• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Fakultas Hukum (2) Sumber Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "- Fakultas Hukum (2) Sumber Hukum"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LOGO

www.themegallery.com

Sumber Hukum

Diplomatik & Konsuler

Masitoh Indriani, SH., LL.M Department of International Law Faculty of Law Universitas Airlangga

(2)

LOGO

Contents

References

1

Sejarah & Perkembangan

2

Pokok-pokok Konvensi Wina 1961

3

Sumber Hukum Selain KW 1961 & 1963

(3)

LOGO

References

.

1. 1961 Vienna Convention on Diplomatic Relations 2. 1963 Vienna Convention on Consular Relations 3. The Convention on Special Mission and Optional

Protocol (1969) à 1969 New York Convention on

Special Mission

4. Convention on the Prevention and Punishment of Crimes against Internationally Protected Persons, including Diplomatic Agents (1973);

5. Vienna Convention on the Repressentation of States in their Relations with International Organizations of a

Universal Character (1975)

6. Hukum dan Kebiasaan Internasional lainnya

No need to read all of them, just BE FAMILIAR with them

(4)

LOGO

1. UU No. 1 Tahun 1982 tentang Ratifikasi Konvensi

Wina 1961 Mengenai Hubungan Diplomatik dan

Konvensi Wina 1963 Mengenai Hubungan Konsuler 2. UU No. 2 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi

Mengenai Misi Khusus

3. UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri

4. UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian

Internasional

5. Peraturan per UUan terkait

No need to read all of them, just BE FAMILIAR with them

(5)

LOGO

1) Sejarah & Perkembangan

§

Vienna Convention on

Diplomatic Relations 1961

§

Signed in 18 April 1961

§

Entered into force 24

April 1964

§

United Nations, Treaty

Series, vol. 500, p. 95.

§

Ratification by 22

(6)

LOGO

§

Ratified by 190

countries (April 2014), except: Antigua and Barbuda, Republic of Palau, Solomon

Islands, South

Sudan and Republic of Vanuatu, as well as UN observer states Holy See and State of

(7)

LOGO

§

Konvensi Wina 1961

merupakan induk dari konvensi-konvensi

lainnya

§

Secara historis à

dari perwakilan

ad-hocà perwakilan

tetap à kelahiran

(8)

LOGO

§ Meskipun telah ada

Konvensi Wina 1961, masih diperlukan misi-misi khusus yang diatur dalam konvensi tersendiri.

§ Globalisasi à

membutuhkan penanganan yang harus cepat oleh

tim-tim khusus.

§ Dalam Pembukaan

Konvensi New York 1969 tentang Misi-misi Khusus, menyebut Konvensi Wina 1961 sebagai sumber

(9)
(10)

LOGO

§

Secara keseluruhan

terdiri dari konvensi induk dan dua

protokol pilihan.

§

Antara keduanya

berkaitan, dimana protokol merupakan tambahan

pelaksanaan konvensi induk

§

Namun..prosedur

keterikatannya bersifat terpisah,

artinya à walaupun

satu negara telah

meratifikasi konvensi induknya tidak berarti juga meratifikasi

protokol pilihannya

(memerlukan ratifikasi tersendiri).

(11)

LOGO

Konvensi Wina 1961

1. Pembukaan

§

konvensi ini adalah

perjanjian antar negara dan

dimaksudkan untuk berlaku lama.

§

ditegaskan bahwa

prinsip-prinsip Piagam PBB mendasari Konvensi.

2. Batang Tubuh

§

secara keseluruhan

terdiri dari 53 pasal

§

Tidak ada pembagian

(12)

LOGO

Article 2

§ Sebagai asas yang berlaku dalam Hk. Diplo&Kons

§ Article 2 à

The establishment of diplomatic relations between States, and of permanent diplomatic missions, takes place by mutual consent”

§ Mutual consent harus diartikan secara luas à dikaitkan

(13)

LOGO

Article 3 – 53

§

Berisi substansi perwakilan diplomatik baik yang

mengatur hubungan dua negara (Sending State

– Receiving State)

§

terkait fungsi perwakilan à hubungannya

dengan negara-negara ketiga (terkait pada

(14)

LOGO

fungsi perwakilan diplomatik à

1. kediplomatikan

(ayat 1)

2. kekonsuleran

(ayat 2)

Article 3 (1):

1. The functions of a diplomatic mission consist, inter alia, in:

(a) Representing the sending State in the receiving State; (b) Protecting in the receiving State the interests of the

sending State and of its nationals, within the limits permitted by international law;

(c) Negotiating with the Government of the receiving State; (d) Ascertaining by all lawful means conditions and

developments in the receiving State, and

reporting thereon to the Government of the sending State; (e) Promoting friendly relations between the sending State

and the receiving State, and developing their economic, cultural and scientific relations.

