KAJIAN RELEVANSI PEMBERLAKUAN
STANDAR SERTIFIKASI KETRAMPILAN
MANDOR DAN TUKANG PADA PROYEK
KONSTRUKSI INDONESIA
Posted on January 4, 2012 by irika
Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2010-12-30 14:12:33
Oleh : Nur Yekti Merryardani (NIM 15003047) dan Leo Willyanto (NIM 15003076), S1 – Civil Engineering
Dibuat : 2009-01-00, dengan 8 file
Keyword : Site manager, Kontraktor Pelaksana, Mandor, Tukang, Standar Kompetnesi Ketrampilan Kerja, Pelatihan, Sertifikasi, Kompetensi
Subjek : Technology-Engineering-Civil engineering
Kepala Subjek : Construction-Personnel management
Nomor Panggil (DDC) : T 624.068 3 MER
Sumber pengambilan dokumen : Tugas Akhir S1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK:
Berdasarkan Undang-Undang No 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya tersurat dan tersirat bahwa tenagakerja yang melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kontruksi harus memiliki sertifikat keahlian dan atau
ketrampilan. Dan pada pasal 9 (3) , dijelaskan bahwa orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi atau pengawas konstruksi
atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian. Sehingga pemilihan penyedia jasa hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan diatas (pasal 17 (5)).
Keharusan memiliki `sertifikasi keahlian dan atau ketrampilan` mencerminkan adanya tuntutan kualitas tenagakerja yang betul-betul dapat diandalkan. Kondisi tersebut memerlukan langkah nyata dalam mempersiapkan perangkat / standar baku yang dibutuhkan untuk mengatur kualitas tenagakerja jasa konstruksi.
Peran mandor dan tukang sebagai tenaga penggerak dan pelaksana utama pada suatu proyek kontruksi sangat mutlak dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu proyek kontruksi. Mandor merupakan motor penggerak tenagakerja dan pemasok tenaga terampil di
bawahnya seperti tukang-tukang dan kuli bangunan yang terlibat dalam proyek konstruksi. Tukang merupakan tenagakerja utama dalam pelaksanakan pembangunan proyek, dan tukanglah yang mewujudkan suatu desain menjadi kenyataan sesuai dengan tujuan utama suatu proyek dibangun, berdasarkan arahan dari kontraktor dan mandor sebagai atasannya. Dengan demikian, kontraktor dan proyek konstruksi mutlak membutuhkan kerja sama yang saling menguntungkan dan nyaman dengan mandor dan bawahannya sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif dalam pelaksanaan proyek.
Berdasarkan hasil survey dan wawancara dari 17 perusahaan kontraktor dan 15 mandor proyek konstruksi yang sedang dilaksanakan di Jakarta, Bandung dan Semarang, diperoleh data bahwa penerapan sertifikasi bagi mandor sesuai peraturan yang ditetapkan, maupun wacana sertifikasi tersebut pada tukang belum layak untuk dilaksanakan di Indonesia. Pengetahuan mengenai standar kompetensi kerja oleh perusahaan kontraktor sudah cukup baik, sedangkan dari pihak mandor maupun tukang mengenai standar kerja tersebut masih minim. Hal ini dapat disebabkan antara lain karena kurangnya informasi atau sosialisasi dari pemerintah dan kurangnya kesadaran dari mandor bahwa penerapan standar kerja yang baik akan meningkatkan daya saing mereka terlebih bagi mandor yang bersertifikat. Hal ini pula yang menyebabkan terbatasnya tenagakerja mandor maupun tukang yang memiliki sertifikat keterampilan dalam dunia konstruksi sekarang ini.
Pembimbing : Rochhardjanto WRD
- See more at: http://blogs.itb.ac.id/irika/2012/01/04/kajian-relevansi-pemberlakuan-standar-