• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1,2,3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 1,2,3"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini buku semakin besar peranannya. Salah satunya sebagai sumber informasi dan menjadi guru yang dapat hadir kapan saja. Seperti yang dikatakan Sitepu (2012:23) bahwa buku merupakan media yang dapat memuat dan menyajikan berbagai informasi dan berbagai keperluan. Dalam dunia pendidikan, buku juga merupakan sarana informasi bagi guru maupun peserta didik. Pembelajaran di kelas bisa efektif dan efisien jika ada buku yang menunjang karena buku merupakan pedoman bagi pendidik maupun pengajar dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslich (2010:23) yang menyatakan bahwa administrator pendidikan dapat mengelola pendidikan dengan efektif dan efisien dengan berpedoman pada aturan-aturan dan kebijakan yang tertuang pada buku. Buku dapat dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas.

Buku-buku yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran ada beragam jenisnya. Misalnya buku acuan, buku pegangan, buku teks atau buku pelajaran, buku latihan, buku kerja atau buku kegiatan, buku catatan dan buku bacaan. Selain itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008 juga mengkategorikan jenis buku, seperti buku teks pelajaran, buku panduan guru, buku pengayaan dan buku referensi. Salah satu buku yang menunjang dalam bidang pendidikan yaitu buku pengayaan.

(2)

Buku pengayaan mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai Permendiknas pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat mengggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran”. Jadi buku pengayaan juga penting dalam pendidikan karena memperkaya materi selain pada buku teks pelajaran. Selain itu buku pengayaan juga bisa dijadikan buku bacaan umu, komik, cerita, maupun pendidikan karakter. Buku pengayaan yang baik yaitu buku pengayaan yang benar-benar menunjang buku teks yang digunakan di sekolah. Peserta didik bisa meningkatkan kemampuan berpikir dan memperluas wawasannya dengan sering membaca buku pengayan yang bermutu. Karena begitu pentingnya buku pengayaan, pemerintah mengadakan paling tidak setahun sekali tentang penilaian buku teks dan buku pengayaan dengan melibatkan pakar ahli dari berbagai universitas di Indonesia. Jadi buku-buku hasil penilaian tersebut layak untuk digunakan untuk umum maupun jenjang pendidikan tertentu.

(3)

kurikulum saat ini yaitu kurang cepatnya pemerintah dalam mendistribusikan buku teks, sehingga di sekolah masih banyak guru dan peserta didik belum memiliki buku teks kurikulum 2013 yang berkaitan dengan materi menulis teks prosedur kompleks.

Para penerbit buku swasta juga tidak lupa untuk menerbitkan buku teks yang berkaitan dengan kurikulum 2013, misalnya Erlangga yang memang berkecimpung dalam menerbitkan buku teks yang berkaitan dengan pendidikan. Misalnya buku yang berjudul “Cerdas Berbahasa Indonesia, untuk SMA/MA Kelas X” karya kosasih belum mencapai sasaran yang diharapkan. Selain itu, aspek kegrafikaan khususnya ilustrasi pada buku teks tersebut kurang menarik. Padahal ilustrasi gambar juga berperan penting sebagai rangsangan kepada peserta didik agar lebih tertarik untuk mendalami materi tertentu. Akhirnya buku teks tersebut kurang dimaksimalkan oleh pendidik maupun peserta didik. Terbukti bahwa peserta didik dan guru yang diobservasi tidak memanfaatkan buku teks tersebut. Maka dari itu, perlu pembuatan buku pengayaan yang memang khusus dibuat untuk materi teks prosedur kompleks.

(4)

merupakan kemampuan yang pasif artinya hanya proses input saja yang dialami pembelajar bahasa. Proses output atau produktif kurang berperan. Tentu saja hal itu kurang maksimal jika digunakan sebagai tujuan pembelajaran untuk peserta didik. Peserta didik diharapkan bisa aktif atau produktif dalam pembelajaran. Berdasarkan penjelasan tersebut, buku pengayaan yang dihasilkan oleh Setyomurdian terdapat kelemahan yaitu kurang terlibatnya peserta didik untuk bisa produkif. Maka dari itu peserta didik bukan hanya sampai pada tahap aspek reseptif saja, tetapi perlu sampai tahap produktif. Dalam penelitian ini, peserta didik bukan hanya akan mempelajari aspek membaca teks prosedur kompleks tetapi sudah pada tahap menulis teks prosedur kompleks. Karena pada dasarnya pembelajaran menulis teks prosedur kompleks menyuluruh menyentuh ranah kompetensi dasar yang ada pada kurikulum 2013.

(5)

kemampuan menulis dengan keterampilan membaca melalui penulis dan pembaca. Apabila menuliskan sesuatu, maka orang lain atau pembaca sedikit banyak akan terlibat di dalamnya.

Walaupun pembelajaran menulis telah diberikan sejak jenjang pendidikan sekolah dasar sampai dengan jenjang perguruan tinggi, hasil yang dicapai belum memuaskan pihak penyelenggara maupun lulusan pendidikan. Kemampuan menulis yang dimiliki peserta didik di berbagai jenjang pendidikan umumya masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Abidin (2012:190) dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa kemampuan menulis masih menyisakan masalah serius bagi pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Misalnya dari tingkat dasar sampai menengah, peserta didik belum mampu menulis secara mandiri dengan hasil yang memuaskan. Bahkan di perguruan tinggi kemampuan mahasiswa dalam menulis makalah masih rendah dan cenderung plagiat dari internet tanpa menggunakan kaidah penulisan ilmiah yang baik.

(6)

yang mampu memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menulis teks prosedur kompleks.

Kemampuan menulis peserta didik yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini bisa disebabkan oleh guru atau pendidik. Faktor yang pertama yaitu rendahnya peran guru dalam membina peserta didik agar terampil menulis. Kemudian yang kedua yaitu kurangnya sentuhan guru dalam hal memberikan berbagai strategi menulis yang tepat. Faktor yang terakhir yaitu penggunaan pendekatan menulis yang kurang tepat. Maka dari itu, pendidik perlu membuat strategi dan pendekatan agar peserta didik lebih kreatif lagi dalam menulis. Dalam situasi formal, menurut Sukino (2010:5) banyak guru yang tidak mampu membimbing muridnya untuk menulis dengan baik, runtut, dan menarik. Sejalan dengan kurikulum 2013 bahwa peserta didik harus lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran menulis. Peserta didik juga harus ada motivasi dari diri untuk keberhasilan pembelajaran menulis. Seperti yang dikemukakan Suyanto (2012:2) bahwa keberhasilan dalam menulis ditentukan oleh aspek motivasi, baik motivasi yang bersifat individual atau dari diri sendiri maupun motivasi yang bersifat substansial universal. Dari faktor motivasi tersebut akan mendorong rasa percaya diri untuk menulis, khususnya dalam penelitian ini yaitu menulis teks prosedur kompleks.

(7)

observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan”.

Dalam menulis teks prosedur kompleks dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan, keruntutan, dan kelogisan antara kalimat satu dan kalimat yang lain, dan antara sebuah paragraf dan paragraf berikutnya sehingga membentuk sebuah karangan yang baik dan utuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2009:93) bahwa teks atau wacana dapat dibentuk dari kalimat satu dengan kalimat yang lain yang disusun secara padu.

