya produksi yang lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan menurun, sehingga akan berdampak pada menurunnya deviden dan prospek perusahaan. Menurunnya prospek perusahaan go public

berdampak pada minat investor untuk berinvestasi dan menurunnya harga indeks saham.

Faktor kedua yang mempengaruhi IHSG adalah kurs atau nilai tukar. Naik turunnya nilai kurs valuta asing menjadi salah satu dampak bagi keseluruhan dunia usaha, kurs valuta asing mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran mata uang negara terhadap mata uang asing. Kurs yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (IDR/USD).

Menurut Witjaksono (2010:21), ketika kurs Rupiah terdepresiasi terhadap Dollar AS, maka menyebabkan harga barang-barang impor meningkat. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan baku impor, akan mengalami kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi pada perusahaan akan berdampak pada turunnya laba yang didapatkan sehingga minat investor pun menurun dan hal ini akan mempengaruhi pergerakan IHSG.

Faktor ketiga yang mempengaruhi IHSG adalah produk domestik bruto (PDB). PDB diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Mankiw (2009:18) berpendapat bahwa PDB merupakan ukuran yang baik untuk menentukan kesejahteraan ekonomi pada suatu negara. Meningkatnya nilai PDB pada suatu negara akan menarik investor untuk berinvestasi. Tingkat investasi yang semakin tinggi akan meningkatkan harga saham di pasar modal.

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

68 emas terus naik, investor cenderung akan memilih

emas sebagai investasinya dari pada berinvestasi di pasar modal, sehingga menyebabkan banyak investor yang menjual sahamnya yang berakibat pada turunya harga saham pada IHSG.

Selain faktor fundamental ekonomi, kondisi stabilitas politik, dan sosial suatu negara juga berdampak terhadap kinerja pasar modal tidak terkecuali bursa saham. Hal-hal tersebut sering diperhatikan oleh investor yang akan berinvestasi di pasar modal atau bursa saham. Mengingat pasar modal indonesia dianggap sedang berkembang dengan baik, sehingga tidak dipungkiri bahwa investor asing tertarik untuk menginvestasikan dananya di pasar modal Indonesia. Tidak dipungkiri meskipun peranan dan jumlah investor domestik yang semakin meningkat akan tetapi terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi

follower pada investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan perilaku investor asing sebagai pedoman dalam berinvestasi di pasar modal (Cahyono, 2000:93).

Tandelilin (2010:211) menyebutkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara saham dan kondisi fundamental ekonomi makro, dan menunjukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum adanya perubahan ekonomi. Dua alasan yang mendasari perubahan tersebut pertama, harga saham yang terbentuk merupakan cerminan ekspektasi investor terhadap earning, deviden, dan tingkat bunga yang terjadi. Harga saham yang terbentuk akan merefleksikan ekspektasi investor terhadap kondisi ekonomi di masa mendatang, bukan kondisi pada saat ini. Kedua, kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan fundamental ekonomi makro seperti perubahan inflasi, kurs, produk domestik bruto dan harga emas dunia. Faktor fundamental ekonomi makro secara penelitian telah terbukti memiliki pengaruh terhadap keputusan investasi di beberapa negara.

Lebih lanjut Tandelilin (2010:211) merangkum beberapa faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara, diantaranya pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga, kurs dan kondisi perekonomian global. Pengamatan terhadap perubahan indikator ekonomi makro ini, dipercaya bisa membantu investor dalam pengambilan keputusan investasinya di pasar modal. Melihat pergerakan IHSG yang mengalami fluktuasi selama beberapa tahun terakhir, didorong oleh kondisi kepemilikan

saham yang didominasi investor asing dan kondisi mengenai keterkaitan hubungan antara pasar modal dengan faktor ekonomi makro serta pendapat para ahli, tentunya secara logika hal tersebut menunjukkan bahwa pergerakan IHSG kemungkinan bukanlah merupakan pergerakan yang semata-mata bersifat spekulatif.

