• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN ASI

EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRINGAPUS

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

Tia Komala Sari,

Faridah Aini, S.Kep., Ns.,M.Kep,Sp.KMB, AnggunTrisnasari,S.SiT.,M.Kes

Program Studi D IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2010 menunjukkan, pemberian ASI Eksklusif

di indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang menyusu Eksklusif sampai

6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong

peningkatan pemberian ASI masih rendah (Maryunani, 2012). Tujuan Penelitian untuk

mengetahui adanya hubungan pengetahuan, pekerjaan, dukungan suami dan promosi susu

formula terhadap kegagalan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringpus.

Jenis Penelitian

yang digunakan bersifat analitik dengan pendekatan

Desain Cross

Sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah 1142 ibu yang memiliki bayi umur >6 bulan –

2 tahun. Pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampilng dengan

menggunakan kuesioner.

Hasil Penelitian menunjukkan

yang mengalami kegagalan ASI Eksklusif sebanyak 66

orang (71,7%), pengetahuan ibu yang kurang dalam pemberian ASI Eksklusif sebanyak 36

orang (39,1%) setelah dilakukan uji

Chi Square

didapat

p-value

0,003, pekerjaan ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif berada pada kategori bekerja sebanyak 54 orang (58,7%) setelah

dilakukan uji

Chi Square

didapat

p-value

0,000, dukungan suami dalam pemberian ASI

Eksklusif pada kategori rendah 29 orang (31,5%) setelah dilakukan uji

Chi Square

didapat

nilai

p-value

0,013. Sedangkan promosi susu formula dalam pemberian ASI Eksklusif dalam

kategori tidak tertarik 44 orang (47,8%) setelah dilakukan uji

Chi Square

didapat nilai

p-value

0,976.

Ibu perlu meningkatkan pemahaman ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif

untuk bayi dan manfaat bagi ibu dan keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti

konseling atau menanyakan kepada petugas kesehatan dengan didampingi keluarga atau

suami.

ABSTRACT

The date of primary health research (riskesda) 2010 showed, the provision of breastfeeding in

Indonesia is still in appropriate. The percentage of babies getting exclusive breastfeeding until 6

months is 15,3 percent. This is because the awareness of the community to increase exclusive

breastfeeding is low (Maryunani, 2012). The aim of this research was to know of The Factors

Associated With The Failure of Giving Exclusive Breastfeeding In Puskesmas Pringapus Health

Center Semarang in 2015 .

The type of this research used analytic with cross sectional design. The population was 92

respondents who were the mothers having a baby aged 6 month – 2 years. The sampling used

stratified random sampling with the population of 9 villages.

(2)

Mothers need to improve their understanding about the importance of giving exclusive

breastfeeding for a baby and the benefits for mothers and families. This can be done by following

counseling or asking the health workers accompanied by a family or husband.

Keyword: knowledge, work, husband support

PENDAHULUAN

Bayi baru lahir perlu mendapatkan

perawatan yang optimal sejak dini, termasuk

pemberian makanan yang ideal. Tidak ada

satupun makanan yang ideal untuk bayi baru

lahir selain ASI.

World Health Organization

(WHO) dan

United Nations Children’s Fund

menganjurkan pemberian ASI secara Eksklusif

yaitu ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan,

tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain

selain ASI (Mulyani, 2013).

Berbagai penelitian telah mengkaji

manfaat pemberian air susu ibu (ASI). ASI

Eksklusif menurunkan mortalitas bayi dan

morbiditas

bayi,

mengoptimalkan

pertumbuhan bayi, membantu perkembangan

kecerdasan anak, dan memperpanjang jarak

kehamilan ibu. Di Indonesia, kementrian

kesehatan republik Indonesia melalui program

perbaikan gizi masyarakat menargetkan

cakupan ASI Eksklusif 6 bulan sebesar 80%.

Namun, angka ini sulit dicapai, bahkan

prevalensi ASI Eksklusif dari 39,5% pada

tahun 2003 dan menjadi 32% pada tahun 2007

(Parahiyangan dkk, 2013).