Peserta didik yang kreatif dan inovatif memang diperlukan sebagai bekal kehidupan kelak untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin kompetitif. Peserta didik mendapatkan ilmu yang telah mereka pelajari sebagai alat untuk bertahan hidup dan mencapai semua impian yang mereka harapkan, sehingga mereka nanti menjadi bibit unggul yang bisa memajukan kesejahteraan ekonomi dan mampu membuka lapangan pekerjaan. Maka dari itu, perlu menanamkan pendidikan kewirausahaan sejak dini. Sejak peserta didik mengikuti pendidikan formal. Hal tersebut karena pendidikan kewirausahaan memiliki nilai-nilai yang baik untuk bekal peserta didik dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Apalagi jika dilihat bahwa sebagian besar dari lulusan pendidikan menengah kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan kewirausahaan. Hal tersebut bisa menambah pengangguran di masyarakat kita.

(8)

lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mencapai 6,83% disusul sekolah menengah pertama (SMP), diploma I/II/III, dan universitas sebesar 4,75% dan sekolah dasar (SD) sebesar 2,73%. Menurut Kepala BPS Jateng Bapak Margo Yuwono bahwa jumlah pengangguran terbuka SMA dan diploma I/II/III dan universitas mengalami peningkatan dibanding Februari 2015 yang hanya 5.53% untuk SMA dan 3,31% untuk diploma I/II/III dan universitas. Maka dari itu perlu adanya pendidikan kewirausahaan khususnya untuk peserta didik SMA.

Pendidikan kewirausahaan bisa diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai pada setiap pelajaran perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan konteks sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan bukan hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengamatan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Nilai-nilai yang bermuatan kewirausahaan perlu dikenalkan dan dimiliki oleh peserta didik maupun anak pada umumnya. Nilai-nilai kewirausahaan dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Nilai-nilai tersebut ada 17 yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerjasama, pantang menyerah (ulet), komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, dan motivasi kuat untuk sukses.

(9)

kelayakan isi berupa teks bacaannya dan pada aspek kegrafikaan berupa ilustrasi gambarnya. Kemudian nilai pokok tersebut akan dimasukan juga pada pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi. Nilai-nilai pokok kewirausahaan tersebut tidak secara langsung dilaksanakan oleh satuan pendidikan, namun dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal diambil berdasarkan nilai pokok kewirausahaan yang didapat dari kebutuhan peserta didik dan guru. Setiap jenjang satuan pendidikan dapat menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan berdasarkan keperluan sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa alasan perlu dikembangkannya buku pengayaan untuk kemampuan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan, sehingga dapat ditarik sebuah judul penelitian, yakni “Pengembangan Buku Pengayaan Menulis Teks Prosedur Kompleks yang Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan untuk Peserta Didik SMA/MA”.

1.2 Identifikasi Masalah

(10)

didik maupun guru. Kemudian kurangnya kemampuan menulis khususnya menulis teks prosedur kompleks peserta didik, sulitnya guru memberikan pemahaman kepada peserta didik karena minimnya bahan dan media ajar.

Pertama, sampai sekarang ini belum banyak buku mengenai menulis teks prosedur kompleks khususnya buku pengayaan. Buku yang ada saat ini hanya berupa buku pegangan peserta didik dan guru yang diedarkan oleh pemerintah maupun penerbit swasta.

Kedua, buku menulis teks prosedur kompleks belum ada yang khusus dibuat dalam konteks SMA/MA, sehingga dibutuhkan penyesuaian serta adaptasi agar buku pengayaan tersebut bisa sesuai dan dapat digunakan pada tingkatan tersebut. Buku yang sesuai inilah yang nantinya bisa lebih tepat digunakan dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks untuk peserta didik SMA/MA.

Ketiga, peserta didik cenderung lebih suka dengan buku-buku yang menyenangkan. Menariknya buku pengayaan bergantung bagaimana pengemasan serta isi dari buku tersebut yang tentu saja sesuai dengan kebutuhan peserta didik SMA/MA. Buku pengayaan ini nantinya diharapkan mampu membangkitkan minat peserta didik untuk mampu menulis teks prosedur kompleks.

Keempat, kesesuaian buku yang berdasarkan kurikulum 2013, sehingga kurang tepat diajarkan dalam pembelajaran. Ada buku-buku yang lebih sering mendikte peserta didik dan tidak mengembangkan potensi peserta didik dengan cara yang kurang tepat.

(11)

Keenam, nilai-nilai kewirausahaan sangat penting diintegrasikan dalam pembelajaran disekolah. Pada kenyataannya masih belum bisa diimplementasikan dengan baik oleh satuan pendidikan maupun dinas pendidikan. Oleh karena itu, perlu pengenalan dunia wirausaha kepada peserta didik dimana dalam dunia wirausaha tersebut terdapat nilai-nilai kewirausahaan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, akan dibuat buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA.

1.3 Cakupan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada pengembangan buku pengayaan untuk kompetensi menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA. Pengembangan buku pengayaan ini akan memperhatikan aspek isi, penyajian, keterbacaan, dan grafika. Selain itu, pengembangan buku pengayaan ini akan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan peserta didik sesuai kompetensi yang ada pada kurikulum 2013.

1.4 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah kebutuhan pengembangan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA?

2) Bagaimanakah prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA?

(12)

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mendeskripsi kebutuhan pengembangan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA.

2) Menyusun prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA.

3) Menentukan hasil keefektifan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA.

1.6 Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan masalah tersebut, penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis, yaitu (1) manfaat teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan teori tentang pengembangan buku pengayaan, terutama pengembangan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks tingkat SMA/MA dan (2) manfaat praktis, yaitu bagi guru, peserta didik, sekolah, pemerintah, maupun peneliti lain.

(13)

Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memudahkan dalam berlatih mengerjakan sesuatu sesuai prosedur. Selain itu, peserta didik diberi kesadaran dan pengenalan terhadap dunia wirausaha sebagai bekal ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah sebagai upaya meningkatkan kualitas menulis peserta didik untuk menciptakan jiwa kewirausahaan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada. Selain itu, sekolah dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar peserta didik dengan bertambahnya pengetahuan guru-guru tentang cara mengembangkan buku pengayaan yang memberikan kontribusi positif dalam perbaikan pembelajaran.

Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu dukungan agar terlaksananya kurikulum yang berlaku. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi pada penelitian pengembangan buku pengayaan menulis selanjutnya.

BAB II

(14)

DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian pengembangan sudah menjadi jenis penelitian yang banyak dilakukan oleh akademisi seperti sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan kuliahnya. Maka dari itu, sudah umum jika suatu penelitian harus mengacu penelitian yang lain. Hal tersebut dilakukan sebagai titik tolok penelitian selanjutnya. Selain itu, perlu juga meninjau penelitian lain agar bisa diketahui relevansinya.

Penelitian relevan yang dijadikan kajian pustaka dalam peneitian ini yaitu

Skuy, et.al (2001), Lee, et.al (2005), Matlay (2008), Moss (2008), Martin (2011),

Kusumaningsih (2013), Riyanto (2013), Nadilestari (2013), Melinda (2013), Jusman, dkk. (2014), Sorraya (2014), Setyomurdian (2014),

(15)

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Skuy, et al dengan penelitian ini yaitu terletak pada materi pengayaan yang memang penting diterapkan dalam pembelajaran. Selain itu, peserta didik juga akan mendapatkan kaya pengetahuan dari materi pengayaan.