KAJIAN PUSTAKA Inflasi

Menurut Rahardja dan Manurung (2011:54) inflasi adalah kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat tiga komponen yang harus dipenuhi agar suatu kondisi dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat umum dan berlangsung terus-menerus. Kenaikan harga barang pada saat tertentu dan hanya sementara, belum tentu menyebabkan inflasi.

Putong (2013:418), menjelaskan ada dua indikator umum yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi, yaitu :

1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)

2. Indeks Harga Implisit (PDB Deflator)

Kurs

Menurut Triyono (2008:156), kurs (exchangerate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.

Kewal (2012:59), pada jurnalnya menyebutkan terdapat empat jenis kurs dalam transaksi jual beli mata uang asing, yaitu :

1) Kurs Jual (Selling Rate), yaitu kurs yang ditentukan oleh bank untuk penjualan mata uang asing pada waktu tertentu.

2) Kurs Tengah (Middle Rate), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli mata uang asing terhadap mata uang nasional, yang ditentukan oleh bank sentral pada waktu tertentu.

3) Kurs Beli (Buying Rate), yaitu kurs yang ditentukan oleh bank untuk pembelian mata uang asing tertentu pada waktu tertentu.

4) Kurs Flat (Flate Rate), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan

traveler chaque yang pada kurs tersebut telah ditentukan promosi dan biaya lain-lain.

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

69 1. Permintaan dan penawaran mata uang asing

2. Tingkat inflasi 3. Tingkat suku bunga

4. Tingkat pendapatan dan produksi 5. Neraca pembayaran luar negeri 6. Pengawasan pemerintah

7. Perkiraan/Spekulasi/Isu/Rumor

Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menentukan menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Perhitungan pendapatannasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi suatu negara. Mankiw (2009:18) berpendapat bahwa indikator tersebut akan dapat tercapai apabila negara tersebut mampu memproduksi bahan yang berkualitas dan bernilai jual. Lebih lanjut Mankiw (2009:21)mendefinisikan PDB sebagai nilai pasar semua barang-barang dan jasa- jasa yang diproduksi pada perekonomian suatu negara selama periodewaktu tertentu.

Harga Emas Dunia

Sejak tahun 1968, standar pasar emas London dijadikan patokan harga emas dunia. Sistem yang digunakan dikenal dengan The London Bullion Market Association (LBMA). The London Bullion Market Association adalah satu badan induk yang didirikan oleh Bank Inggrism pada tahun 1987 berbasis di London. The London Bullion Market Association adalah badan utama yang mengontrol dan menentukanmstandart harga emas diseluruh dunia. Proses penentuan harga dilakukan dua kali dalam satu hari, yaitu pukul 10.30 (Gold A.M) dan pukul 15.00 (Gold P.M). Mata uang yang digunakan dalam menentukan harga emas adalah Dollar Amerika Serikat, Poundsterling Inggris dan Euro. Harga yang menjadi patokan harga kontrak emas dunia adalah harga penutupan atau Gold P.M

(www.lbma.org.uk diakses pada 4 April 2017) Menurut Suharto (2013:83), ada beberapa macam pasar emas diantaranya adalah :

1) Internal Pasar Emas 2) Black Markets

3) Pasar Logam Fisik

4) Pasar Spot

Indeks Harga Saham Gabungan

Peningkatan aktivitas perdagangan, kebutuhan akan memberikan informasi yang lengkap dan akurat kepada masyarakat juga

semakin meningkat. Salah satu informasi yang sangat diperlukan masyarakat maupun investor adalah tentang indeks harga saham. Menurut Samsul (2006:179) indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks. Menurut Sunariyah (2006:142), indeks harga saham gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek. Indeks harga saham merupakan cerminan dari pergerakan harga saham dan salah satu pedoman bagi para investor yang melakukan transaksi di pasar modal. Indeks harga saham gabungan merupakan salah satu indeks yang digunakan di Bursa Efek Indonesia. Menurut Indonesia Stock Exchange

(2010:4), IHSG diperkenalkan pertama kali pada 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia. IHSG dalam perhitungannya menggunakan semua perusahaan yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Bursa Efek Indonesia mempunyai wewenang untuk mengeluarkan dan tidak memasukan satu atau beberapa perusahaan yang tercatat dari perhitungan IHSG, agar IHSG dapat menggambarkan keadaan yang wajar.

