• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MAKALAH Analisis Mata Kuliah Pendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS MAKALAH Analisis Mata Kuliah Pendi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH

“Analisis Kesalahan Tataran Morfologi, Bidang Frasa, dan Penerapan EYD pada Karangan

Cerpen”

Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Shabila Hidayati (1204492)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012

BAB I

▸ Baca selengkapnya: alur dari cerpen sepasang sepatu tua

(2)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa sehari-hari tentu tidak luput dari kesalahan. Baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Kesalahan tersebut bervariasi mulai dari kesalahan dari tingkatan paling rendah yaitu fonem hingga tingkatan paling tinggi seperti wacana. Meskipun sudah sering dipelajari, namun kesalahan tersebut tetap akan muncul.

Salah satu kesalahan yang umum dalam penggunaan bahasa adalah saat seseorang menulis karangan. Karangan yang dimaksudkan bisa berupa paragraf deskripsi, narasi, eksposisi dan yang lainnya. Namun yang akan kita bahas disini adalah khusus untuk paragaraf narasi berupa sebuah bentuk karya sastra, yaitu sebuah cerpen.

Cerpen merupakan sebuah hasil pemikiran seseorang berupa cerita mengenai kehidupan sehari-hari yang habis untuk sekali baca dan tidak bersambung. Cerpen sering menjadi bagian dalam kehidupan. Banyak hal yang dapat diteladani dalam cerpen. Saking hebatnya cerpen, sampai-sampai hampir setiap surat kabar selalu memuat mengenai cerpen. Entah dimuat dalam kurun waktu setiap hari, mingguan, maupun bulanan.

Namun cerpen-cerpen ini belum tentu semuanya mengunakan bahasa yang benar. Pasti terdapat beberapa kesalahan yang entah disadari maupun tidak oleh orang yang bersangkutan.

Analisis kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia (Setyawati,2010:13). Penyebab kesalahan berbahasa menurut Setyawati (2010:15-16) pada umumnya dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: (1) terpengaruh terhadap bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, (2) kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, (3) pengajaran bahsa yang kurang tepat atau kurang sempurna.

Adapun analisis kesalahan berbahasa yang akan saya bahas dalam karangan cerpen diantaranya adalah mengenai tataran morfologi, tataran sintaksis, dan EYD. Pengguna bahasa pada umunya sering melakukan kesalahan pada tataran-tataran tersebut. Sehingga saya rasa cukup tepat bila saya membahas kesalahan berbahasa pada tataran-tataran tersebut.

Melihat permasalahan yang begitu banyak imbasnya, maka pentinglah penelitian ini saya lakukan. Karena penelitian ini nanantinya diharapkan akan mampu membantu untuk mengetahui mana penggunaan bahasa yang benar dan mana penggunaan bahasa yang salah. Maka dari itu saya membuat peneltian dengan judul “Analisis Kesalahan Tataran Morfologi, Bidang Frasa, dan Penerapan EYD pada Karangan Cerpen”.

B. RUMUSAN MASALAH

(3)

1. Bagaimanakah analisis kesalahan tataran morfologi, bidang frasa, dan penerapan EYD pada karangan cerpen?

2. Bagaimanakah evaluasi dari kesalahan tataran morfologi, bidang frasa, dan penerapan EYD pada karangan cerpen?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis kesalahan tataran morfologi, bidang frasa, dan penerapan EYD pada karangan cerpen.

2. Mengevaluasi kesalahan tataran morfologi, bidang frasa, dan penerapan EYD pada karangan cerpen.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis

a. Hasil pembahasan ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pendidikan khususnya dalam analisis kesalahan berbahasa pada karangan cerpen.

b. Sebagai bahan untuk menambah kepustakaan. 2. Manfaat praktis

Bagi pembaca penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan dan pengetahuan akan analisis kesalahan pada tataran morfologi, bidang frasa, dan penerapan EYD pada karangan cerpen.

