• Tidak ada hasil yang ditemukan

V ANALISA VISUAL POSTER PROPAGANDA DI NE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "V ANALISA VISUAL POSTER PROPAGANDA DI NE"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

V ANALISA VISUAL POSTER PROPAGANDA DI NEGARA RUSIA PERIODE 1920 - 1950

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar I

SR3090

Oleh:

Yosefa Pratiwi Aulia (17009004)

STUDIO SENI PATUNG PROGRAM STUDI SENI RUPA FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

(2)

ABSTRAK

ANALISA VISUAL POSTER PROPAGANDA DI NEGARA RUSIA PERIODE 1920 - 1950

Oleh:

YOSEFA PRATIWI AULIA NIM: 17009004

(3)

Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ira Adriati, M.Sn selaku dosen pembimbing yang telah sangat membantu penulis dalam proses pengerjaan makalah ini. Terima kasih juga kepada Bapak Odang yang telah direpotkan selama proses pencarian bahan penelitian. Penulis berharap tulisan ini tidak hanya sekedar menjadi artefak yang menambah koleksi makalah seminar di perpustakaan, namun juga bisa memberi manfaat bagi para pembaca.

Bandung, 5 Juni 2012

(4)

Daftar Isi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI II.1 Definisi dan Sejarah Poster

II.3 Definisi dan Sejarah Realisme Sosial II.3.1 Definisi Realisme Sosial II.3.2 Sejarah Realisme Sosial

II.4 Seni Konstruktivisme dan Realisme Sosial dan Perannya dalam Propaganda Politik di Negara Rusia II.4.1 Seni Konstruktivisme

(5)

II.5.1 Teori Poster sebagai Media Komunikasi II.5.2 Teori Kritik Seni Feldman

II.5.3 Teori Estetika Marxis II.5.4 Teori Estetika Gramsci

BAB III DESKRIPSI VISUAL POSTER PROPAGANDA RUSIA III.1 Visualisasi Poster Periode 1920-an

III.2 Visualisasi Poster Periode 1930-an III.3 Visualisasi Poster Periode 1940-an

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN VISUALISASI POSTER RUSIA IV.1 Tabel Perbandingan Unsur Visual Poster

IV.2 Analisa Perbandingan Semiotika Visual Poster IV.3 Perbandingan Teori dengan Aplikasi Poster

IV.3.1 Teori Poster sebagai Media Komunikasi IV.3.2 Teori Estetika Marxis dan Gramsci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(6)

Daftar Gambar

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 3.1.1

Gambar 3.1.2

Gambar 3.1.3

Gambar 3.1.4

Gambar 3.1.5

Gambar 3.2.1

Gambar 3.2.2

Gambar 3.2.3

Gambar 3.2.4

Gambar 3.2.5

Gambar 3.2.6

Gambar 3.3.1

Gambar 3.3.2

Gambar 3.3.3

Gambar 3.3.4

Gambar 3.3.5

(7)

Gambar 3.3.7

Gambar 3.3.8

Daftar Tabel Tabel 1.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2

(8)

Bab I

Pendahuluan

I.I Latar Belakang

Poster yang kita kenal sekarang adalah bentuk seni cetak yang dibuat dalam

copy atau turunan berganda karena sifatnya yang memang direproduksi secara luas. Alasan pembuatannya pun beragam disesuaikan dengan fungsi masing-masing poster. Ada poster yang bersifat promosi dari perusahaan jasa dan produk, lalu ada juga yang berfungsi sebagai media publikasi untuk mengumumkan adanya rangkaian acara atau event. Untuk event ini pun poster beragam, ada poster film, musik, seni dan olahraga. Selain hal-hal tersebut, poster juga memiliki peran penting sebagai media untuk memupuk rasa cinta tanah air dengan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara meskipun kebanyakan pembuatan poster di negara-negara yang berideologi sosialis cenderung bertujuan sebagai propaganda politik dalam memupuk semangat revolusi dan kebanggaan bernegara.

Realisme sosial, konsep dalam berkesenian seni rupa dan satra yang muncul pada abad 20 sebagai hasil pengaruh pemikiran Karl Marx, dengan memperhatikan dan menampilkan golongan pekerja, petani dan buruh, yang selama ini menjadi pihak yang dikalahkan oleh para Kapitalis dan Borjuis yang banyak menikmati kehidupan berkesenian tinggi.

(9)

Di Negara Rusia, sejarah sosialis dimulai dari zaman pasca keruntuhan Tsar, yaitu pada masa Lenin memunculkan gagasan revolusi dimulai dari kalangan petani, sehingga lahirlah golongan Bolshevik dan golongan Menshevik yang memicu revolusi pertama di Rusia. Lenin yang merupakan seorang ahli propaganda membangkitkan dan membakar semangat rakyat dengan gagasan propaganda yang disebarluaskan melalui poster. Ide ini juga diikuti dengan Era Stalin yang juga melakukan propaganda untuk mempertahankan kekuasaannya dengan memunculkan figur Stalin pada surat kabar, majalah, poster yang membakar semangat rakyat, menanamkan rasa simpati pada pemimpin rezim yang berkuasa (Sunarto, 2006).

Sangat menarik melihat bagaimana karya seni pada masa itu memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung terciptanya revolusi budaya di negara-negara berideologi sosialis-komunis terutama negara Rusia. Maka dari itu, penulis mencoba untuk mengkaji bagaimana peranan poster propaganda, unsur-unsur pembentuknya, serta pengaruhnya bagi perkembangan system pemerintahan di Rusia.

I.II Rumusan Masalah

1. Bagaimana unsur-unsur pembentuk dan simbol-simbol yang digunakan dalam poster propaganda Rusia?

2. Bagaimana pengaruh seni propaganda Rusia dalam mendukung revolusi dan patriotisme di negara Rusia?

I.III Batasan Masalah

(10)

2. Penulis hanya memfokuskan penelitian pada beberapa sampel gambar poster yangmenggambarkan keseluruhan suatu periode tertentu di Rusia: 1920-an, 1930-an, dan 1940-an.

I.IV Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana peranan poster propaganda, unsur-unsur pembentuknya, serta pengaruhnya bagi revolusi pemerintahan di Rusia.

I.V Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui unsur-unsur pembentuk dan makna dari simbol-simbol yang digunakan dalam poster propaganda Rusia.

2. Dapat mengetahui peranan poster propaganda dalam mendukung revolusi pemerintahan dan budaya, serta patriotisme di negara Rusia.

I.VI Hipotesis

Melalui poster propaganda, rakyat diajak untuk menumpas segala bentuk oposisi yang bermunculan, membakar patriotisme rakyat yang tidak mengerti arah yang akan ditempuh sehingga mereka mendukung kemauan rezim yang berkuasa dengan mengagungkan revolusi Rusia. Pada periode pasca perang, poster Rusia semakin dikenal oleh banyak kalangan dan cara visualisasinya (dengan Stalin sebagai figur sentral) menyebabkan terdoktrinasinya rakyat Rusia secara ideologi dan politik.

I.VII Kajian Teori

(11)

3. Deskripsi dan analisa visual poster-poster propaganda di Negara Rusia dalam kajian semiotika.

4. Deskripsi dan analisa poster-poster propaganda di Negara Rusia berdasarkan teori kritik seni Feldman, estetika Marxis, dan Gramsci.

