• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 3-3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB 3-3"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam   struktur   APBD   Provinsi   Sulawesi   Tengah   terdiri   dari Pendapatan   Daerah,   Belanja   Daerah   dan   Pembiayaan   Daerah.   Untuk kelompok Pendapatan Daerah terdiri dari : 1) Pendapatan Asli Daaerah, 2) Pendapatan Transfer, dan 3) Lain­lain Pendapatan yang sah.  Kurun waktu 2006   s.d   2010   trend   realisasi   pendapatan   berdasarkan   masing­masing kelompok   pendapatan   menunjukkan   kenaikan   setiap   tahunnya.   Berikut grafik trend realisasi pendapatan atas kelompok pendapatan.

Gambar 3.4

Trend Realisasi Pendapatan atas Kelompok Pendapatan Tahun 2006 ­ 2010

2006

2007 2008

2009

2010 .000

200000000000.000 400000000000.000 600000000000.000 800000000000.000

Realisasi Pendapatan Pendapatan Asli

Daerah

Pendapatan Trans-fer

Lain-Lain Penda-patan Daerah yang Sah

Proporsi   pendapatan   untuk   kelompok   Pendapatan   Asli   Daerah menunjukkan   trend   peningkatan   yang   positif.   Realisasi   Pendapatan   Asli Daerah   Tahun   2006   sebesar   Rp.160.508.900.042,45,  Tahun  2007 Rp.194.190.568.734,40,  Tahun  2008 Rp.280.560.862.996,30,  Tahun  2009 sebesar  Rp.275.187.616.354,70  dan  Tahun  2010  Rp.411.797.139.600,13, dengan   capaian   rata­rata   pertumbuhan   pendapatan   sebesar   28,29%. Pencapaian realisasi pendapatan asli daerah yang memberikan konstribusi tertinggi adalah Restribusi Daerah, dengan rata­rata pertumbuhan sebesar 28.51%  sehingga untuk meningkatkan pendapatan daerah maka kebijakan pengelolaan pendapatan yang dilakukan adalah dengan menggali potensi sumber pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. 

(2)

mendukung   penyelenggaraan  otonomi   daerah  yang  menjadi   kewenangan, tugas dan tanggungjawab pemerintah daerah.  

Proporsi pendapatan untuk kelompok Lain­lain Pendapatan Daerah yang   sah   merupakan   sumber   pendapatan   daerah   yang   bersumber   dari pendapatan hibah dan dana bagi hasil pajak, dengan perincian di  Tahun 2006 Rp.105.761.915,00,  Tahun  2007 Rp.36.333.889.000,00,  Tahun  2008 Rp.61.570.409.564,16,  Tahun  2009   Rp.20.705.806.404,00,  Tahun  2010 Rp.2.089.380.300,00   dengan  rata­rata   pertumbuhan   pendapatan   sebesar 8.541,89%. 

3.1.2  Neraca Daerah

Neraca   Daerah   merupakan   sumber   informasi   kepada   manajemen pemerintah daerah mengenai likuiditas keuangan daerah yang memberikan informasi mengenai posisi keuanngan berupa aset, kewajiban (utang) dan ekuitas   dana.   Hal   ini   dimaksudkan  guna   mendorong   terciptanya   tata pemerintahan   yang   baik   (good   governance).  Sesuai   dengan   ketentuan Peraturan   Pemerintah   Nomor   71  Tahun  2010   tentang   Standar   Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus   dibuat   oleh   Pemerintah   Daerah.   Sebagai   salah   satu   entitas pelaporan,   pemerintah   daerah   wajib   menyusun   sebuah   laporan   yang menggambarkan   posisi   keuangan   yang   tidak   hanya   dalam   rangka memenuhi   kewajiban   peraturan   perundang­undangan   yang   berlaku   saja, tetapi   juga   sebagai   dasar   untuk   pengambilan   keputusan   yang   terarah dalam rangka pengelolaan sumber­sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. 