(4)

A. KAJIAN TEORITIS 1. Morfologi

Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa

sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

Pengafiksan

Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:

1. Berbaju 2. Menemukan 3. Ditemukan 4. Jawaban.

Berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).

(5)

 terima > menerima

bukan memanitia[i]

 pecundang > mempecundang, bukan

memecundang

Penyingkatan Morf

Salah satu morfem pembentuk kata kerja yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia adalah morfem meN-. Variasi atau alomorf morfem meN-adalah me-, men-, meny-, mem-, meng-, dan mengetahui-. Dalam penggunaan bahasa, mungkin karena pengaruh bahasa daerah, morf men-, meny-, meng-, danmenge- disingkat menjadi n, ny, ng, dan nge dalam pembentukan kata kerja. Hal ini tentu menimbulkan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

Berikut ini adalah sejumlah contoh pembentukan kata kerja yang salah karena menyingkat morf men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng, dan nge.

SALAH BENAR

nolong Menolong

nari Menari

natap Menatap

ninggal Meninggal

Reduplikasi

Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem maupun tidak (Cahyono, 1995:145).

Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.

Penggabungan atau Pemajemukan

Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).

(6)

1. Sapu tangan

2. Rumah sakit

2. Frasa

Frasa atau frase adalah sebuah makanan linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.

Kesalahan frasa yang sering dijumpai dalam bahasa lisan maupun tulis. Menurut Setyawati (2010: 76) kesalahan dalam bidang frasa dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain adalah : (a) pengaruh bahasa daerah, (b) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (c) penggunaan unsur yang berlebihan, (d) penggunaan unsur superlative yang berlebihan, dan (e) penjamakan ganda.

3. Penerapan EYD

(7)

Sepasang Sepatu di Depan Pintu

Cerpen M. Arman AZ

Jangan anggap aku anak rajin kalau sering berangkat ke sekolah pagi-pagi. Apalagi

menganggapku pintar, itu salah besar. Sesungguhnya aku bodoh, berotak bebal. Tiap tahun, lima ranking paling buncit di kelas, salah satunya pasti milikku. Jadi, kalau pun naik kelas, kupikir karena nasib baik saja.

Setelah lancar mengeja, menulis, menjumlah, dan cukup tahu sedikit tentang sejarah, tak ada lagi manfaat yang kupetik dari sekolah. Di mataku, gedung itu malah menyerupai lintah. Makin hari makin bengkak, saking rakusnya menghisap darah. Aku dipaksa membeli buku ini itu atau membayar biaya ini itu. Kalau tak dituruti, siap-siaplah kena marah atau dipersulit di kemudian hari.

Teman-temanku selalu mencemooh jika kuceritakan bahwa di luar sana banyak tempat bagus untuk menambah ilmu dan pengalaman. Mereka malah menganggapku sok pintar. Aku bahkan pernah disindir. Kata mereka, "Hei, Lela, kalo sudah bosen sekolah, kenapa masih datang kemari?" atau "Memangnya mau ngapain kalo nggak sekolah?!"

Aku murid perempuan yang bodoh. Tapi, itu penilaian guru dan teman-temanku. Mereka tak tahu bahwa aku adalah pengamat sepatu yang baik. Bukankah itu satu kelebihan tersendiri?

Entah sejak kapan aku punya kebiasaan aneh itu. Otakku cepat merekam berbagai jenis dan bentuk sepatu yang melintas di dekatku. Kadangkala, sifat seseorang bisa kutebak lewat sepatu yang dikenakannya. Rena, misalnya. Orang tuanya pasti borju. Hampir tiap hari alas kakinya ganti-ganti. Kalau kemarin cokelat, hari ini merah, besok tunggu saja warna apa lagi yang dipakainya. Ditambah lagaknya yang angkuh, tentu tebakanku jitu. Si Bengal Dodi lain lagi. Dia duduk di depanku. Sepatu sebelah kirinya sudah robek. Kaos kakinya coklat kumal. Jika angin berhembus, tercium aroma tengik dari bawah meja. Sementara, aku dan murid lainnya cuma punya sepasang sepatu yang harus kami rawat baik-baik untuk dikenakan setiap hari.