Article 3(2):

(15)

LOGO

Article 4 – 21

§

Pelaksanaan prinsip mutual consent

antara pengirim dan negara penerima.

Article 22 – 41

§

Mengatur pemberian kekebalan dan

kelonggaran perwakilan diplomatik

Article 43

(16)

LOGO

Article 44 - 45

§ Mengatur tentang status perwakilan diplomatik, hak

dan kewajiban Receiving State maupun Sending State

bila terjadi konflik bersenjata antara kedua negara.

§ Juga mengatur tentang pembedaan status para staf

(17)

LOGO

Pasal 47

Article 47

§

Mengatur tentang

asas non diskriminasi pelaksanaan hukum diplomatik oleh

Receiving State

terhadap semua

perwakilan diplomatik dari semua negara

(18)

LOGO

www.themegallery.com

(19)

LOGO

Selain Konvensi Wina 1961 &

1963

1.

The Convention on Special Mission and

Optional Protocol (1969);

2.

Convention on the Prevention and Punishment

of Crimes against Internationally Protected

Persons, including Diplomatic Agents (1973);

3.

Vienna Convention on the Repressentation of

States in their Relations with International

(20)

LOGO

The Convention on Special Mission

and Optional Protocol (

1969)

§

Disebut juga Konvensi New York 1969

mengenai Misi Khusus.

§

Dasar pemikiran : bahwa hubungan diplomatik

bukan hanya terdiri dari masalah2 yang

ditindaklanjuti dg pertukaran misi permanen, melainkan juga meliputi pengiriman misi atau

utusan dengan tujuan terbatas (diplomasi ad

(21)

LOGO

Convention on the Prevention and

Punishment of Crimes against

Internationally Protected Persons,

including Diplomatic Agents (

1973)

§

Dasar pemikiran : meningkatnya kejahatan yang

dilakukan thd misi diplomatik, termasuk para diplomatnya dan perlunya menghukum para pelanggar

§

Meletakkan kewajiban bagi negara penerima

untuk mencegah setiap serangan yang ditujukan kpd seseorang, kebebasan dan kehormatan

(22)

LOGO

Lanjutan...

§ Pasal 1 : batasan mengenai orang-orang yang dilindungi

termasuk : kepala negara & pemerintahan, menteri atau wakil diplomatik serta pejabat-pejabat negara maupun dari OI lainnya yang memang berhak memperoleh

perlindungan scr khusus.

§ Tindakan kejahatan yang disengaja seperti

pembunuhan, penculikan serta tindakan-tindakan

lainnya yang ditujukan baik terhadap mereka maupun gedung atau tempat tinggal mereka.

§ Perlunya kerjasama negara-negara guna mengatasi

tindakan-tindakan kejahatan tersebut dengan

(23)

LOGO

Vienna Convention on the Repressentation of States in their Relations with International

Organizations of a Universal Character (1975)

§

Dasar pemikiran : meningkatnya pertumbuhan

OI, baik dalam jumlah maupun lingkup masalah hukum yang timbul akibat hubungan antara

negara & OI.

§

Dalam hal ini, melibatkan 3 aspek subjek hukum,

(24)
(25)
(26)

LOGO

Next meeting à

(27)

LOGO

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan private servant terhadap tindakan Pejabat Diplomatik diluar fungsi diplomatiknya terkait

Menteri koordinator Menteri departemen Menteri negara Pejabat tinggi negara.. Presiden Megawati

Konsep Kekebalan (Immunity dan Inviolability) Bagi Pejabat Diplomatik di Negara Penerima: Implementasi..

Alasan lainnya adalah karena setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan, hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa memang

selanjutnya disebut Kuasa Khusus Satker Inaktif adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri untuk menyusun laporan keuangan, mengelola barang milik negara, dan

Membebaskan Wakil Presiden dari suatu sistem pertanggung jawaban adalah menyalahi prinsip pemerintahan negara demokratis, setiap jabatan atau pejabat harus ada pertanggung jawaban

Pasal 32 Konvensi menyatakan bahwa kekebalan dari kekuasaan hukum pejabat-pejabat diplomatik dan orang-orang yang menikmati kekebalan dapat ditanggalkan oleh negara

Para pejabat diplomatik memiliki kewajiban untuk melaporkan segala yang terjadi di negara penerima kepada negara pengirim. perlunya pelaporan ini adalah berfungsi untuk