• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelajaran dari Asia Timur dan Amerika La

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelajaran dari Asia Timur dan Amerika La"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pelajaran dari Asia Timur dan Amerika Latin untuk Indonesia : Kebijakan Pendorong Kesuksesan Ekonomi Indonesia Menyongsong Era Bonus Demografi

A. Bonus Demografi dan Indonesia

Indonesia dengan 240 juta jiwa menduduki peringkat keempat jumlah penduduk terbesar di dunia. Sensus penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir penduduk

Indonesia bertambah 32,5 juta jiwa dengan rata-rata angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,49% per tahun. Jika LPP tetap sebesar 1,49% maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 diperkirakan akan mencapai 450 juta jiwa1. Ditambah dengan data pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa Indonesia memiliki jumlah angkatan kerja sebesar 125,316,991 jiwa dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 69,17%2. Berdasarkan data tersebut, para ekonom memprediksi bahwa Indonesia pada tahun 2020-2030 akan mengalami bonus demografi. bonus demografi ini seringkali disebut sebagai

windows of opportunity, yaitu jendela kesempatan khususnya bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Pengertian bonus demografi secara umum adalah kondisi dimana rasio ketergantungan (dependency ratio) yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif (0-14 tahun ditambah dengan 64 tahun keatas) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) menurun secara berkelanjutan. Dependency ratio, yakni jumlah anak-anak dan orang tua dibandingkan dengan jumlah penduduk usia kerja, terus mengalami penurunan. Artinya, beban tanggungan orang yang bekerja terus berkurang. Implikasi kondisi demografis seperti itu, adalah berkurangnya konsumsi sehingga masyarakat memiliki excess fund atau idle money untuk digunakan berinvestasi maupun menabung.

Bila terjadi seperti itu, maka pertumbuhan ekonomi kita tidak lagi didominasi oleh konsumsi, tetapi juga investasi dan tabungan. Tingginya jumlah penduduk produktif membawa dampak tersedianya tenaga kerja yang melimpah sehingga produksi

1

Di as Te aga Kerja, Tra s igrasi, da Kepe duduka Pro i si Ja a Ti ur, Ma faatka Bo us De ografi : Pilar Produkti itas da Pertu uha Eko o i , , http://dis akertra sduk.jati pro .go.id/kete agakerjaa / -manfaatkan-bonus-demografi--pilar-produktivitas-dan-pertumbuhan-ekonomi.

2

(2)

masyarakat meningkat, hal ini mengakibatkan angka Gross Domestic Product (GDP) meningkat.

B. Pelajaran dari Asia Timur dan Amerika Latin

Salah satu wilayah yang pernah dihadiahi dengan bonus demografi yaitu Asia Timur. Dimulai tahun 1940 yang terjadi perkembangan pesat di bidang kesehatan, yaitu sanitasi, air lebih aman, dan obat-obatan mengakibatkan angka kematian bayi menurum pada tahun, disusul dengan program pemerintahan negara-negara Asia Timur pada tahun 1950 yang mendorong penduduknya untuk memiliki lebih sedikit anak. Kualitas

pelayanan kesehatan yang mulai membaik di tahun 1940 menghasilkan generasi baby boom, yaitu tingginya angka kelahiran bayi. Generasi baby boom ini mulai masuk usia produktif di akhir 1960an, berhubung akan tingginya populasi generasi ini, kemudian dibarengi oleh lingkungan ekonomi yang bebas dan pendidikan yang mumpuni, generasi

baby boom ini banyak terserap ke lapangan pekerjaan. Akibat dari program pemerintahan yang mendorong untuk memiliki lebih sedikit anak di tahun 1950 dikombinasikan dengan munculnya generasi baby boom, pertumbuhan penduduk usia produktif di Asia Timur antara 1965-1995 hampir empat kali lebih cepat dari pertumbuhan usia non-produktif, lebih spesifiknya di Asia Timur dalam periode tersebut penduduk usia produktif rata-rata tiap tahunnya mengalami 2,4% pertambahan. Pertambahan penduduk usia produktif yang tinggi ini meningkatkan penghasilan, dalam periode 1965-1995, penghasilan per kapita di Asia Timur rata-rata meningkat per tahunnya lebih dari enam persen. Fenomena ini

disebut oleh para ekonom sebagai “keajaiban ekonomi”3

. Di tahun 1995, berdasarkan data dari PBB, GDP per kapita Jepang adalah $42,849, Korea Selatan sebesar $11,895, dan Hong Kong sebesar $23,542. Meningkat drastis dari tahun 1970 yang pada waktu itu GDP per kapita Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong berturut-turut sebesar $2,016, $284, dan $6934.

