• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Perubahan Beban Genarator Terhadap Efisiensi Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Aplikasi Pada PLTU Pangkalan Susu 2 x 220 MW)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Perubahan Beban Genarator Terhadap Efisiensi Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Aplikasi Pada PLTU Pangkalan Susu 2 x 220 MW)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Pembangkit Listrik Tebaga Uap (PLTU) adalah suatu pusat pembangkit

tenaga listrik yang menggunakan turbin uap sebagai penggerak mulanya atau

dengan kata lain menggunakan energi uap untuk memutar turbin. PLTU

menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus tertutup

artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan

sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut:

 Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh permukaan pemindah panas. Di dalam boiler, air ini mendapatkan panas dengan

menyerap gas panas hasil pembakaran bahan bakar batubara, HSD serta

udara sehingga berubah menjadi uap untuk memutar turbin.

 Kedua, uap hasil prduksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu

diarahkan untuk memutar turbin HP (High Pressure), IP (intermediet

Pressure) dan LP (Low Pressure) sehingga menghasilkan daya mekanik

berupa putaran.

 Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar

menghasilkan energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan megnet

dalam kumparan, sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik

dari terminal output generator.

 Keempat, Uap bekas keluaran turbin masuk kedalam kondensor untuk

didinginkan dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air

kondensat. Air kondensat hasil kondensiasi uap kemudian digunakan lagi

sebagai air pengisian boiler.

 Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang.

Gambar 2.1 dibawah ini akan menjelaskan garis besar prinsip kerja dari

(2)

Gambar 2.1 Siklus fluida kerja sederhana pada PLTU

2.2 Siklus Rankine

Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan

dengan diagram T - s (Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus

rankine ideal. Gamabar 2.2 menunjukkan urutan kerja dari diagram T – s Siklus

PLTU.

Gambar 2.2 Diagram T–s Siklus PLTU (Siklus Rankine)

 1 - 2 : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah

langkah kompresi isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi.  2 - 3 : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai titik

(3)

wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut vapourising (penguapan)

dengan proses isobar isothermis, terjadi di boiler yaitu di wall tube (riser)

dan steam drum.

 3 - 4 : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperatur

kerjanya menjadi uap panas lanjut (superheated vapour). Langkah ini

terjadi di superheater boilerdengan proses isobar.

 4 - 5 : Uap melakukan kerja sehingga tekanan dan temperaturnya turun.

Langkah ini adalah langkah ekspansi isentropis, dan terjadi didalam

turbin.

 5 - 1 : Pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air

kondensat.Langkah ini adalah isobar isothermis, dan terjadi didalam

kondensor. [8]

2.3 Blok Diagram PLTU

PLTU Pangkalan Susu UPK Kitsum 2 adalah PLTU terbesar di Pulau

Sumatera (2 Unit) dengan kapasitas 2 X 220 MW. PLTU merupakan pusat

pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan turbin uap sebagai penggerak

mula dari generator. Gambar 2.3 merupakan blok diagram dari Pangkalan Susu. [8]

(4)

2.4 Peralatan-Peralatan Pendukung PLTU 2.4.1 Desalination Plant [8]

Fungsi desalination plant adalah mengolah air laut menjadi air murni.

Proses desalination yang umum dilakukan adalah dengan cara menguapkan

(evaporating) air laut. Bila air laut dipanaskan, maka airnya akan menjadi uap

dan garam-garamnya akan tertinggal. Selanjutnya bila uap tersebut didinginkan

akan diperoleh air kondensat yang disebut air desal atau fresh water.

Gambar 2.4 berikut ini menunjukkan skema dari desalination plant di PLTU

Pangkalan Susu.

Gambar 2.4 Skema Desalination Plant

Untuk lebih jelasnya berikut proses desalinasi air laut:

1. Air laut yang menjadi bahan baku utama dialirkan menuju sea water pit, dan

untuk menghambat pertumbuhan biota-biota laut diinjeksikan Chlorin dengan

kadar tertentu. Selanjutnya air laut difiltrasi untuk menghilangkan

kotoran-kotoran yang berukuran besar.

2. Dari sea water pit, air laut dialirkan menuju primary filter dengan

menggunakan sebuah pompa. Diperjalanan, air tersebut diinjeksi senyawa

(5)

berukuran kecil menjadi partikel-partikel berukuran lebih besar sehingga lebih

mudah dilakukan proses filtrasi.

3. Kemudian air laut selanjutnya dipanaskan dalam pemanas garam dan

kemudian dialirkan ke dalam chamber

4. Air laut yang telah panas mengalir dari tahap bertemperatur tinggi ke tahap

bertemperatur rendah melalui suatu bukaan kecil, sementara itu penguapan

tiba-tiba (flash evaporates) terjadi dalam chamber

5. Uap air yang terjadi dalam chamber pada setiap tahap mengalir melalui

pemisah, dan mengeluarkan panas laten ke dalam tabung penukar panas

sementara air laut mengalir melalui bagian dalam dan kemudian uap

berkondensasi. Air yang terkondensasi dikumpulkan dalam penampung dan

kemudian dipompa keluar sebagai air tawar.

2.4.2 Demineralizer Plant [8]

Berfungsi untuk menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkandung dalam

air tawar. Air sebagai fluida kerja PLTU harus bebas dari mineral, karena jika air

masih mengandung mineral berarti konduktivitasnya masih tinggi. Hal ini dapat

menimbulkan korosi pada peralatan PLTU. Gambar 2.5 di bawah ini

menunjukkan skema dari Demineralizer Plant di PLTU Pangkalan Susu.

