• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak dan Kewajiban Peserta Didik Menurut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hak dan Kewajiban Peserta Didik Menurut"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HAK SERTA KEWAJIBAN PESERTA DIDIK

MENURUT SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Oleh: Redmon Windu Gumati, M.Ag.

Aku mengadukan salahku kepada guruku (Imam Waki’) karena kesulitan dalam mendapatkan ilmu

(menghapal). Guruku itu

menasehatiku agar menjauhi

perbuatan maksiat. Waki’

mengatakan bahwa: “Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat”.

Imam Syafi’i A. Pendahuluan

Ilmu pada hakekatnya adalah cahaya dari Allah, dan hal itu hanya diberikan pada hamba-Nya yang taa’at kepada-Nya. Oleh karena itu, peserta didik dalam mencari ilmu perlu kesucian jiwa, Ia perlu melakukan muroqqobah (mendekatkan diri) kepada Allah, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan anugrah dari Allah. Allah lah yang pada hakekatnya membimbing untuk mendapatkan cahaya-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’an Surat An-Nuur [24] ayat 35:







































































 





















































































 























(2)

besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

[1039] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain.

[1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik. (Departtemen Agama RI, 2006: 495).

Untuk mendapatkan ilmu dilakukan melalui sebuah proses belajar kepada guru (untuk selanjutnya disebut dengan pendidik). Hal ini mengandung makna bahwa seorang peserta didik yang sedang mencari ilmu memerlukan pertolongan dan bimbingan dari seorang pendidik. Peserta didik tidak boleh dibiarkan begitu saja untuk tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Seorang peserta didik yang dibiarkan tumbuh dengan sendirinya cenderung untuk bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya benar, walau hal tersebut sebenarnya keliru.

Bertitik tolak dari alasan tersebut di atas, maka diperlukan etika pergaulan yang baik yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik. Baik etika dalam muroqqobah (mendekatkan diri) kepada kholik, dan etika mushohibah (bergaul) dengan makhluk. Etika dalam

(3)

dengan makhluk konsekwensinya melalui kegiatan-kegiatan ibadah, muamalah, dan akhlak yang baik (akhlakul karimah).

B. Pengertian Hak dan Kewajiban

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Hak Dan Kewajiban Pendidik Menurut Sistem Pendidikan Islam serta Sistem Pendidikan Nasional alangkah baiknya kalau dibahas dulu arti dari hak dan kewajiban tersebut. Hak adalah kewenangan atau kekuasaan seseorang dalam melakukan sesuatu hal yang telah ditentukan oleh hukum. Hal ini sejalan dengan arti hak menurut W. J. S. Poerwadarminta, yaitu: “Hak ialah kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan aturan, undang-undang dan sebagainya).”

Demikian pula Menurut buku Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, kata ”hak” diartikan sebagai: “Wewenang atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya.” Ada juga yang mengartikan “hak” itu

sebagai aturan dan segala hal yang mengatur kewenangan atau kekuasaan seseorang dalam melakukan sesuatu hal. Bahkan dalam

Kamus Ilmiah Populer “hak” diartikan sebagai: “sebagai yang benar dan tetap; kebenaran; kepunyaan yang syah”.

Secara morpologi kata kewajiban berasal dari bahasa Arab “wajib”, yang berarti “mesti dilakukan”. Sehingga, kalau kita merujuk kepada istilah Fiqih, kata “wajib” diartikan sebagai sesuatu yang apabila dilakukan mendapatkan pahala dan apabila tidak dilakukan berdosa. Sehingga perbuatan wajib berarti perbuatan yang mesti dilakukan dan ia akan mendapatkan pahala, sebaliknya kalau perbuatan tersebut tidak dilakukan, ia melakukan dosa.

 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Van Hoep, 1984: 339).

 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 2001: 382).