3

David E. Bloom, David Canning, dan Jaypee Sevilla, The Demographic Dividend: A New Perspective on the Economic Consequences of Population Change (Santa Monica: RAND, 2003), 44-46.

http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/2007/MR1274.pdf. 4

(3)

Menilik ke wilayah lain di periode yang sama dan juga mengalami bonus

demografi, yaitu Amerika Latin, ternyata Amerika Latin tidak menuai “keajaiban” yang

dicapai oleh Asia Timur. Ketika GDP per kapita Asia Timur meningkat per tahunnya rata-rata di atas 6,8% dalam periode 1965-1995, di Amerika Latin tumbuh hanya 0,7% per tahunnya. Para ekonom menganalisis sebab dari lambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Latin, meskipun mengalami bonus demografi, adalah tertutupnya negara-negara Amerika Latin kala itu dari perdagangan dunia. Tertutupnya suatu negara dalam aktivitas ekonomi dunia menghilangkan peluang untuk ekonomi negaranya tumbuh tiga kali lipat

lebih besar setiap tahunnya, oleh karenanya Amerika Latin kehilangan peluang tersebut5.

Mengambil pelajaran dari Asia Timur dan Amerika Latin adalah mengambil satu kunci yang menentukan akan kesuksesan suatu negara dalam menyongsong atau telah masuk di era bonus demografi, kunci tersebut adalah kebijakan yang tepat. Hal ini terlihat dari pelayanan kesehatan yang membaik serta program pemerintahan untuk menekan angka kelahiran mampu menghasilkan windows of opportunity tersebut. Salah satunya, kebijakan negara-negara Asia Timur untuk terbuka terhadap aktivitas ekonomi dunia mendorong pertumbuhan ekonomi yang laju sebaliknya kebijakan negara-negara Amerika Latin yang menutup diri dari aktivitas ekonomi dunia membuat peluang pertumbuhan ekonomi tertekan. Tentunya hal ini tidak menjadi satu-satunya kebijakan yang menentukan, kombinasi kebijakan lain pun perlu dirumuskan agar suatu negara dapat meraih keuntungan semaksimal mungkin dari bonus demografi.

C. Bonus Demografi dan Pertumbuhan Ekonomi

Sebelum memasuki ke dalam pembahasan kebijakan apa yang sebaiknya ditempuh oleh Indonesia, perlu diketahui bagaimana kaitan antara bonus demografi dengan pertumbuhan ekonomi, Bloom et al. (dalam Adieoetomo et al., 2005) menjelaskan tentang empat hal penting yang menerangkan hubungan antara bonus

5

David E. Bloom, David Canning, dan Jaypee Sevilla, The Demographic Dividend: A New Perspective on the Economic Consequences of Population Change (Santa Monica: RAND, 2003), 57-58,

(4)

demografi dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu : penawaran tenaga kerja (labour supply), peranan perempuan, tabungan (savings), dan modal manusia (human capital)6.

- Penawaran Tenaga Kerja

Lahirnya generasi baby-boom menyebabkan proporsi penduduk usia produktif menjadi besar dibandingkan dengan proporsi penduduk usia non-produktif. Melimpahnya generasi baby boom ini memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi ketika memasuki usia prima, yaitu antara 20-54 tahun7 (Bloom et al. dalam Adioetomo et al, 2005). Ketersediaan lapangan kerja juga merupakan hal penting, yaitu sebagai wadah

penduduk usia produktif untuk bekerja dan hal ini meningkatkan pendapatan nasional.

- Peranan Perempuan

Hal yang mempengaruhi peranan perempuan adalah penurunan fertilitas yang ,enurut Davis dan Blake adalah dengan melakukan kontrasepsi (Rujiman, 2010)8. Program ini mengakibatkan lebih sedikitnya waktu perempuan untuk mengurus anak dan memilih untuk bekerja. Dipengaruhi pula oleh gerakan feminisme dan globalisasi, pemberdayaan perempuan digalakkan sehingga perempuan pun turut serta secara produktif dalam meningkatkan pendapatan nasional.