Penelitian berkaitan dengan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh Lee, et.al (2005) dengan judul “Impact of Entrepreneurship Education: A Comparative Study of the U.S. and Korea”. Tujuan dari penelitian Lee, et.al yaitu (1) untuk mengidentifikasi perbedaan antara peran budaya dengan pendidikan kewirausahaan dan pengaruhnya, (2) untuk menunjukan kebaruan bagi pendidikan kewirausahaan di AS dan Korea, (3) hasil penelitian ini dapat diterapkan luas untuk negara-negara lain yang dapat berkontribusi bagi ekonomi. Metode penelitian yang digunakan Lee, et.al yaitu penelitian komparatif. Hasil dari penelitian ini yaitu dampak pendidikan kewirausahaan di Korea jauh lebih besar daripada di Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut sangat menyarankan bahwa dampak pendidikan kewirausahaan di negara-negara yang mana kewirausahaan berorientasi budaya yang miskin atau masih dalam tahap pengembangan akan lebih besar daripada yang di negara-negara dengan budaya berorientasi kewirausahaan yang kuat. Relevansi penelitian Lee, et.al dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel pendidikan kewirausahaan sebagai kajian penelitiannya.

(16)

pengaruh dari pendidikan kewirausahaan terhadap hasil kewirausahaan. Metode penelitian yang digunakan oleh Matlay yaitu metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan secara deskriptif. Hasil dari penelitiannya yaitu menunjukan bahwa kebutuhan pendidikan kewirausahaan tidak cocok untuk hasil kewirausahaan dalam hal keterampilan, pengetahuan, dan sikap kewirausahaan. Ketidakcocokan ini mempengaruhi persepsi pengusaha akan kebutuhan pendidikan yang sebenarnya dan masa depan. Relevansi penelitian yang dilakukan Matlay dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel pendidikan kewirausahaan.

Penelitian tentang teks prosedur dilakukan oleh Moss (2008) dengan judul

(17)

Relevansi penelitian yang dilakukan Moss dengan penelitian ini yaitu variabel berupa teks prosedur sebagai salah satu kajian dalam penelitian. Teks prosedur merupakan salah satu genre teks dalam pembelajaran berbasis teks.

Penelitian yang berjudul “Exploring Informational Text Comprehension: Reading Biography, Persuasive Text, and Procedural Text in Elementary Grades” dilakukan oleh Martin (2011). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan yaitu (1) apakah siswa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap tiga bentuk teks (biografi, persuasif, dan teks prosedur), (2) bagaimana pemahaman siswa terhadap ketiga teks tersebut pada tingkat kelas yang berbeda. Metode yang digunakan penelitiannya yaitu metode cross-sectional. Hasil penelitiannya yaitu menunjukkan bahwa pemahaman peserta berbeda secara signifikan berdasarkan genre dan tingkat kelas. Mereka melaporkan adanya proses yang berbeda. Pembaca tingkat kelas SD menggunakan pendekatan yang berbeda untuk memahami teks informasi sebelum kelas tiga dan dengan setidaknya salah satu dari tiga jenis fokus pada informasi teks. Relevansi penelitian Martin dengan penelitian ini adalah variabel berupa teks prosedur sebagai salah satu kajian dalam penelitian.

(18)

buku bahasa Indonesia SMA kelas X, (3) cara untuk mengetahui strategi setiap jenis teks. Metode yang digunakan dalam penelitian kusumaningsih yaitu penelitian pengembangan. Hasil penelitain tersebut yaitu (1) model pembelajaran yang dikembangkan didalam buku siswa meliputi tahapan membangun pengetahuan berkaitan dengan teks, pemodelan teks, membangun teks secara berkelompok, dan membangun teks secara mandiri. (2) strategi pengenalan struktur teks mulai dari teks laporan hasil observasi, teks prosedur kompleks, teks eksposisi, teks anekdot, dan teks negosiasi. Relevansi penelitian ini dengan penelitian Kusumaningsih yaitu sama-sama mengkaji tentang genre teks. Penelitian ini hanya difokuskan pada genre teks prosedur kompleks sedangkan Kusumaningsih mencakup semua genre teks mulai dari teks observasi, teks

prosedur kompleks, teks eksposisi, teks anekdot, dan teks negosiasi.

Riyanto (2013) melakukan penelitian mengenai “Pengembangan Buku

Pengayaan Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia yang bermuatan Nilai

Kewirausahaan pada Peserta didik SMP Kelas VIII”. Metode penelitian yang

digunakan Riyanto yaitu penelitian pengembangan (R&D). Dalam penelitiannya

tersebut menunjukan hasil bahwa mengembangkan buku pengayaan yang

diintegrasikan dengan nilai kewirausahaan dapat meningkatkan keterampilan

membaca dan juga bisa menumbuhkan jiwa wirausaha pada peserta didik.

Relevansi penelitian yang dilakukan Riyanto dengan penelitian ini yakni

sama-sama mengintegrasikan nilai-nilai kewirausaahaan dalam pembelajaran dan juga

sama-sama menggunakan metode penelitian pengembangan.

(19)

penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menguji keefektifan teknik picture and picture dengan mengetahui hal-hal berikut ini: 1) kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, 2) proses pembelajaran menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan teknik pembelajaran picture and picture, 3) perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks prosedur kompleks pada siswa sebelum dan sesudah diterapkan teknik pembelajaran picture and picture. Metode penelitian yang digunakan Nadilestari yaitu metode penelitian eksperimen.

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu adanya perbedaan yang signifikan rata-rata nilai pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun nilai rata-rata pascates kelas eksperimen adalah 80.69 masuk kedalam kategori nilai “baik” dan rata-rata nilai pascates kelas kontrol adalah 78.79 masuk ke dalam kategori nilai “cukup” . Dari nilai rata-rata tersebut dapat pula disimpulkan bahwa teknik picutre and picture lebih baik dari media bagan.

Relevansi penelitian ini dengan peneliti yang dilakukan oleh Nadilestari yaitu variabel yang dikaji. Penelitian ini mengkaji tentang prosedur kompleks, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh ardisa Nadilestari.

(20)

yaitu teknik demonstrasi efektif dilakukan dalam pembelajaran teks prosedur pada siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata tes awal 47,75 dari 10 siswa. Kemudian nilai rata-rata tes akhir yaitu 70,75. Dari nilai rata-rata tes awal dan tes akhir dapat dilihat dengan rumus t-hitung (6,10>2.228 di 5%). Bisa disimpulkan bahwa teknik demonstrasi dapat meningkatkan pembelajaran teks prosedur pada siswa. Relevansinya penelitian Melinda dkk. dengan penelitian ini yaitu sama-sama variabelnya teks prosedur. Namun metode penelitian yang digunakan berbeda dengan penelitian ini.

(21)

Penelitian mengenai teks prosedur kompleks juga dilakukan oleh Sorraya (2014). Penelitian itu berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Teks Prosedur Kompleks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas X SMK”. Tujuan dari penelitian yang dilakukan Sorraya yaitu (1) membuat model bahan ajar teks prosedur kompleks dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas X SMK, (2) membuat model bahan ajar teks prosedur kompleks dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas X SMK, (3) membuat model bahan ajar teks prosedur kompleks dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas X SMK yang mempunyai kelayakan bahasa. Metode penelitian yang dilakukan Sorraya yaitu metode penelitian pengembangan (R&D). Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian Sorraya yaitu bahwa produk pengembangan pada bahan ajar meliputi beberapa kompetensi dasar yang didasarkan pada aspek-aspek (1) kesesuaian bahan ajar dengan materi, (2) kemudahan bahan ajar, (3) kesesuaian bahan ajar berbiacara dengan KD-KD dalam standar isi, (4) keaktualan isi bahan ajar teks prosedur kompleks dilihat dari kebutuhan siswa, (5) kejelasan petunjuk yang menyertai bahan ajar, (6) kemanfaatan bahan ajar.