I.VIII Metodologi Penelitian

a. Pendekatan Keilmuan

Pendekatan keilmuan yang digunakan peneliti dalam menganalisis citraan visual poster Rusia adalah pendekatan non ilmiah, dimana penelitian berbasis dari pengumpulan data dengan sumber pustaka dan internet.

b. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan peneliti dalam menjawab rumusan masalah adalah metode kualitatif.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka: mengumpulkan data sejarah dan teori-teori tentang revolusi pemerintahan di Rusia dan negara-negara sosialis, teori tentang bahasa rupa poster, teori semiotika, dan berbagai ilmu pendukung lainnya.

I.IX Sistematika Penulisan

(12)

Bab ini berisi pendahuluan dari penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, asumsi dasar (hipotesis), metodologi penelitian, alur kerja dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka dan Teori

Bab ini berisi teori dan variabel yang terkait dalam penelitian yang meliputi kajian estetika, kajian sejarah, dan kajian semiotika.

BAB III Data dan Deskripsi Poster Propaganda Rusia

Bab ini berisi paparan data

lapangan berupa koleksi gambar poster

Rusia yang didapat dari narasumber beserta analisa formalnya.

BAB IV Analisis Perbandingan

Dalam bab ini data yang telah diperoleh tentang visualisasi

poster propaganda Rusia akan diperbandingkan dengan citraan visual poster propaganda pada masa sebelum dan sesudah revolusi pemerintahan sesuai dengan rumusan masalah berdasarkan teori dan batasan yang digunakan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

(13)

Pengklasifikasian Data Poster dan

Sejarah

Periode 1920-an

Periode 1930-an

Periode 1940-an

Analisa Perbandingan Teori dan Visual Poster

Kesimpulan

(14)

Bab II

Kajian Pustaka dan Teori

II.1 Definisi dan Sejarah Poster

II.1.1 Definisi Poster

Dalam kamus Oxford online, poster didefinisikan sebagai sebuah gambar yang diprint, disebarkan, atau iklan yang dipajang di ruang publik. Contohnya: sebuah poster pemilu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.

II.1.2 Sejarah Poster

Adalah Perancis, khususnya Kota Paris, di akhir abad 19 hingga beberapa dekade awal abad 20, yang menjadi pusat perkembangan poster modern. Penulis Perancis Guillaume Apollinaire menggambarkan hubungan berbagai jenis publikasi modern dan kehidupan Kota Paris masa itu: Katalog, poster, dan berbagai pamflet iklan. ”Semua ini adalah puisi zaman (modern) kita. Seni(man) poster benar-benar mendapat peran penting dalam dinamika kehidupan kota di masa itu.”

(15)

Tapi tentu saja ada gerak sosio-ekonomi, faktor yang lebih mendasar, yang ikut mendorong perkembangan seni poster ini. Sejak akhir abad ke-19, industrialisasi memicu produksi barang-barang konsumsi, tempat berpijak jasa periklanan modern. Melalui karya-karya Henri de Toulouse-Lautrec, seni poster ikut mengisi khazanah perkembangan seni rupa modern Barat sampai paruh awal abad ke-20. Poster karyanya untuk panggung hiburan Moulin Roug’ (1898) dengan stilisasi sosok gemulai artis Jane Avril, dengan warna cerah dalam bidang-bidang lebar, dianggap memberi pembaruan pada poster: masuknya cita rasa artistik seni rupa modern ke dalam bidang komunikasi massa dan niaga.

Sampai awal abad ke-20, Toulouse–Lautrec dan rekan-rekan segenerasinya membanjiri kota-kota penting Eropa dengan poster bercorak Art Nouveau. Sebagian besar seniman poster terkemuka dari masa serba indah ini, Belle Epoque, hidup dan berkarya di Paris, melahirkan berbagai varian Art Nouveau yang memperkaya corak seni rupa modern Barat. Pada awal abad ke-20, Toulouse-Lautrec meninggal dunia (1901). Gaya Art Nouveau pada akhirnya telah menjadi begitu dominan dan akhirnya mengalami stagnansi. Pembaruan yang penting baru terjadi di awal tahun 1920-an ketika Adolphe Mouron Cassandre (1901-1968) menghadirkan poster-poster transportasi pariwisata dalam corak Art Deco. Karya-karya Cassandre yang bercorak semi-abstrak dan geometris, menghadirkan profil kapal laut atau kereta api yang megah, dan merupakan pencitraan sempurna optimisme kaum modernis akan janji kemakmuran dunia industri.

(16)

niaga dan industri ini ambruk terimpit dua Perang Dunia, poster bisa tetap hidup dan mengambil peran baru, dibawah patron barunya: negara dan pemerintah.

Dalam sebuah esai, Goenawan Mohammad menuliskan bahwa poster tak akan menemukan bentuknya seperti sekarang seandainya tak ada kehidupan politik yang makin demokratis, gerakan-gerakan revolusioner, dan dorongan-dorongan modal dan kekuasaan yang menderu-deru sejak abad ke-19. Ia juga mencatat bahwa zaman ini juga merupakan lahirnya massa sebagai bagian sentral dari masyarakat.

Media poster di Rusia mempunyai beberapa pengaruh dalam pembentukannya. Ada beberapa hal yang mempengaruhinya antara lain adalah tradisi dan pergerakan seni. Lubok, sebagai tradisi seni grafis sudah ada di Rusia sejak abad ke 17 Cetakan kertas atau kain dari cukilan kayu yang berupa suatu ilustrasi yang disertai teks. Lubok bisa berisi cerita rakyat, kisah religius atau komentar-komentar sosial. Ia juga bisa berisi lagu, satire sosial, puisi, dan bisa juga berfungsi sebagai pengumuman atau semacam koran.(Pudjomartono, 2006)

Gambar 2.1

Sumber: http://dgi-indonesia.com/poster-rusia/

(17)

sebagai bentuk visual yang dikenal sebagai Rosta Windows, bulletin satu muka, sering berisi ilustrasi komik naratif, sering digantungkan di etalase dan di stasiun kereta-api. (Widiatmoko, 2009).

II.2 Definisi dan Sejarah Propaganda

II.2.1 Definisi Propaganda

Menurut Oxford Dictionary, propaganda merupakan: chiefly derogatory

information, especially of a biased or misleading nature, used to promote or publicize a particular political cause or point of view. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, propaganda adalah: (1) penerangan (paham, pendapat, dsb) yg benar atau salah yg dikembangkan dng tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu: biasanya disertai dengan janji yg muluk-muluk; (2) reklame (spt menawarkan obat, barang dagangan, dsb)

(dari bahasa Latin modern: propagate yang berarti mengembangkan atau memekarkan) adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat

dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan

informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.

Propaganda consists of the planned use of any form of public or mass-produced communication designed to affect the minds and emotions of a given group for a specific purpose, whether military, economic, or political.

