• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observasi Masalah Pangan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Observasi Masalah Pangan di Indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMBANGAN PRODUK Observari Masalah Pangan di Indonesia (Impor Gandum, Hipertensi, Asupan Gizi Hewani)

Disusun Oleh: Kelompok 1

Hanifah Salimah 240210120055 Sarah Chaldea 240210130001 Tien Siti Halimah 240210130002 Pipit Apriliyanti 240210130003 Ghea Amitri Ardianto 240210130005 Dede Fauzi Nuriyasa 240210130007

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

(2)

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Kondisi ketahanan pangan Indonesia pada saat ini semakin memburuk, dikarenakan beralih fungsinya lahan pertanian di Indonesia. Pemerintah indonesia seharusnya lebih sensitif terhadap kondisi ini, bukan hanya permasalahan lahan, seperti yg diposting FAO (Food and Agriculture Organisation), Indonesia berada di level serius dalam indeks kelaparan global. Hal ini diprediksi akan terus memburuk dengan terus bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Di masa depan diprediksi akan terjadi kelangkaan pangan yang diakibatkan oleh beberapa hal seperti kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan bakar fosil, pemanasan iklim dan lain-lain (Kompasiana.com).

Berdasarkan permasalahan ketahanan pangan diatas, para pengembang bersama pemerintah melakukan antisipasi dengan melakukan impor gandum sebagai bahan baku olahan pangan pendamping seperti pasta, mie, dan roti. Komoditas ini merupakan bahan makanan penting di dunia sebagai sumber kalori dan protein. Dewasa ini, pangan pendamping tersebut mulai menggeser fungsi beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat Indonesia sehingga angka impor gandum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ketua Umum Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Wellirang mengatakan, kebutuhan impor gandum untuk industri tepung terigu naik 8 persen dibandingkan 2015.

(3)

berisiko tinggi terkena stroke, penyakit jantung dan gagal ginjal bila tidak terdeteksi dini dan tidak terobati hipertensinya.

Ketersediaan pangan yang cukup untuk seluruh penduduk di suatu wilayah belum dapat digunakan sebagai jaminan akan terhindarnya penduduk dari masalah pangan dan gizi, karena selain ketersediaan, juga perlu diperhatikan aspek pola konsumsi atau keseimbangan kontribusi di antara jenis pangan yang dikonsumsi, sehingga memenuhi standar gizi tertentu. protein digunakan sebagai indikator status gizi karena penggunaan nilai kalori (energi) dan nilai protein sudah cukup untuk menggambarkan kecukupan pangan rumah tangga karena konsumsi kalori terkait erat dengan kemampuan manusia untuk hidup secara aktif sedangkan konsumsi protein dibutuhkan untuk memulihkan sel-sel tubuh yang rusak pada usia dewasa atau untuk menjamin pertumbuhan normal pada usia muda

Asupan protein hewani di Indonesia dinilai sangat rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Hal ini terbukti pada data tahun 2000, dimana konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya 3,5 kg/kapita/tahun, sedangkan penduduk Malaysia (36,7 kg), Thailand (13,5 kg), Fhilipina (7,6 kg), Vietnam (4,6 kg) dan Myanmar (4,2 kg). Konsumsi telur penduduk Indonesia, yakni 2,7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia mencapai 14,4 kg, Thailand 9,9 kg dan Fhilipina 6,2 kg. Serta, konsumsi susu masyarakat Indonesia, yakni sekitar 7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia sudah mencapai 20 kg/kapita/tahun. Konsumsi susu masyarakat AS mencapai 100 kg/kapita/tahun.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, di antaranya:

1. Mengetahui tingkat konsumsi gandum di Indonesia yang berpengaruh terhadap angka impor gandum

2. Mengetahui bahaya penyakit hipertensi dan cara pengendaliannya

(4)

II. OBSERVASI MASALAH PANGAN DI INDONESIA II.1 Meningkatnya Angka Impor Gandum ke Indonesia II.1.1Impor Gandum Melonjak pada 2016

Gandum dipercaya sebagai makanan yang tinggi akan karbohidrat juga nutrisi penting untuk tubuh. Beberapa studi menyebutkan bahwa nutrisi pada gandum mampu memberikan suntikan energi baru yang

lebih baik bagi tubuh

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan impor barang konsumsi naik 47,68 persen pada Januari 2016. Lonjakan impor tersebut disebabkan karena kenaikan pengiriman gandum dan amunisi dari luar negeri ke Indonesia ketika harga sedang mengalami penurunan tajam untuk gandum.

