• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arti dan Ruang Lingkup Aqidah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Arti dan Ruang Lingkup Aqidah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

AQIDAH

ARTI DAN RUANG LINGKUP AQIDAH

DISUSUN OLEH :

SYARIFUDDIN THAHIR 031 2011 0004

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

(2)

AQIDAH

A. Pengertian Aqidah

1. Bahasa. Aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqidan yang berarti simpul, ikatan,

dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk menjadi aqidatan (aqidah)

berarti kepercayaan atau keyakinan. Kaitan antara aqdan dengan ‘aqidatan adalah

bahwa keyakinan itu tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat

mengikat dan mengandung perjanjian.

2. Istilah. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh

manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu

dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dangan kebenaran

itu.

3. Akidah Islam ialah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah sebagai rabb dan ilah

serta beriman dengan nama-namaNya dan segala sifat-sifatNya juga beriman dengan

adanya malaikat, kitab-kitab, para Rasul, Hari Akhirat dan beriman dengan taqdir

Allah sama ada baik atau buruk termasuk juga segala apa yang dating dari Allah.

Seterusnya patuh dan taat pada segala ajaran dan petunjuknya. Oleh itu, akidah Islam

ialah keimanan dan keyakinan terhadap Allah dan RasulNya serta apa yang dibawa

oleh Rasul dan dilaksanakan dalam kehidupan

4. Pengenalan

a. Ilmu yang membicarakan perkara-perkara yang berkaitan keyakinan terhadap

Allah swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya.

b. Setiap umat Islam wajib mengetahui, mempelajari dan mendalami ilmu akidah

supaya tidak berlaku perkara-perkara yang membawa kepada penyelewengan

akidah kepada Allah swt

c. Akidah sebenar adalah akidah yang berdasarkan pada al-Quran dan

As-Sunnah

B. Ruang Lingkup

1. Ilahiah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah

(Tuhan), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan

(3)

2. Nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu mukjizat, dan sebagainya yang

berhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab

Allah, dan sebagainya.

3. Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam

metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan, dan ruh.

4. Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui

sami, yakni dalil naqli berupa Al-Qur’an dan As-Sunah, seperti alam barzakh, akhirat,

azab kubur dan sebagainya.

5. Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistematika

arkanul iman (Rukun Iman), yaitu : Iman Kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab Suci,

Nabi dan Rasul, Hari Akhir, serta Qada’ dan Qadar.

C. Dalil-dalil tentang Aqidah

قُل ْ

قُن ْ

قُر ز ْ كُم ْ

ق ن ْ

ق سّ َاء

ق اُأ ُْ ِ

قُ ْ

قُن ْ

ق م َُ ْ

ق سَُاء

ق أّ َُْ ُْ ِ

قُن ْ ِ

ق خ مُج ْ

قاْ َُ

ق ن ْ

ق ْم ي َُ

ق خ مُج ْ ِ

ق ْم ي َُ

ق ن ْ

قم ْ َُ

قُن ْ ِ

ق مم ْ ر ْ

ق مُْ ُْ

ق سَ َ و ي ء َ

ق اُ

قُل و َ

ق ف َ ْ

ق سَ وان َ

“Katakanlah (kepada mereka yang berbuat kemusyirikan kepada Allah) siapakah

yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa

(menciptakan dan menguasai) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang

mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup

dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah.” Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”. (QS : Yunus [10] : 31)

ق اُق اَ ْق َ ْق َق َاَ ْقُر َُّ َ

“Ketahuilah/ilmuilah bahwasanya Laa Ilaha Illalah”.(QS : Muhamad [47]: 19).

ق سَ َ ُ ْقُر ِقم ح َُ ّ ْق ر َقُن ْق اَ ْ

“Kecuali yang bersaksi terhadap Laa Ilaha Illalah dan mereka

mengetahuinya”.(QS : Zukhruf [47] : 86).

(4)

“Tidaklah kami mengutus seorang Rosul/utusan sebelummu kecuali kami wahyukan kepadanya bahwasanyatidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali

Aku (Allah) maka bertauhidlah pada Ku (Allah)”.(QS : Al Anbiya’ [21] : 25).