Setidaknya ada tujuh jenis teknik propaganda yang dapat dipergunakan untuk menyamarkan tujuan sebernarnya1:

1. NameCalling

Teknik ini melibatkan penggunaan label atau memberikan sebuah nama

(18)

untuk memproyeksikan atau menonjolkan sebuah ide terhadap sesuatu yang kita sukai atau tidak kita sukai. Teknik ini termasuk yang paling sering digunakan dan biasanya untuk memberikan cap negatif terhadap lawan.

2. GlitteringGenerality

Teknik ini adalah kecendrungan untuk mengasosiasikan sebuah isu atau kesan dengan istilah yang mulia atau luhur. Para propagandis akan menggunakan kata-kata yang bermakna "positif". Kunci utama dalam melakukan teknik ini adalah penggunaan istilah yang definisinya tidak jelas.

3. Testimonial

Ini adalah teknik yang sering digunakan. Propagandis akan menggunakan tokoh-tokoh atau public figure, selebritis, juga bahkan orang yang tidak populer, untuk mendukung sebuah ide, gerakan, kandidat politik, produk, dll kepada khalayak. Orang yang menjadi idola atau panutan khalayak tersebut akan didengarkan oleh khalayak, dan khalayak secara sadar atau tidak akan mengikuti segala perkataannya.

4. ImageTransfer

Teknik ini memanfaatkan kekuasaan, kehormatan, dan reputasi positif pada sebuah entitas, konsep, tokoh, simbol, dan lain sebagainya. Propagandis akan mencoba mengasosiasikan citra positif tersebut kepada sebuah produk, individu, kelompok, program, dll agar apa yang dipropagandakannya mendapat citra positif yang sama sesuai dengan keinginan sang propagandis.

5. PlainFolks

Teknik ini adalah cara bagaimana seorang propagandis mencoba meyakinkan khalayak dengan menempatkan dirinya ditengah-tengah khalayak dan berbaur dengan mereka, menggunakan apa yang khalayak pakai, dan berlaku seperti apa yang khalayak lakukan.

6. CardStaking

(19)

dan bahkan tidak logis. Ini adalah salah satu cara propagandis untuk menutup-nutupi kartu kebenaran dengan kartu lainnya, card stacking. Sebuah propaganda bisa saja memang benar apa adanya, namun hal itu disampaikan secara selektif, fakta terlebih dahulu disaring dan sesuai atau sejalan dengan agenda propagandis, ada beberapa fakta yang tidak dimasukkan karena ditakutkan akan menjatuhkan atau mengacaukan agendasangpropagandis.

7. Bandwagon

Teknik ini berusaha menyakinkan khalayak dan mengajak khalayak untuk melakukan hal yang telah dilakukan oleh orang-orang kebanyakan.

"Everybody is doing it, You should do it too", "We are all doing it". Jadi khalayak akan berfikir untuk mendukung dan melakukan hal yang sama.

Propaganda dari segi isi dan sumber informasi dapat terbagi menjadi:

1. Propaganda putih (white propaganda) adalah propaganda dengan sumber dan ketepatan berita yang akurat, dan dapat diidentifikasi dengan jelas dan terbuka. Berberapa contohnya misalnya kampanye pemilihan umum, peresmian proyek ataupun prasasti, dan sebagainya.

2. Propaganda hitam (black propaganda) adalah propaganda yang isi berita dan sumbernya tidak jelas dan tidak faktual. Jenis propaganda ini disebut juga sebagai “propaganda terselubung”; seolah-olah menunjukkan sumber informasi, namun bukan sumber yang sebenarnya.

3. Propaganda abu-abu (grey propaganda) berada di antara propaganda hitam dan putih; sumbernya jelas tetapi berita yang disebar seolah-olah berasal dari sumber yang netral tetapi sebenarnya berseumber dari pihak lawan.

II.2.2 Sejarah Propaganda

(20)

membuat tulisan hieroglyph di dinding batu. Tugas utama mereka ialah menyebarkan,menggambarkan, dan mengabadikan titah, kekuasaan, dan kebesaran penguasa-penguasa Mesir pada masanya.

Memasuki abad pertengahan hingga Renaisans, seni dan arsitektur menjadi sarana propaganda kelompok-kelompok dominan dalam masyarakat seperti institusi keagamaan ataupun kerajaan dan aristokrasi. Para seniman pun memperoleh banyak keuntungan , baik dari segi materi maupun kedudukan sosial karena pihak gereja, bangsawan, dan kerajaan selalu bertindak sebagai patron yang melindungi mereka. Setelah Johannes Gutenberg mengembangkan teknik baru dalam mesin cetak, mereka-para seniman-tetap berkarya dengan mengangkat sejumlah tema sesuai permintaan kerajaan dan lembaga keagamaan maupun sebagai ekspresi pribadi si seniman akan lingkungan sosial pilitik dan sekitarnya.

(21)

Institusi keagamaan yang diuntungkan oleh temuan baru itu pun dapat lebih leluasa memproduksi berbagai materi cetakan. Begitu pula dengan perluasan gerakan Reformasi Martin Luther pada 1520-1521. Mereka tersebar melalui media cetak, terutama pamflet yang dirancang dan dibuat oleh beberapa seniman grafis Jerman.

Propaganda menebar satuan ideologi melalui berbagai jenis media sehingga makna ideologi dominan dapat dikonstruksi dengan lebih komprehensif. Apabila politik didefinisikan sebagai kegiatan manusia secara kolektif yang mengatur perilaku mereka di dalam situasi konflik sosial, maka komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Komunikasi politik selalu bertujuan mempengaruhi khalayak, disengaja, dan mempunyai tujuan.

Istilah propaganda sendiri mulai populer pada masa Perang Dunia I dan II serta pada masa Perang Dingin tahun 1950-an, umumnya mengandung proses penyampaian pesan dalam suatu keadaan tertentu yang bersifat mengimbau, mengajak dan bahkan cenderung mempengaruhi kondisi psikologis suatu masyarakat dan dalam hal ini ialah pada masa perang.

(22)

(Reichsministeriumfür Volksaufklärung und Propaganda or Propagandaministerium)

yang dipimpin oleh Joseph Goebbels. Tujuannya untuk mengendalikan informasi dan memelihara budaya NAZI.

Propaganda politik sebagai bagian dari komunikasi politik merupakan sebuah mekanisme dalam pelukisan dan pendefinisian “realitas politik” agar sesuai dengan ideology politik tertentu. Propaganda politik adalah cara bagaimana pikiran masyarakat dipengaruhi melalui mekanisme representasi ideologis dan manipulasi kesadaran. Mekanisme manipulasi kesadaran inilah yang membuat propaganda selalu mempunyai persoalan ideologis, yaitu persoalan objektivitas dan kebenaran pengetahuan tentang realitas yang ditampilkan (truth).

Propaganda merupakan sebuah mekanisme pembingkaian realitas (framming)

sedemikian rupa, sehingga sebuah bagian dari realitas dibuat terlihat sangat jelas

(visible), sementara bagian realitas lainnya dibuat tersembunyi (invisible), samar-samar, kabur atau tertutup sama sekali. Kemampuan propaganda dalam menampakkan dan menyembunyikan realitas sertra mempengaruhi masyarakat melalui “bingkai realitas” tersebut, merupakan ukuran bagi keberhasilan propaganda. Propaganda kerap menggunakan sisi gelap ideologi sebagai “sistem gagasan, kepercayaan, dan kesadaran semu” (Raymond Williams 1977, dalam Arief Adityawan S, 2008).