Kepala BPS, Suryamin mengatakan meski impor Indonesia di Januari 2016 menurun 13,48 persen dengan nilai US$ 10,45 miliar dibanding Desember 2015 dan merosot 17,15 persen secara tahunan, namun impor golongan barang konsumsi naik 47,68 persen di bulan pertama ini.

"Impor barang konsumsi memang cukup besar, diantaranya karena peningkatan signifikan dari impor gandum untuk bahan baku mie dan roti, serta impor senjata atau amunisi yang naik drastis," ujar Suryamin di kantor BPS, Jakarta, Senin (15/2/2016).

Suryamin mencatat, nilai impor gandum di Januari 2016 tercatat senilai US$ 443,4 juta atau melonjak tajam 86,35 persen. Sementara impor senjata atau amunisi, berdasarkan data BPS mencapai US$ 184,98 juta pada periode Januari tahun ini atau naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 9,18 juta.

(5)

Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, impor barang konsumsi meningkat drastis karena ada impor mendadak pada komoditas gandum dan produk amunisi atau senjata cukup besar. Sedangkan impor barang lainnya tidak sebesar volume dan nilai gandum dan amunisi atau senjata.

"Pabrik-pabrik terigu di sini impor gandum dalam jumlah besar karena harga gandum sedang murah di berbagai negara. Sedangkan kita juga impor senjata atau amunisi lumayan besar, jadi dua ini yang mempengaruhi kenaikan impor barang konsumsi," ujar dia.

Sasmito memperkirakan, tren kenaikan impor gandum dan amunisi atau senjata baik dari volume maupun nilai tidak akan berlanjut di Februari 2016.

"Saya kira tidak ya (berlanjut), karena itu oneshort saja. Kalau harga gandum turun lagi, bisa saja nambah, tapi tidak akan sebesar Januari. Apalagi amunisi kan bisa disimpan stoknya oleh TNI dan Polri," kata Sasmito. (Fik/Ahm) (Sumber : Liputan6.com)

II.1.2Penyebab

Gandum dikenal sebagai bahan baku utama dalam pembuatan tepung terigu dan pasta dimana tepung terigu dijadikan bahan utama dalam pembuatan beberapa produk pangan seperti mie dan roti. Di Indonesia sendiri, produk pangan hasil olahan tepung terigu lebih banyak digunakan sebagai pangan pendamping karena Indonesia menjadikan padi atau beras sebagai makanan pokok. Hal ini juga didukung dengan kemudahan menanam padi di Indonesia dibandingkan dengan menanam gandum. Berbeda dengan beberapa negara penghasil gandum seperti Australia, Amerika, Canada, dan negara lainnya yang lebih sering menjadikan produk olahan tepung terigu menjadi makanan pokoknya.

(6)

olahan tepung terigu mengakibatkan jumlah pabrik tepung terigu di Indonesia meningkat.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Wellirang mengatakan, tahun ini terdapat tiga pabrik tepung terigu baru yang mulai beroperasi. Ketiga pabrik baru tersebut yakni PT Nutrindo Bogarasa (Mayora Group) di Cilegon, PT Paramasuka Gupita (Wings Group) di Marunda, dan PT Cerestar FM di Medan dengan total kapasitas sebesar 1.500 ton giling gandum per hari (Republika.co.id, 2016). Sehingga secara keseluruhan ada 30 industri tepung terigu dengan kapasitas giling 11 juta ton per tahun. Hal ini jelas mengakibatkan impor gandum mengalami peningkatan setiap tahunnya.