Tabel 3.4

Rata – rata Pertumbahan Neraca Daerah Tahun 2006 ­ 2009

No Uraian Rata-rata Pertumbuhan %

1 ASET 7,56

1.1 ASET LANCAR 67,31

1.1.1 Kas 67,14

1.1.2 Piutang 97,86

1.1.3 Persediaan 112,32

1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG 12,42

1.2.1 Investasi non permanen -2,98

1.2.2 Investasi permanen 12,08

1.3 ASET TETAP 5,97

1.3.1 Tanah -0,05

1.3.2 Peralatan dan mesin 31,77

1.3.3 Gedung dan bangunan 8,22

1.3.4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 4,81

1.3.5 Aset tetap lainnya 48,29

1.3.6 Konstruksi dalam pengerjaan 37,15

(3)

No Uraian Rata-rata Pertumbuhan %

1.4.1 Tagihan penjualan angsuran 278,63

1.4.2 Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah 868,07

1.4.5 Aset Lainnya 147,32

KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 7,56

2 KEWAJIBAN 2.997,42

2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 2.997,42

2.1.6 Utang perhitungan pihak ketiga

Utang jangka pendek lainnya 479,68

3 EKUITAS DANA 7,33

3.1 EKUITAS DANA LANCAR 58,39

3.1.1 SILPA 66,98

3.1.2 Cadangan piutang 97,86

3.1.3 Cadangan persediaan 112,32

3.1.4 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang 479,68

3.1.5 Pendapatan yang ditangguhkan 3.086,55

3.2 EKUITAS DANA INVESTASI 6,25

3.2.1 Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang 12,42

3.2.2 Diinvestasikan dalam aset tetap 5,97

3.2.3 Diinvestasikan dalam aset lainnya 1.036,35

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2006­2009

Berdasarkan  informasi Neraca  Daerah pada Tabel  3.7, aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi yang   dimiliki   dan   dikuasai   pemerintah   daerah,   memberikan   manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa mendatang   sebagai   akibat   dari   peristiwa   masa   lalu,   serta   dapat   diukur dalam   uang.  Selama   kurun   waktu   2006­2010,   pertumbuhan   rata­rata jumlah aset daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 7,56% yang   berarti   bahwa   jumlah   aset   Pemerintah   Provinsi   Sulawesi   Tengah meningkat sebesar 7,56% setiap tahun. Aset tersebut berupa tanah, gedung dan bangunan serta sarana mobilitas dan peralatan kantor yang semuanya dipergunakan untuk menunjang kelancaran tugas pemerintahan. 

Pertumbuhan rata­rata aset lancar mencapai 67,31%, dengan piutang tertagih  meningkat sebesar 97,86%.  Hal ini disebabkan karena komponen aset   lancar,   yaitu   kas   dan   persediaan,   mengalami   kenaikan   yang   cukup signifikan   masing­masing   sebesar   67,14%   dan   112,32%.   Tingginya pertumbuhan aset lancar ini menunjukkan bahwa kondisi aset pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah berada pada kondisi sehat.

(4)

sumber   daya   ekonomi   di   masa   yang   akan   datang   meliputi   penggunaan sumber pembiayaan, pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah   lain   atau   lembaga   internasional.   Kewajiban   Pemerintah Provinisi Sulawesi Tengah dalam kurun waktu 5 tahun (2006­2010) dengan rata­rata sebesar  2.997,42%,  yang berarti bahwa kewajiban kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah dari Tahun  2006   sampai   dengan  Tahun  2010   mengalami   peningkatan   yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah   selama   kurun   waktu   tersebut   belum   dapat   melaksanakan kewajiban finansial jangka pendek yang cukup tinggi secara tepat waktu.

Ekuitas   Dana   adalah   kekayaan   bersih   yang     merupakan   selisih antara jumlah asset dan kewajiban yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah   selama   kurun   waktu   5   tahun   mengalami   pertumbuhan   sebesar 7,33%.

Selanjutnya,   tingkat   kualitas   pengelolaan   keuangan   daerah   dapat diketahui   berdasarkan   analisis  rasio   atau   perbandingan   antara kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang lain. Beberapa   rasio   yang   dapat   diterapkan   di   sektor   publik   adalah   rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio utang. Rasio likuiditas terdiri rasio lancar  (current   ratio),  rasio   kas  (cash   ratio)  dan   rasio   cepat  (quick   ratio).