(4)

Menurut W. J. S. Poerwadarminta Kata “kewajiban” berasal dari kata wajib, yang berarti mesti dilakukan, pekerjaan atau perintah yang harus dilakukan. Bahkan dalam buku Kamus Ilmiah Populer dengan

tengas diartikan kewajiban itu dengan “perkara yang mesti diikuti (tidak boleh tidak)”. Hal senada juga terdapat dalam arti kewajiban

menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan Republik Indonesia yang mengartikan kewajiban dengan “sesuatu yang harus dilaksanakan”.

Berdasarkan statemen di atas hak peserta didik adalah wewenang dan kekuasaan peserta didik dalam melakukan sesuatu (kegiatan belajar) yang telah ditentukan oleh undang-uundang, aturan, dan segala hal yang mengatur tentang hak tersebut. Sedangkan kewajiban peserta didik adalah perkara yang mesti dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik, baik perupa perintah atau hal-hal lain yang berhubungan dengan sesuatu yang harus dilaksanakan, serta yang harus ditinggalkan sebagai seorang peserta didik.

C. Definisi Peserta Didik

Untuk mempertegas pembahasan kita tentang Hak Dan Kewajiban Pendidik Menurut Sistem Pendidikan Islam serta Sistem Pendidikan Nasional alangkah baiknya kalau dibahas juga arti dari peserta didik dalam tulisan ini.

Istilah “peserta didik” dipakai oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, untuk menunjukan orang yang mengikuti suatu pendidikan pada jengjang tertentu, baik pada tingkat anak-anak sampai dewasa. Istilah “peserta didik” ini dipakai karena merupakan istilah yang memiliki konotasi lebih umum, dibandingkan dengan istilah lain, semisal: murid, siswa, atau anak didik.

 Lihat W. J. S. Poerwadarminta, Op. Cit, hal, 145.  Pius A. Partanto dan M. Dahlan, Op. Cit., hal, 781.

(5)

Dalam sistem pendidikan islam istilah “peserta didik” sering digunakan terutama dengan menggunakan istilah—istilah lain yang sepadan, terutama dengan menggunakan istilah-istilah sebagai berukut:

1. Murid

Istilah “murid” berasal dari bahasa Arab, yaitu: arada, yuridu, iradatan, muridan, yang artinya: menginginkan (the willer). Istilah “muridan” yang mengandung arti Maha Menghendaki menjadi salah satu sifat Allah. Definisi ini dapat dipahami karena seorang

murid adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal kehidupannya agar bahagia di dunia dan diakherat dengan jalan belajar dengan sungguh-sungguh. Istilah “murid” banyak digunakan dalam terminologi ilmu Tasauf, yaitu sebagai orang yang belajar mendalami ilmu tasauf kepada seorang guru yang disebut syeikh atau Mursyid. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kata murid” diartikan “Orang (anak) yang sedang berguru (belajar atau sekolah)”.

2. At-Tilmid

Kata “At-Tilmid” adalah isimun jimsiyyah (kata benda) yang mengandung arti “pelajar”. Dalam penggunaan bahasa Arab kata at-tilmid ini digunakan untuk menunjuk kepada murid yang belajar di madrasah (sekolah).

3. Al-Mudaris

Kata “Al-Mudaris” berasal dari bahasa Arab, yaitu: daarosa, yudaarisu, mudarisan, yang artinya: orang yang mempelajari sesuatu. Kelihatannya penggunaan kata “al-mudaris” ini dekat dengan kata “madrasah” (sekolah), dan seharusnya digunakan untuk arti pelajar pada suatu mmadrasah (sekolah), namun dalam prakteknya tidak demikian.

4. At-Thalib

 Sayyid Khaim Husyain An-Naqawi, 1992, hal, 235.  Lihat Abdurrahman Al-Kholiq, 1986, hal, 316.