Penelitian

World Health Organization

(WHO),

di enam negara berkembang, resiko

kematian bayi usia 9-12 bulan meningkat 40

%, jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi

berusia di bawah 2 bulan, angka kematian ini

meningkat menjadi 48 %. Bayi yang tidak

pernah mendapat ASI beresiko meninggal

lebih tinggi dari pada bayi yang mendapat ASI

(Roesli, 2008).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdes) 2010 menunjukkan, pemberian

ASI di Indonesia saat ini masih

memprihatinkan. Persentase bayi yang

menyusu Eksklusif sampai 6 bulan hanya

15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran

masyarakat dalam mendorong peningkatan

pemberian ASI masih rendah. Terutama ibu

bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI

dengan alasan kesibukan kerja. Padahal tidak

ada yang bisa melindungi kualitas ASI, bahkan

susu formula sekalipun (Maryunani, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang yang terdiri

dari 9 BPS. Dari bulan Desember 2014

terdapat 1142 ibu yang memiliki bayi umur >6

bulan s/d 2 tahun. Dari hasil wawancara

dengan 8 orang ibu yang memiliki bayi umur

>6 bulan s/d 2 tahun, ternyata tidak satupun

ibu yang memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya, Hal ini disebabkan karena kurangnya

informasi atau pengetahuan ibu tentang

pentingnya manfaat ASI bagi bayi dan ibu dan

kurangnya keikutsertaan orang terdekat seperti

suami atau keluarga dalam mendukung

pemberian ASI kepada bayi, serta ibu yang

sibuk dengan pekerjaannya sehingga dapat

menghambat bahkan ada juga yang

menghentikan pemberian ASI sehingga ASI

digantikan dengan susu formula, dan ini

merupakan

alasan

utama

ibu

yang

menyebabkan kegagalan pemberian ASI

Eksklusif.

Berdasarkan fenomena diatas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan

judul

“Faktor-Faktor

Yang

Berhubungan Dengan Kegagalan ASI

Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015”.

Bahan Dan Cara

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode

penelitian survey analitik yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. Metode

pendekatan adalah

cross sectional.

Cross

sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika kolerasi antara

faktor-faktor resiko dengan cara pendekatan,

observasi atau pengambilan data sekaligus

pada suatu saat san sekali saja.

Waktu dan Tempat penelitian

(3)

Populasi dan Sempel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu yang memiliki bayi berumur >6

bulan s/d 2 tahun dari di wilayah kerja

Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang

sebanyak 1142 ibu pada bulan desember 2014.

Sampel

Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini dilakukan dengan teknik

Proportional Stratified Ramdom Sampling

yaitu suatu cara pengambilan sampel yang

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

besar sampel bila sejumlah subyek antara

strata yang satu dengan yang lainnya berbeda.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

92 orang responden dari ibu yang memiliki

bayi berusia >6 bulan s/d 2 tahun yang diambil

dari 9 desa di wilayah kerja Puskesmas

Pringapus secara

Proporsional Stratified

Random Sampling

.

Kriteria sampel dalam penelitian meliputi

kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah: 1) Ibu yang

bersedia menjadi responden yang dibuktikan

dengan tanda tangan persetujuan; 2) Ibu yang

ada di tempat ketika waktu penelitian atau saat

posyandu maupun saat melakukan

door to

door;

3) Ibu yang memiliki bayi >6 bulan s/d 2

tahun yang ada di Wilayah kerja Puskesmas

Pringapus; 4) Bisa membaca dan menulis.

Adapun kriteria eksklusinya; Ibu yang

pernah sakit saat bayi berusia 0-6 bulan.

Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer dalam penelitian ini

mencakup pengetahuan, pekerjaan ibu,

dukungan sosial, susu formula terhadap

faktor-faktor yang Berhubungan dengan kegagalan

pemberian ASI eksklusif pada bayinya.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh

saat pengambilan data awal di Puskesmas

Pada penelitian ini dilakukan uji statistik

deskriptif untuk mengetahui daftar distribusi

frekuensi faktor-faktor yang berhubungan

dengan kegagalan ASI Eksklusif yang

meliputi: pengetahuan, pekerjaan ibu,

dukungan suami dan promosi susu formula.

Analisis Bivariat

Dalam analisis ini dilakukan dengan

pengujian statistik yaitu dengan uji

Chi Square

untuk mengetahui hubungan antara variabel

independent

yaitu faktor resiko yang

berhubungan dengan kegagalan ASI Eksklusif

yang meliputi sub variabel: pengetahuan,

pekerjaan, dukungan suami, dan susu formula,

secara parsial terhadap variabel

dependent

yaitu kegagalan ASI Eksklusif.

HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat

Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

Tabel 1.

Distribusi

Frekuensi

Berdasarkan

Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Di

Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus

Kabupaten Semarang, 2015

Pengetahuan

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui

bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

di wilayah kerja Puskesmas Pringapus

Kabupaten Semarang, dalam kategori kurang,

yaitu sejumlah 36 orang (39,1%), kategori

cukup sejumlah (31,5%) daan yang kategori

baik sejumlah (29,3%).

Pekerjaan Ibu

Tabel 2.

Distribusi

Frekuensi

Berdasarkan

Pekerjaan Ibu yang memiliki Di Wilayah

Kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten

Semarang Tahun 2015

Pekerjaan

Frekuensi Persentase

(%)

(4)

Tidak Bekerja

38

41,3

Jumlah

92

100,0

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui

bahwa dari 92 responden ibu yang memiliki

bayi usia >6 bulan sampai 2 tahun di wilayah

kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten

Semarang, ibu yang bekerja, yaitu sejumlah 54

orang (58,7%) dan yan tidak bekerja (41,3%).

Dukungan Suami

Tabel 3.

Distribusi

Frekuensi

Berdasarkan

Dukungan Suami Di Wilayah Kerja

Puskesmas

Pringapus

Kabupaten

Semarang, 2015

Dukungan

Suami

Frekuensi Persentase

(%)

Rendah

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui

bahwa dukungan suami pada ibu untuk

memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang,

dalam kategori rendah sejumlah (31,5%),

kategori sedang, yaitu sejumlah 40 orang

(43,5%) dan kategori tinggi (25,0%)

Promosi Susu Formula

Tabel 4.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Promosi

Susu Formula Di Wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang, 2015

Promosi Susu

Formula

Frekuensi Persentase

(%)

Tertarik

Tidak Tertarik

48

44

52,2

47,8

Jumlah

92

100,0

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui

bahwa ibu di wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang, tertarik pada

promosi susu formula, yaitu sejumlah 48 orang

(52,2%) dan yang tidak tertarik sejumlah

(47,8%).

Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5.

Distribusi

Frekuensi

Berdasarkan

Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif pada

Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus

Kabupaten Semarang, 2015

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui

bahwa sebagian besar ibu di wilayah kerja

Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang

gagal ASI eksklusif pada bayinya, yaitu

sejumlah 66 orang (71,7%) dan tidak gagal

ASI Eksklusif sejumlah 26 orang (28,3%).

Analisis Bivariat

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 6.

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang, 2015

Pengetahuan Ibu

Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif

Total

P-value

Gagal ASI

Eksklusif

Tidak gagal ASI

Eksklusif

f

%

f

%

f

%

(0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang

(5)

Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 7.

Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang, 2015

Pekerjaan Ibu

Kegagalan Pemberian

ASI Eksklusif

Total

OR

P-value

Tidak ASI

Eksklusif

Eksklusif

ASI

f

%

f

%

f

%

Bekerja

Tidak Bekerja

47

19

87,0

50,0

19

7

13,0

50,0

54

38

100

100

6,714

0,000

Jumlah

66

71,7

26

28,3

92

100

Berdasarkan uji Chi Square (

Continuity

Correction

) diperoleh p-value 0,000. Oleh

karena p-value = 0,000 <α (0,05), disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pekerjaan ibu dengan kegagalan pemberian

ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang.

Berdasarkan nilai OR = 6,714 sehingga

artinya ibu yang bekerja mempunyai resiko 6

kali kegagalan ASI Eksklusif dibandingkan

dengan ibu yang tidak bekerja.

Hubungan Dukungan Suami dengan Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 8.

Hubungan Dukungan Suami dengan Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang, 2015

Dukungan

Suami

Kegagalan Pemberian

ASI Eksklusif

Total

P-value

Tidak ASI

Eksklusif

Eksklusif

ASI

f

%

f

%

f

%

Rendah

Sedang

Tinggi

23

32

11

79,3

80,0

47,8

6

8

12

20,7

20,0

52,2

29

40

23

100

100

100

0,013

Jumlah

66

71,7

26

28,3

92

100

Berdasarkan uji Chi Square diperoleh

p-value 0,013. Oleh karena p-p-value = 0,013 <α

(0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara dukungan suami dengan

kegagalan pemberian ASI eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Pringapus Semarang.