Berikut proses demineralisasi air laut:

1. Air laut dipompakan menuju filter (reverse osmosis) yang mengalirkan air

asin yang berkonsentrasi tinggi menuju air tawar yang berkonsentrasi rendah

melalui suatu membrane semipermeabel

2. Kemudian air tawar dipompa menuju tangki tempat pertukaran kation.

Dimana HCL disuntikkan yang akan menukar ion-ion positif dalam air seperti

Ca, Mg, Na dengan ion H+

3. Air dipompakan lagi menuju sebuah tangki dimana CO2 harus dihilangkan

karena ia akan membentuk bikarbonat di dalam air dan dapat menurunkan pH.

Proses ini dengan jalan menghembuskan udara ke dalam tangki air sisi bawah

(6)

4. Air dipompakan lagi menuju tangki tempat pertukaran anion. Air yang keluar

dari cation bersifat asam maka NaOH perlu disuntikkan, anion menukar

ion-ion negatif dalam air seperti Cl, SO4, SiO2 dengan ion-ion OH- .

5. Kemudian air dipompakan lagi ketangki terakhir dimana HCl dan NaOH

disuntikkan kembali untuk memastikan tidak ada lagi ion ion positif dan

negative seperti Ca, Mg, Na, SO4, SiO2.

6. Air yang keluar dari hasil pertukaran ion ini disebut sebagai air demin dengan

konduktivitas rendah yang akan digunakan dalam proses siklus air-uap di

PLTU Pangkalan Susu

Gambar 2.5 Skema Demineralizer Plant

2.4.3 Reverse Osmosis (RO) [8]

Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination plant namun metode

yang digunakan berbeda. Pada peralatan ini digunakan membran semi permeable

yang dapat menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat

dihasilkan air tawar seperti pada desalination plant. Gambar 2.6 berikut ini

menunjukkan skema prinsip reverse osmosis di PLTU Pangkalan Susu dimana air

laut yang berkonsentrasi tinggi mengalir menuju air tawar yang berkonsentrasi

(7)

Gambar 2.6 Prinsip Osmosis dan Reverse Osmosis

2.4.4 Auxiliary Boiler (Boiler Bantu) [2] [8]

Pada umumnya merupakan boiler berbahan bakar minyak (fuel oil), yang

berfungsi untuk menghasilkan uap (steam) yang digunakan pada saat boiler utama

start up maupun sebagai uap bantu (auxiliary steam).

Penggunaan Auxiliary Boiler hanya bersifat sementara yaitu ketika unit

(boiler) utama masih belum menghasilkan utama.Jika unit sudah beroperasi

normal, pasokan dapat diambil dari ketel utama sehingga auxiliary boiler dapat

dimatikan.

2.4.5 Coal Handling System [8]

Coal handling system berfungsi menangani mulai dari pembongkaran

batubara dari kapal/tongkang (unloading area), penimbunan/penyimpanan di

stock area atapun pengisian ke bunker (power plant) yang digunakan untuk

pembakaran di Boiler. Alat transportasi yang digunakan dengan system conveyor.

2.4.6 Ash Handling (Unit Pembuangan Abu) [2] [8]

Ash handling Plant merupakan peralatan yang berfungsi sebagai

penampung dan penyalur abu sisa pembakaran yang berasal dari ruang bakar

(furnace).Ash handling Plant mempunyai 2 buah bagian / system, yaitu :

a. Fly Ash System

Fly Ash system adalah peralatan Ash Handling yang berfungsi menyalurkan

abu terbang (fly ash) yang merupakan sisa pembakaran dari ruang bakar boiler.

(8)

melalui ruang yang telah dipasang EP (Electrostatic Precipitator). Partikel abu

yang terdapat dalam sisa pembakaran akan ditangkap oleh EP dan disalurkan

ke pembuangan melalui Transporter atau Conveyor.

b. Bottom Ash

Bottom Ash System adalah sistem Ash Handling Plant yang khusus menangani

atau menyalurkan abu sisa pembakaran dari bagian bawah ruang bakar. Selain

menangani dan menyalurkan abu dari dalam furnace, Bottom Ash System juga

menyalurkan abu yang berasal dari Ruang Economizer dan coal rejhect dari

Pulverizer.

2.5 Bagian-Bagian Utama PLTU 2.5.1 Boiler [2] [8]

Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk

mengubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan

memanaskan air yang berada di dalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari

hasil pembakaran bahan bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu di dalam

ruang bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar.

Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan

temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan

pemindah panas, laju aliran, dan panas pembakaran yang diberikan.

Jika dioperasikan dengan benar, boiler secara efisien dapat mengubah air

dalam volume yang besar menjadi steam yang sangat panas dalam volume yang

lebih besar lagi yang akan digunakan untuk memutar turbin.

Spesifikasi utama dari boiler yang digunakan di PLTU Pangkalan Susu akan

(9)

Tabel 2.1 Spesifikasi Boiler

Bagian-Bagian Boiler

Economizer

Economizer adalah alat yang merupakan pemanas air terakhir sebelum masuk

ke drum. Di dalam economizer air menyerap panas gas buang yang keluar dari

superheater sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong. Sumber panas

yang diperlukan oleh alat tersebut berasal dari gas buang dalam boiler dengan

suhu ±460,1 oC.

Steam Drum.

Steam drum berfungsi sebagai pemisah uap dan air pada boiler, uap yang

dihasilkan akan menuju ke turbin, sebelum ke turbin uap yang dihasilkan

masih berupa uap basah dimana uap ini belum effektif untuk memutar turbin

karena masih mengandung air yang dapat merusak turbin uap, maka dari itu

uap yang basah akan melalui superheater untuk mendapatkan uap kering, lalu

(10)

Superheater

Superheater merupakan kumpulan pipa Boiler yang terletak dijalan aliran gas

panas hasil pembakaran. Superheater berfungsi untuk memanaskan uap agar

kandungan energi panas dan kekeringannya bertambah sehingga menjadi uap

superheat (uap panas lanjut). Pemasanan dilakukan dalam dua atau tiga tahap,

sebagai pemanasnya adalah gas hasil pembakaran bahan bakar. Panas dari gas

ini dipindahkan ke Saturated Steam yang ada dalam pipa Superheater,

sehingga berubah menjadi Super Heated Steam sebelum disalurkan ke Turbin.