II.3 Definisi dan Sejarah Realisme Sosial

II.3.1 Definisi Realisme Sosial

(23)

II.3.2 Sejarah Realisme Sosial

Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya istilah tersebut digunakan oleh golongan-golongan tertentu yang ingin mewujudkan masyarakat yang mempunyai hak kepemilikan bersama terhadap alat-alat produksi, agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2) komunisme,(3) anarkisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit buku Marx, Manifesto Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) menjadi faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991: 127).

(24)

partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).

II.4 Seni Konstruktivisme dan Realisme Sosial dan Perannya dalam Propaganda Politik di Negara Rusia

II.4.1. Peran Seni Konstruktivisme dalam Propaganda Politik di Negara Rusia

Pada tahun 1920-an di Rusia berkembang sebuah gerakan yang bernama konstruktivisme (setelah Revolusi Oktober) yang dipelopori oleh Vladimir Tatlin (1885-1953), Alexander Mikhailovich Rodchenko (1891-1956), dan Lazar Marcovivh Lissitzky (1890-1941). Rodchenko sendiri pernah diangkat sebagai Direktur Dana Museum dan Pembelian oleh Pemerintah Rusia pada 1920 yang ditugaskan untuk mereorganisasi sekolah-sekolah dan museum seni.

Konstruktivisme adalah sebuah konstruksi yang mengatur pada sistem sosial, yang ditandai oleh penggunaan metode industri untuk menciptakan objek geometris. Gerakan ini menjadi sebuah kekuatan yang aktif sampai sekitar tahun 1934, dan mengalami masa kejayaan dalam pemerintahan republik Weimar, sebelum akhirnya digantikan oleh Realisme Sosial. Konstruktivisme Rusia berpengaruh pada penggunaan huruf sans-serif berwarna merah dan hitam diatur dalam blok asimetris dan juga merupakan gabungan dari kata dan gambar sebagai pengalaman visual yang terjadi secara serentak. Fotogram, foto-montase-superimposisi (saling bertumpuk), fokus yang berlainan, tipografi konkrit.

(25)

Karya konstruktivis pada masa Rusia tengah dilanda perang saudara ketika itu salah satunya merupakan karya Lissitzky “Hantamlah Si Putih dan Pantek Merah” (Beat the Whites with the Red Wedge) pada 1919 yang hanya berisi empat kata yang tidak beraturan, bentuk-bentuk geometris merah, abu-abu, hitam, dan putih yang mengesankan gerak dan benturan. “Merah” symbol kaum revolusioner dan komunis sedangkan “Putih” symbol kaum monarki, konservatif, liberal, dan sosialis yang menentang Revolusi Bolshevik.

Gambar 2.2 Beat the Whites with the Red Wedge, 1920. L.M. Lissitzky (http://russianposters.blogspot.com)

Karya lainnya dibuat pada tahun 1941 dimana poster propaganda dibuat “mengajak” rakyat Rusia memproduksi lebih banyak kendaraan tank untuk melawan Nazi Jerman. Dalam perkembangan terakhir, konstruktivisme lebih banyak menekankan “seni produksi”, yakni menjalin kerjasama dengan dunia industri dengan menciptakan benda-benda fungsional untuk kepentingan massa.

(26)

Pengaruh dari seniman-seniman konstruktivis memudar saat Lenin memberlakukan Kebijakan Ekonomi Baru pada tahun 1921. Pada masa itu konstruktivisme mulai dikecam dan ditolak karena dianggap tidak cocok dengan “semangat “ rakyat jelata dan proyek propaganda partai komunis. Begitu pula dengan seniman-seniman yang tergabung dalam Association of Easel Painters atau The Society of Easel Painters (OST). Pada awal tahun 1930-an, Realisme dan idiom-idiom modernis OST mulai diserang dan dikritik sebagai “formalisme” dan “borjuis”. Imtil ,mengontrol kerja para seniman, Partai Komunis Uni Soviet membentuk Serikat Seniman Soviet pada 1932.

Puncaknya ialah saat Stalin pada tahun 1934 mencanangkan “Realisme Sosialis” sebagai doktrin resmi dalam seni propaganda. Seniman wajib berkarya menurut kuota dan tema yang ditentukan dalam partai komunis. Seni harus mudah dicerna, mendukung perjuangan, dan menggugah semangat kaum proletar. Sejak itu pula hanya ada satu subjek dalam setiap poster propaganda: Joseph Stalin.

II.5 Pendekatan Teori

II.5.1 Teori Poster sebagai Media Komunikasi

(27)

Corbusier, dimana bukunya Towards a New Architecture (1923) menjajarkan foto kuil-kuil Yunani kuno dan mesin mobil modern:

Pemelencengan itu ditutupi oleh fakta bahwa argumen tersebut sebagian bersifat verbal dan sebagian bersifat visual. Landasan verbal adalah nilai positif standarisasi dan dalam konteksnya, beginilah cara membacanya, tetapi tertium comparitionis argumen tersebut adalah pretensi yang tidak jujur.

TEMA FUNGSI DESIGN 1. Rasional

Media yang mengarah ke rasional yang berfokus pada praktek, fungsi, atau kebutuhan masyarakat, akan memberikan tekanan atau manfaat baginya untuk menerima berita yang diinformasikan / dikomunikasikan.

2. Humor atau jenaka

Penampilan humor atau jenaka merupakan strategi mencapai sasaran komunikasi grafis komunikasi untuk memicu perhatian terhadap yang dikomunikasikan 3. Rasa takut

Rasa takut lebih efektif digunakan untuk memperbaiki motivasi Tujuan :

 Mengindentifikasi konsekuensi negatif jika menggunakan produk.

 Mengidentifikasi konsekuensi negatif terhadap perilaku yang tidak aman, misalnya minum-minuman keras, merokok, menelpon sambil nyetir mobil, merusak lingkungan, dan sebagainya

4. Patriotik

Tampilan visual patriotic (hero) kadang dihadirkan untuk menambah rasa kepercayaan masyarakat terhadap berita yang diinformasikan / dikomunikasikan. 5. Kesalahan

Tujuan media yang bersifat kesalahan ini agar audience (masyarakat) yang melihatnya/ membacanya bisa memperbaiki adegan/ berita kesalahan yang diinformasikan/dikomunikasikan

(28)

Kaidah biasanya hubungannya dengan aturan-aturan yang tidak menyinggung suku, adat-istiadat, ras, dan agama (SARA). Unsur ini sangat riskhan dan harus berhatihati, agar media grafis yang diciptakannya tidak terjadi kesalahpahaman di dalam masyarakat

7. Simbol

 Simbol adalah tanda yang mempunyai hubungan dengan obyek yang mempunyai peraturan yang sifatnya umum.