D. Hadist Tentang Aqidah kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba -tiba tampak

dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat

hitam, tidak terlihat padanya tanda -tanda bekas perjalanan jauh dan tidak

seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah

dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tanga nnya diatas

paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata : "Hai Muhammad, beritahukan kepadaku

tentang Islam ". Rasulullah menjawab, "Islam itu engkau bersaksi bahwa

sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan

Allah, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan

Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu

melakukannya". Orang itu berkata, "Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu

membenarkannya. Orang itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang Iman".

Rasulullah menjawab, "Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya,

Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir

yang baik maupun yang buruk". Orang tadi berkata, "Engkau benar". Orang itu

berkata lagi, "Beritahukan kepadaku tentang Ihsan". Rasulullah menjawab, "Engkau

beribadah kepada Alla h seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak

(5)

"Beritahukan kepadaku tentang kiamat". Rasulullah menjawab, "Orang yang ditanya

itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." Selanjutnya orang itu berkata lagi,

"Beritahukan kepadaku tentang tanda -tandanya". Rasulullah menjawab, "Jika hamba

perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang

tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba -lomba

mendirikan bangunan. Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama

kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang

bertanya itu?" Saya menjawab, "Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah

berkata, "Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama

kepadamu". [HR Muslim no. 8].

1. Biografi Rawi dan Perawi Hadis Tentang Dasar Aqidah di atas

I. Rawi Sahabat (Umar Bin Khattab ra).

Nama lengkapnya adalah Amirulmukminin Abu Hafashah Umar Ibnul Khattab Al-Faruq Al-‘Adwi Al-Quraisy. beliau masuk islam pada Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Dia dilahirkan di Naisabur tahun 206 H. Kehidupan imam Muslim penuh dengan kegiatan mulia. Beliau merantau ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Dia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.

Dia belajar hadits sejak masih kecil yakni mulai tahun 218 H. Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat hari ahad sore dan dimakamkan di kampung Nasr Abad di daerah Naisabur pada hari senin, 25 Rajab 261 H dalam usia 55 tahun.

Imam Muslim mempunyai guru hadits yang sangat banyak sekali diantaranya adalah Utsman bin Abi Syaibah, Abu Bakar bin Syaibah, Syaiban bin Farukh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harab, ‘Amar an-Naqid,

Muhammad bin Mutsanna, Muhammad bin Yasar, Harun bin Sa’id al-Aili,

(6)

2. Pemahaman Terhadap Hadis Dasar Aqidah

I. Hadis

1. Memperindah pakaian dan penampilan ketika masuk masjid, menghadiri majlis ilmu dan sopan santun ketika berhadapan dengan para ulama. Sesungguhnya Jibril alaihissalam datang sebagai guru mengajar manusia dengan penampilan dan tutur katanya.

2. Islam secara etimology atau bahasa : tunduk dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. Sedangkan menurut syariat : yang didirikan atas lima pondasi, yaitu : bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa dibulan ramadhan dan haji ke Baitullah.

3. Iman menurut bahasa : yakin, sedangkan menurut syariat :keyakinan yang kokoh akan keberadaan Allah sebagai pencipta dan bahwa Dialah satu-satu Dzat yang berhak diibadahi. Membenarkan adanya makluk Allah berupa para malaikat. Membenarkan kitab-kitab samawi yang diturunkan oleh Allah. Membenarkan para rasul Allah yang Allah utus untuk manusia menunjuki jalan yang benar. Membenarkan adanya hari akhir.

4. Islam dan Iman. Dari pembahasan diatas dapat diketahui Islam dan Iman dua hakikat yang berbeda. Namun adakalanya syariat memperluasnya dengan menyebutkan salah satunya untuk menunjukkan keduannya. Tidak asa iman tanpa Islam dan tidak ada Islam tanpa adanya iman. Dan keduanya saling berkaitan erat, karna iman itu mesti ada didalam hati dan amal (Islam) yang dikerjakan oleh anggota badan.

5. Ihsan adalah ikhlas dan berbuata sebaik mungkin (itqan). Yaitu mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dengan menyempurnakan pelaksanaannya seakan-akan melihat Allah saat beribadah. Jika tidak mampu melakukan yang demikian maka ingatlah bahwa Allah itu melihat, menyaksikan perkara yang kecil dan yang besar.