II.1.3Solusi

Solusi yang dapat ditawarkan berdasarkan permasalahan diatas, yaitu: 1. Menyeimbangkan Produksi dengan Kebutuhan

Dorongan bagi perusahaan besar untuk aktif dalam kegiatan produksi pangan perlu juga diberikan. Kedaulatan pangan harus menjadi program prioritas pemerintah. Ketergantungan terhadap impor pangan harus secepatnya dikurangi atau membebaskan impor dan pengurangi PPN bahan pangan. Kalau saat ini kita masih bisa melakukan impor, hal itu mungkin akan sulit untuk dilakukan dalam lima sampai sepuluh tahun mendatang.

2. Pengendalian Stok

Kenaikan harga pangan di dunia ternyata mempengaruhi harga pangan di dalam negeri. Apalagi saat ini sebagian besar bahan pangan yang ada di pasar dalam negeri diperoleh dari impor. Karena itu, selama indonesia masih tergantung pada pasokan pangan impor, kenaikan harga pangan dunia yang dipastikan terus terjadi setiap tahunnya akan berujung pada tambahan beban bagi masyarakat, ditambah lagi kebijakan pemerintah yang menyerahkan pengadaan bahan pangan kepada mekanisme pasar membuat harga barang kebutuhan pokok selalu mengalami kenaikan 3. Kebijakan perekonomian nasional lebih berpihak pada kepentingan

(7)

Pemerintah perlu membenahi kekuatan ekonomi dan perbankan dalam negeri, serta mengendalikan inflasi sehingga mekanisme pasar juga akan terkendali dengan baik. Hal ini telah dilakukan dengan persyaratan tanpa monopoli, dimana pangsa pasar untuk suatu industri tidak boleh diatas 55%.

4. Pemerintah telah bekerja sama dengan Universitas Andalas dalam mengembangkan varietas gandum yang sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Namun, jumlahnya yang belum bisa mencukupi tingkat konsumsi serta ketidakteraturan pertumbuhan gandum menjadi salah satu hal yang perlu pengembangan lebih lanjut.

II.2 Tingginya Tingkat Penderita Hipertensi di Indonesia II.2.1Hipertensi

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.

Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.

(8)

juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.

Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.

(9)

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.

(Sumber: Depkes.go.id) II.2.2Penyebab

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi. Diantara faktor-faktor tersebut ada yang dapat dikendalikan dan ada pula yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1. Keturunan

Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

2. Usia

Penelitian menunjukkan bahwa jika usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Tekanan darah saat muda akan berbeda pada saat usia bertambah, sehingga pada usia tua dibutuhkan kontrol agar dapat mengendalikan tekanan darah agar tidak melewati batas.

3. Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

4. Kolesterol

(10)

5. Obesitas / Kegemukan

Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.

6. Stres

Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

7. Rokok

Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

8. Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

9. Alkohol

Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.

10. Kurang Olahraga

Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.

II.2.3Solusi

(11)

minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan kering yang asin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengatasi darah tinggi antaralain:

1. Kurangi konsumsi garam dalam makanan. Jika sudah menderita tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari makanan yang mengandung garam. 2. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium.

Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.

(12)

diijinkan maksimal 30 ml alkohol per hari sedangkan wanita 15 ml per hari.

4. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Jika menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.

5. Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.

6. Jalankan terapi anti stres agar mengurangi stres dan mampu mengendalikan emosi.

7. Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi.

8. Kendalikan kadar kolesterol. 9. Kendalikan diabetes.

10. Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan ke dokter jika menerima pengobatan untuk penyakit tertentu, untuk meminta obat yang tidak meningkatkan tekanan darah.

Selain dari beberapa solusi diatas penyakit hipertensi ini dapat dicegah dan dikendalikan dengan mengkonsumsi, buah mentimun, belimbing, jeruk nipis atau mengkudu. Akan tetapi pengolahan terhadap 4 buah tersebut masih kurang, sehingga perlu adanya pengembangan produk berbasis ke 4 buah tersebut, sebagai alternatif bagi penderita hipertensi. Disamping itu mengkudu merupakan jenis buah yang kurang disukai karena bau yang dimilikinya. Ini menjadikan peran penting bagi ahli teknologi pangan untuk menciptakan teknologi dalam pengolahan agar kandungan zat gizi pada buah tersebut tetap baik dan tidak mengurangi kemampuan buah tersebut dalam menurunkan tekanan darah tinggi.