Suhu pada Superheater 540 oC dan tekanan 13.43 MPa.g.

Reheater

Setelah tekanan dan temperatur SH Steam turun maka SH Steam tersebut akan

dikembalikan ke Boiler untuk pemanasan ulang. Pemanasan ulang ini

berlangsung di bagian Boiler yang disebut Re-Heater yang merupakan

kumpulan pipa Boiler yang diberi panas dari gas pembakaran seperti

Superheater dengan suhu inlet/outlet 322oC/540oC dan tekanan inlet/outlet

2,7/2,505 MPa.g. Di bagian Re-Heater, SH Steam akan dikembalikan untuk

memutar Intermediate Presure Turbine (IP) dan Low Presure Turbine (LP).

Air Preheater

Air Pre-Heater adalah instrument yang sistem kerjanya berputar dengan

putaran rendah dan berfungsi untuk memanasi udara pembakaran dengan suhu

350oC dan tekanan 500 Pa sebelum dikirim ke Furnace dan mendinginkan

udara keluar dengan suhu 140oC dan tekanan 1 kPa menuju stack (cerobong).

Furnace adalah ruang dalam boiler yang dirancang terjadinya proses

pembakaran (bahan bakar+udara+api/panas). Pemanas Udara pembakaran

tersebut diambil dari gas buang hasil pembakaran dari Furnace yang dialirkan

melalui Air Pre-Heater sebelum dibuang ke Chimney. Tipe Air pre-heater

(11)

Peralatan Bantu Pada Boiler Mill Pulverizer

Pulverizer adalah alat untuk menggiling batubara sehingga menjadi halus dan

kemudian bersama dengan udara primer akan dialirkan ke Furnace dan untuk

mengeringkan batubara sehingga mudah dihaluskan dan dibakar.

Dalam penggunaan Pulverizer yang perlu diperhatikan adalah temperatur dari

udara primer, temperatur yang terlalu tinggi dapat menyalakan batubara dari

dalam Pulverizer dan menyebabkan ledakan. Jika temperatur terlalu rendah,

batubara tidak bisa kering dan sulit dihaluskan. Temperatur idealnya kira-kira

650C.

Coal Feeder

Peralatan yang berfungsi untuk mengatur laju aliran (Flow) ± 21 t/h (untuk

membangkitkan 220 MW) batu bara dari Coal Banker menuju Mill Pulverizer.

ID Fan, FD Fan dan PA Fan.

Udara pembakaran ada dua macam, yaitu udara primer dan udara sekunder.

Udara primer dipasok oleh Primary Air Fan (PA Fan) yang dihembuskan

menuju ke alat penggiling batubara (Pulverizer) dengan suhu ±50oC dan

tekanan ±15 kPa kemudian bersama-sama dengan serbuk batubara dialirkan

ke Furnace.

Udara primer tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk menghasilkan

pembakaran sempurna. Untuk itulah diperlukan pasokan dari udara sekunder

yang dihasilkan oleh FD Fan dengan suhu ±30oC dan tekanan ±2 kPa bersama

ID Fan dengan suhu ±150 oC dan tekanan 300 Pa.

Gambar 2.7 di bawah ini akan menunnjukkan siklus air dan uap pada boiler

(12)

Gambar 2.7 Siklus Air dan Uap pada Boiler PLTU Pangkalan Susu

2.5.2 Turbin Uap [4] [8]

Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung

oleh uap menjadi energi putar (energi mekanik). Poros turbin dikopel dengan

poros generator sehingga ketika turbin berputar generator juga ikut berputar.

Uap yang telah melakukan kerja di turbin tekanan dan temperatur turun

hingga kondisinya menjadi uap basah.Uap keluar turbin ini kemudian dialirkan

kedalam kondensor untuk didinginkan agar menjadi air kondensat, sedangkan

tenaga putar yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator.

Jenis Turbin Uap

Jenis turbin menurut prinsip kerjanya terdiri dari :

1. Turbin Impuls (aksi)

Turbin impuls atau turbin tekanan tetap, adalah turbin yang ekspansi

uapnya hanya terjadi pada sudu-sudu tetap atau nosel. Ketika uap

melewati sudu tetap, maka tekanan turun dan uap mengalami peningkatan

energi kinetik. Sudu-sudu tetap berfungsi sebagai nosel (saluran pancar)

dan mengarahkan aliran uap ke sudu-sudu gerak. PLTU Pangkalan Susu

(13)

2. Turbin Reaksi

Pada turbin reaksi penurunan tekanan terjadi pada sudu tetap dan sudu

gerak. Kedua jenis turbin ini mempunyai karakteristik yang berbeda

seperti ditunjukkan dalamgambar dibawah. Gambar 2.8 berikut ini

menunjukkan jenis turbin uap dan karakeristiknya.

Gambar 2.8 Jenis Turbin Uap dan Karakteristiknya

Bagian Turbin Uap

Casing

Casing adalah bagian yang diam merupakan rumah atau wadah dari rotor.Pada

casing terdapat sudu-sudu diam (disebut stator) yang dipasang melingkar dan

berjajar terdiri dari beberapa baris yang merupakan pasangan dari sudu gerak

pada rotor.Sudu diam berfungsi untuk mengarahkan aliran uap agar tepat

dalam mendorong sudu gerak pada rotor.