Sebagai salah satu intrumen ekonomi, pergerakan saham di bursaefek akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor (Iskandar, 2008:107), yaitu :

1) Perubahan suku bunga tabungan dan deposito, inflasi, kurs valas, serta beberapa regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

2) Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar yang berpengaruh signifikan pada terjadinta pergerakan harga saham di bursa efek.

3) Berbagai rumor dalam dan luar negeri seperti kerusuhan masal, hak asasi manusia, serta lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap perilaku investor.

Hipotеsis

H1 : Terdapat pengaruh simultan yang signifikan

dari Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR / USD

(X2), Produk Domestik Bruto (X3) dan Harga

Emas Dunia (X4) terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan di BEI (Y).

H2 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan

dari Inflasi Indonesia (X1), terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan di BEI (Y).

H3 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan

dari Kurs IDR / USD (X2), terhadap Indeks

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

70 H4 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan

dari Produk Domestik Bruto (X3), terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y). H5 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan

dari Harga Emas Dunia (X4), terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan di BEI (Y).

MЕTODE PЕNЕLITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research). Penelitian ini menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel. Penelitian eksplanatori bertujuan untuk menjelaskan pengaruh perubahan variasi nilai dalam suatu variabel terhadap perubahan variasi nilai dalam satu atau lebih variabel lain (Silalahi, 2012:30).

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Indonesia melalui website resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id),

Kementerian Perdagangan

(www.kemendag.go.id), The London Bullion Market Association (www.lbma.org.uk), dan Bursa Efek Indonesia (www.idx.com). Alasan peneliti memilih website Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan, The London Bullion Market Association dan Bursa Efek Indonesia sebagai lokasi penelitian ini karena website tersebut merupakan sumber data resmi menyediakan data lengkap dan akurat sesuai dengan yang dibutuhkan pada penelitian ini.

Variabel

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD (X2),

Produk Domestik Bruto (X3) dan Harga Emas

Dunia (X4), sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini yaitu Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y).

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian adalah seluruh data dari variabel inflasi, kurs IDR/USD, produk domestik bruto, harga emas dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan. Sementara sampel pada penelitian ini adalah data dari variabel inflasi, kurs IDR/USD, produk domestik bruto, harga emas dunia dan indeks harga saham gabungan periode tahun 2008 hingga 2016.

Pengumpulan Data

1. Sumber data

Sumber data pada penelitian ini diperoleh melalui wabsite resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), Kementerian Perdagangan (www.kemendag.go.id), The London Bullion Market Association (www.lbma.org.uk), dan Bursa Efek Indonesia (www.idx.com). Data merupakan data pada tahun 2008 hingga 2016. Berdasarkan cara perolehannya, maka jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang di dapat secara tidak langsung dari objek yang diteliti.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2015:193) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan tahap yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari dilakukanya penelitian adalah mendapatkan data. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan yang didasarkan pada pengumpulan data sekunder atau dengan kata lain menggunakan metode dokumenter. Metode dokumenter merupakan cara dokumentasi yang dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan (Sanusi, 2013:114). Metode pengumpulan data dokumentasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data publikasi dari website Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan, The London Bullion Market Association, dan Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah data setiap triwulan periode 2008 – 2016.

Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskritif

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

71 2. Analisis Inferensial

Analisis Inferensial adalah analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2015:207). Analisis inferensial didalamnya terdapat uji signifikansi yang berfungsi untuk menentukan besar taraf signifikansi atas kesimpulan yang ditarik.