Relevansinya penelitian yang dilakukan oleh Artifa Sorraya dengan penelitian ini yaitu variabelnya mengkaji tentang teks prosedur kompleks. Selain itu, metode penelitiannya juga relevan yaitu menggunakan metode penelitian pengembangan (R&D).

(22)

Pada Peserta didik SMK”. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui kebutuhan pengembangan buku pengayaan menurut persepsi peserta didik dan guru, (2) menyusun prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan, dan (3) menguji keefektifan buku pengayaan. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian pengembangan (R&D). Penelitian yang dilakukan Setyomurdian menunjukan adanya keefektifan buku pengayaan digunakan dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks. Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Setyomurdian yaitu sama-sama mengembangkan buku pengayaan dengan variabel yang sama-sama teks prosedur kompleks. Begitu juga dengan metode penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan penelitian pengembangan (R&D).

Berdasarkan kajian pustaka yang sudah dipaparkan di atas, penelitian mengenai buku pengayaan, teks prosedur kompleks, dan nilai kewirausahaan sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian-penelitian tersebut dijadikan pelengkap dalam penelitian ini. Namun, penelitian terdahulu tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian ini. Dalam penelitian sebelum-sebelumnya, belum ada yang mengembangkan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan. Jadi, penelitian ini kiranya mempunyai kedudukan yang strategis, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menambah khasanah dalam penelitian pengembangan.

2.2 Kerangka Teoretis

(23)

2.2.1 Buku Pengayaan

Teori tentang buku pengayaan yang akan dipaparkan di sini meliputi definisi buku pengayaan, fungsi buku pengayaan, prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan, dan kaidah buku pengayaan. Berikut paparan mengenai teori tersebut.

2.2.1.1 Definisi Buku Pengayaan

Sebelum mengetahui istilah dari buku pengayaan, sebaiknya identifikasi terlebih dahulu definisi dari buku. Menurut Sitepu (2012:13) yang dimaksud buku adalah kumpulan kertas berisi informasi, tercetak, disusun secara sistematis, dijilid serta bagian luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas tebal, karton atau bahan lain. Sedangkan menurut Prastowo (2013:168) buku adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang di jilid dan di beri kulit (cover), yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya.

Kusmana (2009) mengemukakan tentang pengertian buku pengayaan. Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Adanya buku pengayaan dapat menjadi bahan bacaan bagi peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya.

(24)

Selanjutnya Sitepu (2012:17) juga mendefinisikan tentang buku pengayaan. Buku pengayaan menurut Sitepu adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Penyajian isi buku sekolah menggunakan pendekatan psikologi dan pedagogik dengan model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar dan membelajarkan. Pendekatan dalam menyusun buku pendidikan tinggi lebih mengacu pada pendekatan isi atau disiplin ilmu.

Berdasarkan Pendapat dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan definisi dari buku pengayaan. Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi tertentu secara mendalam yang berfungsi sebagai pelengkap dari buku teks dan memperkaya pengetahuan peserta didik mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi.

2.2.1.2 Fungsi Buku Pengayaan

(25)

yang mendampingi metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik. Kelima, menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. Keenam, menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remidial yang serasi dan tepat guna.

Selanjutnya menurut Muslich (2008:52) mengemukakan bahwa fungsi buku pengayaan mencakup beberapa hal di antaranya, yaitu sarana pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan, sarana pemerlancar tugas akademik guru, sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran, dan sarana pemerlancar efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan fungsi buku pengayaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa buku pengayaan berfungsi sebagai sarana dalam dunia pendidikan dalam proses pembelajaran. Buku pengayaan sebagai bahan ajar diharapkan dapat melengkapi kebutuhan buku yang masih kurang di lapangan. Dengan adanya buku pengayaan, diharapkan dapat mempermudah peserta didik maupun guru dalam mempelajari suatu materi.

2.2.1.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan

Prinsip pengembangan buku pengayaan sama halnya dengan prinsip pengembangan bahan ajar. Menurut Depdiknas (2006) ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

(26)

Materi pembelajaran hendaknya relevan atau terdapat kaitan antara materi dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2) Prinsip Konsistensi

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai ada empat maka bahan ajar yang harus diajarkan juga ada empat macam. Sebuah bahan ajar harus mampu menjadi solusi dalam pencapaian kompetensi.

3) Prinsip Kecukupan

Prinsip kecukupan berkaitan dengan materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.

Sementara itu, Muslich (2010:291-305) menyatakan penilaian terhadap buku harus memenuhi beberapa kriteria: kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan. Berikut dijelaskan tentang materi tersebut.

1) Kelayakan Isi

Dalam hal kelayakan isi, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1) kesesuaian uraian materi yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan; (2) keakuratan materi; dan (3) materi pendukung pembelajaran. Berikut penjabaran tiap-tiap tersebut.

(1) Kesesuaian Uraian Materi Kurikulum

Indikator kesesuaian uraian materi dengan kurikulum ini diarahkan pada kelengkapan materi, keluasan materi, dan kedalaman materi.

(27)

Indikator keakuratan materi diarahkan pada akurasi konsep dan definisi, akurasi prinsip, akurasi prosedur, akurasi contoh, fakta dan ilustrasi, akurasi soal latihan.

(3) Materi Pendukung

Indikator materi pendukung pembelajaran diarahkan pada kesesuaian dengan perkembangan ilmu dan teknologi, keterkinian fitur, contoh, dan rujukan, keterkaitan antarkonsep, kemenarikan materi, mendorong untuk mencari informasi lebih lanjut.

2) Kelayakan Penyajian

Dalam hal kelayakan penyajian, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1) teknik penyajian, (2) penyajian pembelajaran,dan (3) kelengkapan penyajian. Berikut penjabaran dari beberapa poin tersebut.

(1) Teknik Penyajian

Teknik penyajian meliputi sitematika penyajian, keruntutan penyajian, dan keseimbangan antarbab

(2) Penyajian Pembelajaran

Penyajian pembelajaran meliputi berpusat pada siswa, mengembangkan keterampilan proses, masalah kontekstual, dan menumbuhkan berpikir kritis, kreatif, inovatif

(3) Kelengkapan Penyajian

Kelengkapan penyajian meliputi bagian pendahulu/awal, bagian isi, dan bagian penyudah/penutup.

(28)

Dalam hal kelayakan bahasa, ada tiga indikator yang arus diperhatikan, yaitu (1) kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa, (2) pemakaian bahasa yang komunikatif, dan (3) pemakaian bahasa memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur berpikir. Berikut penjabaran indikator kelayakan bahasa.

(1) Kesesuaian Pemakaian Bahasa dengan Tingkat Perkembangan Siswa

Indikator pemakaian bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa meliputi kesesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional.

(2) Kekomunikasian

Indikator pemakaian bahasa yang komunikatif diarahkan pada keterbacaan pesan dan ketepatan kaidah bahasa

(3) Keruntutan dan Keterpaduan Alur Berpikir

Indikator keruntutan dan keterpaduan alur berpikir dalam pemakaian bahasa meliputi keruntutan dan keterpaduan antar bab dan keruntutan dan keterpaduan antarparagraf.

4) Kelayakan Kegrafikan

Dalam hal kelayaka kegrafikan, ada tiga indikator yang harus dipenuhi, yaitu (1) ukuran buku, (2) desain kulit buku, dan (3) desain isi buku (tata letak).

2.2.1.4 Kaidah Penulisan Buku Pengayaan

(29)

dalam mengembangkan buku pengayaan yang berkualitas. Tetapi, inovasi dan kreatifitas setiap penulis menjadi ciri tersendiri buku teks yang dikembangkan.