Hubungan Promosi Susu Formula dengan Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 9.

Hubungan Promosi Susu Formula dengan Kegagalan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang, 2015

Promosi Susu Formula

Kegagalan Pemberian

ASI Eksklusif

Total

P-value

Tidak ASI

Eksklusif

ASI Eksklusif

f

%

f

%

f

%

Tertarik

Tidak Tertarik

35

31

72,9

70,5

13

13

27,1

29,5

48

44

100,0

100,0

0,976

Jumlah

66

71,7

26

28,3

92

100,0

Berdasarkan uji Chi Square (Continuity

Correction) diperoleh p-value0,976. Oleh

karena p-value = 0,976 >α (0,05), disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

(6)

yang tidak tertarik (70,5%) memiliki jumlah

Dari hasil penelitian yang dilakukan

dengan menyebarkan kuesioner pada ibu yang

memiliki anak umur >6 bulan – 2 tahun Di

Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus dengan

jumlah responden yang memilih alternatif

jawaban salah sebanyak 60 responden dan

pilihan salah (0) paling banyak pada

pertanyaan no.16 tentang manfaat pemberian

ASI Eksklusif menambah kebahagiaan dan

kedekatan hubungan bayi dan keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian pada

pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang paling banyak

dalam kategori kurang sejumlah 36 orang

(39,1%). Pengetahuan ibu yang kurang

dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran

sehingga ibu yakin bahwa selama bayi yang

dalam keadaan sehat, tidak memerlukan ASI

Eksklusif.

hasil penelitian pada pengetahuan ibu

terhadap pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah

kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten

Semarang dalam cukup sejumlah 29 orang

(31,5%) yaitu ibu mulai menganggap

pentingnya pemberian ASI Eksklusif untuk

bayi, ibu dan keluarga. perlunya pemberian

ASI Eksklusif untuk menyehatkan bayi atau

terlindungi dari penyakit, dan faktor pekerjaan

pun bukan alasan untuk tidak memberikan ASI

Eksklusif pada bayi melainkan ibu sebelum

pergi bekerja bisa memerah ASI.

Berdasarkan

penelitian

tentang

pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI

Eksklusif Di Wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang dalam

kategori baik sejumlah 27 orang (29,3%). Ibu

yang memberikan ASI Eksklusif mempercepat

pemulihan setelah persalinan dan dapat

mengurangi beban keluarga atau pengeluaran

keluarga berkurang untuk membeli susu

formula. Kemudian kesadaran ibu untuk

mencari informasi dari petugas kesahatan dan

keikutsertaan dalam konseling, membuat ibu

lebih paham tentang manfaat ASI Eksklusif

dan cara memerah ASI sebelum bekerja.

Gambaran Pekerjaan Ibu Di wilayah Kerja

Puskesmas Pringapus.

Berdasarkan hasil penelitian pada

pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI

Eksklusif Di Wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang yang bekerja

sejumlah 54 orang (58,7%).

Para ibu yang aktif melakukan kegiatan

komersial, seperti bekerja dikantor atau

dipabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai

tamabahan penghasilan, serta berkecimpung

dalam kegiatan sosial yang menyita banyak

waktu diluar rumah, memilih untuk

menggunakan susu formula lantaran dianggap

lebih menguntungkan dan membantu mereka.

Dengan adanya susuformula, mereka tidak

perlu memberikan ASI kepada anak dan

menghabiskan banyak waktu dirumah bersama

anak (Prasetyono, 2012).

Gambaran Dukungan Suami Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang

Dari hasil penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan kuesioner yang memilih

alternatif jawaban Tidak Pernah (1) sebanyak

18 responden dan paling banyak menjawab

Tidak Pernah pada pertanyaan no.3 tentang

ketika sibuk suami tidak pernah mengingatkan

ibu untuk memberikan ASI Eksklusif. dan

responden paling banyak menjawab pada

pilihan alternatif jawaban kadang-kadang (3)

yaitu 56 orang pada pertanyaan no.7 yaitu

Suami mengingatkan saya untuk tetap menjaga

kebersihan payudara selama menyusui.