(6)

Kata “At-Thalib” berasal dari bahasa Arab, yaitu: thalaba, yathlubu, tholiban, yang artinya: orang yang mencari sesuatu. Penggunaan kata ini dapat dipahami oleh karena seorang pelajar adalah orang yang sedang mencari ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal kehidupannya agar bahagia di dunia dan diakherat. Kata “Thalib” sering digunakan untuk menunjukan orang yang belajar diperguruan tinggi atau mahasiswa. Menurut Nana Saodih Sukmadinata, Istilah

“At-Thalib” lebih bersifat aktif, mandiri, kratif dan sedikit tergantung kepada guru. Istilah “At-Thalib” dalam beberapa hal dapat meringkas, mengkritik, dan menambahkan informasi yang disampaikan oleh guru/dosen. Mengutif pendapatnya Imam

Al-Ghozali yang mengatakan: istilah At-Thalib bukan ditujukan kepada anak-anak yang belum dapat berdiri sendiri dan mencari sesuatu, melainkan ditujukan kepada orang yang memiliki keahlian, manfaat bagi dirinya. At-Tholib adalah seorang yang sudah mencapai usia dewasa dan telah dapat bekerja dengan baik dengan menggunakan akal pikirannya. Ia adalah seseorang yang sudah dapat dimintakan pertanggungjawaban dalam melaksanakan kewajiban agama yang dibebankan kepadanya sebagai fardu ‘ain. Dalam kontek ini seorang At-tholib adalah

manusia yang telah memiliki kesanggupan memilih jalan kehidupan dan menemukan apa yang dinilainya baik.

5. Al-Muta’alim

Kata “Al-muta’alim” berasal dari bahasa Arab, yaitu: allama, yu’allimu, ta’liman, yang artinya: orang yang mencari ilmu pengetahuan. Istilah “Al-muta’alim” ini merupakan istilah yang

 Lihat Abudin Nata, Filsafat Pendidikan islam, (Jakarta: PT. Rajawali Pres, 1954), hal, 50. Lebih lanjut menurut Abudin Nata bahwa penggunaan istilah Thalib untuk mahasiswa sudah memiliki bekal untuk mencari, menggali, dan mendalami bidang keilmuan yang diminatinya dengan cara membaca, mengamati, memilih bahan-bahan bacaan, seperti buku, majalah, surat kabar, dan bahan bacaan lainnya. Bahan-bahan bacaan tersebut untuk selanjutnya ditelaah kemudian dituangkan dalam berbagai karya ilmiah.

 Nana Saodih Sukmadinata, 1997, hal, 196.

(7)

populer digunakan dalam karya-karya ilmiah para ahli pendidikan muslim.1

D. Hak dan Kewajiban Peserta Didik Menurut Sistem Pendidikan Islam

Hak dan Kewajiban peserta didik menurut sistem pendidikan islam tercermin dalam hubungan proses pendidikan, yang didalamnya ada peserta diidik, pendidik, lembaga pendidikan, kurikulum, dan lain-lainnya, yang tidak hanya tertuju pada satu aspek, tetapi meliputi seluruh aspek hubungan, sehingga hak dan kewajiban peserta didik dapat tercapai. Hak peserta didik meliputi:

1. Peserta didik berhhak untuk memperoleh kemudahan dalam pasilitas pendidikan agar proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih mudah setiap saat, dan berhak untuk memperoleh kesempatan belajar, tampa harus dibedakan antara mereka yang kaya dengan yang miskin, sehingga peserta didik mendapatkan pelayanan secara wajar.

2. Peserta didik berhak dipenuhinya segala kebutuhan jasmani dan rohani. Terpenuhinya kebutuhan materil dan moril. Dalam sistem pendidikan islam kebutuhan materil meliputi: kebutuhan dhoruri, tahsini, dan takmili. Sedangkan kebutuhan moril meliputi: kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa bebas, dan bimbingan.

Sedanggkan kewajiban peserta didik dalam sistem pendidikan islam, para sarjana muslim berbeda-beda, menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasi kewajiban peserta didik meliputi:

1 Istilah “al-muta’alim bukan saja merupakan istilah yang digunakan oleh para ulama dan ahli pendidikan islam saja tetapi merupakan istilah yang digunakan dalam Al-Qur’an dan al-Hadist. Misalnya saja terdapat dalam Al-Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2] ayat 31, yang berbunyi:

            

Artinya: 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Dan juga terdapat dalam al-Hadist sebagai berikut:

Artinya: Telah berkata Hisam bin ‘Umar, telah berkata Shidqoh bin Kholid, telah berkata ‘Ustman bin abi ‘Atikah, dari ‘Ali bin Yazid, dari Qosim, dari Abi Umamah ia berkata, Rasulullah Saw bersabda .... (H. R. Ibnu Majah). Lihat Burhanudin al-Zarmuziy, 1962, hal, 13.

