• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mata Kuliah Filsafat Ilmu MAKALAH KRITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mata Kuliah Filsafat Ilmu MAKALAH KRITIS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen : Dr. H. Syamsul Bakhri, MA

MAKALAH

“KRITISISME IMANUEL KANT”

DISUSUN OLEH :

M. SYIKIR NIM. 0109-10-06-2016

MAGISTER KESEHATAN

(2)

KEGAWATDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Pengertian

Kedaruratan merupakan Suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan

Kedaruratan Kesehatan masyarakat merupakan Kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, dan kontaminasi kimia, dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas negara

Kejadian Luar Biasa Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

B. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat 1. Kondisi Geografis dan Demografis

(3)

mempunyai resiko terbesar terjadi kedaruratan kesehatan masyaraka, seperti kondisi topografi, kemiringan, iklim

2. Bahaya Ancaman Kedaruratan Kesehatan masyarakat

Diuraikan beberapa penyakit yang berpotensi menimbulkan bahaya ancaman Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Contoh penyakit tersebut antara lain penyakit yang menjadi perhatian dunia (ebola, SARS, Mercov, flu baru), penyakit yang endemis dan sering menimbulkan KLB di suatu wilayah (DBD, Diare, dll), penyakit yang menjadi perhatian nasional (Malaria, TB, HIV-AIDS), penyakit zoonosis (Rabies, Antraks, Flu burung, Leptospirosis), penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Campak, Polio, Tetanus Neonatorum, Difteri), dan penyakit lain yang potensial menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat spesifik di suatu daerah. Diuraikan upaya apa yang telah dan dapat dilakukan pemerintah setempat dalam menanggulang dan mencegah penyakit-penyakit tersebut.

C. Kebijakan Dan Strategi Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

Bila suatu daerah atau wilayah telah dinyatakan oleh pemerintah (Bupati/ Walikota) sebagai Daerah yang berpotensi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, maka untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut dari wilayah masuk atau keluar wilayah dilakukan beberapa tahapan melalui : 1. Mekanisme operasional Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

sebagai Koordinator bekerjasama dengan lintas sektor dan program terkait.

2. Tahapan penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

3. Langkah pengawasan/respon terhadap sasaran (faktor risiko, orang yang terpapar dan masyarakat), terdiri 3 (tiga) langkah yaitu

a. Langkah I : Pemeriksaan sasaran untuk menentukan tingkat resikonya; b. Langkah II : Analisa untuk menentukan intervensinya;

(4)

4. Respon Teknis Penanggulangan/ Standar Operasional Prosedur

Mengingat bahwa kejadian Kedaruratan Kesehatan Masyarakat disebabkan oleh berbagai penyakit menular, penyakit tidak menular, serta oleh berbagai kejadian maka teknis (SOP) pengawasan/respon dalam penanggulangannya berbeda. Tugas tingkat pusat untuk menetapkan petunjuk teknis (SOP) terhadap Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang sedang terjadi. Petunjuk teknis (SOP) yang ditetapkan tingkat pusat harus menjadi acuan di Kabupaten/ Kota. Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan tersebut, dilakukan secara cermat dan efektif sehingga meminimalkan penyebaran penyakit.

Substansi teknis penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dari Pemerintah Pusat, yakni:

a. Lakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan sesuai kewenangan;

b. Mobilisasi sumber daya sesuai kebutuhan;

c. Umpan balik dan asistensi teknis ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;

d. Membangun dan memperkuat jejaring kerjasama surveilans dengan lintas program dan sektor terkait;

e. Komunikasi resiko kepada masyarakat melalui media cetak dan elektronik.

5. Tahapan Kegiatan a. Tahap Persiapan

1) Koordinasi;

2) Penyusunan Rencana Operasional; 3) Pemenuhan kebutuhan operasional. 4) Tahap Pelaksanaan

(5)

5) Tahap Evaluasi pasca pelaksanaan

Ddilaksanakan setelah Bupati/ Walikota mendapatkan laporan dari Koordinator Lapangan dan Koordinator Teknis bahwa situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat sudah kembali normal

D. Kegiatan Utama Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

Langkah-langkah yang dilakukan dalam Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada uraian berikut ini :

1. Manajemen dan Koordinasi

Koordinasi adalah suatu usaha /proses yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat serta mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu gerakan dan tindakan yang seragam dan harmonis. Koordinasi sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan kerja yang terpisah untuk mencapai tujuan organisasi secara efesien. Dalam suatu manajemen koordinasi harus terpusat, terpadu, berkesinambungan dan menggunakan pendekatan multi instansional. Koordinasi dan informasi yang cepat dan tepat oleh seluruh stake holder terkait dengan menggunakan sistem yang dipakai berbasis wilayah (dusun) setempat di koordinir oleh koordinator. 2. Penyelidikan Epidemiologi

Penilaian terhadap epidemiologi penyakit yang berpotensi menimbulkan KKM yang meliputi verifikasi kasus, investigasi kasus, penelusuran kembali.