Rotor

Rotor adalah bagian yang berutar terdiri dari poros dan sudu-sudu gerak yang

terpasang mengelilingi rotor. Jumlah baris sudu gerak pada rotor sama dengan

(14)

gerak disebut tingkat (stage).Sudu gerak (rotor) berfungsi untuk mengubah

energi kinetik uap menjadi energi mekanik.

Bantalan

Fungsi bantalan adalah untuk menopang dan menjaga rotor turbin agar tetap

pada posisi normalnya. Ada dua macam bantalan pada turbin, yaitu:

- Bantalan journal yang berfungsi untuk menopang dan mencegah poros

turbin daripergeseran arah radial

- Bantalan aksial (thrust bearing) yang berfungsi untuk mencegah turbin

bergeserkearah aksial.

Katup Utama

Katup utama turbin terdiri dari :

Main Stop Valve (MSV)

Katup ini berfungsi sebagai katup penutup cepat jika turbin trip atau sebagai

katup pengisolasi turbin terhadap uap masuk. MSV bekerja dalam dua posisi

yaitu menutup penuh atau membuka penuh. Pada saat turbin beroperasi maka

MSV membuka penuh. Sebagai penggerak untuk membuka MSV digunakan

tekanan minyak hidrolik. Sedangkan untuk menutupnya dengan kekuatan

pegas.

Governor Valve (GV)

Turbin harus dapat beroperasi dengan putaran yang konstan pada beban yang

berubah ubah. Untuk membuat agar putaran turbin selalu tetap digunakan

governor valve yang bertugas mengatur aliran uap masuk turbin sesuai dengan

bebannya. Sistem governor valve yang digunakan umumnya adalah mechanic

hydraulic (MH) atau electro hydraulic (EH).

Pada turbin dengan kapasitas > 100 MW dilengkapi dengan katup uap reheat,

yaitu Reheat Stop Valve (RSV) dan Interceptor Valve (ICV).

Spesifikasi utama dari turbin uap yang digunakan di PLTU Pangkalan Susu

(15)

Tabel 2.2 Spesifikasi Turbin Uap

2.5.3 Kondensor [8]

Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin (uap

yang telah digunakan untuk memutar turbin).Proses perubahannya dilakukan

dengan cara mengalirkan uap ke dalam suatu ruangan yang berisi pipa-pipa

(tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa (shell side) sedangkan air sebagai

pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side). Kebutuhan air untuk pendingin

di kondensor sangat besar sehingga dalam perencanaan biasanya sudah

diperhitungkan. Air pendingin diambil dari sumber yang cukup persediannya,

yaitu dari danau, sungai atau laut. Posisi kondensor umumnya terletak dibawah

turbin sehingga memudahkan aliran uap keluar turbin untuk masuk kondensor

karena gravitasi.

Konstruksi Kondensor

Aliran air pendingin ada dua macam, yaitu satu lintasan (single pass) atau

dua lintasan (double pass). Untuk mengeluarkan udara yang terjebak pada water

box (sisi air pendingin), dipasang venting pump atau priming pump.Udara dan non

condensable gas pada sisi uap dikeluarkan dari kondensor dengan ejector atau

(16)

Gambar 2.9 berikut ini menunnjukkan konstruksi dari kondensor yang digunakan

di PLTU Pangkalan Susu.

Gambar 2.9 Konstruksi Kondensor

2.5.4Generator Sinkron [3] [8]

Tujuan utama dari kegiatan di PLTU adalah menghasilkan energi

listrik.Produksi energi listrik merupakan target dari proses konversi energi di

PLTU. Generator yang dikopel langsung dengan turbin akan menghasilkan

tegangan listrik ketika turbin berputar. Gambar 2.10 berikut ini merupakan

Generator PLTU dengan main exciter dan pilot exciter.

(17)

Proses konversi energi didalam generator adalah dengan memutar medan

magnet didalam kumparan. Rotor generator sebagai medan magnet menginduksi

kumparan yang dipasang pada stator sehingga timbul tegangan diantara kedua

ujung kumparan generator. Untuk membuat rotor agar menjadi medan magnet,

maka dialirkan arus DC ke kumparan rotor. Spesifikasi utama dari generator yang

digunakan di PLTU Pangkalan Susu akan dijelaskan pada tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Spesifikasi Generator

Konstruksi Generator Sinkron

Generator sinkron pada prinsipnya terdiri atas 2 bagian utama, yaitu:

1. Rotor

Rotor adalah bagian generator yang berputar. Pada rotor terdapat

kumparan konduktor sebagai pembangkit medan magnet utama. Medan

magnet ini timbul karena adanya arus yang mengalir pada kumparan rotor

yang diperoleh dari exciter. Jika rotor berputar maka medan magnet akan

memotong kumparan jangkar stator, sehingga timbul gaya gerak listrik

(GGL) yang kemudian disalurkan ke terminal generator. Rotor dari generator

besar yang diputar dengan turbin uap biasanya tipe silinder dengan 2 atau 4

kutub magnet. Konstruksi rotor di PLTU Pangkalan Susu ditunjukkan pada

(18)

Gambar 2.11 Rotor Non- sailent dan penampang rotor pada generator sinkron di PLTU Pangkalan Susu

2. Stator

Stator terdiri dari casing yang berisi kumparan dan rotor yang merupakan

medan magnet listrik terdiri dari inti yang berisi kumparan.Inti ini terbentuk

dari susunan plat-plat baja silikon yang mempunyai sifat kemagnetan yang

baik. Plat-plat tersebut dikompres dengan rapat sekali, tetapi diisolasi satu

sama lain dengan pernis atau kertas berisolasi. Susunan plat baja silikon yang

membentuk inti ini biasanya disebut laminasi. Laminasi-laminasi ini

membentuk saluran yang baik sekali bagi flux magnet yang dihasilkan oleh

rotor. Isolasi pada laminasi mengurangi besarnya arus pusar, sehingga

mengurangi rugi-rugi panas. Gambar 2.12 di bawah ini menunjukkan

(19)

Gambar 2.12 Stator Generator di Pangkalan Susu

Prinsip kerja generator adalah sebagai berikut:

1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber

eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan

medan. Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan

medan maka akan menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu

adalah tetap.