Permendiknas (2008:2) mengatur perihal penulisan buku pengayaan yaitu meliputi penulisan naskah, penerjemahan, penyaduran, pengilustrasian, penyuntingan, dan/atau perancangan yang mengahasilkan produk akhir berupa karangan asli, terjemahan, saduran, dan ciptaan lain berupa gambar, sketsa, tabel, grafik, dan/atau peta. Penulisan tersebut harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan dan etika akademik penulisan.

Dalam menulis buku nonteks pelajaran seperti buku pengayaan, perlu memperhatikan pemakaian bahasa agar buku nonteks tersebut dapat dikembangkan dengan baik. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan buku pengayaan yaitu ragam dan kaidah bahasa didalam buku nonteks pelajaran serta penalaran bahasa didalam buku nonteks pelajaran. Tiga aspek tersebut dikembangkan dalam dalam bentuk kata dan istilah, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, maupun penerapan aspek mekaniknya secara lugas, objektif, baku, ajeg, dan efektif.

Berdasarkan beberapa pemaparan mengenai kaidah penulisan buku pengayaan, dapat disimpulkan bahwa ketika mengembangkan buku pengayaan harus memperhatikan kaidah yang telah ditetapkan. Tetapi, inovasi dan kreativitas buku yang dikembangkan harus dimunculkan. Hal ini bertujuan agar mempunyai ciri tersendiri tanpa mengurangi penyampaian isi materi yang terdapat pada kata, istilah, kalimat, maupun paragraf kepada pembaca.

2.2.2 Menulis Teks Prosedur Kompleks

(30)

yang baik, tahap dalam menulis, dan menulis teks prosedur kompleks. Berikut paparan mengenai teori tersebut.

2.2.2.1 Batasan Menulis

Menurut Akhadiah (1988:1-3) menulis adalah suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan tulisan sebagai medianya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang, tulisan, seperti ejaan dan pungtuasi. Dalam komunikasi tulis melibatkan tulis penulis berperan sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, melalui saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Menurut (Gie 2003:3) menulis arti pertamanya adalah membuat huruf, angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Jadi menulis merupakan kegiatan yang dilakukan dengan alat tulis yang dituangkan kedalam halaman kosong. Tulisan tersebut bisa berupa huruf, angka, nama, dan tanda kebahasaan lainnya yang ada dalam persepsi dari penulis.

Selanjutnya Wiyanto (2004:1-2) mengemukakan bahwa menulis mempunyai beberapa arti yang berbeda. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Kedua, menulis mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan

Jadi bisa disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan yang menghasilkan suatu tulisan berupa huruf, angka atau simbol-simbol yang bertujuan untuk mengungkapkan gagasan dari penulis atau orang yang menghasilkan tulisan.

(31)

Dalam kegiatan menulis, seseorang mempunyai tujuan yang dituangkan dalam tulisannya. Misalnya untuk menyampaikan gagasan yang ada dipikirannya, memberikan suatu informasi kepada seseorang, dan masih bnyak lagi tujuan dari menulis.

Tujuan menulis menurut Soebachman (2014:13-14) ada tiga, yaitu: 1) Mempengaruhi

Banyak orang yang menulis dengan berbagai gaya. Salah satunya adalah gaya provokasi. Gaya ini sangat sering digunakan, terutama saat menuliskan suatu gagasan atau sebuah opini (berarti berbentuk tulisan nonfiksi). Tujuannya adalah agar pembaca terpengaruh dan selanjutnya mengikuti opini atau gagasan yang dikemukakan dalam tulisan tersebut.

2) Mengabarkan

Mengabarkan tidak jauh artinya dari provokasi dan memberi tahu. Hal ini bisa dikatakan merupakan tujuan pertengahan. Mengabarkan adalah bentuk tulisan yang biasanya memberikan data-data misalnya tulisan yang berupa berita, opini, jurnal, makalah, dan buku-buku ilmiah yang datanya.

3) Mengungkapkan

Untuk tujuan yang ketiga ini, dalam hal bentuk tulisannya sama dengan yang pertama. Akan tetapi, para penulis yang mengungkapkan perasaan atau apapun dari dalam pikiran dan hatinya ini tergolong pemula dan bukan orang terkenal. Dalam menulis biasanya tidak mementingkan kaidah penulisan dan seenaknya sendiri. Tulisan tersebut lebih sering dipublikasikan ke akun pribadi di sosial media juga pada media-media pribadi seperti blog.

Sementara itu, Hugo Hartig (1973:309-311) merumuskan tujuan menulis sebagai berikut.

(32)

2) Tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3) Tujuan persuasif, penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakannya.

4) Tujuan informasional, penulis bertujuan memberikan informasi atau keterangan kepada para pembaca.

5) Tujuan pernyataan diri, penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca.

6) Tujuan kreatif, bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, nilai-nilai kesenian.

Dari dua pendapat tersebut, bisa diketahui bahwa kegiatan menulis memiliki tujuan yang berbeda berdasarkan keinginan penulis. Jadi bisa disimpulkan tujuan menulis yaitu mempengaruhi, mengabarkan dan mengungkapkan gagasan melalui tulisan. Kemudianmenulis bertujuan untuk penugasan, menyenangkan pembaca, meyakinkan suatu gagasan, memberikan informasi, menyatakan diri dan untuk proses kreatifitas dalam membuat seni tulisan.

2.2.2.3 Manfaat Menulis

Manfaat yang diperoleh dari menulis menurut Komaidi (2007:12-13) yaitu sebagai berikut.

(33)

2) Kegiatan menulis mendorong untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya. Dengan membaca referensi-referensi tersebut tentu akan semakin bertambah wawasan dan pengetahuan tentang apa yang akan ditulis.

3) Aktifitas menulis akan melatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis. Keteraturan tersebut membantu untuk menyampaikan pendapat atau pemikiran pada orang lain. Dengan kata lain akan menjadi semakin cerdas.

4) Menulis secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres. Segala uneg-uneg, rasa senang atau sedih bisa ditumpahkan lewat tulisan lewat tulisan dimana dalam tulisan orang bisa bebas menulis tanpa diganggu atau diketahui oleh orang lain. Dalam tulisan seorang penulis membuat dunia tersendiri yang bebas dari investigasi orang lain.

5) Tulisan tersebut dimuat oleh media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit akan mendapatkan kepuasan batin karena tulisannya dianggap bermanfaat bagi orang lain, selain itu juga memperoleh honorarium (penghargaan) yang membantu secara ekonomi.

6) Tulisan tersebut dibaca oleh banyak orang (mungkin puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan) membuat sang penulis semakin populer dan dikenal oleh publik pembaca. Popularitas kadang membuat seseorang merasa puas dan dihargai oleh orang lain.

Sementara menurut Akhadiyah dkk. (1988) memaparkan manfaat menulis, yaitu sebagai berikut.

(34)

mengembangkan topik itu harus terpaksa berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawah sadar.

2) Kegiatan menulis mengembangkan berbagai gagasan. seseorang terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak pernah dilakukan jika tidak menulis.

3) Kegiatan menulis memaksa lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Dengan demikian kegiatan menulis memperluas wawasan, baik secara teoretis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan.

4) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, dapat dijelaskan permasalahan yang semula masih samar.

5) Tulisan dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara obyektif.

6) Menuliskan tulisan diatas kertas akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret.

7) Tugas menulis suatu topik mendorong untuk belajar secara aktif, menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain.

8) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan untuk berpikir serta berbahasa secara tertib.