***

(8)

dapur beterbangan, adalah pemandangan biasa bagi kami. Kalau sudah garis tangan untuk melarat sampai berkarat, mau diapakan lagi?

Aku besar di lingkungan yang keras. Kawasan tempat tinggal kami tersohor sebagai

kompleks pelacuran di kota ini. Ibarat akar pohon yang menancap kuat dalam tanah, julukan itu tak bisa dirobohkan lagi. Sama seperti rasa benciku pada ibu. Janjinya cuma dua tahun kerja di Malaysia. Begitu kontrak kerja sebagai TKW selesai, dia mau pulang. Membuka usaha kecil-kecilan dengan uang simpanan. Nyatanya ibu berdusta. Sampai sekarang dia tak pernah pulang. Malah dalam surat terakhirnya, ibu mengabarkan bahwa sudah kawin lagi di seberang sana. Kurang ajarnya, dia menyuruh bapak menyusul jejaknya, mencari istri baru demi kebaikanku, anak semata wayangnya. Ah, tahi kucing dengan ibu.

Meski ditinggalkan ibu, bapak tetap setia dengan kios kecilnya. Hasil dagangan dipakai untuk menyumpal perut kami, juga membayar biaya sekolahku. Aku sudah kelas enam SD. Kata tetangga, aku malah kelihatan seperti anak SMP. Penasaran dengan celetukan mereka, sekali waktu aku bercermin. Tubuhku memang bongsor. Sepasang bukit telah muncul di dadaku. Pinggangku juga ramping. Pantas bapak sering menasehati agar hati-hati bergaul di sekitar tempat ini.

Di depan gang, ada seruas jalan yang selalu ramai bila malam membentangkan layar. Di sana hingar-bingar, warna-warni, penuh tawa. Hampir di setiap rumah tergantung plang

bertuliskan "Wisma", "Losmen", atau "Karaoke". Banyak wanita-wanita duduk-duduk santai sambil ngobrol. Tua muda. Cantik jelek. Kadang-kadang mereka tertawa ngakak kalau ada yang lucu menurut mereka. Dandanan mereka menor-menor. Aku pernah mencoba

berdandan, meniru gaya mereka. Tapi, aku tak berani merokok seperti mereka. Bapak bisa menamparku kalau ketahuan merokok.

Sebelum membawa tamu lelaki masuk ke wisma, losmen, atau karaoke, mbak-mbak itu memesan minuman ringan atau rokok. Bapak tak bisa meninggalkan kios begitu saja. Jadi, tugaskulah untuk mengantar pesanan para tamu.

***

Aku duduk sendirian di pojok kelas. Teman-temanku menganggap siapa yang menghuni bangku belakang, kalau bukan anak badung pasti anak bodoh. Karena itulah, aku nyaris tak punya teman. Mereka kadang menghindar atau menatap curiga kalau aku mendekat.

Di sekolah tak diajarkan bagaimana membaca situasi dan memenangkannya. Teman-temanku tak tahu apa yang kulakukan di pojok kelas. Mereka hanya duduk rapi dan tegang menyimak pelajaran yang diberikan guru. Takut kena marah kalau ketahuan celingak-celinguk. Apalagi kalau tiba-tiba dipanggil ke depan kelas, dan ternyata tak bisa mengerjakan soal-soal di papan tulis. Wajah mereka mirip kerbau dungu saat berdiri dengan sebelah kaki terangkat.