Sedangkan rasio lancar  (current ratio)  adalah rasio standar untuk menilai kesehatan organisasi. Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah daerah memiliki   aset   yang   cukup   untuk   melunasi   kewajiban   yang   jatuh   tempo. Kualitas   pengelolaan   keuangan   daerah   dikategorikan   baik   apabila   nilai rasio lebih dari satu. 

Aset lancar Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio lancar Provinsi Sulawesi Tengah selama kurun waktu  Tahun  2006­2009   mempunyai   nilai   lebih   dari   satu,   yang   berarti bahwa   pemerintah   daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dapat   memenuhi kewajiban   yang   jatuh   tempo.     Rasio   lancar   pada  Tahun  2009   mencapai 93,53,83%   yang   berarti   bahwa   aset   lancar   pemerintah   Provinsi   Sulawesi Tengah adalah 93,53 kali lipat bila dibandingkan dengan kewajiban yang jatuh   tempo.   Persediaan   masuk   dalam   kategori   aset   lancar,   namun memerlukan tahap untuk menjadi kas. Apalagi persediaan di pemerintah daerah   bukan   merupakan   barang   dagangan,   sehingga   sebagai   faktor pengurang dalam aset lancar.

Tabel 3.5

Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah  Tahun 2006­2009

NO Uraian (%-hari)2006 2007

(%-hari)

2008

(%-hari)

2009

(5)

NO Uraian (%-hari)2006 2007 (%-hari)

2008

(%-hari)

2009

(%-hari)

% %

2. Rasio quick (quick ratio) 279,76% 7,33% 11,13% 92,84%

3. Rasio total hutang terhadap totalasset 5,08% 0,05% 0,05% 5,51% 4. Rasio hutang terhadap modal 5,08% 0,05% 0,05% 5,51%

5. Rata-rata umur piutang - 1 hari -

-6. Rata-rata umur persediaan hari365 365hari 365 hari 365hari

  Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Daerah Tahun 2006­2009

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai rasio lancar (quick ratio)  mencapai 92,84% pada  Tahun  2009  hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah   daerah   dapat   membayar   kewajibannya   dalam   waktu   yang singkat   karena   persentasi   ratio   lancar   adalah   merupakan   satu   ukuran likuiditas   keuangan   terbaik,   untuk   rasio   solvabilitas  Provinsi   Sulawesi Tengah adalah sebesar 2,67%.  Hal ini menunjukan bahwa total kewajiban Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dapat ditutupi oleh total aset ataupun oleh modal pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah karena menghitung rasio solvabilitas yaitu perbandingan total aset dengan total utang.  Untuk rata­ rata umur persediaan  selama kurun waktu 2006­2009 mencapai 365 hari per   tahun.   Hal   ini   menunjukkan   bahwa   pemerintah   Provinsi   Sulawesi Tengah   berada   pada   tingkat   aman   karena   mempunyai   persediaan   yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama kurang lebih 365 hari.

yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam dalam bentuk persediaan   (menggunakan   persediaan   untuk   memberi   pelayanan   publik). Pada   sektor   pelayanan   publik   semakin   lama   rata­rata   umur   persediaan adalah     semakin   baik.   Rata­rata   umur   persedian   Pemerintah   Provinsi Sulawesi Tengah, 

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

Pengelolaan   Keuangan   Daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   selama periode Tahun       2008–2010 yang meliputi : penganggaran, penatausahaan,   pelaporan   dan   pertanggungjawaban   mengacu   pada Peraturan   Pemerintah   Nomor   58   Tahun   2006   tentang   Pengelolaan Keuangan   Derah   dan   Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimanan telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri Nomor 13  Tahun 2006.