- Tabungan

Bonus demografi memacu meingkatnya tabungan dan investasi dikarenakan kelahiran seorang bayi yang terhindar (a birth averted) sehingga menyebabkan sejumlah konsumsi tidak dilakukan dan menyebabkan terbentuknya modal9. Bongaarts menambahkan bahwa tabungan ini apabila diinvestasikan secara produktif maka ia akan menyumbangkan dalam pertumbuhan ekonomi10.

6

Sri Moertiningsih Adioetomo et al., Policy Implications of Age-Structural Changes (Paris: CICRED Policy Paper Series, 2005).

7

Sri Moertiningsih Adioetomo et al., Policy Implications of Age-Structural Changes (Paris: CICRED Policy Paper Series, 2005).

8

Rujiman, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas di Indonesia (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2010).

9

Sri Moertiningsih Adioetomo et al., Policy Implications of Age-Structural Changes (Paris: CICRED Policy Paper Series, 2005).

10

(5)

- Modal Manusia

Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif, ketersediaan modal manusia juga meningkat pula. Di dalam era bonus demografi, menurut Williamson akan terjadi human capital deepening, yaitu peningkatan kecenderungan orang tua untuk menjadikan anak-anaknya sebagai modal manusia didorong oleh perbaikan kesehatan dan penurunan angka kematian. Bloom et al. menambahkan bahwa meningkatnya angka harapan hidup ini mengubah cara hidup masyarakat dalam segala hal11.

Di era bonus demografi, terjadi perubahan dalam masyarakat pada cara

masyarakat menyikapi tentang keluarga, pendidikan, pernanan perempuan, masa pensiun, dan pekerjaan. Perubahan ini akan mengubah pandangan awal bahwa manusia hanya sebagai faktor produksi menjadi manusia sebagai aset. Ditunjang oleh angka harapan hidup yang lebih tinggi, masyarakat akan menanamkan investasi lebih kepada anak-anak mereka dengan keyakinan bahwa hal itu akan baik untuk masa tua anak-anak mereka. Namun keempat hal ini akan berpengaruh dengan baik terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara apabila kondisi dan kebijakan pemerintahan kondusif sehingga turut membantu proses terjadinya pertumbuhan12.

D.Kebijakan-Kebijakan yang Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan penjelasan mengenai keterkaitan antara bonus demografi dan pertumbuhan ekonomi, kebijakan-kebijakan yang perlu untuk diterapkan Indonesia agar mendorong pertumbuhan ekonomi ketika berada dalam era bonus demografi ialah :

1. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk

Untuk dapat menggapai keuntungan yang besar dalam bonus demografi, diperlukan kontrol laju pertumbuhan penduduk. Idealnya adalah Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) suatu negara adalah 2,1 yang berarti satu ibu mempunyai 2,1 anak dalam masa reproduksinya, angka ini disebut sebagai angka replacement

11

Sri Moertiningsih Adioetomo et al., Policy Implications of Age-Structural Changes (Paris: CICRED Policy Paper Series, 2005).

12

(6)

fertility13. Pada tahun 2012, TFR Indonesia adalah 2,59514. Untuk mencapai target, program Keluarga Berencana dan penggunaan kontrasepsi perlu disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat agar angka ketergantungan tidak meningkat sehingga penduduk usia produktif baik laki-laki maupun perempuan mampu lebih produktif dalam bekerja yang hal ini meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Menggalakkan investasi dan penguatan lembaga keuangan

Penguatan lembaga keuangan baik lembaha perbankan maupun non-perbankan diperlukan agar dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif, yaitu di sisi efisiensi dan transparansi. Pemerintah juga perlu menjaga stabilitas harga sebab investasi akan lebih banyak dilakukan dalam kondisi inflasi rendah. Diperlukan pula pendidikan kepada masyarakat Indonesia untuk berinvestasi agar masyarakat Indonesia tidak memandang bahwasannya investasi merupakan suatu hal yang membahayakan. Di samping itu, pemerintah dan sektor swasta perlu untuk memberikan program permodalan yang dapat dicapai oleh penduduk menengah ke bawah, yaitu permodalan tanpa jaminan dan dengan suku bunga yang lebih rendah. Kesuksesan program permodalan kepada penduduk menengah ke bawah ini telah dicapai oleh Grameen Bank yang didirikan oleh Muhammad Yunus di Bangladesh, pada tahun 1983 Grameen Bank dimulai dengan $50 dan 20 peminjam dan pada tahun 2003 ia telah meminjamkan sekitar $400.000.000 dan memiliki sekitar dua juta keanggotaan15.