Sepatu guru pun tak luput dari pengamatanku. Biasanya, ketika mereka berkeliling mengawasi ulangan, aku suka mencuri pandang ke arah sepatu mereka. Kuselidiki warna, bentuk, jenis, hingga perangai pemakainya. Nah, inilah yang membuatku heran. Dari dulu sampai sekarang, sepatu guru-guruku tak berubah. Ada yang kulitnya terkelupas. Ada yang dijahit berkali-kali. Bahkan ada yang sepatunya sudah tak muat lagi, tapi tetap saja dikenakan hingga jemari kakinya membayang jelas.

(9)

***

Ini malam minggu. Malam yang panjang. Sore tadi, bapak mengingatkan agar lepas magrib aku sudah membantunya di kios. Tempat ini lebih semarak ketimbang hari-hari biasa. Ramai orang berarti ramai pembeli. Rokok, minuman ringan, bir, dan kacang kulit, pasti laku keras. Isi kios berkurang. Isi dompet bapak bertambah. Hidup terasa lebih ringan. Aku dan bapak bisa tersenyum sekejap.

Aku tak pernah mengeluh meski terkadang kerja sampai larut malam. Selain bisa membantu bapak, kadangkala aku juga dapat seseran dari orang-orang baik hati. Tapi mulai sekarang aku harus lebih waspada. Jangan sampai kecolongan seperti malam Minggu kemarin. Ada seorang lelaki mengelus pundak dan meremas bokongku. Dasar bajingan. Dipikirnya aku sama seperti mbak-mbak menor itu.

"Lela, cepat kemari!" Kulihat wajah bapak terang diguyur cahaya petromaks. Tangannya melambai ke arahku. Bergegas kuhampiri bapak. Aku membawa cerita bagus untuknya. Barusan tadi aku mengantar dua botol bir hitam, kacang, dan lima bungkus rokok ke salah satu rumah. Pembelinya orang bule, awak kapal yang siang tadi merapat di pelabuhan. Dia memberiku uang lima puluh ribu rupiah. Mbak Sari yang menggelendot di pinggang bule tinggi besar itu, mengedipkan matanya ke arahku. Dia bilang ambil saja kembaliannya untukku. Tentu saja aku girang. Buru-buru kutinggalkan mereka. Tak kupedulikan wajah si bule yang kebingungan, tak paham obrolan kami.

Bapak tertawa ngakak waktu kuceritakan kejadian barusan. "Hahaha, bagus Lela. Biar tahu rasa dia. Sekali-kali orang macam itu memang harus dikerjain. Masak, dari dulu sampai sekarang, kita dijajah terus-terusan sama mereka. Hahaha "

Bapak menyodorkan plastik hitam padaku. Isinya dua botol air mineral dan sebungkus rokok. Aku harus mengantarnya ke rumah Tante Mila. "Pembelinya sudah mesan dari tadi," kata bapak. Tanpa buang waktu, langsung kukerjakan perintah bapak. Ini sudah keenam kali aku pulang balik mengantar pesanan. Dengan uang di kantong, lelah jadi tak terasa. Rumah yang kutuju seolah bisa dijangkau dengan sekali lompatan.

Aku terkejut melihat sepasang sepatu yang tergeletak serampangan di depan pintu. Sepatu kulit tua model kuno itu mengingatkanku pada sesuatu. Pelajaran matematika yang

menjemukan dan gurunya yang menyebalkan. Ya, ya, Pak Songong, dia paling jago

membentak dan menghukum murid yang tak bisa mengerjakan soal. Ia juga suka membelai-belai punggung murid wanita, dan mencuri pandang ke arah kancing atas murid wanita yang menunduk ketakutan di sebelahnya.

Aku yakin, sepatu ini milik Pak Songong, guru matematikaku. Aku hafal benar bentuk dan jenisnya. Warnanya cokelat tua, mirip sepatu koboi yang yang kulihat di film-film. Jika sedang menapak lantai, bunyinya klotak-klotak menyeramkan.

Apa yang dilakukan Pak Songong di sini? Bukankah tempat ini tak layak untuk didatangi guru, orang yang katanya harus digugu dan ditiru? Aha, malam ini, di bawah keremangan lampu, aku dapat ilmu tambahan. Moral seseorang tak bisa diukur dari jabatan atau gelar yang disandangnya.

