• Tidak ada hasil yang ditemukan

efektifitas hukum positif dalam menangan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "efektifitas hukum positif dalam menangan (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I ditempat dan mendukung tim yang sama belum tentu mereka saling mengenal satu sama lain, meski demikian mereka sangat peka terhadap stimulus yang datang dari luar seperti ketika tim mereka nyaris mencetak gol atau ketika gol tercipta, secara tidak langsung tanpa dikordinir mereka langsung menunjukkan ekspresi yang sama yakni berteriak dan bersorak. Bahkan ketika terjadi kerusuhan pun meski tidak saling mengenal tapi atas nama solidaritas supporter pendukung kesebelasan yang sama, mereka langsung membantu rekan-rekannya ketika kerusuhan terjadi.

Perilaku suporter baik itu perilaku yang bersifat negatif maupun positif tentunya berpengaruhterhadap lingkungannya dan perilaku suporter selanjutnya. Salah satu perilaku negatif suporter yang dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat adalah perilaku anarkis seperti tindak kekerasan/tawuran antar suporter, perusakan fasilitas umum dan melakukan tindakan kriminal seperti penjarahan di mana perilaku mereka ini tidak hanya merugikan mereka dan klub, tetapi juga berdampak pada masyarakat dengan menyisakan rasa takut/cemas masyarakat terhadap suporter sepakbola hingga masyarakatpun memunculkan stigma terhadap mereka.

(2)

sepakbola ini memang merupakan sebuah masalah sosial. Hal ini jelasmenimbulkan banyak dampak negatif. Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya kerusuhan antar suporter itu sendiri, yaitu :

1. Timbulnya banyak korban luka-luka bahkan kematian bagi keduabelah pihak suporter yang berseteru, penonton umum, dan masyarakat umum. 2. Kerusakan yang terjadi pada fasilitas-fasilitas yang berada di dalam

stadion. Jika kerusuhan terjadi di luar stadion, dapat merusak fasilitas umum di jalanan, kendaraan, serta bangunan gedung atau rumah yang terkena lemparan batu.

3. Trauma yang dialami masyarakat umum terhadap pertandingan pertandingan sepakbola yang digelar. Penonton umum dan penikmat sepakbola yang tidak terlalu fanatik menjadi cemas dan takut untuk menyaksikan pertandingan sepakbola.

4. Kerugian yang dialami klub sepakbola tersebut karena terkena sanksi dari Federasi sepakbola.

Dengan demikian harus ada tindakan aturan dan tindakan tegas yang dilakukan oleh aparat untuk meminimalisir atau bahkan mencegah agar kejadian seperti ini tidak terjadi. Masyarakat juga mempunyai peranan penting dalam membantu terciptanya keharmonisan antar suporter sepak bola Di Indonesia menindak para pelaku kerusuhan dan juga memberi perlindungan hukum terhadap korban yang ditimbulkan dari dampak kekerasan yang terjadi oleh suporter sepak bola.

B. Rumusan Masalah

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Efektifitas hukum Di Indonesia dalam menangani suporter anarkis

Menurut Lawrence Meir Friedman efektif atau tidaknya Penegakan hukum bergantung pada Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan Budaya masyarakat.

1. Substansi Hukum

Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai sistem substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun.

Menurut Jhon Austin dari aliran hukum positif analitis, hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakekat hukum terletak pada unsur “perintah” itu. Hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, Logis, dan tertutup. Dalam bukunya Austin mengatakan “A Law is a command which obliges a person or person……laws and other commands are said to proceed from superiors, and to bind or oblige inferiors”.

(4)

a. Perintah (command) b. Sanksi (sanction) c. Kewajiban (duty)

d. Kedaulatan (sovereignty)

Menurut C.G. Howard dan R. S. Mumners mengenai substansi dalam hal faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan terhadap hukum yaitu relevansi aturan hukum secara umum, kejelasan rumusan dari substansi aturan hukum, sosialisasi yang optimal kepada seluruh target aturan hukum itu, sanksi yang diancamkan oleh aturan hukum itu, jika hukum itu adalah perundang-undangan, maka seyogianya aturan bersifat melarang.

Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books). Sebagai negara yang masih menganut sistem Civil Law Sistem atau sistem Eropa Kontinental (meski sebagaian peraturan perundang-undangan juga telah menganut Common Law Sistem atau Anglo Sexon) dikatakan hukum adalah peraturan-peraturan yang tertulis sedangkan peraturan-peraturan yang tidak tertulis bukan dinyatakan hukum. Sistem ini mempengaruhi sistem hukum di Indonesia.

Dalam hal anarkis supporter Di Indonesia, kejahatan yang dilakukan antara lain adalah perusakan, penganiayan dan penganiayan sampai menyebabkan kematian. Substansi yang mengatur kejahatan ini Di Indonesia adalah KUHP. Penganiayaan yang dilakukan oleh suporter anarkis telah diatur dalam KUHP pasal 351 yang berbunyi: (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

(5)

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. (5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Sedangkan mengenai perusakan diatur dalam KUHP pasal 170 yang berbunyi:

(1) Barang siapa yang di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan.