Berdasarkan Hasil penelitian pada

dukungan suami Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang dukungan

suami tinggi sejumlah (25,0%). Hal ini sesuai

dengan Prasetyawati (2011) yang mengatakan

setiap orang pasti membutuhkan bantuan

afeksi dari orang lain. Dukungan ini berupa

simpatik dan empati, cita, kepercayaan, dan

penghargaan. Dengan demikian, seseorang

yang menghadapi persoalan merasa dirinya

tidak menanggung beban sendiri, tetapi masih

ada orang lain yang memperhatikan, mau

mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan

empati terhadap persoalan yang dihadapi,

bahkan mau membantu memecahkan masalah

yang dihadapinya.

(7)

Pringapus Kabupaten Semarang dukungan

suami sedang sejumlah (43,5%). yaitu suami

mulai mengerti tentang perannya sebagai

penghubung antara istri dan anaknya dalam

proses menyusui. suami mulai memberikan

dukungan

berupa

dukungan

berupa

membaantu istri dalam pekerjaan rumah dan

mengurus anaknya.

Berdasarkan Hasil penelitian pada

dukungan suami Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang dukungan

suami Rendah (31,5%). yaitu dukungan suami

yang rendah terhadap pemberian ASI Eksklusif

disebabkan suami yang sibuk bekerja sehingga

peran sebagai seorang suami tidak terlaksana,

suami mengganggap bahwa tugas mereka

hanya mencari nafkah sedangkan pekerjaan

yang dilakukan dirumah dan mengurus anak

adalah tugas istri.

Gambaran Promosi Susu Formula di Wilayah

Kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten

Semarang

Berdasarkan hasil penelitian tentang

promosi susu formula terhadap pemberian ASI

Eksklusif Di Wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang yang tertarik

sebanyak 48 orang (52,2%).

.

Gambaran Kegagalan ASI Eksklusif Di

Wilayah

Kerja

Puskesmas

Pringapus

Kabupaten Semarang

Berdasarkan hasil penelitian pada tentang

kegagalan ASI Eksklusif Di Wilayah kerja

Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang

yang ASI Eksklusif sebanyak 26 orang

(28,3%) dan dan tidak ASI Eksklusif sebanyak

66 orang (71,1%). Sehingga dapat diketahui

bahwa sebagian besar ibu diwilayah kerja

Puskesmas Pringapus kabupaten semarang

gagal memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya, yaitu sejumlah 66 orang (71,7%).

Menurut Mulyani, (2013) penyebab

umum kegagalan pemberian ASI Eksklusif

adalah minimnya pengetahuan ibu tentang ASI

Eksklusif dan mnyusui, ibu bekerja, tidak

adanya dukungan dari suami atau keluarga,

teknik menyusui yang tidak tepat dan mitos

ASI encer tidak baik untuk bayi.

Analisis Bivariat

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan kegagalan

ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringapus

Berdasarkan uji

Chi Square

diperoleh

p-value 0,003. Oleh karena p-p-value = 0,003 < α

(0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan ibu dengan

kegagalan ibu dalam memberikan ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Novita Kasmina (2012) yang menyatakan dari

62 responden terdapat persentase pengetahuan

ibu yang kurang tentang ASI Eksklusif

sebanyak 34 orang (54,8%) setelah dilakukan

uji

Chi Square

didapat nilai

p-value

0,000 <

0,05 yang berarti ada hubungan antara

pengetahuan dengan kegagalan ASI Eksklusif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Di

Wilayah

Kerja

Puskemas

Pringaapus

Kabupaten semarang terdapat ibu yang

berpengetahuan baik namun tidak ASI

Eksklusif sejumlah 13 orang (48,1%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

dengan menyebarkan kuesioner terdapat ibu

yang memiliki pengetahuan yang kurang

sejumlah 31 orang (86,1%) hal ini

menunjukkan

kebanyakan

ibu

yang

berpengetahuan kurang tidak memberikan ASI

Eksklusif dibandingkan jumlah ibu yang

berpengetahuan baik.

Hubungan pekerjaan dengan kegagalan ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringapus

Setelah dilakukan uji

Chi Square

didapat

bahwa nilai

p-value

0,000 < α (0,05) yang

artinya ada hubungan yang signifikan antara

pekerjaan ibu dengan kegagalan dalam

memberikan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa kegagalan pemberian ASI eksklusif

lebih banyak didominsi oleh ibu yang bekerja

sejumlah 47 orang (87,0%).