(13)

Dibanding dengan negara Asean lainnya, Indonesia masih tergolong rendah dalam asupan gizi protein hewaninya. Masih kalah dengan Vietnam, apalagi Thailand.

Doktersehat.com – Untuk perkembangan kecerdasan tak, manusia perlu mengkonsumsi berbagaia makanan yang mengandung cukup protein baik hewani ataupun nabati. Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk hidup sehat. Disamping pangan nabati manusia juga memerlukan pangan hewani (daging, susu dan telur) sebagai sumber protein untuk kecerdasan, memelihara stamina tubuh, mempercepat regenerasi sel dan menjaga sel darah merah (eritrosit) agar tidak mudah pecah.

Meskipun masyarakat menyadari pangan hewani sebagai kebutuhan primer namun hingga kini konsumsi protein hewani penduduk Indonesia sangat rendah. Pada tahun 2000, konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya 3,5 kg/kapita/tahun, sedangkan penduduk Malaysia (36,7 kg), Thailand (13,5 kg), Fhilipina (7,6 kg), Vietnam (4,6 kg) dan Myanmar (4,2 kg) (Poultry International, 2003). Konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya 10 gram/kapita/hari, sedangkan Malaysia sudah 100 gram/kapita/hari.

(14)

kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia sudah mencapai 20 kg/kapita/tahun. Konsumsi susu masyarakat AS mencapai 100 kg/kapita/tahun.

Konsumsi daging, telur dan susu yang rendah menyebabkan target konsumsi protein hewani sebesar 6 gram/kapita/hari masih jauh dari harapan. Padahal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, konsumsi protein hewani yang ideal adalah 26 gram/kapita/hari (Tuminga et. al. 1999). Analisis paling akhir oleh Prof. I.K Han, guru besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul, Korea Selatan, yang dimuat dalam Asian Australian Journal of Animal Science (1999) menyatakan adanya kaitan positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH) dan pendapatan perkapita. Semakin tinggi konsumsi protein hewani penduduk semakin tinggi umur harapan hidup dan pendapatan domestik brutto (PDB) negara tersebut.

Negara-negara berkembang seperti Korea, Brazil, China, Fhilipina dan Afrika Selatan memiliki konsumsi protein hewani 20-40 gram/kapita/hari, UHH penduduknya berkisar 65-75 tahun. Negara-negara maju seperti AS, Prancis, Jepang, Kanada dan Inggris konsumsi protein hewani masyarakatnya 50-80 gram/kapita/hari, UHH penduduknya 75-85 tahun. Sementara itu, negara-negara yang konsumsi protein hewani di bawah 10 gram/kapita/hari seperti Banglades, India dan Indonesia, UHH penduduknya hanya berkisar 55-65 tahun (Han, 1999).

Rendahnya konsumsi protein hewani berdampak pada tingkat kecerdasan dan kualitas hidup penduduk Indonesia. Negara Malaysia yang pada tahun 1970-an mendat1970-angk1970-an guru-guru dari Indonesia, sekar1970-ang jauh meninggalk1970-an Indonesia, terutama dalam kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagaimana ditunjukkan oleh peringkat Human Development Indeks (HDI) tahun 2004 yang dikeluarkan United Nation Development Program (UNDP). Indonesia berada pada peringkat ke-111, satu tingkat di atas Vietnam (112), namun jauh di bawah negara ASEAN lainnya. Singapura (peringkat 25), Malaysia (59), Thailand (76) dan Fhilipina (83).

(15)

(malnutrisi) dan rendahnya tingkat kecerdasan. Usia balita disebut juga periode “the golden age” (periode emas pertumbuhan) dimana sel-sel otak anak manusia sedang berkembang pesat. Pada fase ini otak membutuhkan suplai protein hewani yang cukup agar berkembang optimal dan tidak sampai menjadi tulalit, — meminjam istilah Dr. Handrawan Nadesul (Kompas, 9/7/05)

Asupan kalori-protein yang rendah pada anak balita berpotensi menyebabkan terganggunya pertumbuhan, meningkatnya resiko terkena penyakit, mempengaruhi perkembangan mental, menurunkan performa mereka di sekolah dan menurunkan produktivitas tenaga kerja setelah dewasa (Pinstrup-Andersen, 1993).