(8)

1. Wajib mensucikan hatii dari sifat kehinaan;

2. Wajib menghiasi jiwa dengan kemuliaan dan dekat dengan Allah; 3. Belajar terus-menerus;

4. Konsentrasi diri pada seorang guru yang mantap; 5. Menghormati dan memuliakan diri karena Allah; 6. Menyenangkan bagi guru;

7. Jangan mencari kesalahan guru; 8. Belajar dengan sungguh-sungguh;

9. Memulai salam ketika bertemu dengan guru;

10. Menciptakan suasana kecintaan dan kesenangan diantara muris; 11. Mengulangi pelajaran di malam hari;

12. Tidak merehmekan ilmu pengetahuan apapun macamnya.

Sedangkan menurut Iman Al-Ghozali kewajiban peserta didik ada sepuluh, yaitu:

1. Mendahulukan kesucian jiwa dari akhlak tercela; 2. Menyedikitkan hubungan dengan kesibukan dunia; 3. Tidak sombong karena ilmu dan tidak menentang guru; 4. Memelihara pendapat yang berbedda-beda;

5. Tidak meninggalkan satu bagian dari ilmu-ilmu yang terpuji, dan lebih mengutamakan ilmu yang lebih penting;

6. Belajar secara tertib dan teratur;

7. Tidak berpindah sebelum menguasai ilmu tersebut;

8. Mengetahui sebab-sebab yang dapat mengetahui semulia—mulia ilmu, baik dalam dalil maupun dalam buahnya ilmu;

9. Bertujuan untuk menghiasi dan mengindahkan batin dengan keutamaan;

10. Mengetahui kaitan ilmu dengan umumnya.

Jika diteliti, pendapat Muhammad Athiyah Al-Abrasi memiliki persamaan dengan pendapat Imam Al-ghozali tentang kewajiban peserta didik, substansi mereka berkisar pada tiga orientasi, yaitu: kualitas dan kesucian hati, proses dan penguasaan ilmu pengetahuan, serta beramal dan berakhlak mulia.

E. Hak dan Kewajiban Peserta Didik Menurut Sistem Pendidikan Nasional

Hak dan Kewajiban peserta didik menurut sistem pendidikan nasional diatur secara khusus (lex specialis) dalam Pasal 12 ayat 4

 Muhammad Athiyah Al-Abrasi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, A. Ghani (Penterjemah), (Jkarata: Bulan Bintang, 1993), hal 73-75.

(9)

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (disingkat menjadi Undang-undang Sindiknas). Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa hak peserta didik meliputi:

1. Hak untuk mendapatkan pengajaran agama sesuai dengan agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;

2. Hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya;

3. Hak untuk mendapat beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikan;

4. Hak untuk dapat pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;

5. Hak untuk menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

Sedanggkan kewajiban peserta didik dalam Pasal 12 ayat 4 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-undang Sindiknas meliputi:

1. Peserta didik wajib menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; 2. Peserta didik wajib ikut menanggung biaya penyelenggaraan

pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan kewajibannya tersebut sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam penjelasan Pasal 12 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-undang Sindiknas tersbut dijelaskan bahwa peserta didik berhak untuk mendapatkan pengajaran agama sesuai dengan agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama, berkonsekwensi sekolah-sekolah dimana ada peserta didiknya yang memeluk sebuah agama, maka sekolah tersebut wajib menyediakan pendidik (guru) yang seagama dan mengajarkan pendidikan agama kepada peserta tersebut. Contoh: pada sebuah

 Depdiknas, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Undang-undang

(10)

madrasah aliyah ada siswa yang beragama kristen bersekolah disana,maka madrasah aliyah tersebut wajib menyediakan guru yang beragama dan mengajarjan agama kristen. Demikian pula jika pada sebuah sekolah jending/kristen ada siswa yang beraga islam bersekolah di sana, maka sekolah jending/kristen tersebut wajib menyediakan guru yang beraga dan mengajarkan agama islam.