(6)

1. Pendapatan daerah,  dikelompokkan kepada : 1) Pendapatan Asli daerah

2) Dana Perimbangan   (Tahun 2008­2009) Pendapatan transfer (Tahun 2010)

3) Lain­lain Pendapatan yag sah

2. Belanja,  dikelompokkan pada belanja tidak langsung dan belanja  langsung.

1) Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secadar langsung dengan program kegiatan ; belaja pegawai, belanja   barabg,   subsidi,   hibah,   bantuan   sosial,   belanja   bagi   hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

2) Belanja   langsung,   merupakan   belanja   yang   dianggarkan   terkait dengan   pelaksanaan   program/kegiatan   ;   belanja   pegawai, belanjabarang dan jasa dan belanja modal.

3. Pembiayaan, meliputi :

1) Penerimaan pembiayaan daerah 2) Pengeluaran pembiayaan daerah.

Selisih antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan netto untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus anggaran.

Sejalan dengan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006­2010 yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006­ 2011, permasalahan pokok yang menjadi prioritas penanganan yaitu :

1. Masih besarnya jumlah penduduk miskin

2. Rendahnya kesempatan kerja, minat investasi dan interkoneksitas. 3. Kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat relatif masih rendah. 4. Pengelolaan potensi sumberdaya alam secara optimal

5. Dukungan infrastruktur belum memadai. 6. Kesenjangan antara wilayah masih besar. 7. Penegakan hukum masyarakat masih lemah. 8. Masih rentannya mitigasi bencana.

9. Masih adanya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat  sebagai dampak konflik.

Kebutuhan APBD lebih diorientasikan pada upaya : 1. Penanggulangan kemiskinan.

2. Pengurangan kesenjangan antar wilayah serta penciptaan keamanan. 3. Penyediaan sarana dan prasarana dasar.

4. Peningkatan daya saing dan daya tarik investasi.

5. Revitalisasi pertanian, perikanan kelautan dan perdesaan. 6. Penegakan hukum dan HAM.

7. Mitigasi dan penanggulangan bencana.

(7)

Kebijakan atas pendapatan, belanja dan pembiayaan dapat diuraikan sebagai berikut :

 Pengelolaan Pendapatan Daerah

Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah sebagaimana termuat dalam Kebijakan Umum APBD Provinsi Sulawesi Tengah diarahkan pada : 1) peningkatan kinerja pengelolaan sumber­sumber Pendapatan Asli daerah yang lebih efektif dan efisien 2) perluasan potensi obyek sumber­sumber Pendapatn  Asli  Daerah  dan  3)  peningkatan   kinerja  pengelolaan   Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). *(sumber : LKPD Tahun Anggaran 2010).  Pengelolaan Pendapatan Daerah

Belanja Daerah disusun berdasarkan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi   pada  pencapaian   hasil   dari   input  yang   direncanakan.   Hal tersebut   bertujuan   untuk   meningkatkan   akuntabilitas   perencanaan anggaran   dan   memperjelas   efektifitas   dan   efesiensi   penggunaan anggaran.   Struktur   APBD   dilkasifikasikan   berdasarkan   bidang pemerintahan   daerah   sesuai   peraturan   perundang­undangan   dan dilaksanakan   oleh   perangkat­perangkat   daerah   sebagai   pusat pertanggungjawaban   sesuai   dengan   tugas   pokok   dan   fungsi  masing­ masing   dan dituangkan dalam klasifikasi belanja langsung dan belanja tidak langsung.

3.2.1.  Proporsi Penggunaan Anggaran

Untuk   Provinsi   Sulawesi   Tengah   didalam   pengalokasian   belanja aparatur dan publik adalah biaya pegawai lebih kecil prosentasenya apabila dibandingkan   dengan   belanja   untuk   masyarakat     (belanja   publik)   yaitu 39,18 persen. Hal ini dapat dilihat pada table 3.9.