(8)

ASI ibu tidak akan memberikan makanan

tambahan lain selain ASI pada bayi.

Hubungan

Dukungan

Suami

dengan

kegagalan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringapus

Berdasarkan uji Chi Square diperoleh

p-value 0,013. Oleh karena p-p-value = 0,013 < α

(0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara dukungan suami dengan

kegagalan ibu dalam memberikan ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Jayanta Permana Hargi (2013) yang

menyatakan dari 45 responden di dapatkan

hasil uji statistik diperoleh

p value

< α (0.000

< 0.05) , maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara dukungan

suami dengan sikap ibu dalam pemberian ASI

Eksklusif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

terdapat ibu yang memiliki dukungan suami

rendah yang gagal memberikan ASI Eksklusif

sejumlah 23 orang (79,3%) dan yang ASI

Eksklusif 6 orang (20,7%). dimana ibu yang

memiliki dukungan yang rendah tetapi

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya

disebabkan oleh kemauan ibu yang tinggi

untuk memberikan ASI Eksklusif. namun jika

dibandingkan jumlah ibu yang diberikan

dukungan tinggi sejumlah 11 orang (47,8%)

dan rendah 23 orang (79,3%), lebih banyak ibu

yang tidak memberikan ASI Eksklusif yang

dikarenakan karena rendahnya dukungan yang

diberikan oleh suami atau orang terdekat.

Hubungan Promosi Susu Formula dengan

kegagalan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringapus

Hasil penelitian diketahui ibu yang

tertarik dengan promosi susu formula yang

gagal memberikan ASI Eksklusif sejumlah 35

orang (72,9%), Keberhasilan media promosi

dapat mempengaruhi pola pikir ibu bahwa susu

formula yang banyak mengandung DHA, AA,

dan kandungan lain lebih cocok dan sangat

dibutuhkan oleh bayi ketimbang ASI, yang

membuat ibu repot menyusui (Pasetyono,

2012).

Hasil penelitian diketahui yang tidak

tertarik dengan promosi susu formula yang

gagal memberikan ASI Eksklusif sejumlah 31

orang (70,5%), ibu yang aktif melakukan

kegiatan komersial, seperti bekerja dikantor,

pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai

tambahan penghasilan, serta berkecimpung

dalam kegiatan sosial yang menyita banyak

waktu diluar rumah, memilih untuk

menggunakan susu formula lantaran dianggap

lebih menguntungkan dan membantu mereka.

Dengan adanya susu formula mereka tidak

perlu memberikan ASI kepada anak.

Berdasarkan uji Chi Square (Continuity

Correction) diperoleh p-value 0,976. Oleh

karena p-value = 0,976 > α (0,05), Dari hasil

penelitian menunjukkan tidak ada hubungan

antara promosi susu formula dengan kegagalan

ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringapus karena dipengaruhi oleh faktor

pekerjaan, faktor produksi ASI kurang dan

faktor psikologis ibu.

KESIMPULAN

Ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu dengan kegagalan ASI

Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015,

di dapatkan (

p value =

0,003).

Ada hubungan yang signifikan antara

pekerjaan ibu dengan kegagalan ASI Eksklusif

Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus

Kabupaten Semarang Tahun 2015, di dapatkan

(

p value =

0,000) dengan nilai OR 6,714

artinya ibu yang bekerja memiliki peluang 6

kali kegagalan ASI Eksklusif dibandingkan

dengan ibu yang tidak bekerja.

Tidak ada hubungan yang signifikan

antara promosi susu formula dengan kegagalan

ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015,

di dapatkan (

p value =

0,976).

SARAN

Bagi responden/Ibu perlu pemahaman

tentang cara dan pentingnya pemberian ASI

Eksklusif sehingga ibu yang bekerja dapat

menggunakan altenatif memerah ASI sebelum

bekerja sehingga bayi dapat terus diberikan

ASI Eksklusif sampai bayi umur 6 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

(9)

[2]

Aspuah, S. 2013.

Kumpulan Kuesioner

dan Instrumen Penelitian Kesehatan

.

Yogjakarta : Nuha Medika

[3]

Arikunto S, 2006.

Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Dan Praktik

, Jakrta:

Rineka Cipta

[4]

Bobak, L.J.

Buku Ajar Keperawatan

Maternitas

. Jakarta : EGC

[5]

Depkes, 2010.

Pusat dan Informasi Profil

Kesehatan Indonesia

, Jakarta: Kementrian

Kesehatan Indonesia

[6]

Depkes Jateng, 2013.

Profil Kesehatan

Propinsi Jawa Tengah,

Sub Bagian

Perencanaan

dan

Evaluasi

Dinas

Kesehatan Jawa Tengah.

[7]

Hidayat, A. 2007.

Metode Penelitian

Kebidanan dan Tenik Analisis Data,

Jakarta: Salemba Medika

[8]

Marmi. 2012.

Berikan Aku ASI Karena

Aku Bukan Anak Sapi.

Yogyakarta :

Pustaka Belajar.

[9]

Maryunani, 2012.

Inisiasi Menyusui Dini

ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi

.

Jakarta : CV. Trans Info Media

[10]

Mulyani, 2013.

ASI dan Panduan Ibu

Menyusui.

Yogyakarta: Nuha Medika

[11]

Notoatmodjo, S. 2010.

Metodelogi

Penelitian Kesehatan

. Jakarta : Rineka

cipta.

[12]

Notoatmodjo, S. (2012).

Promosi

kesehatan dan perilaku kesehtan.

Jakarta :

Rineka Cipta

[13]

Nursalam. 2008.

Konsep dan Penerapan

Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

[14]

Prasetyawati, A.E. 2011.

Ilmu Kesehatan

Masyarakat Untuk Kebidanan Holistik

.

Yogyakarta : Nuha Medika

[15]

Prasetyono, S. 2012.

Buku Pintar ASI

Eksklusif.

Yogyakarta: DIVA Press

[16]

Priyono S, 2010.

Merawat Bayi Tanpa

Baby Sister,

Yogjakarta: Med Press

[17]

Proverawati & Rahmawati, E. 2010.

ASI

Dan Menyusui.

Yogyakarta : Nuha

Medika.

[18]

Riyanto, 2011.

Aplikasi metode Penelitian

Kesehatan

, Jakarta: Nuha Medika

[19]

Rahmawati, M.D. (2010).

Faktor-faktor

yang mempengaruhi pemberian asi

Eksklusif pada ibu menyusui.

Jurnal

KesMaDaSka, Volume1 No.1, diakses

dari http//jurnal.STIKES Kusuma Husada

Surakarta.ac.id, tanggal 23 februari 2015

[20]

Roesli

,

U.2008.

Mengenal ASI Eksklusif.

Jakarta : Trubus Agriwidia.

[21]

Saryono, 2008.

Metodologi Penelitian

Kesehatan.

Yogjakarta: Mitra Cendikia

Press.

[22]

Setiadi, 2008.

Konsep Dan Penelitian

Riset Keperawatan.

Yogjakarta : Graha

Ilmu

[23]

Wawan & Dewi, M. 2010.

Teori &

Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Prilaku Manusia.

Yogyakarta: Nuha

Medika

Gambar

Tabel 4. gagal ASI eksklusif pada bayinya, yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga nilai bobot akhir tersebut akan menjadi bobot referensi untuk tahap identifikasi pengenalan ucapan huruf vokal.. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap

[r]

Tujuan dari studi ini, yaitu untuk mengevaluasi korelasi antara tingkat pengetahuan masyarakat dan kondisi sosial ekonomi terhadap tingkat perubahan bangunan kuno

Hitung peluang terjadinya munculnya angka 5 pada dadu atau kejadian munculnya head pada pelemparan koin. • Ekperimen pelemparan dua

Cc Mengganti 1 baris kalimat yang telah ditulis di sebelah kanan posisi kursor dengan kalimat lain. ^ Pergi ke

Desa wisata merupakan suatu wilayah perdesaan yang dapat dimanfaatkan berdasarkan kemampuan unsur-unsur yang memiliki atribut produk wisata secara terpadu, dimana desa

It is an important political or 'philosophical' point to make to remind us that human labour was involved, but is it strictly a necessary one, essential to grasp- ing the

Yang dimaksud dengan model persediaan dependen adalah model penentuan jumlah pembelian atau penyediaan bahan/barang yang sangat tergantung kepada jumlah produk