HASIL DAN PЕMBAHASAN

Tabеl 2. Hasil Uji t

Sumbеr : Data Diolah, 2017

Tabеl 2. Hasil Uji F

Sumbеr : Data diolah, 2017

Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)

Tabеl 3. Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)

Sumbеr: Data diolah, 2017

Hasil Uji Hipotesis I

Perhitungan uji F dan hasil koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui hasil dari pengujian hipotesis I. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui terdapat pengaruh signifikan variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD

(X2), Produk Domestik Bruto (X3), dan Harga

Emas Dunia (X4) secara simultan terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan di BEI (Y). Hasil uji F yang menghasilkan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000 kurang dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Hasil koefisien determinasi (R2) juga menunjukan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (Y) dipengaruhi oleh variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD

(X2), Produk Domestik Bruto (X3), dan Harga

Emas Dunia (X4) sebesar 0,861 atau 86,1% yang

artinya ialah variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs

IDR/USD (X2), Produk Domestik Bruto (X3), dan

Harga Emas Dunia (X4) berkontribusi sebesar 86,1

% terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y) sedangkan sisanya sebesar 13,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disebutkan pada penelitian ini.

Hasil uji F ini mendukung hasil penelitian terdahulu, diantaranya adalah Gumilang (2014) dengan hasil penelitian bahwa Nilai Kurs Rupiah/Dollar AS dan Harga Emas Dunia secara bersama-sama berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian lain yang selaras adalah Amin (2012) dan Kewal (2012) yang menemukan bahwa variabel makro ekonomi (Inflasi, Kurs, dan Produk Domestik Bruto) secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Hasil Uji Hipotesis II

Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis II. Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, maka hipotesis menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel Inflasi Indonesia (X1) terhadap variabel Indeks

Harga Saham Gabungan di BEI (Y) secara parsial. Menurut Tandelilin (2010:342), flukltuasi inflasi dapat mempengaruhi harga saham. Peningkatan inflasi yang tinggi dapat mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan menjadi sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian dari Novianto (2011) dan Amin (2012) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Hal ini berarti ketika inflasi di Indonesia meningkat maka pergerakan nilai IHSG juga akan meningkat.

Hasil Uji Hipotesis III

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

72 yang telah dilakukan, maka hipotesis

menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan dari variabel Kurs IDR/USD (X2)

terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y) secara parsial. Menurut Witjaksono (2010:73), depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS menunjukkan peningkatan resiko investasi bagi para investor. Hal ini menyebabkan investor akan melakukan upaya guna menghindari resiko yang ada dengan melakukan aksi jual, sehingga mengakibatkan penurunan nilai IHSG pada Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu Gumilang (2014), Sutanto dkk. (2013) dan Amin (2012) yang menyatakan bahwa kurs (IDR/USD) berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.

Hasil Uji Hipotesis IV

Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis IV. Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, maka hipotesis menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan dari variabel Produk Domestik Bruto (X3) terhadap variabel Indeks Harga Saham

Gabungan di BEI (Y) secara parsial. Menurut Sangkyun (1997) meningkatnya kinerja ekonomi yang dicerminkan oleh pertumbuhan PDB, investor cenderung akan lebih banyak berinvestasi di pasar modal. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Singarimbun dan Noveria (2014), dan Kewal (2012) yang menyatakan bahwa PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketika PDB meningkat maka nilai IHSG juga akan meningkat yang disebabkan ketertarikan investor untuk membeli saham di pasar modal.

Hasil Uji Hipotesis V

Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis V. Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, maka hipotesis menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel Harga Emas Dunia (X4) terhadap variabel Indeks

Harga Saham Gabungan di BEI (Y) secara parsial. Menurut Witjaksono (2010:72), kenaikan harga emas akan menyebabkan investor mengalihkan investasinya. Hal ini dikarenakan emas mempunyai risiko yang lebih rendah dari pada investasi di pasar modal tetapi dapat memberikan keuntungan yang baik dengan kenaikan harganya. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian dari Gumilang (2014) yang menyatakan bahwa

harga emas dunia memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.

KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan

1. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R Square) variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD (X2), Produk Domestik

Bruto (X3), dan Harga Emas Dunia (X4)

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y) mempengaruhi sebesar 0,861. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD (X2), Produk Domestik

Bruto (X3), dan Harga Emas Dunia (X4)

berpengaruh sebesar 86,1 % terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y) sedangkan sisanya 13,9 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini. 2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis I

diperoleh nilai Fhitung > Ftabel = 55,355 > 2,68

dengan nilai signifikan Sig. F < α = 0,000 <

0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD (X2), Produk Domestik

Bruto (X3) dan Harga Emas Dunia (X4) secara

simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y).

3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis II diperoleh nilai signifikan Sig.t > α =0,707 > 0,05. Maka dapat disimpulkan H0diterima dan

Ha ditolak yang artinya variabel Inflasi

Indonesia (X1) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y)

4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis III diperoleh nilai signifikan Sig. t < α = 0,046 <

0,05. Maka dapat disimpulkan H0ditolak dan

Ha diterima yang artinya variabel Kurs

IDR/USD (X2) berpengaruh negatif signifikan

terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y).

5. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis IV diperoleh nilai signifikan Sig. t < α = 0,000 <

0,05. Maka dapat disimpulkan H0ditolak dan

Ha diterima yang artinya variabel Produk

Domestik Bruto (X3) berpengaruh positif

signifikan terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y).

6. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis V diperoleh nilai signifikan Sig.t > α = 0,717 >

0,05. Maka dapat disimpulkan H0diterima dan

Ha ditolak yang artinya variabel Harga Emas

(8)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

73 terhadap variabel Indeks Harga Saham

Gabungan di BEI (Y).

Saran

1. Bagi penelitian lebih lanjut, terutama mengenai indeks harga saham gabungan (IHSG), disarankan untuk menambahkan variabel makro ekonomi yang lain. Selain itu, disarankan pula untuk menambahkan periode waktu penelitian agar dapat memperoleh hasil yang lebih mendekati dengan kondisi sebenarnya.

2. Bagi investor yang hendak melakukan investasi pada saham-saham pada indeks harga saham gabungan (IHSG), disarankan untuk lebih memperhatikan informasi-informasi sehubungan dengan inflasi, kurs, produk domestik bruto, dan harga emas dunia sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi.

3. Bagi Perusahaan sebaiknya agar lebih memperhatikan perubahan inflasi, kurs, produk domestik bruto, dan harga emas dunia karena faktor-faktor tersebut merupakan faktor makro ekonomi yang berpengaruh terhadap IHSG dan dapat berpengaruh vital terhadap besar-kecilnya beban perusahaan di kemudian hari.

4. Bagi Pemerintah harus lebih bijaksana dalam mengendalikan dan mengatur kondisi-kondisi ekonomi seperti inflasi, kurs, produk domestik bruto, dan harga emas dunia agar perekonomian tetap stabil dan baik. Harapannya memberikan dampak kepada masyarakat untuk menanamkan modalnya pada pasar modal di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta : PT. Asdi Maharatya.

Bursa Efek Indonesia. 2010. Buku Panduan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia. Jakarta : Indonesia Stock Exchange.

Cahyono, Jaka. 2000. 22 Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham. Jilid 1. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.

Lubis, Ade Fatma. 2008. Pasar Modal. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mankiw, N. Gregory. 2009. Macroeconomics, 7th Edition. New York : Worth Publishers.

Putong, Iskandar. 2013. Economics, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi kelima. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. 2011.

Teori Ekonomi Makro. Jakarta : Salemba Empat.

Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta :Erlangga.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta : Salemba

Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta..

Suharto TF. 2013. Harga emas Naik atau Turun Kita Tetap Untung. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sujarweni, V dan Poly Endrayanto. 2012. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogjakarta : UPP STIM YKPN.

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta : Kanisius.

Publikasi Ilmiah

Amin, Muhammad Zuhdi. 2012. Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), dan Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2008-2011). Jurnal FEB UB.

Chabacib, H.M. dan Ardian A, Witjaksono, 2011. Analisis Pengaruh Fundamental Makro dan Indeks Harga Global terhadap IHSG.

Karisma, 5 (4): 63 72.