Dengan adanya aturan hukum yang telah mengatur mengenai penganiayaan dan perusakan fasilitas umum, maka dalam hal ini substansi hukum sebagai salah satu bagian yang mempengaruhi efektifitas hukum sudah terpenuhi.

2. Struktur Hukum

Struktur Hukum/Pranata Hukum Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai sistem Struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik. Struktur hukum berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 meliputi; mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Badan Pelaksana Pidana (Lapas). Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-undang. Sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain.

Terdapat adagium yang menyatakan “fiat justitia et pereat mundus”-meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat penegak hukum yang kredibilitas, kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu peraturan perundang-undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang baik maka keadilan hanya angan-angan.Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum mengakibatkan penegakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya.

(6)

proses rekruitmen yang tidak transparan dan lain sebagainya. Sehingga dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum memainkan peran penting dalam memfingsikan hukum. Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah maka akan ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan munculnya masalah masih terbuka.

Menurut C.G. Howard dan R.S. Mumners efektif atau tidaknya aturan hukum tergantung pada optimal dan profesional tidaknya aparat penegak hukum untuk menegakkan berlakunya aturan hukum tersebut dan kemungkinan bagi penegak hukum untuk memperoses jika terjadi pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut, adalah memang memungkinkan, karena tindakan yang kongkret, dapat dilihat, diamati, oleh karenanya memungkinkan untuk diproses dalam setiap tahapan.

Dalam hal suporter anarkis, aparat kepolisian telah berhasil menangkap beberapa para pelaku tersebut, seperti contoh dalam pertandingan final Piala Presiden antara Persib bandung melawan Sriwijaya FC pada tanggal 18 oktober 2015, polres Bekasi menangkap 113 suporter anarkis yang diduga sebagai provokator.

(7)

Kurangnya jumlah personel kepolisian dalam menjaga keamanan suatu pertandingan maka struktur hukum kurang efektuf dalam menangani suporter anarkis.

3. Budaya Masyarakat.

Kultur hukum menurut Lawrence Meir Friedman adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini. Secara sederhana, tingkat ketaatan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum.

Mengenai ketaatan masyarakat terhadap hukum, H. C. Kelman membedakan tiga jenis yaitu:

a. Ketaatan yang bersifat compliance, yaitu jika seseorang menaati suatu aturan, hanya karena ia takut terkena sanksi. b. Ketaatan yang bersifat identifoication, yaitu jika seseorang

menaati peraturan, hanya karena takut hubungan baiknya dengan pihak lain menjadi rusak

c. Ketaatan yang bersifat internalization, yaitu jika seseorang menaati suatu aturan, benar-benar karena ia merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang dianutnya.

(8)

Kejahatan yang dilakukan superter anarkis adalah budaya masyarakat yang timbul karena berbagai hal, antara lain adalah fanatisme yang dapat merubah perilaku suporter menjadi anarkis ketika klub kesayangannya kalah dalam bertanding. Ada tiga faktor yang mempengaruhi fanatisme antara lain adalah:

a. Kebodohan, kebodohan yang membabi buta dengan tanpa pengetahuan yang cukup hanya mengikuti suatu pilihan dan hanya mengandalkan keyakinannya saja.

b. Cinta golongan/kelompok, mengutamakan golongannya dari golongan di luarnya diatas segalanya.

(9)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

(10)

Daftar Pustaka

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) Dan Teori Peradilan (Judicalprudence), Prenadamedia Grup, Jakarta, 2009

SKRIPSI “Peran Polisi dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan oleh Suporter Sepakbola di Daerah Istimewa Yogyakarta

http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/upaya-penegakan-hukum-pembentukan-budaya-hukum-atas-dasar-keadilan/

http://shohibulitmam.blogspot.co.id/2014/02/aliran-aliran-ilmu-hukum.html http://retno-ayu-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-85497-Umum-Analisis

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah masih ditemukan adanya pelanggaran di lapangan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam penanganan terhadap terduga

Peranan praperadilan adalah dalam rangka penegakan aturan yang ada untuk memberi. perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia agar aparat penegak hukum

6 Aparat penegak hukum dituntut untuk menegakkan hukum dan keadilan bagi masyarakat Indonesia.Berkaitan dengan pencegahan Tindak Pidana pencucian uang dari hasil korupsi

Kendala-Kendala Yang Dihadapi Aparat Penegak Hukum Dalam Memperbaiki Moralitas Sebagai Upaya Mencapai Keadilan...83. Upaya-Upaya Memperbaiki Moralitas Aparat

Namun dalam pelaksanaannya penegakan hukum jinayat Aceh belumlah terlaksana dengan baik, masih adanya penyelesaian perkara yang seharusnya merupakan kewenangan aparat

Meskipun telah ada aturan dan aparat penegak hukumnya, aparat penegak hukum dalam hal ini Polisi dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan berkoodinasi dengan

Dalam upaya mewujudkan penegakan supermasi hukum di Indonesia dititik beratkan kepada aparat penegak hukum. Aparat penegak hukum yang memiliki peranan penting dalam

Berdasarkan pertanyaan tersebut, hukum hanya dipandang sebagai suatu mekanisme yang bekerja sesuai dengan norma-norma yang diwujudkan dengan adanya aparat-aparat penegak hukum