 Simbol merupakan jembatan menginterpetasikan (mengartikan) suatu obyek kepada orang lain sesuai dengan pengalamannya

8. Pengandaian

Pengandaian merupakan harapan atau angan-angan ke depan sebuah tujuan. Pengandaian merupakan sebuah impian yang seakan-akan menjadi kenyataan

9. Emosional

 Sebagian masyarakat tertarik pada berita yang

diinformasikan/dikomunikasikan melaui pendekatan emosional dengan perasaan si penghayat yang mengesampingkan akribut dari lembaga yang menginformasikan

 Teknik emosional lebih mengena dan membuat penasaran, khususnya masyarakat yang merasa lebih maju

II.5.2 Teori Kritik Seni Feldman

(29)

perang, melalui poster, pemerintah membangkitkan kebencian terhadap musuh, atau mempersuasikan sesuatu, atau untuk meningkatkan produksi. Pada masa tenang, seniman diarahkan untuk mempengaruhi hampir setiap jenis perilaku kelompok.

Menurut Feldman terdapat empat tahap dalam kritik seni: 1. Deskripsi

Adalah suatu pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung kepada pengamat. Dalam hal ini kritikus dituntut untuk menyajikan keterangan secara objektif yang bersumber pada fakta yang terdapat dalam karya seni.

2. Analisis

Tahap ini kritikus menguraikan kualiats elemen seni, pencahayaan, penataan figure,. Lokasi, ruang, dan volume. Jika seorang kritikus music memberikan penilaian terhadap penyanyi, maka disamping ia menafsirkan nilai penampilan sang artis, dia juga menganalisis segi tekniknya, misalnya, vocal, jangkauan suara, acting, kefasihan, dan kualitas bunyi yang diciptakan.

3. Interpretasi

Adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni dari hasil deskripsi dan analisis yang cermat. Kegiatan ini tidak bermaksud menemukan nilai verbal yang setara dengan pengalaman yang diberikan karya seni. Juga bukan dimaksudkan sebagai proses penilaian. Penilaian nanti akan dikemukakan dalam pembahasan sendiri.

4. Evaluasi

Adalah menetapkan rangking sebuah karya dalam hubungannya dengan karya lain yang sejenis, untuk menentukan kadar artistik dan faedah estetiknya. Dalam hal ini dikenal dengan studi komparatif historis.

II.5.3 Teori Estetika Marxis

(30)

lebih tinggi pasti menemukan wujud ekspresi lebih tinggi pula. Para estetikus Rusia lambat laun menghapus dari Marxisme hal-hal penting yang diperoleh dari Hegel, yakni, pengidentifikasian yang indah dengan yang benar, kemudian memandang seni dengan kenyataan, serta keindahan dan kebenaran adalah oposisi yang tidak terdamaikan. Sikap identifikasi tersebut mengikuti pengabaian yang total terhadap “wujud” dalam seni di bawah Stalin, dan oposisi total terhadap “formalisme” yang mendominasi Rusia antara 1921-1925. Formalisme telah mereduksi seni sampai tidak ada yang tersisa selain wujud dan gaya, dan tetap tidak peduli dengan “isi”-nya.

Adalah teoretikus Rusia, G.V. Plekhanov, yang mempertegas pendekatan Marxian terhadap seni. Sebagai pendukung gerakan “seni untuk seni” di Rusia, ia menolak gagasan otonomi mutlak seni dan menegaskan kriteria objektif untuk menganalisis gejala estetik. Dengan melakukan hal itu, ia mengeliminir komponen subjektif seni. Seni dipandang pada hakikatnya sebagai gejala sosial. Suatu seni dipandang progresif atau reaksioner tergantung pada apakah ia menerima atau tidak prinsip revolusioner kelas proletar. Dengan cara itu, maka seni pun terasing dari status otonomnya dalam teori Marxis dan dibuat tergantung pada status kekuatan produktif masyarakat.

Lenin menggiring argumen Plekhanov selangkah lebih jauh dan lebih memberi perhatian langsung terhadap masalah menciptakan kesenian dan sastra sosialis. Dalam esainya yang kejam pada 1905 tentang “Sastra Organisasi dan Partai”, atas nama Marxisme dan revolusi proletar, ia mencela segala wujud sastra yang tidak punya komitmen, dan menyatakan pensubordinasian total kehidupan budaya kepada

partignost (semangat partai).

Lenin selanjutnya membubarkan ilusi kebebasan seni di masyarakat borjuis yang dipandang sebagai ekspresi anarki kapitalis dan menganjurkan pendekatan kritis terhadap seni masa silam. Seni sosialis mendapat tugas untuk menolak kepalsuan dan mengekspos kemunafikan seni borjuis. Seni yang demikian disangkal kemengadaan otonomnya dan menjadi instrumen aksi politik dan pemujaan partai.

(31)

diartikan sebagai budaya yang secara kualitatif inferior, dan membela prinsip otonomi snei baik dalam hal isi maupun wujud. Trotsky mendorong segala jenis eksperimen kesenian, bahkan yang futuris sekalipun. Karena itu, Stalin menuduhnya sebagai penganjur formalisme seni, sebuah kecenderungan yang memandang bahwa teknik memiliki tujuannya sendiri dan terhadap gejala seni mereka mengutamakan wujud daripada isi. Hal ini kemudian disanggah: pemisahan wujud dari isi mengandaikan pemisahan pemikiran dengan praksis dan merupakan watak filsafat idealis.

Semakin terkonsolidasi sosialisme di Rusia, semakin kaku estetika Marxis. Para novelis Rusia seperti Belinski dan Chernishevsky mensubordinasikan seni ke dalam kenyataan. Semakin seni merefleksikan kenyataan, kehidupan proletar dan kehidupan Rusia, semakin ia terbebani gagasan akan kesempurnaan. Dengan cara demikian, ia menyangkal komponen subjektif dalam gejala seni. Pendekatan “realisme sosialis” ternyata diidentifikasi sebagai estetika Marxis tout court. Gorky, Stalin, dan Zhdanov menjadi pembela keras metode “realisme sosial” ini, yang menganggap seni sebagai instrumen ideologis untuk pendidikan massa menuju sosialisme. Seni, tulis mereka, harus menjadi representasi kongkret kenyataan dalam perkembangan revolusionernya.

II.5.4 Teori Estetika Gramsci

Minat Gramsci dalam estetika, sebagaimana dapat disimak, bukanlah filsafati ataupun teoritis, melainkan sosiologis. Alih-alih mempersoalkan apa yang indah dalam seni, ia lebih fokus terhadap permasalahan bagaimana suatu kesenian dinikmati publiknya, bagaimana kepopulerannya tidak ditentukan oleh “keindahan”, melainkan ada muatan spesifik yang mampu menarik massa.

(32)

dapat dihindarkan bahaya formalisme, psikologisme, sosiologisme atau bentuk dogmatism, dan determinasi lain.

Seni bagi Gramsci:

1. Harus dikatikan dengan sejarah manusia dan relasi-relasi sosialnya yang konkrit (dalam hal ini praksis politik).

2. Seni harus diberi otonomi dalam hal berpolitik. Seni muncul secara spontan dan tidak mungkin dipaksakan dari atas atau dari luar (sebagaimana pernah terjadi pada kesenian Stalin atau fasis).

3. Seni harus memfasilitasi pengembangan bebas kekuatan-kekuatan progresif revolusioner.

Gramsci menghampiri subjek seni dari perspektif politis. Seni dianggap sebagai proses sosial yang menyejarah, dan sebagaimana kegiatan intelektual lain, membaurkan diri dan mempesona manusia karena anasir-anasir praktis dan eksternalnya. Gramsci menolak memandang seni sebagai pantulan pasif dari kepentingan kelas. Seni itu otonom dan mengandung nilai-nilai yang tidak mengenal waktu.