II. Perkataan Ulama Tentang Hadis Dasar Aqidah

1. Imam An-Nawawi

(7)

burukNya. Adapun Islam ialah ungkapan tentang melakukan berbagai kewajiban, yaitu kepatuhan pada amalan zahir.

Sabdanya ق سّ ءُح ُ ق ن َقْ َُم َُْ ِ َ. Ini maqam musyahadah, karna orang yang ditakdirkan dapat melihat Al-Malik (Allah), ia malu berpaling kepada selainNya dalam shalat, dan menyibukkan hatinya pada lainNya. 2. Imam Ibnu Daqiq

Ini adalah hadis agung yang mencakup semua tugas amalan zahir dan bathin. Ilmu-ilmu syariat semuanya merujuk kepadanya dan bercabang darinya, karena hadis ini, meskipun ringkas, berisikan ilmu dan sunnah. Ia sebagai induk sunnah, sebagaimana al-fatihah disebut Ummul Quran (induknya al-Quran), karena meskipun ringkas tapi berisikan isi-isi Al-Quran.

3. Syaikh Ibnu Utsmain

Penjelasan bahwa Islam memiliki lima rukun yang harus dibangun, dan keislaman tidak sempurna apabila tidak melaksanan lima rukun Islam tersebut. Karna Nabi Muhammad menjawab dengan demikian :

ق َ ْق َق ُس ْق ر ُ َق ُس ْق فَُ ُ قسقر َِقَي َقققا َق قق َِ َ أق ِّ و َ ق رََْق اس ْ ِق قق اَ ْ قسْق ْي َ ق لَ َِق سّؤ ْأق ََ َِق وّ ُْ ق ْ َض َsِق وف َ ق ري و َِق قق ََِ أ ف ي َ َ قَي ْقْ هن َ

Rasulullah menjawab, "Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya."

· Iman mencakup enam perkara, yaitu :

قنْض َِق م ْب ق َي ِق َ َ أِق ََ ن ِْق َن ز نفِْق هّ ْق نْض َق سْق سق ِّ ْ مَ ِق مي ْقأرو ّ ْ

Rasulullah menjawab, "Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk". Orang tadi berkata, "Engkau benar".

(8)

paling sempurna. Jika tidak sampai pada keadaan ini, maka kepada derajat kedua, yaitu beribadah kepada Allah dengan peribadatan قجُّم ق ِق جر َُ ْ (rasa

takut) terhadap siksaNya. Karna itu nabi besabda “jika kamu tidak melihatnya, maka ia melihatmu”.

E. Bukti Adanya Allah

Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang

kebenarannya telah diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Namun, di sini

akan dikemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk

memberikan pengertian secara rasional. Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala

Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’, dan indera.

1. Dalil Fitrah

Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau

tidak, disertai belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman

Allah Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari

sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (al-A’raf:172)

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan

mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat

dipalingkan (dari menyembah Allah)?, (az-Zukhruf:87)

ق َ َّ ء مت َ ْق ُِ ْق َ َ م مَ ْق ُِ ْق َ َ ي مَ ْق َ ْ ِ َق و مُه ٌُ قا َق ر َُ ْقهي َُ َُ ْقِل ْ

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari)

Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan.

Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa

Allah swt adalah Tuhan. Selain itu adanya pernyataan kedua orang tua yang

menjadikannya sebagai Nasrani, Yahudi atau Majusi, tanpa menunjukkan kata

(9)

Dari sini bisa disimpulkan bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak

adanya Allah sebagai Tuhan yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa

membelokkan dari Tuhan yang hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang.

2. Dalil Akal

Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam semesta

dia dapat membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang bisa ditempuh untuk

membuktikan adanya Tuhan melalui akal adalah dengan beberapa teori, antara lain;

a. Teori Sebab.

Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatarbelakanginya. Adanya

sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang

mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya. Mustahil pula sesuatu

ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini akan berakhir dengan teori

sebab yang utama (causa prima), dia adalah Tuhan.

b. Teori Keteraturan.

Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi, bulan

dan bintang-bintang bergerak dengan sangat teratur. Keteraturan ini mustahil

berjalan dengan sendirinya, tanpa ada yang mengatur. Siapakah yang mempu

mengatur alam semesta ini selain dari Tuhan?

c. Teori Kemungkinan (Problabyitas)

Adakah kemungkinan sebuah komputer ditinggalkan oleh pemiliknya

dalam keadaan menyala. Tiba-tiba datang dua ekor tikus bermain-main di atas

tuts keyboard, dan setelah beberapa saat di monitor muncul bait-bait puisi

yang indah dan penuh makna?

Dalam pelajaran matematika, bila sebuah dadu dilempar kemungkinan

muncul angka 6 adalah 1/6. Dan bila dua dadu dilempar kemungkinan

munculnya angka 5 dan 5 adalah 1/36. Bila ada satu set huruf dari a sampai z

diambil secara acak, kemungkinan muncul huruf a adalah 1/26. Bila ada lima

set huruf diambil secara acak, kemungkinan terbentuknya sebuah kata

T-U-H-A-N adalah 1/265 (satu per duapuluh enam pangkat lima) =1/11881376.

(10)

kemungkinannya adalah 1/26100. Dengan angka kemungkinan sedemikian

orang akan menyatakan tidak mungkin, lalu bagaimanakah alam raya yang

terdiri dari sekian jenis atom, sekian banyak unsur, sekian banyak benda,

berapa kemungkinan dunia ini terjadi secara kebetulan? Kemungkinannya

adalah 1/~ (satu per tak terhingga), atau dengan kata lain tidak mungkin. Jika

alam ini tidak mungkin terjadi dengan kebetulan maka tentunya alam ini ada

yang menciptakannya, yaitu Allah.

3. Dalil Naqli

Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya

Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah swt untuk mengenal

dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya.

Allah menjelaskan tentang jati diri-Nya di dalam Al-Qur’an;

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan

bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam

kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula ) matahari,

bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,

menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta

alam.(al-A’raf:54)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta alam dan

seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya.

4. Dalil Inderawi

Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua

fenomena:

a. Fenomena Pengabulan do’a

Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang

yang berdoa serta memohon pertolongan-Nya yang diberikan kepada

orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang

(11)

“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari

bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76)

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu

diperkenankan-Nya bagimu •” (Al Anfaal: 9)

Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah

habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada

Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu

mengangkat kedua tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran

bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun

membasahi jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.”

Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku,

turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai

bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari)

b. Fenomena Mukjizat

Kadang-kadang para nabi diutus dengan disertai tanda-tanda adanya

Allah secara inderawi yang disebut mukjizat. Mukjizat ini dapat disaksikan

atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang wujud Yang

Mengurus para nabi tersebut, yaitu Allah swt. Karena hal-hal itu berada di luar

kemampuan manusia, Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong

bagi para rasul. Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa as. Agar memukul

laut dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu

menjadi dua belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu

(12)

“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan

tongkatmu.: Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti

gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63)

Contoh kedua adalah mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan

orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin

Allah. Allah swt berfirman:

“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah” (Ali

Imran: 49)

“•dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya

(menjadi hidup) dengan ijin-Ku.” (Al Maidah 110)

Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh indera

kita itu adalah bukti pasti wujud-Nya.

F. Hal yang Menguatkan dan Merusak Aqidah

1. Hal yang Merusak Aqidah

a. Hal yang pertama adalah Kufur Dan Kafir

Dari segi bahasa kufur berasal dari kata Arab: kufr, yang berarti menutupi

sesuatu, atau menyembunyikan sesuatu kebaikan yang telah diterima, dan atau

tidak berterima kasih atas kebaikan yang diterima. Orangnya disebut kafir, bentuk

jamaknya adalah kafirun atau kuffar. Dalam perkataan sehari-hari, kata kafir

agaknya lebih lazim dipakai dari kata kufur, meskipun kata kafir sering disebut

untuk menunjuk sesuatu yang bermakna kufur.