(35)

manfaat menulis juga sebagai cara untuk mengenali kemampuan dan potensi diri, mengembangkan berbagai gagasan, memperluas wawasan, mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat, menilai gagasan secara objektif, memecahkan permasalahan, mendorong untuk belajar secara aktif, serta membiasakan untuk berpikir serta berbahasa secara tertib. Hal tersebut merupakan tujuan menulis yang membawa penulis pada proses kreatifitas.

2.2.2.4 Unsur-Unsur Menulis

Menurut The Liang Gie (dalam Nurudin, 2010:5), unsur menulis setidak-tidaknya terdiri dari gagasan, tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi), tatanan, dan wahana.

1) Gagasan.

Gagasan dapat berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang. Setiap orang pasti punya gagasan, apapun bentuk gagasan itu. Gagasan seseorang akan sangat tergantung pada pengalamanmasa lalu, pengetahuan yang dimilikinya, latar belakang hidupnya, kecenderungan personal dan untuk tujuan apa gagasan itu ingin dikemukakan.

2) Tuturan.

Yang dimaksud tuturan di sini adalah pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Ada beberapa macam-macam tuturan antara lain:

(36)

(3)Eksposisi (pengungkapan berdasar fakta secara teratur, logis, terpadu) (4)Argumentasi (meyakinkan)

(5)Persuasi (pembujukan)

3) Tatanan.

Tatanan yang dimaksud di sini adalah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah. Ini berarti menulis tidak sekedar menulis, tetapi menulis dengan disertai sebuah aturan menulis.

4) Wahana.

Wahana juga sering disebut dengan alat. Wahana dalam menulis berarti sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosakata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa). Bagi penulis pemula, wahana sering menjadi masalah yang krusial. Tetapi, jika disertai niat yang menggelora dan dengan belajar terus menulis, wahana lambat laun akan bisa dilalui dengan mudah.

2.2.2.5 Asas Menulis yang Baik

Dalam membuat sebuah tulisan juga harus memperhatikan berbagai asas menulis yang baik antara lain Nurudin (2010:39-40).

(37)

lain kalimat bisa dikatakan jelas kalau apa yang dipahami oleh pembaca sama persis dengan apa yang dimaksud penulisnya. Kejelasan juga berkait erat dengan penggunaan kata umum yang dikenal masyarakat. Tak terkecuali penggunaan ungkapan yang berlebihan juga perlu dihindari.

2) Keringkasan (consiseness), yang dimaksud keringkasan di sini adalah bahwa kalimat yang disusun tidak saja pendek-pendek tetapi jangan menggunakan ungkapan-ungkapan yang berlebihan. Hal ini juga berarti jangan terlalu menghambur-hamburkan kata seenaknya, kalimat berputar-putar atau mengulang-ulang dalam menyampaikan gagasan. Namun demikian, pendek-pendek juga bukan berarti tanpa masalah.

3) Ketepatan (correctness), suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan seperti yang dimaksud penulisnya. Ini berarti apa yang diinginkan oleh penulis bisa dipahami sama persis oleh pembacanya. Itu pulalah yang sering dianjurkan bahwa penulis yang baik adalah penulis yang mampu memahami siapa pembaca tulisannya.

4) Kesatupaduan (unity), yang dimaksud

dengan kesatupaduan adalah ada satu gagasan dalam satu alenia. Kasus demikian sering dialami oleh penulis pemula yang belum terbiasa membuat alinea dengan hanya satu pokok pikiran. Satu alenia sebisa mungkin hanya memiliki satu pokok pikiran dengan beberapa pokok pikiran penjelas.

(38)

pertautan sangat sering terjadi bila seorang penulis menulis dengan tergesa-gesa dan hanya kompilasi (menggabungkan berbagai sumber tanpa ada kata atau kalimat perangkai atau hanya tumpukan pendapat banyak orang yang disusun sendiri) dari berbagai sumber.

6) Penegasan (Emphasis), adanya penonjolan atau punya derajat perbedaan antar bagian. Ini sangat tergantung pada keahlian penulis. Seorang penulis yang mahir akan bisa menyebar penekanan pada setiap bagian, tetapi, bukan berarti penulis pemula tidak bisa melakukannya. Penulis pemula bisa melakukannya dengan cara membuat sub bahasan dari sebuah tulisan.

2.2.2.6 Tahap dalam Menulis

Menurut Nunan (dalam Wagiran dan Doyin 2009:4) ada tiga proses yang harus dilakukan oleh penulis, yaitu: tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap perbaikan.

1) Tahap Prapenulisan

(39)

untuk mencapai tujuan penulisan. Bahan tersebut dapat berupa rincian, contoh, penjelasan, definisi, fakta, hubungan sebuah akibat, hasil pengujian hipotesis, angka-angka, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya. Langkah selanjutnya adalah menyusun kerangka karangan. Menyusun kerangka karangan berarti memecahkan topik ke dalam sub-kalimat. Kerangka karangan harus logis, sistematis, dan konsisten. Pembahasan setiap butir pada kerangka merupakan isi karangan.

2) Tahap Penulisan.

Tahap ini membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Dalam mengembangkan gagasan menjadi karangan yang utuh, diperlukan bahasa, artinya harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya kalimat-kalimat harus disusun menjadi karangan-karangan yang memenuhi persyaratan. Tulisan juga harus ditulis menggunakan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat.

3) Tahap Pascapenulisan.

(40)

Berdasarkan pendapat Nunan, ada tiga tahap proses dalam menulis. Tahap pertama yaitu prapenulisan, tahap kedua yaitu penulisan, dan tahap ketiga yaitu pascapenulisan. Dalam tahap prapenulisan terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan misalnya menentukan topik, membatasi topik, menentukan bahan atau materi dan yang terakhir yaitu menyusun kerangka karangan. Dalam tahap penulisan, gagasan dikembangkan menjadi karangan yang utuh sesuai dengan ejaan dan tanda baca yang berlaku. Selanjutnya pada tahap pascapenulisan merupakan tahap revisi. Revisi ini dilakukan secara menyeluruh sebelum diketik sebagai bentuk akhir naskah.

2.2.2.7 Menulis Teks Prosedur Kompleks

Halliday (1992:13) memberikan batasan teks yang paling sederhana. Menurut Halliday bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi. Maksud dari fungsi tersebut yaitu bahasa sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi, berlainan dengan kata-kata atau kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis. Berbeda dengan pendapat dengan Priyatni (2014:65), bahwa teks merupakan ujaran (lisan) atau tulis bermakna yang berfungsi untuk mengekspresikan gagasan. Selanjutnya Wiratno (2014) mendefinisikan bahwa teks merupakan satuan bahasa yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula.

(41)

Menurut Pradana (2013:01) teks prosedur kompleks adalah sebuah prosedur yang terdiri atas banyak langkah - langkah, dan langkah langkah itu berjenjang. Sedangkan Mahsun (2014:30) berpendapat bahwa teks prosedur merupakan salah satu dari jenis teks yang termasuk genre faktual subgenre prosedural. Tujuan dari sosial teks ini adalah mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah ditentukan. Dengan demikian teks jenis ini lebih menekankan aspek bagaimana melakukan sesuatu, yang dapat berupa salah satunya percobaan atau pengamatan. Selanjutnya Mayasari (2014) mendefinisikan teks prosedur kompleks adalah jenis teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kemudian Azhar (2012:1) berpendapat bahwa teks prosedur kompleks adalah teks yang membantu pembaca atau pendengar untuk memahami bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu dengan tepat. Kemudian Kosasih (2013:67) juga menjelaskan bahwa teks prosedur kompleks adalah teks yang menjelaskan langkah-langkah secara lengkap, jelas, terperinci tentang cara melakukan sesuatu.