(10)

ini kuketuk, lalu wajah Pak Songong menyembul di muka pintu, dia pasti kaget bukan main, mengetahui pesanannya diantar muridnya. Apa yang akan dikatakannya? Apa yang harus kulakukan? Ah, kami pasti sama-sama malu. ***

Bandar Lampung, Des 03

B. ANALISIS KESALAHAN TATARAN MORFOLOGI

Kesalahan pada bidnag morfologi menurut Setyawati (2010:49) dibagi menjadi (a) penghilangan afiks, (b) peluluhan bunyi, dan (c) penyingkatan morf.

1. Penghilangan Afiks

a. Penghilangan prefiks meng-Contoh:

Kesalahan

Jangan anggap aku anak rajin kalau sering berangkat ke sekolah pagi-pagi. (kalimat pertama paragraf pertama cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu)

Pembetulan

Jangan menganggap aku anak rajin kalau sering berangkat ke sekolah pagi-pagi.

Kesalahan

Makin hari makin bengkak, saking rakusnya menghisap darah. (kalimat ketiga paragraf pertama cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Makin hari makin membengkak, saking rakusnya menghisap darah.

Kesalahan

Banyak wanita-wanita duduk-duduk santai sambil ngobrol. (kalimat keempat paragraf

kesembilan cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Banyak wanita-wanita duduk-duduk santai sambil mengobrol.

Kesalahan

Selain bisa membantu bapak, kadangkala aku juga dapat seseran dari orang-orang baik

hati. (kalimat kedua paragraf keenam belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Selain bisa membantu bapak, kadangkala aku juga mendapat seseran dari orang-orang baik hati.

(11)

Tanpa buang waktu, langsung kukerjakan perintah bapak. (kalimat kelima paragraf kesembilan belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Tanpa membuang waktu, langsung kukerjakan perintah bapak.

Kesalahan

Aha, malam ini, di bawah keremangan lampu, aku dapat ilmu tambahan. (kalimat ketiga

paragraf keduapuluh dua cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Aha, malam ini, di bawah keremangan lampu, aku mendapat ilmu tambahan.

b. Penghilangan prefiks ber-Contoh:

Kesalahan

Kalau tak dituruti, siap-siaplah kena marah atau dipersulit di kemudian hari. (kalimat kelima paragraf kedua cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Kalau tak dituruti, bersiap-siaplah kena marah atau dipersulit di kemudian hari.

Kesalahan

Hampir tiap hari alas kakinya ganti-ganti. (kalimat keenam paragraf kelima cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Hampir tiap hari alas kakinya berganti-ganti.

Kesalahan

Aku tak pernah mengeluh meski terkadang kerja sampai larut malam. (kalimat pertama paragraf keenam belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Aku tak pernah mengeluh meski terkadang bekerja sampai larut malam.

2. Peluluhan Bunyi

Contoh:

Kesalahan

Teman-temanku selalu menyemooh jika kuceritakan bahwa di luar sana banyak tempat bagus untuk menambah ilmu dan pengalaman.(kalimat pertama paragraf ketiga cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Teman-temanku selalu mencemooh jika kuceritakan bahwa di luar sana banyak tempat bagus untuk menambah ilmu dan pengalaman.

3. Penyingkatan Morf

Kesalahan

"Pembelinya sudah mesan dari tadi," kata bapak.(kalimat ketiga paragraf kesembilan belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

(12)

Kesalahan

Tanpa buang waktu, langsung kukerjakan perintah bapak. (kalimat keempat paragraf kesembilan belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Tanpa membuang waktu, langsung kukerjakan perintah bapak.

Kesalahan

Dengan uang di kantong, lelah jadi tak terasa. (kalimat kelima paragraf kesembilan belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Dengan uang di kantong, lelah menjadi tak terasa.