Bab III

Visualisasi Poster Propaganda Rusia

(33)

Gambar 3.1.1 Death to The World of Imperialism, Dr. Moor, 1920 (Sumber: http://russianposters.com/)

Dalam poster ini terlihat ikon sebuah ular super besar yang membelit sebuah bangunan pabrik dimana rakyat Rusia berperang melawannya dengan menggunakan senjata-senjata khas buruh dan petani dengan teks dalam bahasa Rusia: Kematian untuk Dunia Imperialisme. Pada masa ini industrialisasi sedang marak terjadi akibat imperialisme dan kapitalisme sehingga menyebabkan tereksploitasinya sumber daya manusia baik dari kalangan perempuan hingga anak-anak.

(34)

Gambar 3.1.2 God exists, but We don’t recognize him in Atheist at the Machine Sit Magazine, 1925 subscription.

D. Moor (Orlov), 1924 (Sumber:Ibid.)

(35)

Gambar 3.1.3 The Battleship Potemkin movie poster Stenberg G. A., 1929 (Sumber:Ibid.)

The Battleship Potemkin merupakan sebuah film yang disutradarai oleh Sergei Eisenstein dan diproduksi oleh sebuah rumah produksi Rusia Mosfilm pada tahun 1925. Potemkin telah disebut-sebut sebagai salah satu dari film yang paling berpengaruh sepanjang masa dan bahkan telah dinobatkan sebagai film terbaik sepanjang masa dalam World’s Fair di Brussels, Belgia pada tahun 1958. Film ini menceritakan tentang kejadian nyata yang terjadi pada tahun 1905 dimana prajurit angkatan laut Rusia berperang melawan pihak tentara kerajaan dalam masa pemerintahan Tsar Nikolas II.

(36)

Gambar 3.1.4 Worker and peasant women – all should go to the polls!

N. Valerianov, 1925(Sumber:Ibid.)

Worker and peasant women – all should go to the polls! Gather under the Red Banner along with men,

We bring fear to the bourgeoisie!

Dalam poster ini digambarkan para perempuan pekerja dalam pakaian tradisional sarafan dan pakaian pekerja berbaris dalam gestur yang menantang dan melempar seorang tuan tanah ataupun pemilik pabrik. Poster ini berasal dari tahun ’20 –an yang menggambarkan tipikal seorang kapitalis gemuk dalam sebuah jas, topi, dan jam rantai. Selanjutnya gambaran tersebut seringkali digunakan dalam buku ilustrasi anak, poster, serta berbagai propaganda lain.

(37)

mereka dalam partai. Bagaimanapun, prosedur pemilihan umum tersebut diharapkan menjadi kesempatan yang sangat baik untuk propaganda dan dalam kasus ini sebelum revolusi, perempuan masih buta huruf, belum diberi pendidikan yang layak dan tidak memiliki hak untuk memilih.

Gambar 3.1.5 A spectre is haunting Europe - the spectre of Communism Scherbakov V., 1920 (Sumber:Ibid.)

Judul dari poster ini merupakan kalimat pertama dari Manifesto Partai Komunis -sebuah dokumen yang hamper menjadi pengaruh yang ekstrim dalam sejarah abad ke-20. Dokumen ini ditulis pada tahun 1848 oleh pemikir Jerman Friedrich Engels dan Karl Marx. Buku ini dilarang di Rusia pada masa pemerintahan Tsar namun terdapat beberapa edisi illegal selama periode 1880.

(38)

III.2 Visualisasi Poster Propaganda Rusia pada Periode 1930-an

Gambar 3.2.1.The Way to Prosperity! –

Unknown year (Sumber:Ibid.)

(39)

Gambar 3.2.2 The pipe of Stalin, V. Deni, 1930. (Sumber:Ibid.)

Dalam poster ini terdapat gambar Stalin yang sedang menghisap pipa rokok. Pipa rokok dalam poster ini memiliki fungsi lain yaitu sebagai metafora dimana Stalin meniupkan asap yang berisi orang-orang yang mengacaukan pembangunan dari Uni Soviet. Orang pertama ialah orang yang menyabotase First Five Year Plan.

Berikutnya ialah Nepach atau Red Merchant atau NEPman. New Economic Policy

(40)

Gambar 3.2.3 Long live the mighty aviation of the socialism country! V. Dobrovolsky, 1939, (Sumber:Ibid.)

Dalam poster ini kita dapat melihat parade di Red Square di pusat kota Moscow. Nama Red Square sendiri tidak ada hubungannya dengan simbol komunisme, namun dalam ejaan Rusia lama merah berarti “indah”. Di kiri poster adalah Kremlin Wall, dan di sebelah kanan ialah GUM (State Universal Store). Bangunan merah besar dengan menara kecil di depannya merupakan State Historical Museum –satu dari museum paling baik dan menarik di Rusia. Sebelum revolusi, gerbang di sebelah kanan dari Lapangan Merah merupakan Iberian Gate and Chapel

namun pada tahun 1931 dihancurkan untuk memberi jalan pada kendaraan militer Rusia selama parade. Namun pada tahun 1966 baik Iberian Gate maupun kapelnya berhasil dibangun kembali.

(41)

mesin tunggal dan pesawat pengebom berwarna hijau gelap Ilyushin DB-3 yang terbang dengan penuh kebanggaan. DB-3 merupakan pesawat tempur mesin ganda dengan sayap rendah, pertama kali diterbangkan pada tahun 1935 dimana beberapa tahun berikutnya dimodifikasi menjadi Il-4 yang memulai pemboman pertama terhadap Berlin.

Gambar 3.2.4 Long Live the World October

G. Klutsis, 1933(Sumber:Ibid.)

Sebuah poster yang dibuat oleh Gustav Kultis dimana ia dapat mempergunakan simbol-simbol dan teks dengan baik dalam mendukung propaganda revolusi. Dalam poster ini digambarkan para pekerja dari berbagai belahan dunia dan bahasa mengusung bendera merah yang berbunyi Long Live the World October

(42)

Gambar 3.2.5 Staff makes absolutely all the difference. Stalin, G. Klutsis, 1935, (Sumber:Ibid.)

(43)

Gambar 3.2.6 To Defend USSR, V. Kulagina, 1930. (Sumber:Ibid.)

Poster ini merupakan karya dari Valentina Kulagina –istri dari Gustav Kultis ,yang juga adalah salah satu dari seniman poster yang paling ekspresif di era pertengahan awal abad ke-20. Poster ini mendapat pengaruh yang sangat kuat dari suprematisme, sebuah pergerakan seni yang dipelopori oleh Kazimir Malevich. Dalam poster ini digambarkan figur-figur prajurit Rusia dalam budenovkas (topi militer) tengah berjalan dengan senapan mereka. Slogan yang disampaikan sangat sederhana dan cukup provokatif: “To Defend USSR”.

(44)

siluet putih dari pesawat tempur berada di tengah mereka seakan tidak ada batas antara mereka, meskipun masing-masing terdapat di dimensi yang berbeda.