2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera

dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.

= .

dimana : n = Kecepatan putar rotor (rpm) P = Jumlah kutub rotor

f = frekuensi (Hz)

3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang

dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor akan

diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang

(20)

besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi

suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan

tersebut, hal tersebut sesuai dengan persamaan :

= −� �

= −� � �� � �

= −� � � �� cos � .

bila: � = �

= −� � � �� cos � .

bila:

=

�.

= −� ( . � . . ) � �� cos � .

�� = � ( . , . . ) � �� .

= ��

√ =

� . , . . � ��

= , � � �� .

bila:

= , �

maka:

= . . � �� .

Dimana:

Eeff = ggl induksi (Volt) n = Putaran (rpm)

(21)

C = Konstanta Φmaks = Fluks magnetik (weber)

p = Jumlah kutub

Untuk generator sinkron tiga fasa, digunakan tiga kumparan jangkar yang

ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan

kumparan jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada

ketiga kumparanjangkar yang besarnya sama tapi berbeda fasa 1200 satu sama

lain. Setelah itu ketiga terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk

menghasilkan energi listrik. [12]

Reaksi Jangkar Generator Sinkron [12]

Saat generator sinkron bekerja pada beban nol tidak ada arus yang mengalir

melalui kumparan jangkar (stator), sehingga yang ada pada celah udara hanya

fluksi arus medan rotor. Namun jika generator sinkron diberi beban, arus jangkar

Ia akan mengalir dan membentuk fluksi jangkar. Fluksi jangkar ini kemudian

mempengaruhi fluksi arus medan dan akhirnya menyebabkan berubahnya harga

tegangan terminal generator sinkron. Reaksi ini kemudian dikenal sebagai reaksi

jangkar seperti pada gambar 2.13 berikut :

(22)

Keterangan gambar :

a) Medan magnet yang berputar akan menghasilkan tegangan induksi EAmax

b) Tegangan resultan menghasilkan arus lagging saat generator berbeban

induktif

c) Arus stator menghasilkan medan magnet sendiri BS dan tegangan Estat pada

belitan stator

d) Vektor penjumlahan BS dan BR yang menghasilkan Bnet dan penjumlahan

Estat dan EAmax menghasilkan VΦ pada outputnya.

Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan fluksi jangkar tergantung kepada beban

dan faktor daya beban, yaitu:

1) Untuk beban resistif (cosφ = 1)

Pengaruh fluksi jangkar terhadap fluksi medan hanya sebatas

mendistorsinya saja tanpa pengaruh kekuatannya (cross magnetizing)

2) Untuk beban induktif murni (cosφ = 0 lag)

Arus akan tertinggal 900 dari tegangan. Fluksi yang dihasilkan oleh arus

jangkar akan melawan fluksi arus medan. Dengan kata lain reaksi jangkar

akan demagnetising artinya pengaruh reaksi jangkar akan melemahkan

fluksi arus medan.

3) Untuk beban kapasitif murni (cosφ = 0 lead)

Arus akan mendahului tegangan sebesar 900. Fluksi yang dihasilkan arus

jangkar akan searah dengan fluksi arus medan sehingga reaksi jangkar

yang terjadi magnetizing artinya pengaruh reaksi jangkar akan menguatkan

fluksi arus medan.

4) Untuk beban tidak murni (induktif/kapasitif)

Pengaruh reaksi jangkar akan menjadi sebagaian magnetizing dan

sebagaian demagnetizing. Saat beban adalah kapasitif, maka reaksi jangkar

akan sebagian distortif dan sebagian magnetizing. Sementara itu saat beban

adalah induktif, maka reaksi jangkar akan sebagaian distortif dan sebagaian

(23)

2.6 Pengaturan Frekuensi dan Daya Aktif

Daya aktif mempunyai hubungan erat dengan nilai frekuensi sistem.

Penyediaan daya aktif harus disesuaikan dengan kebutuhan daya aktif beban,

penyesuaian ini dilakukan dengan mengatur kopel penggerak generator, sehingga

tidak ada pemborosan penggunaan daya.

Pada umumnya dalam sistem tenaga listrik digunakan generator sinkron tiga

fasa untuk pembangkit tenaga listrik yang utama. Oleh karena itu, pengaturan

frekuensi sistem tergantung pada karakteristik generator sinkron. Menurut Hukum

Newton ada hubungan antara kopel mekanik penggerak generator dengan

perputaran generator :

�− � = � .

Dimana :

TB = Kopel penggerak generator

TG = Kopel beban yang membebani generator

H = momen inersia dari generator beserta mesin penggeraknya

ω = kecepatan sudut perputaran generator

Frekuensi akan turun jika daya aktif yang dibangkitkan tidak mencukupi

kebutuhan beban dan sebaliknya frekuensi akan naik jika kelebihan daya aktif

dalam sistem. Secara mekanis apabila :

Sistem governing pada turbin berfungsi untuk mengontrol aliran uap agar

dapat mempertahankan putaran sesuai yang dikehendaki (3000 rpm untuk 50 Hz).

Sebenarnya apabila beban turbin konstan maka governing tidak diperlukan lagi

(24)

Tetapi apabila terjadi beban turbin turun dengan pembukaan katup uap yang

tetap, maka putaran akan naik akibat jumlah uap melebihi yang dibutuhkan.