Kesalahan

Aha, malam ini, di bawah keremangan lampu, aku dapat ilmu tambahan. (kalimat keempat paragraf kedua puluh dua cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Aha, malam ini, di bawah keremangan lampu, aku mendapat ilmu tambahan.

Kesalahan

Jika Senin lusa kuceritakan apa yang kulihat malam ini pada seisi kelas, apakah mereka percaya? (kalimat pertama paragraf kedua puluh tiga cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Jika Senin lusa kuceritakan apa yang kulihat malam ini kepada seisi kelas, apakah mereka percaya?

Kesalahan

Selain bisa membantu bapak, kadangkala aku juga dapat seseran dari orang-orang baik hati. (kalimat kedua paragraf keenam belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembenaran

Selain bisa membantu bapak, kadangkala aku juga mendapat seseran dari orang-orang baik hati.

Kesalahan

Takut kena marah kalau ketahuan celingak-celinguk. (kalimat keempat paragraf kedua belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Takut terkena marah kalau ketahuan celingak-celinguk.

Kesalahan

Banyak wanita-wanita duduk-duduk santai sambil ngobrol. (kalimat keempat paragraf

kesembilan cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Banyak wanita-wanita duduk-duduk santai sambil mengobrol.

Kesalahan

Pantas bapak sering menasehati agar hati-hati bergaul di sekitar tempat ini.(kalimat ketujuh

paragraf kedelapan cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

(13)

Kesalahan

Janjinya cuma dua tahun kerja di Malaysia. (kalimat keenam paragraf ketujuh cerpen

Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Janjinya cuma dua tahun bekerja di Malaysia.

B. ANALISIS KESALAHAN BIDANG FRASA

Kesalahan yang sering dijumpai dalam bahasa lisan maupun tulis. Menurut Setyawati (2010: 76) kesalahan dalam bidang frasa dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain adalah : (a) pengaruh bahasa daerah, (b) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (c) penggunaan unsur yang berlebihan, (d) penggunaan unsur superlative yang berlebihan, dan (e) penjamakan ganda.

1. Pengaruh bahasa daerah Kesalahan

Kadang-kadang mereka tertawa ngakak kalau ada yang lucu menurut mereka. (kalimat keenam paragraf kesembilan cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Kadang-kadang mereka tertawa terbahak kalau ada yang lucu menurut mereka.

Kesalahan

Sebelum membawa tamu lelaki masuk ke wisma, losmen, atau karaoke, mbak-mbak itu memesan minuman ringan atau rokok. (kalimat pertama paragraf kesepuluh cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Sebelum membawa tamu lelaki masuk ke wisma, losmen, atau karaoke, para wanita itu memesan minuman ringan atau rokok.

Kesalahan

Takut kena marah kalau ketahuan celingak-celinguk. (kalimat keempat paragraf kedua belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Takut kena marah kalau ketahuan tengak-tengok.

Kesalahan

Tempat ini lebih semarak ketimbang hari-hari biasa. (kalimat empat paragraf kelima belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Tempat ini lebih semarak dari pada hari-hari biasa.

Kesalahan

Bapak tertawa ngakak waktu kuceritakan kejadian barusan. (kalimat pertama paragraf kedelapan belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Bapak tertawa terbahak waktu kuceritakan kejadian barusan.

Kesalahan

orang yang katanya harus digugu dan ditiru? (kalimat ketiga paragraf kedua puluh dua cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

(14)

orang yang katanya harus ditaati dan di contoh?

2. Penggunaan preposisi yang tidak tepat

Tidak terdapat kesalahan penggunaan preposisi dalam cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu.

3. Penggunaan unsur yang berlebihan

Tidak ditemukan kesalahan penggunaan unsur yang berlebihan dalam cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu.

4. Penggunaan superlatif yang tidak tepat

Tidak ditemukan kesalahan penggunaan superlatif dalam cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu.