Tabel 3.6

Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah

No. Uraian

Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur

(Rp)

Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) (Rp)

Persenta se (%)

1 Tahun Anggaran2008 398.092.019.125,00 1.059.163.515.571,00 38

2 Tahun Anggaran2009 479.822.672.733,72 1.210.798.584.634,96 40

3 Tahun Anggaran2010 496.442.729.561,96 1.237.514.543.155,66 40

Jumlah 1.374.357.421.420,68 3.507.476.643.361,62 39,18

(8)

Kondisi   pembiayaan   daerah   dalam   kurun   Tahun   2008­2010   dapat digambarkan  seperti   terlihat   pada   Tabel   3.10   di   bawah   ini.   Dari   Tabel tersebut, terlihat bahwa defisit riil anggaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah   pada   Tahun   2008   mencapai   angka   yang   sangat   besar   yaitu sejumlah   Rp.   81.250.987.772,96     kemudian   menurun   menjadi Rp.12.822.422.786,30 pada Tahun 2009 dan meningkat kembali menjadi Rp.43.653.177.381,24 pada Tahun 2010.   

Tabel 3.7

Defisit Riil Anggaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008­2010

No Uraian 2008 2009 2010

    Rp. Rp. Rp.

         

1 Realisasi Pendapatan 

Daerah 1.042.484.623.665,46 1.052.332.635.885,70 1.177.609.898.490,13 Dikurangi realisasi

2 Belanja daerah 954.733.635.892,50 1.059.555.058.672,00 1.127.256.721.108,89 3 Pengeluaran Pembiayaan 

Daerah 6.500.000.000,00 5.600.000.000,00 6.700.000.000,00 Surplus/Defisit riil 81.250.987.772,96 (12.822.422.786,30) 43.653.177.381,24 Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Daerah Tahun 2008­2010

Untuk menutup defisit riil anggaran pada kurun tahun yang sama, dapat digambarkan komposisinya pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008­2010

No

. Uraian

Proporsi dari total defisit riil 2008

(%) 2009(%) 2010(%)

1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 

Tahun Anggaran sebelumnya 132,81 1.469 404,75

2. Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang di 

Pisahkan 5,03 58,69 26,08

4. Penerimaan Pinjaman Daerah ­ ­ ­

5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 

Daerah

­ ­ ­

6. Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0,00 0,00

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2008­ 2010

(9)

defisit rill dapat ditutupi dengan SiLPA tahun sebelumnya.   Sehingga data pada tabel 3.11 menunjukkan persentase SiLPA diatas 100%.

Untuk realisasi sisa lebih perhitungan anggaran pemerintah daerah, dengan   kurun   waktu   yang   sama   pada   Tahun   2008­2010,   gambarannya seperti terlihat pada Tabel 3.12

Tabel 3.9

Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)  Provinsi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008­2010

No. Uraian

2008 2009 2010

Rp % dariSiLPA Rp % dariSiLPA Rp % dariSiLPA

1. Jumlah SiLPA 107.915.258.852,00 100.00 189.251.546.625,30 100.00 176.688.420.361,09 100.00 2. Pelampauan penerimaan PAD 80.845.812.993,30 42,72 37.445.056.354,70 21,19 108.285.639.366,13 49,06

3. Pelampauan penerimaan dana

perimbangan 711.232.569,00 0,38 14.160.893.117,00 8,01 8.110.602.007,00 3,67 4. Pelampauan penerimaan

lain-lain pendapatan daerah yang sah

9.679.621.384,16 5,11 - 0,00 89.380.300,00 0,04

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Daerah Tahun 2008­2010

Sesuai   Permendagri   Nomor   13   Tahun   2006   tentang   Pedoman Pengelolaan   Keuangan   Daerah   SiLPA   terjadi   apabila   pelampauan penerimaan PAD, pendapatan penerimaan dan perimbangan, pelampauan penerimaan   lain­lain   pendapatan   daerah   yang   sah.   Pelampauan penerimaan   pembiayaan,   menghemat   belanja,   kewajiban   pihak   ketiga sampai   akhir   tahun   belum   terselesaikan   dan   sisa   kegiatan   lanjutan. Berdasarkan   hal   tersebut   di   atas   maka   yang   memberikan   kontribusi terhadap SiLPA  yaitu pelampauan penerimaan PAD, pelampauan lain­lain pendapatan daerah yang sah dan sisa penghematan belanja.