III.3 Visualisasi Poster Propaganda Rusia pada Periode 1940-an

Gambar 3.3.1 Defend Moscow! – 1941 (Sumber:Ibid.)

(45)

Gambar 3.3.2 Motherland is calling!

Irakli Toidze, 1941(Sumber:Ibid.)

Poster ini merupakan salah satu karya desain grafis yang paling signifikan pada abad ke-20 Rusia. Dibuat pada bulan Juli tahun 1941 ketika masa perang antara Nazi Jerman dan Uni Soviet dan sejak saat itu poster ini telah dicetak jutaan kali dan menjadi simbol dari perjuangan Rusia. Poster ini juga mempengaruhi banyak aspek dari kehidupan di Rusia, menjadi stimulan bagi para seniman dan pematung dalam berkarya.

(46)

Gambar 3.3.3 No Escape from the People’s Revenge!

I. Rabichev, 1941 (Sumber:Ibid.)

(47)

Gambar 3.3.4 All start with “Г” D. Moor (Orlov), 1941(Sumber:Ibid.)

Poster yang dibuat dengan gaya kartun ini dibuat menggunakan ikon dari wajah-wajah yang terdistorsi dari para pemimpin Nazi: Heinrich Himmler (menteri dalam negeri), Hermann Wilhelm Goring (menteri penerbangan dan salah satu pemimpin politik tertinggi Jerman, Adolf Hitler (pemimpin Nazi Jerman) dan Paul Joseph Goebbels (menteri penerangan masyarakat dan propaganda –dikenal sebagai anti Yahudi). Tokoh-tokoh tersebut merupakan para politisi yang bertanggung jawab atas Perang Dunia II dan kejahatan perang yang terjadi di lapangan.

(48)

Gambar 3.3.5 Soldier of the Soviet Army, save us!

Koretskij V. B., 1942(Sumber:Ibid.)

(49)

Gambar 3.3.6 Everything for the Victory! –Women of USSR for the Front A. Kokorekin, 1942 (Sumber:Ibid.)

(50)

Gambar 3.3.7 To The West! -Ivanov V.S., 1943(Sumber:Ibid.)

Dalam poster ini diperlihatkan di sudut kiri atas dapat dilihat sebuah penanda yang berisi bahasa Jerman Drang nach Osten ("Menuju ke Timur") dan seorang tentara Rusia yang menghantam papan tersebut dengan menggunakan bagian belakang senapannya. Gagasan Jerman merupakan sebuah keinginan untuk memperluas kekuasaannya ke arah timur, yang sudah pernah menjadi gagasan

Charles the Great. Pada the Battle of Kursk (4 -20 Juli 1943) tentara Rusia mendapat kemenangan besar dengan serangan balik besar-besaran. Slogan To the West!

(51)

Gambar 3.3.8 Join the Society of the Red Cross and the Red Crescent!

Koretskij V. B., 1947 (Sumber:Ibid.)

Palang Merah Internasional (International Red Cross) dan Gerakan Bulan Sabit Merah (Red Cresent Movement) merupakan gerakan kemanusiaan internasional yang mendeklarasikan misinya untuk melindungi hidup manusia, kesehatan, dan mengurangi penderitaan manusia di seluruh penjuru dunia. Di Rusia sejarah IRC dimulai sejak tahun 1854, dimana Ratu Rusia Elena Pavlovna pada masa itu membangun komunitas perawat di St.Petersburg –ibukota Kerajaan Rusia. Pada perkembangan selanjutnya IRC terbagi menjadi beberapa organisasi independen dengan berbagai nama, prinsip-prinsip dasar dan objektif.

(52)
(53)

BAB IV

Analisa Perbandingan Visualisasi Poster

Rusia

IV.1 Tabel Perbandingan Unsur Visual Poster era 1920-an,1930-an dan 1940-an Tabel IV.1.2

Periode 1920-an

Tahun 0 192 1920 1925 1925 1929

Poster

(54)

oleh Barat

Pengaruh

gaya Victorian Realisme Sosial Konstruktivisme Konstruktivisme

Tabel IV.1.3

Periode 1930-an

Tahun - 1930 1933 1935 1939

Poster

Warna Hitam, putih krem Putih biru Merah hijau Merah, biru, putih

(55)

IV.2 Analisa Perbandingan Semiotika Visual Poster

Periode 1940-an

Tahun 1943 1941 1942 1947 1941

Poster

Teks To the West! Motherland is calling

(56)

Dari data perbandingan tabel diatas, secara keseluruhan kita dapat menarik benang merah dari visualisasi setiap periode poster, yaitu penggunaan warna merah, hitam, dan putih yang dominan, juga warna biru dan terkadang warna primer lainnya. Ikon yang digunakan dalam poster juga didominasi oleh tokoh pemimpin rezim yang tengah berkuasa, figur-figur kelas pekerja, perempuan, serta tokoh-tokoh oposisi.

Pada periode 1920-an dapat kita lihat pengaruh gaya victorian masih cukup kental terutama masa 1920 dan 1921 dimana konten dari poster merupakan propaganda revolusi proletar. Penggunaan hurufnya masih sedikit terasa Serif meskipun sudah mulai berubah menjadi huruf balok, dan gaya penggambarannya terkesan seperti kartun. Poster-poster yang dibuat oleh Dr.Moor dan Viktor Deni misalnya, menggunakan warna-warna primer. Merah digunakan untuk menggambarkan elemen revolusi, terutama bendera, baju buruh dan petani. Hitam digunakan untuk gambar utama dan sebagai warna pakaian kapitalis.

Pembatasan pemakaian pada dua warna ini digunakan untuk memperkuat kesan dan pesan. Pasca revolusi Bolshevik sejak tahun 1922 – 1929 penggunaan gaya konstruktivisme semakin terasa dengan huruf balok dan penyederhanaan bentuk. Gaya visual seperti itulah juga merambah Eropa awal abad ke-20, bentuk nyaris datar, bidang dinamis. Secara visual apa yang terlihat pada beberapa poster di pameran ini mirip gaya plakatstil dan art-deco. Bedanya hanya, di Eropa Barat gaya itu digunakan untuk iklan komersil, di Rusia untuk politik. (Sunarto, 2006).

Pada era 1930-an dimana Stalin telah memiliki posisi yang kuat di pemerintahan, gaya konstruktif perlahan digantikan dengan realisme sosial dimana tampak figur Stalin menjadi menu utama dalam segala tema poster. Terjadi beberapa perubahan gaya visual, meski kesederhanaan “lubok” Rusia masih tampak. Penggunaan warnanya tampak lebih variatif dan dinamis.

(57)

Dari pemaparan singkat di atas dapat kita simpulkan beberapa poin penting:

1. Permukaan yang doff (tidak mengkilap) merupakan karakteristik grafis negara sosialis, terutama dalam kepekatan warna hitam. Majalah dan poster sosialis menampilkan kesan dramatis dengan hitam yg dalam, yang merupakan peraturan yang berlaku masa itu, bahwa permukaan mengkilap melelahkan mata.