Gumilang, Reshinta Candra. 2014. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Harga Emas dan Harga Minyak Dunia Terhdap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode (2009-2013). Jurnal FIA UB.

(9)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

74 Kewal, Surmaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi,

Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang.

Kewal, S.S. 2012. Pengaruh inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap indeks harga saham gabungan. Jurnal Economia. 8(1):25-101

Nugroho, Heru. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks LQ45. Tesis. Universitas Diponegoro.

Novianto. Aditya. 2011. Analisis pengaruh nilai tukar (kurs) dolar amerika/rupiah (US$/Rp), tingkat suku bunga sbi, inflasi, dan jumlah uang Beredar (M2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 1999–2010 Universitas Negeri Semarang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa.3 (4): 5-10.

Sangkyun, Park. 1997. Rationality of Negative Stock Price Responses to Strong Economics Activity. Journal Financial Analyst, Sept/Oct 1997.

Singarimbun, Ceria Minati and Ana Noveria. 2014. The Relationship Among Oil Prices, Gold Prices, Gross Domestic Product, and Interest Rate to The Stock Market Return of Basic Industry and Chemical Sector in Indonesia in 2005-2013. Journal of Business and Management. 3 (4): 401-409.

Sirait dan D.Siagian. 2002. Analisis Keterkaitan Sektor Riil, Sektor Moneter DAN Sektor Luar Negri dengan Pasar Modal : Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Perusahaan. Vol 9. No 2.

Sutanto B., W. R. Murhadi dan E. Ernawati. 2013. Analisis pengaruh ekonomi makro, indeks dow jones dan indeks nikkei 225 terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI Periode 2007-2011.

Thobarry, Achmad. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008). Tesis. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Triyono (2008:156) Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Solo : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Witjaksono, A.A. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones terhadap IHSG. Tesis. Universitas Diponegoro.

Website

Badan Pusat Statistik. 2017. Pendekatan Perhitungan Produk Domestik Bruto.

Diakses pada 4 April 2017. http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11#su

bjek ViewTab2.

Bank Indonesia. 2017. Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen). Diakses pada 4 April 2017.

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/ Default.aspx.

Bank Indonesia. 2017. Data kurs. Diakses pada 4 April 2017.

http://www.bi.go. id/id/moneter/kalkulator-kurs/Default.aspx.

Bursa Efek Indonesia. 2017. Data Indeks Harga Saham Gabungan. Diakses pada 4 April 2017.

http://www.idx.co.id/enus/home/publication /statistic.aspx.

Kementerian Perdagangan. 2017. Profile Kementerian Perdagangan. Diakses pada 4 April2017.

http://www.kemendag.go.id/id/about-us/task-and-function.

The London Bullion Market Association. 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum adanya kegaiatan karang taruna yang berupa pengembangan ekonomi dalam bentuk usaha, para pemuda desa dono arum ini tidak memiliki suatu program sehingga

Objek penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Las SMK Negeri I Provinsi Sulawesi Selatan yang berjumlah 24 orang siswa,.Teknik pengumpulan data yang

Bab III berisi tentang cara Frau dalam memanfaatkan teknologi dan internet, bentuk kerjasama Frau dengan netlabel Yes No Wave, penggunaan lisensi Creative

Pada pembuluh darah abnormal 1 dengan luas daerah penyempitan adalah 128,125 mm2, maka pembuluh darah tersebut akan mengalami perubahan arah aliran darah yang terlihat pada

Kriteria robustness tidak terlalu penting karena yang utama steganografi bertujuan untuk menghindari kecurigaan (lawan tidak menyadari keberadaan pesan

Salah satu strategi pembelajaran yang mampu mengelola beban kognitif yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), karena struktur dua

konstruktivisme di atas adalah model pembelajaran yang dianggap dapat memenuhi cara belajar siswa aktif dan konstruktif dilihat dari kerangka

Acara ini terwujud berkat kerjasama Pemerintah Provinsi Lampung dengan Non Goverment Organization (NGO) yang tergabung dalam Jaringan Kelola Ekosistem Lampung (