Untuk mengembalikan keputaran normal maka perlu memperkecil pembukaan

katup uap agar menyesuaikan jumlah uap yang dibutuhkan. Begitu juga dengan

sebaliknya jika beban turbin naik. Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas, maka

governor dapat melakukan perubahan-perubahan sesuai kebutuhan secara

automatik. [9]

Speed Droop Governor

Speed Droop adalah bilangan prosentase yang menyatakan kepekaan turbin

merespon perubahan frekuensi. Semakin kecil nilai prosentase speed droop, maka

semakin peka terhadap perubahan frekuensi. Demikian pula sebaliknya, semakin

besar nilai prosentase speed droop, maka semakin malas merespon perubahan

frekuensi.

Speed droop menentukan hubungan antara sinyal pengaturan putaran

(governor) dengan output beban yang dibangkitkan oleh Generator. Speed Droop

merupakan perbandingan beban dengan frekuensi.

Makin kecil nilai speed droop dari governor maka makin peka terhadap perubahan

beban. Sekilas jika pada suatu pembangkit memiliki nilai speed droop sebesar 5 %

maka dapat dihitung :

5 % = 0,05 x 50 Hz = 2,5 Hz

Artinya sistem dibatasi untuk penurunan frekuensi maksimal 2,5 Hz dari batas

(25)

2.8 Bahan Bakar Batubara

Dalam PLTU, energi primer yang dikonversikan menjadi energi listrik

adalah bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan dapat berupa batubara (padat),

minyak (cair), atau gas. Ada kalanya PLTU menggunkan kombinasi beberapa

macam bahan bakar. Untuk setiap macam bahan bakar, komposisi perpindahan

panas berbeda. [6]

Batubara merupakan bahan baku pembangkit energi listrik yang pada

umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap.

Batubara dibedakan berdasarkan nilai kalor serta lama proses pembentukannya.

Pengelompokan ini menunjukkan kualitas batubara yang akan membedakan nilai

ekonomis serta kegunaan batubara tersebut. Terdapat empat jenis batubara mulai

dari kualitas rendah hingga tinggi, yaitu: lignit, sub-bituminous, bituminous, dan

antrasit.

Indonesia, tersebar di pulau sumatera, kalimantan dan Sulawesi, biasa

digunakan untuk proses pemanasan. Bituminous memiliki nilai kalor 5700

kcal/kg hingga 6900 kcal/kg.

Sub-bituminus mengandung sedikit Karbon dan banyak air, dan oleh

karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan

bituminous. Batubara sub-bituminous memiliki nilai kalor 4166 kcal /kg

hingga 5700 kcal/kg.

Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang

mengandung air 35-75% dari beratnya. Lignit atau sering disebut sebagai

brown coal. Batubara ini merupakan batubara kelas rendah dengan nilai

(26)

Komposisi kimiawi batubara berpengaruh kuat pada daya pembakarannya.

Sifat-sifat batubara secara luas diklasifikasikan kedalam sifat fisik dan sifat kimia.

Sifat fisik batubara termasuk nilai panas, kadar air, bahan mudah menguap dan

abu. Sifat kimia batubara tergantung dari kandungan berbagai bahan kimia seperti

karbon, hidrogen, oksigen, dan sulfur.

Terdapat dua metode untuk menganalisis batubara, yaitu analisis ultimate

dan analisis proximate. Analisis ultimate menganalisis seluruh elemen komponen

batubara, padat atau gas dan analisis proximate meganalisis hanya fixed carbon,

bahan yang mudah menguap, kadar air dan persen abu. Analisis ultimate harus

dilakukan oleh laboratorium dengan peralatan yang lengkap oleh ahli kimia yang

trampil, sedangkan analisis proximate dapat dilakukan dengan peralatan yang

sederhana. [1]

2.9 Rugi – Rugi

Sesuai dengan hukum II termodinamika yang menyatakan bahwa energi

termal tidak dapat dikonversi menjadi kerja oleh proses siklus dengan efisiensi

100% maka setiap alat konversi energi akan mempunyai rugi-rugi. Pada

pembangkit listriktenaga uap terdapat tiga alat konversi energi yang bekerja pada

sistem yaitu boiler atau ketel uap, turbin uap dan generator listrik atau alternator.

Proses pembakarn dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram

aliran energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi

masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan

dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukkan jumlah

energi yang dikandung dalam aliran masing-masing.

(27)

Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler

terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Kerugian

ditiap-tiap tingkat turbin adalah kerugian di sudu-sudu turbin, kerugian gesekan dan

kerugian ventilasi, serta kerugian kebocoran (celah). Sudu-sudu turbin adalah

suatu tempat dimana energi aliran uap harus diubah menjadi gaya keliling. [5]

Pada turbin uap terjadi kerugian gesekan dengan roda uap, harga gesekan ini

akan makin besar bila diameter roda makin besar dan makin tinggi kecepatan

roda serta makin besar kerapatan uapnya. Karena hanya sebagian dari sudu

disekeliling roda yang dimasuki/digerakkan oleh uap, maka akibatnya akan timbul

kerugian ventilasi. Bila sudu jalan yang bergerak melewati bagian yang tidak ada

nozel atau sudu pengarahnya, sehingga sudu jalan tersebut tidak dialiri/dimasuki

uap, maka pada bagian ini akan terdapat olakan pada pusaran-pusaran uap, dan

hasilnya dari peristiwa ini akan bekerja sebagai rem. Kerugian ventilasi ini

tergantung kepada panjang sudu, besarnya pemasukan uap kedalam sudu-sudu

turbin dan kecepatan keliling serta kepada kerapatan uap. Untuk turbin yang kecil

kerugian ventilasi ini dapat diketahui dengan jelas dan sangat mengurangi

efisiensi turbin. Kerugian kebocoran (celah) terdapat diantara rotor dan rumah

turbin pada ujung dari sudu pengarah dan sudu jalan. Makin pendek panjangnya

sudu dan makin besar kebutuhan celah untuk mengatasi perbedaan temperatur

pada saat turbin start, makin besarlah kerugian kebocorannya. Sebab uap tersebut

mengalir di ujung-ujung sudu melalui penampang celah tanpa bekerja

(memberikan energinya untuk bekerja).