3. Meningkatkan ketersediaan lapangan kerja

Meledaknya jumlah penduduk produktif tanpa diiringi oleh tersedianya lapangan kerja akan membuat bonus demografi gagal tercapai. justru yang terjadi ialah banyaknya

13Persatua Ba gsa Ba gsa, Total Fertility Rate , update terakhir Ju i ,

http://www.un.org/esa/sustdev/natlinfo/indicators/methodology_sheets/demographics/total_fertility_rate.pdf.

14

Badan Kependudukan dan Keluarga Bere a a Nasio al, A gka Kelahira Total TFR Nasio al , diakses pada September 2014, http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/Pages/DataSurvey/SDKI/Fertilitas/TFR/Nasional.aspx.

15

David E. Bloom, David Canning, dan Jaypee Sevilla, The Demographic Dividend: A New Perspective on the Economic Consequences of Population Change (Santa Monica: RAND, 2003), 76-77,

(7)

penduduk berusia produktif tetapi tidak berkontribusi apapun untuk produktivitas negara. ketersediaan lapangan kerja dapat ditingkatkan melalui tiga upaya, yaitu (1) keterbukaan terhadap pasar internasional, dimana hal ini telah terbukti dapat meningkatkan ketersediaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja. Semakin terbuka suatu negara terhadap pasar internasional, maka penghasilan negara akan bertambah dikarenakan banyaknya warga negaranya yang bekerja. Tertutupnya Amerika Latin yang mengakibatkannya kehilangan peluang mengalami pertumbuhan ekonomi tiga kali lipat tentunya perlu dihindari agar tidak terjadi di Indonesia, (2) meningkatkan fleksibilitas

tenaga kerja. hal ini diterapkan oleh Jepang yang menggeser model tradisional sebuah perusahaan, yaitu dengan mendahulukan usia yang lebih tua untuk bekerja, menjadi model yang lebih fleksibel, yaitu semua gender dan semua usia produktif mendapat peluang yang sama untuk masuk ke lapangan pekerjaan. hal ini mengakibatkan, peluang usia muda untuk masuk ke lapangan pekerjaan akan bertambah sehingga produktivitas negara akan meningkat, (3) menggalakkan iklim kewirausahaan. semakin tinggi tingkat kewirausahaan dalam suatu wilayah, semakin banyak lapangan kerja yang akan tersedia. selain itu, juga akan meningkatkan tingkat produksi negara16.

4. Penduduk Lanjut Usia Sebagai Asset Produktif

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, Indonesia masih menggunakan penduduk lanjut usia sebagai tenaga kerja untuk memenuhi sekitar 40% dari kebutuhan konsumsinya, baik dari kalangan miskin ataupun tidak miskin, di sektor pertanian dan bukan pertanian17.

Produktivitas penduduk lanjut usia merupakan hal yang perlu dioptimalkan. Pengoptimalannya dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sehingga penduduk lanjut usia tidak mengalami permasalahan kesehatan yang berarti sehingga produktivitas tetap terjaga.

16

David E. Bloom, David Canning, dan Jaypee Sevilla, The Demographic Dividend: A New Perspective on the Economic Consequences of Population Change (Santa Monica: RAND, 2003), 74-76,

http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/2007/MR1274.pdf. 17

(8)

5. Mewujudkan Jaminan Sosial yang Tepat

Dalam Undang-Undang no. 40 tahun 2004, dinyatakan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk mengadakan jaminan sosial yang tepat berskala nasional untuk seluruh elemen masyarakat agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Jaminan sosial nasional yang disusun diharapkan mampu memberikan stimulus bagi masyarakat untuk menabung, dikarenakan tabungan yang tinggi mampu menjadi keuntungan besar dalam menghadapi era bonus demografi.

6. Menciptakan SDM yang Berkualitas

Tanpa adanya human capital deepening atau peningkatan kualitas sumber daya manusia, bonus demografi akan lalu begitu saja. Oleh karenanya dibutuhkan peningkatan kualitas SDM dengan upaya perbaikan fasilitas pendidikan yang melingkupi sarana dan prasarana serta pengajar untuk penduduk usia sekolah, selain itu diperlukan juga pelatihan-pelatihan yang ditujukan kepada penduduk usia produktif agar dapat bersaing di dalam lapangan pekerjaan sehingga lebih produktif.