5. Penjamakan ganda

Kesalahan

Berjejalan dengan bedeng-bedeng lainnya. (kalimat ketiga paragraf keenam cerpen

Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Berjejalan dengan bedeng lainnya.

Kesalahan

Banyak wanita-wanita duduk-duduk santai sambil ngobrol. (kalimat keempat paragraf

kesembilan cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Banyak wanita duduk-duduk santai sambil ngobrol.

C. ANALISIS KESALAHAN PENERAPAN EYD

Ejaan didefinisikan sebagai kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca (KBBI dalam Setyawati, 2010: 155).

1. Penulisan Huruf Kapital Kesalahan

Ini malam minggu. (kalimat pertama paragraf kelima belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Ini malam Minggu.

Kesalahan

Sore tadi, bapak mengingatkan agar lepas magrib aku sudah membantunya di kios. (kalimat kedua paragraf kelima belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Sore tadi, bapak mengingatkan agar lepas Magrib aku sudah membantunya di kios.

(15)

Tak kupedulikan wajah si bule yang kebingungan, tak paham obrolan kami. (kalimat ketiga belas paragraf ketujuh belas cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Tak kupedulikan wajah si Bule yang kebingungan, tak paham obrolan kami.

2. Penulisan Huruf Miring

Kesalahan

Kadang-kadang mereka tertawa ngakak kalau ada yang lucu menurut mereka. Dandanan mereka menor-menor. (kalimat keenam paragraf kesembilan cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Kadang-kadang mereka tertawa ngakak (harusnya ditulis miring) kalau ada yang lucu menurut mereka. Dandanan mereka menor-menor.

Kesalahan

Bukankah tempat ini tak layak untuk didatangi guru, orang yang katanya harus digugu dan ditiru? (kalimat kedua paragraf kedua puluh dua cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

Pembetulan

Bukankah tempat ini tak layak untuk didatangi guru, orang yang katanya harus digugu dan ditiru (harusnya dicetak miring)?

3. Penulisan ku-, kau-, mu-, dan

nya-Tidak ditemukan kesalahan penulisan ku-, mu-, kau-, dan nya- dalam cepen Sepasang Sepatu di Depan Pintu.

4. Penulisan Preposisi

Tidak ditemukan kesalahan penulisan preposisi dalam cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu.

5. Penulisan Partikel

Tidak ditemukan kesalahan penulisan partikel dalam cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu.

6. Penulisan Unsur Serapan

Tidak ditemukan kesalahan penulisan usnsur serapan dalam cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu.

8. Penulisan Tanda Baca

Kesalahan

Rena(,) misalnya. (kalimat keempat paragraf kelima cerpen Sepasang Sepatu di Depan Pintu). Sepasang Sepatu di Depan Pintu).

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini diduga karena pengaruh penambahan daging buah pala dan tepung pisang mulu bebe, karena dari kedua bahan tersebut memiliki rasa masam yang sama dan

Penelitian mengenai pola penggunaan ruang bertengger kelelawar di Gua Putih Hutan Pendidikan Gunung Walat perlu dilakukan untuk menjadikan HPGW sebagai salah satu

Pengalaman Kesenangan (X4.3) ‘Pengalaman kesenangan’ konsumen sebagai salah satu indikator dari dimensi ‘motivasi’ memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 0,3667

Dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah,kepala daerah dan DPRD selaku penyelenggara Pemerintahan Daerah membuatPerda sebagai dasar hukum

model MV melibatkan nilai varians kovarians masing-masing saham sehingga jika semakin banyak saham yang digunakan dalam pembentukan portofolio maka semakin banyak

ASET NEGARA DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (Studi Kasus di Provinsi Daerah Istimewa

Mutta työlläni on myös käytännöllinen puolensa, sillä kaiken tämän teorioissa käytetyn ajan jälkeen saan uudenlaisen käsityksen siitä, mistä maineen käsite