3. Tim Respon Cepat

(6)

4. Public Awareness and Community Engagement

Berbagai studi menunjukan bahwa faktor yang paling signifikan terhadap persoalan lingkungan adalah Public Awareness dengan kata lain problem lingkungan berakar dari aktifitas manusia. Dengan meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan peran serta terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada atau dalam menghadapi kedaruratan kesehatan masyarakat. 5. Pencegahan dan Penanggulangan

Dalam tindakan pencegahan Kedaruratan kesehatan masyarakat agar tidak meluas ke daerah yang lain diperlukan penanggulangan yang efektif dan efesien diperlukan data dan informasi yang adekuat melalui proses pengumpulan bahan, pengolahan, analisis dan desiminasi terhadap pihak-pihak terkait agar tindakan penanggulangan secara baik sebelum, pada saat dan paska terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat.

6. Pengamanan

Pada situasi kedaruratan kesehatan masyarakat, perlu juga memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan dampak ekonomi, kerusuhan sosial dan lain-lain yang mungkin memerlukan skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan yang memerlukan keahlian, ketrampilan dan kompetensi khusus serta sumber daya yang bersifat spesifik

7. Manajemen Kasus dan Penanganan Kematian

Manajenem kasus dan penanganan kematian harus sesuai dengan SOP yang berlaku guna menghindari terjadinya penularan lebih luas yang berpotensi kedaruratan kesehatan masyarakat.

8. Laboratorium

(7)

sesegera mungkin maksimal 2 x 24 jam setelah spesimen tiba di laboratorium untuk menunjang atau menegakkan diagnosis kasus.

9. Peningkatan Pengawasan di Batas Wilayah dan Pintu Negara

Dalam melakukan tugas pokok dan fungsi cegah tangkal keluar masuk penyakit yang berpotensi kedaruratan kesehatan masyarakat perlu dilakukan kesiapsiagaan deteksi dini dan respon cepat di batas wilayah dan Pintu Negara.

10. Monitoring dan Evaluasi

Langkah yang paling penting dalam menilai pelaksanaan semua kegiatan melihat permasalahan yang ada dan menemukan solusi dalam penangulangan kedaruratan kesehatan masyarakat. Pada monitoring dan evaluasi ini diharapkan setiap langkah dilakukan pencatatan dan pelaporan.

E. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Selama nyamuk aides aigypti tidak terkontaminasi virus dengue maka gigitan nyamuk dbd tersebut tidak berbahaya. Jika nyamuk tersebut menghisap darah penderita dbd maka nyamuk menjadi berbahaya karena bisa menularkan virus dengue yang mematikan. Untuk itu perlu pengendalian nyamuk jenis aedes aegypti agar virus dengue tidak menular dari orang yang satu ke orang yang lain.

2. Etiologi

(8)

Nyamuk yang menjadi faktor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi infeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya).

Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8 – 10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini mengigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada di dalam darah selama satu minggu.

3. Patogenesis

Infeksi virus terjadi melalui nyamuk, virus memasuki aliran darah manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya.

Kompleks antigenantibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah satunya di tunjukkan dengan melebarnyapori-pori pembuluh darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit, saluran cerna, saluran pernapasan dan organ vital yang sering menyebabkan kematian.

4. Gambaran Klinis

Pasien DBD pada umumnya di sertai dengan tanda-tanda berikut ini : a. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas

b. Manifestasi perdarahan dengan tes rumple leede (+), mulai dari petekie (+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam.

(9)

Kriteria Diagnosis (WHO, 1997) a. Kriteria Klinis

1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 3-7 hari

2) Terdapat manifestasi perdarahan 3) Pembesaran hati

4) syok

b. Criteria Laboratories 1) Trombositopenia

2) Hemokonsentrasi (Ht meningkat > 20 %)

5. Pencegahan dan pemberantasan

a. Tujuan

1) Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD 2) Mencegah dan menanggulangi KLB

3) Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

b. Strategi

1) Kewaspadaan dini 2) Penanggulangan KLB

3) Peniingkatan keterampilan petugas 4) penyuluhan

c. Pemberantasan

1) Pembersihan jentik

a) Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) b) Larvadasi

c) Menggunakan ikan 2) Pencegahan gigitan nyamuk

a) Menggunakan kelambu b) Menggunakan obat nyamuk

c) Tidak melakukan kebiasaan beresiko (tidur siang, menggantung baju)

(10)

F. Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

1. Wilayah Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Data Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir Januari tahun 2016, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia, antara lain: 1) Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang; 2) Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Kota Lubuklinggau; 3) Provinsi Bengkulu, yakni Kota Bengkulu; 4) Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar; 5) Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Bulukumba, Pangkep, Luwu Utara, dan Wajo; 6) Provinsi Gorontalo, yaitu Kabupaten Gorontalo; serta 7) Provinsi Papua Barat, yakni Kabupaten Kaimana; 8) Provinsi Papua, yakni Kabupaten Mappi 9) Provinsi NTT, yakni Kabupaten Sikka; 10) Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Banyumas; 11) Provinsi Sulawesi Barat, yakni Kabupaten Majene. Sepanjang bulan Januari dan Februari 2016, kasus DBD yang terjadi di wilayah tersebut tercatat sebanyak 492 orang dengan jumlah kematian 25 orang pada bulan Januari 2016 sedangkan pada bulan Februari tercatat sebanyak 116 orang dengan jumlah kematian 9 orang. Hasil data tersebut menunjukan adanya penurunan KLB di Indonesia sepanjang bulan Januari-Februari 2016.

Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.

(11)

Perlu kita ketahui, KLB DBD dinyatakan bila: 1) Jumlah kasus baru DBD dalam periode bulan tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya; 2) Timbulnya kasus DBD pada suatu daerah yang sebelumnya belum pernah terjadi; atau 3) Angka kematian DBD dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko, yaitu: 1) Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes; 2) Pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus; 3) Perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang etrjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru; serta 4) Meningkatnya mobilitas penduduk.

2. Indikator KLB

KLB adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian atau kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologi pada sutu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Termasuk kejadian kesakitan/kematian yang disebabkan oleh penyakit menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana alam yang disertai wabah penyakit

Kriteria penetapan KLB Demam berdarah Dengue :

a) Timbulnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah Tingkat II.

b) Adanya peningkatan kejadian kesakitan DBD dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya

(12)

wilayah tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk di wilayah dan kurun waktu yang sama, dikalikan 100.000.” (Depkes 2003)

3. Upaya Pengendalian DBD

KLB DBD dapat dihindari bila Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan pengendalian vektor dilakukan dengan baik, terpadu dan berkesinambungan. Pengendalian vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan pesan inti 3M plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

Untuk menekan terjadinya KLB DBD, perlu membudayakan kembali Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus secara berkelanjutan sepanjang tahun dan mewujudkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Candra Aryu. 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemologi, Patogenesis,

dan Faktor Resiko Penularan.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=78871&val=490. Akses Tanggal 22 April 2017

Jeffery, Scott K. 2012. Master Plan Kedaruratan Medik. Tangeran Selatan. Binarupa Aksara.

Kemenkes RI. 2014. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.

https://silahuddinm.files.wordpress.com/2013/02/bk2007-g4.pdf. Akses Tanggal 22 April 2017

Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Topik Utama Demam Berdarah Dengue. http://www.depkes.go.id/download.php?file= download/pusdatin/buletin/buletin-dbd.pdf. Akses Tanggal 22 April 2017

Kemenkes RI. 2016. Wilayah KLB DBD Ada Di 11 Provinsi. http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-di-11-provinsi.html. Akses Tanggal 22 April 2017

Kunoli J. Firdaus,. 2012.. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta. TIM.

Lumbantoruan. Pirton. 2015. BTCLS & Disaster Manajement. Jakarta. Medhatama Restyan.

Sikkabola. 2012. Penatalaksanaan dan Penanggulangan Demam Berdarah Di Puskesmas. https://sikkabola.wordpress.com/2012/07/05/ penatalaksanaan- dan-penanggulangan-demam-berdarah-di-puskesmas/. Akses Tanggal 22 April 2017

Referensi

Dokumen terkait

Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam air tapi mudah

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Masjid Al-Jadid Simpang Haru pada waktu kegiatan Wirid Remaja, mereka sudah memanfaatkan internet sebagai sumber informasi mengenai

Biaya yang dikeluarkan PT Alove Bali dalam pelaksanaan kegiatannya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni biaya investasi, dan biaya operasional.Biaya investasi merupakan

Ukuran dispersi atau ukuran variasi atau ukuran penyimpangan adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh penyimpangan nilai-nilai data dari nilai- nilai pusatnya

Bedasarkan pendapat partisipan-partisipan diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran yang telah dilakukan keluarga adalah memberikan dukungan dan motivasi untuk

Proses perkembangan Agama Katolik di Paroki Kristus Raja sudah terlihat ketika Paroki ini menjadi bagian dari stasi Paroki Tegalsari dan Pematang Panggang yang ditandai

Proses penyaluran Raskin kepada masyarakat penerima manfaat Raskin yang terjadi di Kecamatan Baturiti (Desa Bangli), Kecamatan Kediri (Desa Nyitdah) dan Kecamatan Pupuan

Telah melakukan Kegiatan Penunjang Proses Belajar Mengajar atau Bimbingan dan Penyuluhan pada semester II Tahun 2011/2012, Semester I, II Tahun Pelajaran 2012/2013 dan semester II