(42)

2.2.2.7.1 Struktur Teks Prosedur Kompleks

Struktur teks prosedur kompleks menurut Kosasih (2013:68) yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan

Tujuan berisi pengantar berkaitan dengan petunjuk yang akan dikemukakan pada bagian pembahasan. Pada bagian ini mungnkin juga dikemukakan tujuan dari penulisan petunjuk itu sendiri.

2) Langkah-langkah

Langkah-langkah berisi tentang petunjuk pengerjaan sesuatu yang disusun secara sistematis. Pada umumnya, penyusunannya mengikuti urutan waktu dan bersifat kronologis.

3) Penutup

Penutup berisi tentang kailmat-kalimat seperlunya,, tidak berupa kesimpulan. Kalimat penutup tersebut seolah-olah berfungsi sebagai penanda bahwa teks prosedur kompleks sudah selesai.

Menurut Kosasih juga terdapat sumber lain yang menjelaskan bahwa petunjuk dibentuk oleh bagian-bagian berikut: tujuan, bahan dan alat, dan langkah-langkah. Sistematika tersebut dikenal dengan resep. Petunjuk-petunjuk yang lebih kompleks, seperti petunjuk penggunaan alat-alat elektronik atau petunjuk tentang suatu perilaku tidak memerlukan penjelasan alat dan bahan.

(43)

Berdasarkan pendapat beberapa pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa teks prosedur kompleks yaitu sebagai berikut.

1) judul/tujuan,

2) pendahuluan (pernyataan),

3) alat dan bahan/syarat/ketentuan yang diperlukan (opsional), 4) pembahasan (langkah-langkah),

5) penutup.

Perhatikan tabel berikut agar lebih jelas dalam memahami struktur teks prosedur kompleks.

Tabel 2.1 Struktur Teks Prosedur Kompleks Struktur teks prosedur

kompleks Penjelasan

Judul/Tujuan Berisi judul kegiatan dan tujuan yang akan dicapai.

Pendahuluan (pernyataan)

Berisi pengantar, latar belakang, apersepsi yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Biasanya terletak pada paragraf pertama.

Alat dan

bahan/syarat/ketentuan yang diperlukan (opsional)

Berisi bahan/alat yang dibutuhkan. Berisi juga syarat/ketentuan yang diperlukan.Pada bagian ini sifatnya opsional atau boleh dihilangkan.

Pembahasan (langkah-langkah)

Berisi langkah-langkah yang disusun secara sistematis, biasanya ditandai dengan penomoran secara berurutan.

Penutup

Berisi kalimat-kalimat penutup seperlunya. Kalimat tersebut sebagai penanda bahwa teks tersebut sudah selesai.

(44)

Beberapa kaidah yang berlaku pada teks prosedur kompleks menurut Kosasih (2013:71) yaitu sebagai berikut.

1) Teks prosedur merupakan teks yang berisi petunjuk, maka dari itu banyak menggunakan kalimat perintah.

2) Didalam teks prosedur kompleks juga menggunakan konjungsi temporal atau kata penghubung yang menyatakan urutan waktu kegiatan. Misalnya dan, lalu, kemudian, setelah itu, selamjutnya dan sebagainya.

3) Teks prosedur kompleks juga menggunakan kata-kata penunjuk waktu, seperti beberapa menit kemudian, setengah jam kemudian, beberapa hari kemudian, beberapa minggu kemudian dan sebagainya.

4) Kadang-kadang menggunakan kata-kata/penomoran yang menyatakan urutan langkah kegiatan, misalnya pertama, kedua, ketiga, 1, 2, 3 dan seterusnya.

2.2.3 Nilai Kewirausahaan

Teori tentang kewirausahaan yang akan dipaparkan meliputi pengertian kewirausahaan, pengintegrasian nilai kewirausahaan di sekolah, dan cara mengintegrasikan nilai kewirausahaan dalam pembelajaran. Berikut paparan mengenai teori tersebut.

2.2.3.1 Pengertian Kewirausahaan

(45)

W. Zimmerer (dalam Frinces, 2010), “An entrepeneur is one who creates a new business in the face if risk and uncertaintly for the purposen of achieving profit and growth by identifying opportunitites and asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”. Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa wirausahawan merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.

Menurut Frinces (2011:15), ada beberapa komponen insting kewirausahaan, antara lain (a) semangat (build comfidence with your brand), (b) jiwa (believeng in your ability to survive), (c) nalar (borrow other people’s brains), (d) instuisi (seeing around corners), (e) Two-Steps-Ahead’thinking, (f) daya cipta/kreativitas (sheer creativity), (g) kompetensi (use yout analytical abilities), (h) rasa (do you enjoy putting your skill to test?), (i) tanggap (seeing horizontally), (j) keberanian, (k) kemitraan (don’t go it alone), (l) kemandirian, dan (m) kebebasan (freedom to explore).

2.2.3.2 Pengintegrasian Nilai Kewirausahaan di Sekolah

Menurut Frinces (2010:39), pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk

membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter,

pemahaman dan keterampilan sebagai wirausaha. Intinya pendidikan

kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan pembelajaran di

(46)

guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama sebagai suatu

komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan kedalam kurikulum

dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat

merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari.

Pendidikan kewirausahaan menurut Puskur (2010:10) yaitu pengembangan

nilai-nilai dari ciri-ciri seorang wirausaha. Menurut para ahli kewirausahaan, ada

banyak nilai-nilai kewirausahaan yang harus dimiliki peserta didik. Dalam

pengembangan model naskah akademik, Pusbuk memilih beberapa nilai

kewirausahaan yang dianggap paling pokok sesuai dengan tingkat perkembangan

peserta didik. Berikut ini tabel berisi 17 nilai-nilai kewirausahaan yang dapat

diintegrasikan melalui pendidikan kewirausahaan. Tabel 2.2 Nilai-Nilai Kewirausahaan

Nilai Deskripsi

1. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

2. K

reatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan atau hasil berbeda dari produk/jasa yang telah ada

3. B

erani mengambil resiko

Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang menantang, berani dan mampu mengambil

erja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguhdalam menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai hambatan.

(47)

Nilai Deskripsi

9. I

novatif

Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan

10. T

anggung jawab Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampumelaksanakan tindakan, dan pekerjaan

11. K

erja sama Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikandirinya mampu menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan dan pekerjaan

Kemampuan menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap mengetahui secara mendalam dan luas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

16. K

omunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senangberbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain

17. M

otivasi untuk sukses Sikap dan tindakan untuk mecari solusi yang baik

Nilai-nilai pokok kewirausahaan tersebut tidak serta merta secara langsung

dilaksanakan sekaligus oleh satuan pendidikan, namun dilakukan secara bertahap.

Tahap pertama implementasi nilai-nilai kewirausahaan diambil sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Hal tersebut bukan bermaksud membatasi nilai-nilai kewirausahaan dan

harus mengimplemetasikan beberapa nilai kewirausahaan saja, namun setiap

jenjang satuan pendidikan dapat menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan

yang lain secara mandiri sesuai kebutuhan sekolah. Selain lima pokok

(48)

SMK/MAK juga perlu diimplementasikan konsep dan keterampilan

kewirausahaan. Konsep dan keterampilan (skill) kewirausahaan yang akan

diimplementasikan pada setiap jenjang pendidikan berbeda kedalaman dan

keluasaanya.