E.Kesimpulan

Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2030. Fenomena bonus demografi inilah yang mengantarkan Asia Timur di era 1965-1995 mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga para ekonom menyebutnya sebagai keajaiban ekonomi, namun tidak semua wilayah yang berada pada era bonus demografi mengalami hal yang sama dengan Asia Timur, Amerika Latin pada era yang sama pun mengalami bonus demografi akan tetapi pertumbuhan ekonominya sekitar sembilan kali lebih lambat dari Asia Timur. Perbedaan ini terjadi dikarenakan kebijakan yang ditempuh oleh Asia Timur dan Amerika Latin berbeda, yaitu pada Amerika Latin, negara-negaranya menutup diri dari perekonomian internasional sehingga kehilangan

(9)

Bonus demografi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dalam empat hal, yaitu (1) penawaran tenaga kerja, (2) peranan perempuan, (3) tabungan, (4) modal manusia. Dari empat hal ini, dapat dirumuskan bahwa kebijakan yang perlu diterapkan Indonesia agar dapat menggapai keuntungan yang besar dalam era bonus demografi adalah sebagai berikut: (1) mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yaitu dengan menggalakkan program Keluarga Berencana dan kontrasepsi sehingga angka TFR tidak meningkat dan mencapai angka replacement fertility, yaitu angka TFR 2,1, (2) Menggalakkan investasi

(10)

Daftar Pustaka:

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, “Manfaatkan Bonus Demografi : Pilar Produktivitas dan Pertumbuhan Ekonomi”, 2013,

http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/ketenagakerjaan/903-manfaatkan-bonus-demografi--pilar-produktivitas-dan-pertumbuhan-ekonomi.

Badan Pusat Statistik, “Penduduk Berumur 15 tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Tahun 2004 - 2014”, diakses 28 September 2014,

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=06. Bloom, David E., David Canning, dan Jaypee Sevilla, The Demographic Dividend: A New

Perspective on the Economic Consequences of Population Change. Santa Monica: RAND, 2003.

http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/2007/MR1274.pdf.

Persatuan Bangsa Bangsa, “National Accounts Estimates of Main Aggregates”, update terakhir 16 Desember 2013,

https://data.un.org/Data.aspx?d=SNAAMA&f=grID%3A101%3BcurrID%3AUSD%3B pcFlag%3A1.

Adioetomo, Sri Moertiningsih, Gervais Beninguisse, Socorro Gultiano, Yan Hao, Kourtoum Nacro dan Ian Pool, Policy Implications of Age-Structural Changes.Paris: CICRED Policy Paper Series, 2005.

Rujiman, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas di Indonesia. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2010.

Maliki, Pemanfaatan Bonus Demografi Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Pembangunan, 2010, http://bsdm.bappenas.go.id/data/download/majalah-perencanaan-edisi-1-th-2010.pdf.

Persatuan Bangsa Bangsa, “Total Fertility Rate”, update terakhir 15 Juni 2007,

http://www.un.org/esa/sustdev/natlinfo/indicators/methodology_sheets/demographics/tot al_fertility_rate.pdf.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, “Angka Kelahiran Total (TFR) Nasional”, diakses pada 28 September 2014,

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai kuesioner pendahuluan, disebarkan sebanyak 30 kuesioner untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat beli konsumen dalam melakukan pembelian

Dalam perusahaan seafood kami ini, stakeholder yang berkerjasama dengan kami meliputi, nelayan atau pedagang ikan laut di pasar, tukang buah untuk memasok minuman di

yang menjadi sampel Kantor Satuan Lalu Lintas Polres Kota Medan yaitu. masyarakat yang diwawancara yang mengurus Surat Izin Mengemudi

Berdasarkan permasalahan penelitian dan hasil pengolahan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penggunaan simulasi dan Interactive virtual laboratory pada

Kondom ("karet") memberikan perlindungan terhadap HPV.Pria yang menggunakan kondom kurang mungkin terinfeksi dengan HPV dan menularkannya kepada pasangan perempuan

Untuk elektron yang bergerak tegak lurus garis medan magnet dapat ditentukan bahwa gaya Lorentz yang terjadi selalu tegak lurus terhadap kecepatan. Dengan demikian

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

In areas in the public domain: Carreteras (County Councils for local administrations), Water (Water Boards, Aguas de Galicia ...), Maritime-Terrestrial Public Domain (Area of