Monckeberg (1971) menunjukkan adanya hubungan tingkat konsumsi protein hewani pada anak usia pra-sekolah dengan kejadian defisiensi mental. Selain untuk kecerdasan, protein hewani dibutuhkan untuk daya tahan tubuh. Shiraki et al. (1972) membuktikan peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemia pada orang yang menggunakan otot untuk bekerja keras. Gejala anemia tersebut dikenal dengan istilah “sport anemia”. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi protein yang tinggi, dimana sebanyak 50% dari protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein hewani.

Konsumsi protein hewani rata-rata masyarakat di Indonesia rendah. Akibatnya, banyak penduduk bertubuh pendek, gemuk, dan rentan terhadap penyakit degeneratif. Kurangnya pemenuhan kebutuhan protein hewani mengakibatkan pembangunan manusia Indonesia tertinggal dibandingkan negara Asia lain.

Direktur Jenderal Bina Gizi Kementerian Kesehatan Minarto mengatakan, angka pemenuhan kebutuhan protein hewani saat ini 60 persen per orang per tahun. Jumlah itu jauh tertinggal dibandingkan Vietnam yang sudah mencapai 80 persen dan Thailand 100 persen.

”Kebutuhan protein hewani minimal 150 gram sekali makan sehari tiga kali,” kata Minarto, Selasa (26/6), di Jakarta.

(16)

pendek Indonesia 37 persen dan prevalensi gizi kurang 18 persen dari jumlah penduduk.

Indonesia kalah dibandingkan China (15 persen dan 6 persen), Thailand (16 persen dan 7 persen), Filipina (34 persen dan 21 persen), serta Vietnam (36 persen dan 20 persen).

Minarto mengatakan, kualitas gizi masyarakat belum membaik tahun 2012. Data Kementerian Kesehatan, prevalensi orang pendek 36 persen, turun 1 persen dari tahun 2009. Sebaliknya, prevalensi gizi kurang 31 persen, meningkat 13 persen.

Sebesar 40 persen dari 33 provinsi di Indonesia, angka pemenuhan protein hewaninya berada di bawah rata-rata nasional. Daerah itu antara lain Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat.

Untuk itu, pemerintah pusat menargetkan kenaikan pemenuhan protein hewani menjadi 100 persen tahun 2014. Harapannya, prevalensi orang pendek turun dari 36 persen menjadi 32 persen, dan prevalensi gizi kurang bisa ditekan dari 31 persen menjadi 15 persen.

Langkah yang diambil Kemenkes, antara lain, mengajari masyarakat menggali sumber protein hewani di sekitar mereka. Hal itu misalnya di Kabupaten Tegal, masyarakat bisa mengonsumsi telur karena daerah penghasil telur asin. Contoh lain, mengenalkan konsumsi susu di daerah produksi, seperti Pasuruan, Malang, dan Bandung.

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan mendukung upaya pemenuhan protein hewani dengan meningkatkan konsumsi susu. Dalam lima tahun, konsumsi susu ditargetkan naik menjadi 22 liter per kapita per tahun, dari 11,7 liter per kapita per tahun.

(Sumber: doktersehat.com)

II.3.2Penyebab

(17)

kesehatan. Masyarakat cenderung lebih memilih untuk mengkonsumsi protein yang berasal dari tumbuhan atau protein nabati seperti Tahu, tempe dengan alasan karena harganya yang relatif murah.

II.3.3Solusi

(18)

III. KESIMPULAN

1. Meningkatnya permintaan produk olahan gandum yang dianggap lebih praktis oleh konsumen menjadi penyebab meningkatnya impor gandum ke Indonesia.

2. Pengembangan terhadap varietas gandum yang sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia telah dilakukan guna mengurangi impor gandum di masa depan.