3.3 Kerangka Pendanaan

Sub   bab   ini   akan   dijelaskan   pengeluaran     keuangan   yang   harus dilakukan   pemerintah   daerah,   terkait   pembelanjaan   pada   katagori kewajiban   maupun   pengeluaran   pembiayaan.     Pengeluaran   keuangan mengacu   pada   pedoman   pengelolaan   keuangan   daerah,   sebagaimana ketentuan disampaikan dalam uraian sebelumnya. 

3.3.1. Analisis  Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama

Pengeluaran periodik   wajib dan mengikat Provinsi Sulawesi Tengah yang dibebankan pada keuangan  daerah pada  RPJMD Tahun 2009­2010 disusun, memperlihatkan kondisi seperti berikut:

Tabel. 3.10

(10)

Provinsi Sulawesi Tengah

No. Uraian 2009 2010 Pertumbuhan (%)Rata-Rata

(RP) (RP

A Belanja Tidak Langsung 467,376,968,555.00 504,698,493,753.60 7.98 1 Belanja Pegawai 258,665,066,703.00 291,205,310,322.00 12.59 2 Belanja Hibah 34,174,084,266.00 58,608,736,026.00 71.5 3 Belanja Bantuan Sosial 16,407,712,565.00 13,923,700,800.00 (15.14)

4 Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/ 112,284,226,021.00 93,456,633,605.60 (16.77) Kabupaten/Kota dan Pemerintah

Desa

5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada 45,845,879,000.00 47,504,113,000.00 3.61 Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Desa

6 Belanja Tidak Terduga -

-B Belanja Langsung 592,178,090,117.00 622,557,734,335.29 5.13 1 Belanja Pegawai 58,952,350,812.00 59,205,439,001.00 0.42 2 Belanja Barang dan Jasa 321,410,524,953.00 359,559,994,786.20 11.87 3 Belanja Modal 211,815,214,352.00 203,792,300,548.09 (3.79)

C Penerimaan Pembiayaan Daerah 189,511,576,625.30 177,052,953,838.66 (6.63)

1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya

189,251,546,625.30 176,689,153,838.66 (6.63)

2 Penerimaan Piutang Daerah 260,030,000.00 363,800,000.00 39.9

D Pengeluaran Pembiayaan Daerah 5,600,000,000.00 6,700,000,000.00 1 Penyertaan Modal (Investasi)

Pemerintah Daerah 5,600,000,000.00 6,700,000,000.00 19.64

-      Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan Daerah Tahun 2008­2010

3.3.2 Penghitungan Kerangka Pendanaan

Gambar

Gambar 3.4Trend Realisasi Pendapatan atas Kelompok Pendapatan
Tabel 3.4Rata – rata Pertumbahan Neraca Daerah
Tabel 3.9Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)

Referensi

Dokumen terkait

51 Kantor Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang Kelurahan Karangtempel Kota Semarang 52 Kantor Kecamatan Gayamsari Kota Semarang Kelurahan Tambakharjo Kota Semarang 53

Berdasarkan hasil Evaluasi Dokumen Penawaran yang dilaksanakan oleh Pokja VIII Pengadaan Jasa Konstruksi ULP Kabupaten Muara Enim, dengan ini mengumumkan hasil pelelangan

dan menguatkan lembaga keuangan, yaitu dengan meningkatkan efisiensi dan transparasi lembaga keuangan, menjaga stabilitas harga, memberikan permodalan tanpa jaminan dan bunga rendah

materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik,.. dengan kemampuan akademik ( academic achievement )

Air sumur yang ada di desa Diloniyohu tidak terdapat satupun yang mengandung zat padat yang melebihi batas normal, hal ini disebabkan oleh lokasi penelitian

Hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa laju pelindihan unsur-unsur dalam synroc limbah berhasil baik untuk imobilisasi limbah cair aktivitas tinggi dan sangat

Dengan hormat kami sampaikan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga yang berperan untuk meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan formal

Sampel uji yang digunakan ialah komposit dengan matriks polyester berpenguat serat kayu kopi dengan variasi penambahan zat aditif montmorillonite sebesar 0%, 30%, 40% dan 50%