Pertimbangan terhadap rugi-rugi mesin listrik merupakan hal yang penting

berdasarkan ketiga alasan berikut : (1) rugi-rugi menentukan efisiensi mesin dan

cukup berpengaruh terhadap biaya pemakaiannya; (2) rugi-rugi menentukan

pemanasan mesin sehingga menentukan pula keluaran daya atau ukuran yang

dapat diperoleh tanpa mempercepat keausan isolasinya; dan (3) jatuhnya tegangan

atau komponen arus yang bersangkutan dengan rugi-rugi yang dihasilkan harus

diperhitungkan dengan semestinya dalam penampilan mesin.

Rugi-rugi mekanis. Rugi-rugi ini terdiri atas gesekan sikat dan bantalan,

perlilitan, dan daya yang diperlukan untuk mengalirkan udara melalui mesin dan

(28)

(kecuali daya yang diperlukan untuk mendorong udara melalui terowongan luar

yang panjang terhadap mesin). Rugi-rugi gesekan dan perlilitan dapat diukur

dengan menentukan masukan pada mesin yang bekerja pada kecepatan yang

semestinya tetapi tidak diberi beban dan tidak diteral. Kadang-kadang juga

dimasukkan rugi-rugi inti dan ditentukan pada saat yang sama.

Rugi-rugi inti rangkaian terbuka, atau tanpa beban. Rugi-rugi inti rangkaian

terbuka terdiri atas rugi-rugi histerisis dan arus-eddy yang timbul dari perubahan

kecepatan fluks pada besi mesin dengan hanya lilitan peneral utama yang diberi

tenaga. Peda mesin dc dan mesin serempak, rugi-rugi ini terutama dialami oleh

besi armatur, meskipun pembentukan pulsa fluks yang berasal dari mulut celah

akan menyebabkan rugi-rugi pada besi medan juga, terutama pada sepatu kutub

atau permukaan besi medan. Rugi-rugi inti rangkaian terbuka dapat diperoleh

dengan mengukur masukan pada mesin pada saat bekerja tanpa beban pada

kecepatan ukuran atau frekuensi ukuran dan dengan fluks atau tegangan yang

semestinya dan kemudian mengurangan rugi-rugi perlilitan dan gesekan dan, jika

mesin tersebut bekerja sendiri selama dites, rugi-rugi I2 R armatur tanpa beban

(rugi-rugi I2 R stator beban pada motor induksi). Biasanya data diambil untuk

suatu kurva rugi-rugi inti sebagai fungsi dari tegangan armatur di sekitar tegangan

ukuran. Maka rugi-rugi inti dalam keadaan dibebani ditentukan sebagai harga

pada suatu tegangan yang besarnya sama dengan tegangan ukuran yang

merupakan perbedaan dari jatuhnya tahanan-ohm armatur pada saat dibebani

(pada mesin ac merupakan pembetulan fasor). Rugi-rugi arus eddy tergantung

pada kuadrat dari kerapatan fluks, frekuensi, dan ketebalan dari lapisan. Pada

keadaan mesin normal besarnya dapat didekati dengan:

Pe = Ke . (Bmaks. f . τ)2 (2.10)

Dimana :

τ = tebal lapisan

Bmaks = kerapatan fluks maksimum

f = frekuensi

(29)

Harga Ke tergantung pada satuan yang digunakan, volume besi, dan resistivitas

besi. Ragam dari rugi-rugi histerisis dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan

empiris saja. Persamaan yang banyak digunakan adalah :

Ph = Kh f Bnmaks (2.11)

Dimana Kh merupakan tetapan pembanding yang besarnya tergantung pada

karakteristik dan volume besi dan satuan yang dipergunakan dan pangkat n

berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,5 dan biasa diambil 2,0 dalam

memperkirakan penampilan mesin. Pada kedua persamaan diatas frekuensi dapat

diganti dengan kecepatan dan kerapatan fluks dengan tegangan yang sesuai,

dengan mengubah besarnya tetapan pembanding juga. [11]

2.10 Efisiensi

Seperti telah kita ketahui bahwa energi masukan pada PLTU adalah

pemasukan sejumlah bahan bakar pada ruang bakar ketel uap dan dan

dikonvesikan melalui media uap sehingga keluaran dari unit pembangkit ini

adalah berupa daya listrik pada generator listrik. Keluaran dari generator listrik

berupa GGL listrik sebesar :

(30)

jadi jika nilai f dimasukkan ke persamaan di atas, maka:

= , .�. . Φ . N volt .

Karena nilai P dan N tidak berubah pada generator maka harga-harga yang tidak

berubah akan dijadikan menjadi suatu ketetapan yang kita sebut dengan konstanta

(C), sehingga persamaan lebih mudah untuk dipahami.

E = C . n . Φ .

Gambar 2.15 Rangkaian listrik generator berbeban

Dimana:

E : GGL induksi (volt)

C : konstanta

Φ : besarnya fluks magnet (Weber)

Pada generator sinkron berbeban, maka pada kumparan armatur timbul Ia

dan Xm akibatnya timbul penurunan GGL armatur tanpa beban. Tegangan

terminal Vt yang timbul adalah :

Vt = Ea – I (Ra + j Xs)

Vt = Ea – Ia Zs . Daya sebuah generator 3 phasa dinyatakan dalam rumus berikut :

= √ . ��−�. . cos φ . Atau

= . ��−� . . cos φ .