3. Keterlibatan pemerintah diperlukan dalam mengendalikan jumlah produksi serta kebutuhan konsumen terhadap produk olahan gandum. 4. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007

di Indonesia adalah sebesar 31,7%.

5. Faktor penyebab hipertensi di antaranya keturunan, usia, garam, kolesterol, obesitas, stress, rokok, kafein, alkohol, dan kurang olagraga. 6. Modifikasi gaya hidup merupakan solusi paling tepat dalam

mengendalikan hipertensi di Indonesia

7. Asupan protein hewani Indonesia sangat rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

8. Rendahnya pendapatan dan tingkat perekonomian masyarakat Indonesia merupakan penyebab utama rendahnya asupan protein hewani.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Konsumsi Protein Hewani Rendah. Available online at: http://doktersehat.com/konsumsi-protein-hewani-rendah/ (diakses pada tanggal 21 September 2016).

Anwari, Akbar. 2015. Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia Saat Ini. Available online at: http://www.kompasiana.com/akbaranwari/kondisi-ketahanan-pangan-indonesia-saat-ini_54f74afda33311e32b8b4567. (diakses pada tanggal 27 September 2016).

Ariyanti, Fiki. 2016. Impor Gandum Melonjak pada 2016. Available online at: http://bisnis.liputan6.com/read/2436561/impor-gandum-melonjak-pada-2016 (diakses pada tanggal 21 September http://bisnis.liputan6.com/read/2436561/impor-gandum-melonjak-pada-2016).

Bogasari. 2007. Milling For Non Miller. Bogasari Milling Training Centre. PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills, Jakarta.

Efanur FS, Winda. 2014. Asupan Protein Hewani Indonesia Rendah. Available online at: http://www.koranopini.com/blog/asupan-protein-hewani-indonesia-rendah (diakses pada tanggal 21 September 2016)

Jaramaya, Rizky. 2016. 3 Pabrik Tepung Terigu Baru Naikkan Impor Gandum 8 Persen. Available online at: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/ makro/16/06/22/o95tyd382-3-pabrik-tepung-terigu-baru-naikkan-impor-gandum-8-persen (diakses pada tanggal 21 September 2016). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.

Hipertensi. Available online at: http://www.depkes.go.id (diakses pada tanggal 21 September 2016).

Samosir, Hanna Azarya. 2015. Satu dari Empat Orang Indonesia Mengidap Hipertensi. Available online at: http://www.ccnindonesia.com (diakses pada tanggal 21 September 2016).

Susilawati, Desy. 2015. Hipertensi Masih Jadi Masalah Besar di Indonesia. Available online at: http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-

sehat/15/06/07/npkxo1-hipertensi-masih-jadi-masalah-besar-di-indonesia (diakses pada tanggal 21 September 2016).

Referensi

Dokumen terkait

“Suatu benda yang tercelup dalam zat cair baik sebagian ataupun seluruhnya, akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan” merupakan isi

oqEof,u€ ffilzol4 27 Febru*i 2014. Xhrffihffited&n knbukthn Dolcmen

Untuk merancang suatu system yang dapat mengurangi kadar asap rokok.

96 Tahun 2018 ini, dapat dipahami bahwa bagi anak diluar kawin, yang beragama non Islam seperti Kristen, Hindu, Budha, yang orang tuanya kawin secara adat

Tujuan dan hasil yang dtharapkan dari penelitian mi adalah sebagai ben- kut.. Penelitian mi bertujuan mendeskripsikan morfologi dan sintaksis bahasa Musi sehingga

nngpta Tbtap : Anggota Tbtap : Anggota Tbtap 3 Anggota lbtap : Angpta Tbtap 3 AngEota Tletap. Anggota-Anggota ridak Tbtap pada lGlcrryok penbalnran Bidang

1. Hasil studi menunjukkan bahwa pemasaran interaktif memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap ekuitas merek Indihome dibandingkan 6 variabel lainnya didalam

bahwa berdasarkan BAB VIII Pasal 103 Perda Nomor 10 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Angkutan Jalan di Wilayah Kota Tasikmalaya telah diatur ketentuan mengenai