• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PGSD 1200224 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PGSD 1200224 Chapter1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Wulan Mega Kartini, 2016

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pengajaran yang berhasil salah satunya dilihat dari kadar kegiatan belajar siswa.

Keberhasilan pembelajaran itu dapat dilihat dari kegiatan siswa yang berupa

keaktifan belajar siswa. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang

mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan

otak, baik untuk menemukan ide, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa

yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata

(Zaini, dkk. 2008, hlm. xiv).

Dalam proses pembelajaran, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan, dan sebagainya sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khazanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis lainnya Rusman (dalam Yati, 2015, hlm. 1). Sejalan dengan Sudjana & wari (2010, hlm. 3-5) yang menyatakan bahwa

aktivitas belajar siswa atau keaktifan siswa belajar terjadi dalam setiap pengajaran. Perbedaannya terletak dalam kadar keaktifan belajar yang

rentangannya mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Aktivitas belajar yang harus dioptimalkan mencakup aktivitas

sosial-emosional-intelektual-motorik. Membelajarkan siswa artinya mengkondisikan

lingkungan belajar dan cara belajar yang lebih efesien, efektif, dan produktif dalam mencapai tujuan intruksional. Konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran, bukan hanya apa yang harus dipelajari siswa, melainkan bagaimana siswa harus mempelajarinya. Dengan kata lain siswa belajar tentang bagaimana belajar (learning how to learn).

(2)

Wulan Mega Kartini, 2016

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

sekolah dasar tersebut menemukan beberapa masalah yang muncul di dalam pembelajaran IPA di kelas IV, yaitu:

1. kurangnya perhatian dan antusias siswa dalam proses pembelajaran, siswa ribut ketika pembelajaran berlangsung, kurangnya kerjasama dengan teman, siswa bersifat pasif. Ketika guru mengajukan pertanyaan, hanya ada enam siswa dari jumlah tiga puluh satu siswa secara keseluruhan (19%) yang berani untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa yang berani bertanya sebanyak empat orang siswa (13%), siswa yang mau mengeluarkan pendapat dikelas sebanyak tiga siswa (10%). Selain itu, model pembelajaran konvensional yang guru terapkan tidak memberi kesempatan untuk seluruh siswa dapat aktif dalam pembelajaran. 2. siswa ribut ketika pembelajaran berlangsung. Ada dua orang siswa

laki-laki yang selalu ribut dan mengganggu temannya sehingga mengakibatkan siswa lain yang memperhatikan menjadi terganggu.

3. ketika siswa dikelompokkan dan diberikan tugas kelompok pengerjaannya didominasi oleh satu atau dua orang siswa sehingga siswa

yang lain tidak diberi kesempatan untuk berpikir mengerjakan tugas kelompok.

4. selain itu juga berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung, dari tiga puluh satu orang siswa hanya tiga belas orang siswa yang aktif atau baru sebesar 42% siswa yang aktif dan 58% siswa tidak aktif.

(3)

Wulan Mega Kartini, 2016

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

yang sama kepada setiap siswa untuk aktif dalam pembelajaran, baik dalam diskusi kelompok maupun pembelajaran biasa, sehingga pembelajaran hanya didominasi oleh siswa tertentu serta kurangnya rasa kerjasama diantara siswa.

Sehubungan dengan itu maka perlu diberikan stimulus untuk meningkatkan keaktifan. Maka peneliti menganggap perlu melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Guru hendaknya dapat menggunakan model, metode serta media pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa khususnya pada pembelajaran IPA agar setiap siswa aktif dan tidak hanya didominasi oleh siswa tertentu saja. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Salah satu strategi alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe time token. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali (Huda, 2013, hlm. 239). Model pembelajaran ini dirasa tepat untuk meningkatkan keaktifan

belajar siswa karena dalam model time token seluruh siswa akan diberikan kesempatan yang sama untuk mengungkapkan pendapat, atau pertanyaan yang mereka miliki dengan menukarkan kupon yang diberikan oleh guru pada awal pembelajaran. Dengan penggunaan kupon dalam model time token ini diharapkan didalam proses pembelajaran tidak ada lagi siswa yang ragu-ragu berbicara didepan kelas, mengeluarkan pendapat, berani bertanya, atau menyanggah pendapat dari temannya. Sehingga pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan.

Berdasarkan uraian dan identifikasi awal tersebut terkait masih kurangnya keaktifan siswa di salah satu sekolah dasar yang terletak di Kecamatan Sukajadi Kota Bandung, maka peneliti tertarik dan termotivasi untuk

melaksanakan sebuah penelitian dengan judul “Penerapan Model Cooperative

(4)

Wulan Mega Kartini, 2016

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan secara umum masalah penelitian ini adalah mengetahui “bagaimana penerapan model time token pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa?”.

Kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat dua pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model

cooperative learning tipe time token pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV?

2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV dengan menerapkan model cooperative learning tipe time token pada

pembelajaran IPA?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model time token pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe time token pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV.

2. Peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV dengan menerapkan model cooperative learning tipe time token pada pembelajaran IPA.

(5)

Wulan Mega Kartini, 2016

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara khusus manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Memberikan masukan bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan untuk memberikan variasi dalam pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa dan kondisi pembelajaran.

2. Manfaat praktis a. Bagi siswa

Dengan menerapkan model cooperative learning tipe time token ini dapat membuat siswa lebih meningkatkan keaktifan belajarnya, selain itu juga dapat menumbukan karakter pemberani dalam diri siswa serta menghilangkan

pendominasian dalam kelas.. b. Bagi guru

1) Memberikan informasi mengenai model cooperative learning tipe time token dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.

2) Mendorong guru agar dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa memiliki rasa ketertarikan belajar yang tinggi dan siswa dapat menemukan makna dalam proses pembelajarannya.

3) Bahan perbaikan untuk meningkatkan program kegiatan belajar mengajar di kelas

c. Bagi sekolah

(6)

Wulan Mega Kartini, 2016

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

2) Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran IPA melalui penerapan model cooperative learning tipe Time Token.

d. Bagi Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan HKI memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa karena tidak saja memberikan keuntungan ekonomi maupun moral kepada pemegang hak namun juga dapat

Lebih lanjut, guru juga harus dapat mampu menggunakan keterampilan proses sains mereka dalam berbagai konteks terkait sains dan secara tepat melatih siswa dengan

Segenap Bapak/Ibu Dosen IAIN Tulungagung yang telah membimbing dan memberikan wawasannya sehingga studi ini dapat terselesaikan.. Nur Hisbullah selaku kepala MTs

Dalam kegiatan yang berbentuk kelompok pengembangan menurut Mikkelsen (2003: 97), memiliki beberapa tujuan antara lain: (1) tujuan utama kegiatan partisipasi adalah agar

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b adalah

Berdasarkan tanggapan para pekerja wanita hamil/ melahirkan diperoleh data tentang kategori yang sesuai dan sangat sesuai serta kategori bermanfaat dan sangat bermanfaat

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan ditetapkan

Sangat diharapkan bahwa hasil konsinyering ini juga digunakan oleh setiap OPD yang terkait dalam pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik dalam proses