Adapun hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan pesrta didik; hak untuk mendapat beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikan; hak untuk dapat pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara; serta hak untuk menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan, merupakan upaya untuk membangun peradaban dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat. Lebih lanjut merupakan upaya untuk mengembangkan potensi dan kemampuan serta membentuk watak peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(11)

mengatur setiap hal yang menyangkut kehidupan umum. Disampi itu, adanya “revisi” diperlukan untuk menjawab tantangan jaman yang berubah, apalagi kalau kita bicara tentang kehidupan yang pareatif dan kompetitif.

F. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hak peserta didik menurut sistem pendidikan islam memliki substnsi yang sama dengan hak peserta didik menurut sistem pendidikan nasional, secara garis besarnya meliputi tiga aspek, yaitu: (1). Peserta didik berhak mendapatkan pengajarran sebaik-baiknya; (2). Peserta didik berhak mendapatkan pasilitas pendidikan sebagaimana mestinya; dan (3) Peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pengajaran yang sama dan mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan uuntuk hidup.

Begitu pula dengan kewajiban peserta didik menurut sistem pendidikan islam memliki substnsi yang sama dengan kewajiban peserta didik menurut sistem pendidikan nasional, dapat disimpulkan memiliki tiga aspek, yaitu: (1). Peserta didik wajib menjaga kualuitas dan kesucian hati; (2). Peserta didik wajib menguasai ilmu pengetahun dan keterampilan yang diajarkan; dan (3). Peserta didik wajib menyebarkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dilmilikinya, baik untuk didirinya sendiri, maupun untuk masyarakat.

G. Daftar Bacaan

Al-Abrasi, Muhammad Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, A. Ghani (Penterjemah), (Jkarata: Bulan Bintang, 1993)

An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,

Heri Noer Ali (Penterjemah), (Bandung: CV> Diponegoro, 1992), hal. 23.

(12)

Roesyam, Tabrani, Peningkatan Kkemempuan Guru Pendidikan dasar,

(Bandung: Bina Budaya, 1993).

Semiawan, Conny, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Petunjuk Bagi guru dan Orang Tua, (Jkarta: PT. Gramedia, 1987)

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rinekka Cipta, 1990). Soeryabrata, Soemardi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres,

1990).

Sulaiman, Hasan, Alam Pikiran Al-Qur’an Menuju Pendidikan dan Ilmu,

Herri Noer (Penterjemah), (Bandung: CV. Diponegoro, 1986). Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1991).

_______________, Metode Khusus Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991).

Poerwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: CV. Remaja Rosda Karya, 1995).

Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991) Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Buni Aksara, 1985).

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan fungsi gaya bahasa menggunakan metode padan referensial dengan teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) dan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS). Fungsi

Pada kesempatan ini penulis melakukan kajian bibliometri terkait dengan publikasi ilmiah kepustakawanan, khususnya yang diterbitkan oleh Perpus- takaan Universitas Gadjah

Mengingat air danau tersebut tidak hanya akan dinikmati oleh warga masyarakat disekitar danau tetapi juga masyarakat di daerah hilir dimana air danau mengalir melalui anak

Pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan, yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, terutama pengetahuan yang berkaitan dengan

Untuk itu, UKK UNNES bermaksud mengadakan kegiatan penyambutan mahasiswa baru yang terangkum dalam kegiatan ”Ibadah Perdana Unit Kerohanian Kristen

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode regresi data panel mengenai pengaruh PDRB Perkapita, Jumlah Wajib Pajak dan Inflasi terhadap

tersebut. Kondisi ini menggambarkan bahwa siswa masih belum dapat menyelesaikan soal matematika dengan baik. Antusias belajar matematika siswa masih tergolong rendah,

Berdasarkan hasil pengumpulan data, tidak semua kasus dan kontrol yang telah ditetapkan tersebut dapat ikut dalam penelitian, karena tidak memenuhi kriteria inklusi