Sedangkan dari segi istilah kufur sering diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang menolak, menentang, mendstkan dan mengingkari kebenaran dari

allah yang disampaikan oleh rasul-Nya. Dalam al-Qur’an kata kufur mengacu

kepada perbuatan yang ada hubungan dengan Tuhan. Dengan demikian, sikap

atau perbuatan yang termasuk dalam kategori kufur ini, antara lain dapat

(13)

 Mengingkari nikmat, beberapa karunia Tuhan dan tidak berterima kasih kepada-Nya. Ini ditemukan dalam QS An-Nahl: 55 dan QS ar-Rum: 34.

 Lari dari tanggung jawab atau berlepas diri dari suatu perbuatan. Ini ditemukan dalam QS Ibrahim:22.

 Pembangkangan atau penolakan terhadap hukum-hukum Tuhan. Ini

ditemukan dalam QS al-Maidah:44.

 Meninggalkan amal salih yang diperintahkan Tuhan. Ini ditemukan dalam

QS ar-Rum: 44.

b. Hal yang kedua adalah Syirik

Kata syirik berasal dari kata Arab syirk yang berarti sekutu atau

persekutuan. Dalam istilah ilmu tauhid, syirik digunakan dalam arti

mempersekutukan tuhan lain dengan Allah, baik persekutuan itu mengenai

zat-Nya, sifat-Nya atau af’al-Nya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya

ditujukan hanya kepada-Nya saja. Ini dapat dilihat dalam QS az-zumar: 38,

Al-Ankabut: 63, dan al-zukhruf: 87.

Percaya kepada Allah tidaklah dengan sendirinya berarti iman atau

tauhid. Sebab iman kepada Allah itu tidaklah cukup dalam arti hanya percaya

kepada-Nya saja, melainkan mencakup pengertian yang benar tentang siapa Allah

yang kita percayai itu dan bagaimana kita bersikap kepada-Nya serta kepada

obyek-obyek selain Dia. Oleh karena itu orang-orang Arab sebelum Islam,

kendati mereka sudah percaya kepada Allah, bahwa yang menciptakan alam raya,

yang menurunkan hujan dan bahkan yang menciptakan manusia seluruh jagat

tersebut adalah Allah swt, mereka tidak bisa disebut sebagai orang yang beriman,

karena kepercayaan mereka kepada Allah masih mengandung kemungkinan

percaya kepada yang lain selain Allah dalam keilahian-Nya. Oleh sebab itulah

mereka disebut sebagai kaum musyrik sebagai anti tesis dari kaum yang

bertauhid.

c. Hal yang ketiga adalah Riddah dan Murtad

Kata riddah, makna asalnya kembali (ke tempat atau jalan semula).

(14)

mencakup keluar dari iman dan kembali kepada kekafiran. Secara istilah murtad

didefinisikan sebagai seseorang yang secara sadar (tanpa paksaan) keluar dari

agama Islam dalam bentuk niat, perkataan, atau perbuatan yang menyebabkanya

menjadi kafir, pindah kepada agama lain atau tidak beragama sama sekali.

Dalam hubungan ini, bila seseorang yang mulutnya menyatakan keluar

dari agama Islam karena dipaksa oleh orang lain – seperti diancam hendak

dibunuh – sementara hatinya tetap beriman, maka ia tidak termasuk golongan

yang murtad. Ini dapat dilihat dalam QS An-Nahl: 106.

d. Hal yang keempat adalah Bid’ah

Arti bid’ah menurut bahasa ialah segala macam apa saja yang baru, atau

mengadakan sesuatu yang tidak berdasarkan contoh yang sudah ada. Sedangkan

arti bid’ah secara istilah adalah mengada-adakan sesuatu dalam agama islam yang

tidak dijumpai keteranganya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.

e. Hal yang kelima adalah Khurafat

Kata khurafat berasal dari bahas arab: al-khurafat yang berarti dongeng,

legenda, kisah, cerita bohong, asumsi, dugaan, kepercayaan dan keyakinan yang

tidak masuk akal, atau akidah yang tidak benar. Mengingat dongeng, cerita, kisah

dan hal-hal yang tidak masuk akal di atas umumnya menarik dan mempesona,

maka khurafat juga disebut “al-hadis al-mustamlah min al-kidb”, cerita bohong yang menarik dan mempesona.