Bila generator diberi beban yang berubah -ubah maka besarnya tegangan

(31)

 Resistansi jangkar, resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya

kerugian tegangan jatuh/fasa dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.

 Reaktansi bocor jangkar, saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak mengimbas pada jalur yang sudah

ditentukan, hal seperti ini disebut fluks bocor.

 Reaksi jangkar, adanya arus mengalir pada kumparan jangkar saat

generator dibebani akan menimbulkan fluks jangkar (ФA) yang ber integrasi dengan fluks yang dihasilkan medan rotor (ФF), sehingga akan dihasilkan suatu fluks resultan sebesar ФR = ФA + ФF. [12]

Dalam sistem tenaga listrik ada dua variabel yang dapat diatur secara bebas,

disebut variabel pengatur (control variabel), yaitu daya nyata (MW) dan daya

reaktif (MVAR). Pengaturan daya nyata akan mempengaruhi frekwensi dan

konsumsi bahan bakar, sedangkan pengaturan daya reaktif akan mempengaruhi

tegangan dan arus eksitasi (fluksi).

Pada saat beban listrik naik maka daya yang timbul untuk melawan

generator akan makin besar juga sehingga putaran generator akan turun begitu

juga dengan tegangan. Turunnya putaran generator maka putaran turbin ikut

turun, oleh sebab itu maka diperlukan lebih banyak jumlah uap untuk menaikkan

putaran turbin. Untuk menaikkan jumlah uap maka pasokan bahan bakar pada

ruang bakar harus ditambah sehingga produksi uap bertambah. Begitu juga

sebaliknya jika beban generator berkurang maka putaran generator naik dan

tegangan juga naik maka konsumsi bahan bakar perlu dikurangi untuk menjaga

frekuensi tetap stabil.

Dari uraian di atas tampak bahwa perubahan beban secara mendadak

memerlukan pula langkah pengurangan produksi uap secara mendadak agar tidak

terlalu banyak uap yang harus dibuang ke udara. Langkah pengurangan produksi

ini dilakukan dengan mematikan nyala api dalam ruang ketel dan mengurangi

pengisian air ketel. Masalahnya disini bahwa walaupun nyala api dalam ruang

bakar ketel padam, masih cukup banyak panas yang tertinggal dalam ruang bakar

untuk menghasilkan uap sehingga pompa pengisian ketel harus tetap mengisi air

ke dalam ketel untuk mencegah penurunan level air dalam drum yang tidak

(32)

Mengingat masalah-masalah tersebut diatas yang menyangkut masalah

proses produksi uap dan masalah –masalah pemuaian yang terjadi dalam turbin,

sebaiknya PLTU tidak dioperasikan dengan persentase perubahan-perubahan

beban yang besar. Efisiensi PLTU banyak dipengaruhi ukuran PLTU, karena

ukuran PLTU menentukan ekonomis tidaknya penggunaan pemanas ulang dan

pemanas awal. [11]

Efisiensi pada boiler diberikan dengan persamaan sebagai berikut:

� � � � � = %

� � � � � = . (ℎ − ℎ ). � % .

Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler adalah:  Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam

 Jumlah bahan bakar yang dipergunakan per jam (q) dalam kg/jam  Tekanan kerja (kg/cm2) dan suhu lewat panas (0C), jika ada  Suhu air umpan (0C)

 Jenis bahan bakar dan nilai kotor bahan bakar (GCV) dalam kkal/kg

bahan bakar

Dimana:

 hf : Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam  hg : Entalpi air umpan dalam kkal/kg air

Efisiensi perubahan energi pada turbin uap sampai kepada tenaga mekanis

di kopling turbin didapat dari :

� =ℎ − ℎ = � .

Efisiensi generator listrik dapat dihitung dengan persamaan berikut:

� � � = +

(33)

Dimana:

Pout = daya yang dikeluarkan = Vt . IL (Watt)

Pin = daya yang dimasukkan = Pout + Prugi-rugi

Prugi-rugi = rugi-rugi mekanik + histerisi + inti dll

Jadi efisiensi keseluruhan pada PLTU mulai dari bahan bakar sampai pada energi

listrik yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

� =�

�� % .

Dimana:

Pout = energi keluaran pada generator (Watt)

Pin = energi masukan pada boiler/ketel uap(kkal/jam) atau kJ/jam [10]

Catatan:

1 watt = 1 Joule/detik

1 kkal = 4186 Joule

Gambar

Gambar 2.2 Diagram T–s Siklus PLTU (Siklus Rankine)
Gambar 2.3 Diagram Blog PLTU Pangkalan Susu
Gambar 2.4 berikut ini menunjukkan skema dari desalination plant di PLTU
Gambar 2.5 Skema Demineralizer Plant
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan

subjek tidak fleksibel dan berfokus pada penggunaan perhitungan prosedural yang mereka terima di sekolah ketika memecahkan masalah.10 Demikian juga penelitian yang telah dilakukan

Banyaknya sukses terjadi dalam selang waktu atau daerah tertentu tidak terpengaruh oleh (bebas dari) apa yang terjadi pada selang waktu atau daerah lain

Siswa menunjukkan pemahamannya tentang struktur dan pola bilangan, siswa tidak lagi menghitung tutup botolnya satu per satu melainkan menghitung sesuai pola pada struktur

perlombongan data adalah salah satu teknologi terkini yang dicipta untuk menyaring. maklumat-maklumat yang berguna dalam

Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium,

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,