2.2.3.3Pengintegrasian Nilai-Nilai Kewirausahaan pada Pembelajaran Nilai-nilai kewirausahaan dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi. Menurut Columbo (2009), eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru namun perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar.

Aplikasi nilai-nilai kewirausahaan dimasukkan dalam kegiatan eksplorasi antara lain dengan cara (Ferdian, 2011):

(49)

2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras). 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik

dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama dan komunikatif).

4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: komitmen, mandiri).

5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras).

(50)

dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.

Selanjutnya aplikasi nilai-nilai kewirausahaan dimasukkan dalam kegiatan elaborasi antara lain dengan cara (Ferdian, 2011):

1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: tanggung jawab, kreatif, realistis).

2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kerjasama, pantang menyerah, berani mengambil risiko).

3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, realistis).

4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, mandiri, tanggung jawab).

5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras). 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik

(51)

7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, jujur, kerjasama).

8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: tanggungjawab, pantang menyerah, mandiri, kerjasama).

9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: tanggungjawab, mandiri, kerjasama).

Pembelajaran pada tahap terakhir yaitu konfirmasi. Menurut Columbo (2009), kebenaran ilmu pengetahuan itu relatif. Sesuatu yang saat ini dianggap benar bisa berubah jika kemudian ditemukan fakta baru yang bertentangan dengan konsep tersebut. Oleh karena itu, sikap keilmuan selalu terbuka dalam memperbaiki pengetahuan sebelumnya berdasarkan penemuan terbaru. Sikap berpikir kritis dan terbuka seperti itu telah membangun sikap berpikir yang apriori, yaitu tidak meyakini sepenuhnya yang benar saat ini mutlak benar atau yang salah mutlak salah. Semua dapat berubah.

Aplikasi nilai-nilai kewirausahaan dimasukkan dalam kegiatan kofirmasi antara lain dengan cara (Ferdian, 2011):

(52)

2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan:tanggung jawab, mandiri, jujur).

3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: tanggungjawab, jujur).

4) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:

(1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan:komunikatif, kerjasama). (2) Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan:

komunikatif).

(3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: realistis).

(4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: komitmen).

(5) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: motivasi untuk sukses).

(53)

peserta didik yang dapat digunakannya dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya. Pada akhirnya pribadi yang memiliki karakter kreatif, inovatif, bertangung jawab, disiplin dan kosisten akan mampu memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah sumber daya manusia Indonesia. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan kewirausahaan sangat berorientasi pada sosio-psiklogis. Pendidikan kewirausahaan akan mereduksi mindset peserta didik tentang tujuan dan orientasi mengikuti pendidikan untuk menjadi pegawai negeri. Pendidikan kewirausahaan juga mempersiapakan peserta didik memiliki sikap kewirausahaan dan mampu mengembangkan seluruh potensi dirinya untuk menghadapi masa depannya dengan segala problematikanya.

2.2.3.4 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Ke Dalam Bahan/Buku Ajar

Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.

2.2.4 Kerangka Berpikir

(54)

buku pengayaan. Pengembangan buku pengayaan bertujuan untuk menambah referensi yang dapat dijadikan buku pendamping buku guru/peserta didik. Adanya buku pengayaan diharapkan dapat membantu guru dan peserta didik dalam memahmi suatu materi pembelajaran. Pengembangan buku pengayaan dimulai dengan melakukan analisis buku pelajaran yang telah ada, teori, dan kebutuhan buku pengayaan menurut persepsi guru dan peserta didik. Berdasarkan ketiga analisis tersebut kemudian disusun buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA. Berdasar pada teori, struktur pengembangan buku pengayaan mengacu pada empat aspek utama, meliputi (1) aspek isi/ materi, (2) aspek penyajian, (3) aspek bahasa dan keterbacaan, serta (4) aspek kegrafikaan.

Kelayakan buku pengayaan yang telah disusun dilakukan penilaian oleh guru dan ahli/pakar. Kemudian hasil penilaian dan saran perbaikan yang didapat digunakan untuk memperbaiki buku pengayaan. Setelah dilakukan perbaikan, buku pengayaan layak digunakan sehingga dapat mendukung kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan kemampuan menulis teks prosedur kompleks untuk peserta didik SMA/MA. Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.

Pengembangan Buku Pengayaan Menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan untuk Peserta Didik SMA/MA

Berdasarkan 4 aspek utama

Nilai Kewirausahaan Aspek Materi Aspek Penyajian Aspek Bahasa dan Aspek Grafika

Keterbacaan

Penilaian dan perbaikan draf buku pengayaan

Buku Pengayaan Menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan untuk Peserta Didik SMA /MA

(55)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

2.2.5 Spesifikasi Produk

Adapun rancangan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan peserta didik SMA/MA meliputi sampul buku, bentuk buku, dan desain isi. Penjelasan berkaitan dengan hal tersebut disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.3 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Jenis media: Media cetak

(56)

2)Petunjuk penggunaan buku pengayaan: bagian ini berisi petunjuk cara penggunaan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks.

Bagian Isi

1) Pengantar materi: bagian ini berisi judul bab, kompetensi dasar yang harus dikuasai (disajikan dalam bentuk mind map). Pada bagian ini disertai ilustrasi gambar penataan tulisan, dan komponen warna disesuaikan dengan hasil angket.

2) Isi materi: Konsep materi berupa garis-garis besar secara ringkas dan padat. Disajikan dalam bentuk teks pada setiap penjelasan materi.

3) Rangkuman: berisi rangkuman seluruh bab dalam uraian singkat.

4) Lembar latihan: tiap-tiap materi dan tema berisi soal-soal berupa: latihan menentukan jenis teks, struktur teks, kaidah, latihan membuat teks prosedur kompleks, dan latihan membuat proposal kewirausahaan

Bagian Akhir

1) Daftar pustaka: berisi sumber buku atau rujukan yang digunakan untuk keperluan pengembangan buku pengayaan.

2) Glosarium: berisi penjelasan dari istilah-istilah yang digunakan.

(57)

Gambar

Tabel 2.1 Struktur Teks Prosedur Kompleks
Tabel 2.3 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan terhadap Buku Pengayaan menurut
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tukar pendapat tentang kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik ketika mencari contoh teks prosedur kompleks berkaitan dengan bagian-bagian teks prosedur kompleks

Pada Rangkaian resistor capacitor, besarnya arus yang mengalir dalam suatu rangkaian akan memiliki nilai yang sama dengan Q atau muatan yang ada pada

Aspek-Aspek pada Model Konseptual Pelatihan Peningkatan Keterampilan Teknis bermuatan Nilai-Nilai Estetis bagi Perajin Mebel Kayu dalam Perspektif Pendidikan Orang

Hasil penelitian ini meliputi (1) guru dan peserta didik membutuhkan buku pengayaan menulis teks prosedur dikarenakan ketersediaan dan kondisi buku yang masih terbatas,

Nilai muatan faktor yang besar dan positif menunjukkan arti bahwa semakin tinggi peningkatan pada indikator ini maka akan semakin tinggi juga nilai komitmen

Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya keterampilan siswa dalam menulis teks prosedur kompleks yaitu siswa masih merasa bingung pada saat akan memulai menulis, siswa

menulis makalah yang berjudul ”Analisis Kesesuaian Perairan Tambak di Kabupaten Demak Ditinjau dari Nilai Klorofil-A, Suhu Permukaan Perairan dan Muatan Padatan

Hasil analisa kita pada eksperimen konduktor dan muatan tes menyatakan bahwa konduktor yang yang bermuatan listrik netral pada suatu kerangka acuan, akan menjadi tidak netral