Sedangkan secara istilah, khurafat adalah suatu kepercayaan, keyakinan,

pandangan dan ajaran yang sesungguhnya tidak memiliki dasar dari agama tetapi

diyakini bahwa hal tersebut berasal dan memiliki dasar dari agama. Dengan

demikian, bagi umat Islam, ajaran atau pandangan, kepercayaan dan keyakinan

apa saja yang dipastikan ketidakbenaranya atau yang jelas – jelas bertentangan

dengan ajaran al-qur’an dan Hadis nabi, dimasukan dalam kategori khurafat.

(15)

Kata tahayul berasal dari bahasa Arab, al-tahayul yang bermakna

reka-rekaan, persangkaan, dan khayalan. Sementara secara istilah, tahayul adalah

kepercayaan terhadap perkara ghaib, yang kepercayaan itu hanya didasarkan pada

kecerdikan akal, bukan didasarkan pada sumber Islam, baik al-Qur’an maupun al

-hadis.

g. Hal yang ketujuh adalah Nifaq Atau Munafiq

Nifaq secara bahasa berasal dari kata Arab na-fi-qa-u, yaitu salah satu

lubang tempat keluarnya yarbu (hewan sejenis tikus) dari sarangnya. Nifaq juga

dikatakan berasal dari kata na-fa-qa, yaitu lubang tempat bersembunyi. Sementara

menurut syara, nifaq berarti menampakan Islam dan kebaikan, tetapi

menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.

Nifaq dibedakan dalam dua jenis yaitu nifaq I’tiqadiy dan nifaq ‘amaliy.

 Pertama: Nifaq I’tiqadiy (keyakinan) atau nifaq besar, dimana pelakunya menampakan keislaman, akan tetapi menyembunyikan kekufuran. Orang

yang termasuk nifaq ini berarti ia keluar dari agama dan dia berada di dalam

kerak neraka.

 Kedua, Nifaq Amaly (perbuatan), yaitu melakukan sesuatu yang merupakan

perbuatan orang-orang munafik, akan tetapi masih ada iman di dalam hati.

Nifaq jenis ini tidak membawa pelakunya keluar dari agama, akan tetapi bisa

menjadi wasilah (perantara) bagi pelakunya keluar dari agama jika dia

melakukan perbuatan nifaq secara terus menerus.

2. Hal yang Menguatkan Aqidah

Ada beberapa amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan

bertambahnya iman seseorang, di antaranya adalah:

a. Membaca dan tadabbur (merenungkan atau memikirkan isi kandungan) Al

(16)

Orang yang membaca, mentadabburi dan memperhatikan isi kandungan

Al Quran akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang menjadikan imannya

kuat dan bertambah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang orang mukmin yang

berbuat demikian: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka, dan apabila

dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman bereka, dan

kepada Rabb mereka itulah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal [8]: 2)

Al Imam Al Ajurri rahimahullah berkata: “Barangsiapa mentadabburi Al

Quran, dia akan mengenal Rabb-nya Azza wa Jalla dan mengetahui keagungan,

kekuasaan dan qudrah-Nya serta ibadah yang diwajibkan atasnya. Maka dia

senantiasa melakukan setiap kewajiban dan menjauhi segala sesuatu yang tidak

disukai maulanya (yakni Allah Ta’ala).“

b. Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al Quran

dan As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan Allah secara mutlak dari

berbagai segi.

Bila seorang hamba mengenal Rabbnya dengan pengetahuan yang hakiki,

kemudian selamat dari jalan orang-orang yang menyimpang, sungguh ia telah

diberi taufiq dalam mendapatkan tambahan iman. Karena seorang hamba bila

mengenal Allah dengan jalan yang benar, dia termasuk orang yang paling kuat

imannya dan ketaatannya, kuat takutnya dan muroqobahnya kepada Allah

Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di

antara hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fathir [35]: 28). Al Imam Ibnu Katsir

menjelaskan: “Sesungguhnya hamba yang benar-benar takut kepada Allah

adalah ulama yang mengenal Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/533).

c. Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam, yakni dengan mengamati, memperhatikan dan mempelajari siroh beliau

(17)

Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan: “Dari sini kalian

mengetahui sangat pentingnya hamba untuk mengenal Rasul dan apa yang

dibawanya, dan membenarkan pada apa yang beliau kabarkan serta mentaati apa

yang beliau perintahkan. Karena tidak ada jalan kebahagiaan dan keberuntungan

di dunia dan di akhirat kecuali dengan tuntunannya. Tidak ada jalan untuk

mengetahui baik dan buruk secara mendetail kecuali darinya.Maka kalau

seseorang memperhatikan sifat dan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al Quran dan Al Hadits, niscaya dia akan mendapatkan manfaat

dengannya, yakni ketaatannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi

kuat, dan bertambah cintanya kepada beliau. Itu adalah tanda bertambahnya

keimanan yang mewariskan mutaba’ah dan amalan sholih.”

d. Mempraktekkan (mengamalkan) kebaikan-kebaikan agama Islam.

Ketahuilah, sesungguhnya ajaran Islam itu semuanya baik, paling benar

aqidahnya, paling terpuji akhlaknya, paling adil hukum-hukumnya. Dari

pandangan inilah Allah menghiasi keimanan di hati seorang hamba dan

membuatnya cinta kepada keimanan, sebagaimana Allah memenuhi cinta-Nya

kepada pilihan-Nya, yakni Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

(QS. Al Hujurat [49]: 7)

Maka iman di hati seorang hamba adalah sesuatu yang sangat dicintai

dan yang paling indah. Oleh karena itu seorang hamba akan merasakan manisnya

iman yang ada di hatinya, sehingga dia akan menghiasi hatinya dengan

pokok-pokok dan hakikat-hakikat keimanan, dan menghiasi anggota badannya dengan

amal-amal nyata (amal sholih). (At Taudhih wal Bayan, hal 32-33)

e. Membaca siroh atau perjalanan hidup Salafush Shalih.

Yang dimaksud Salafush Shalih di sini adalah para shahabat Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orangyang mengikuti mereka dengan baik (lihat QS. At Taubah [9]: 100). Barangsiapa membaca dan memperhatikan

perjalanan hidup mereka, akan mengetahui kebaikan-kebaikan mereka,

akhlak-akhlak yang agung, ittiba’ mereka kepada Allah, perhatian mereka kepada iman,

(18)

dan bersegera dalam kebaikan, kekuatan iman mereka dan kuatnya ibadah

mereka kepada Allah dan sebagainya.

Dengan memperhatikan keadaan mereka, maka iman menjadi kuat dan

timbul keinginan untuk menyerupai mereka dalam segala hal. Sebagaimana

ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Barangsiapa lebih

serupa dengan mereka (para shahabat Rasulullah), maka dia lebih sempurna

imannya.” (lihat Kitab Al Ubudiyah, hal 94). Dan tentunya, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.

Itulah beberapa amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan

bertambahnya keimanan. Adapun hal-hal yang dapat melemahkan iman seseorang

adalah sebaliknya, di antaranya: Kebodohan terhadap syari’at Islam, lalai, lupa dan

berpaling dari ketaatan, melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa besar, mengikuti hawa

Referensi

Dokumen terkait

Teknik yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data peneliti, diantaranya adalah; teknik pengamatan atau observasi (teknik pengamatan dari seorang peneliti, baik

Sampai akhir tahun 2005 telah dibangun plot konservasi eks-situ genetik cendana seluas 3,5 ha dengan materi genetik berasal dari 20 populasi dari sebaran alam yang ada di NTT

Mereka juga memberi nasihat kepada Kudi agar menjadi anak yang sopan supaya tidak ada lagi orang tua yang melarang anaknya bermain dengan Kudi.. Kudi

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari dan memahami pola rantai nilai industri florikultura sebagai pendekatan melihat keberhasilan bisnis industri florikultura

“Tujuan penelitian semiologi adalah untuk menyusun fungsi dari sistem penandaan selain bahasa dalam kesesuaian dengan tipikal proses dari beberapa aktivitas strukturalis,

Jika dari hasil langkah (1) ditemukan bentuk dan atau makna varian yang berbeda dari kata yang diidentifikasi sebagai kata asal, varian tersebut merupakan inovasi1. Berdasarkan

Semua dilakukan kecuali RJP: untuk pasien – pasien dengan fungsi otak yang tetap ada atau dengan harapan pemulihan otak, yang mengalami kegagalan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara Petikan DIPA dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database