2. Komposisi poster yang tidak rumit, lugas, baik dalam tata letak, gambar, serta teksnya. Huruf pun dipilih sanserif yang kokoh (huruf sanserif juga dikembangkan di Eropa Barat dengan lebih luwes). Skala yang besar dan hiperbolik menenggelamkan ikon manusianya menjadi terkesan kecil di bawah bayangan sang ideologi. Pengaruhnya sampai sekarang masih nyata di negara sosialis Cina, Amerika Latin dan Amerika Selatan.

3. Sudut pandang dibuat frontal/menghadap pelihat, kadang tokoh di letakkan agak meninggi memberi kesan megah, seperti di atas panggung teater. Secara kasat-mata ditekankan olah gestural lewat romantisme geliat otot dan pose dramatik untuk menggerakkan emosi pelihat, bukan pikiran. Pada baligo Komunis tahun 1960-an di Indonesia selalu digambarkan buruh, tani dan wanita dalam ukuran otot yg luar biasa besar, tapi kepalanya kecil.

4. Dalam memilih obyek dan kiasan, maka dipilih simbolisme amat umum dan mudah dicerna, tidak mengundang interpretasi terlalu rumit. Digunakan pula metafora beku yang sudah dikenal umum nyaris sebagai makna deskriptif. Bagi poster propaganda cara ini penting, karena tujuannya adalah “menyatukan gagasan” dengan menghindari permainan imajinasi yang mengaburkan tujuan komunikasi, serba lugas “to the point”.

(58)

IV.3.1 Teori Poster sebagai Media Komunikasi

Dalam subbab sebelumnya telah dipaparkan mengenai komposisi, simbol, obyek, warna, teks, serta kiasan-kiasan yang digunakan dalam poster Rusia. Bila kita coba bandingkan dengan tema fungsi desain dalam kajian teori, poster-poster Rusia dari berbagai periode ini sangat memenuhi kriteria desain dengan mencakup strategi:

1. Kerasionalan:

Dengan media yang mengarah pada praktek, fungsi, atau kebutuhan masyarakat, berita yang dikomunikasikan akan lebih terasa penekanannya. Dari kesemua poster diatas fungsi tersebut berjalan dengan baik, masyarakat merasakan kebutuhan akan apa yang dikomunikasikan lewat poster tersebut.

2. Humor atau jenaka:

Dengan penggunaan humor dalam beberapa poster, seperti dalam poster All start with “Г” karya Dr.Moor dimana ia menggunakan tokoh-tokoh Nazi sebagai olok-olok dengan huruf kotoran ia dapat menghadirkan rasa benci terhadap musuh dengan cara yang jenaka sehingga dapat lebih mudah dicerna masyarakat.

3. Rasa takut:

Dalam teori desain rasa takut lebih efektif untuk menghadirkan motivasi perilaku, dengan mengidentifikasi konsekuensi negatif terhadap suatu perilaku atau keadaan yang tidak aman. Dalam hal ini poster Rusia juga kebanyakan menghadirkan rasa takut dengan penggunaan ikon perempuan dan anak-anak yang terancam, serta keadaan kacau/ riot.

4. Patriotik:

(59)

5. Emosional:

Dengan menggunakan pendekatan emosional keberhasilan pemerintah Rusia dalam mengobarkan semangat perjuangan para tentara dan rakyat Rusia terbukti ampuh, salah satu contohnya ialah melalui poster Motherland is Calling! Karya Irakli Toidze dimana poster tersebut berhasil memberikan spirit bagi para prajurit Rusia hingga diperlakukan layaknya bendera Rusia sendiri.

IV.3.2 Teori Estetika Marxis dan Gramsci

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam kajian teori, di Rusia prinsip estetika Marxisme bisa dikatakan cukup melenceng dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Dapat dilihat terutama pada era 1930-an hingga masa Perang Patriotik dimana Stalin berkuasa, hampir semua poster bergaya realisme sosial dengan konten yang eksplisit . Periode 1928-1932, Setelah Stalin menjadi kuat dan memiliki supremasi dalam pemerintahan, dia mengakhiri New Economic Policy dan menciptakan era komunisme yang sempurna dengan rencana 5 tahun dalam bidang ekonomi. Didorong keinginan mengembalikan USSR sebagai kekuatan besar, dia memerintahkan peningkatan produksi dalam segala bidang dan pembangunan yang terus menerus.

(60)

Dalam teori estetika Gramsci, sekalipun seni harus dikatikan dengan relasi-relasi sosialnya yang konkrit disisi lain seni harus diberi otonomi dalam hal berpolitik dan tidak dipaksakan dari atas atau dari luar, serta memfasilitasi pengembangan bebas kekuatan progresif revolusioner. Ia juga menolak seni sebagai pantulan pasif dari kepentingan kelas.

(61)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

V.1 Kesimpulan

Dari proses analisa yang telah dilakukan di Bab IV, dapat kita tarik kesimpulan bahwa secara umum poster Rusia di periode 1920-an, 1930-an, dan 1940-an memiliki per1940-an1940-an y1940-ang cukup vital dalam mendukung revolusi pemerintah1940-an di negara Rusia, dalam membakar semangat patriotism rakyat Rusia terutama dalam menghadapi masa perang, serta dalam mendukung segala kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Rusia. Era pemerintahan Lenin dalam masa revolusi dan pemulihan ekonomi memiliki peranan penting dalam mencanangkan poster propaganda sebagai sarana penyebaran visi tentang perubahan kultural dan politik kepada rakyat yang kebanyakan buta-huruf.

Poster Rusia didominasi oleh warna-warna primer seperti merah, hitam, putih, dan biru, dengan tema-tema heroik dan terkesan sangat eksplisit demi menggapai masyarakat dengan pola pikir yang sederhana, mengingat kebutuhan pemerintahan era Lenin dan Stalin: tenaga kerja dan sukarelawan perang. Bisa disimpulkan juga bahwa Marxisme yang diagung-agungkan oleh pemerintahan Lenin dan Stalin menjadi antitesis ketika mereka menggunakan prinsip estetika yang berseberangan dengan Marxis yaitu mensubordinasikan seni ke dalam kenyataan. Disini otonomi seni diabaikan dengan pemusnahan segala bentuk kesenian yang dianggap tidak sesuai dengan ideologi sosialisme pada masa itu –yang mana juga telah mengalami pendeformasian ideologi sesuai dengan keinginan penguasa rezim saat itu: Lenin dan Stalin.

(62)

V.2 Saran

(63)

Daftar Pustaka

http://oxforddictionaries.com/definition/poster?region=us&q=poster http://kamusbahasaindonesia.org/poster

http://id.wikipedia.org/wiki/Poster Ibid.

http://oxforddictionaries.com/definition/propaganda?region=us&q=propaganda http://kamusbahasaindonesia.org/propaganda

http://id.wikipedia.org/wiki/Propaganda

http://dgi-indonesia.com/perupaan-poster-rusia/

http://russianposter.com/

Siregar, Aminuddin Th, Konteks Seni dalam Poster Rusia, brosur pameran, 2006 Arif, Adithiawan, Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, (2008, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia). Hlm. 45,92,93,108,109,118

Edmund Burke, Feldman, Art as Image and Idea (1967 Prentice-Hall, Inc. New Jersey) Hlm. 38, 470

R.Banham, “The Machine Aesthetic’ dalam Design History and the History of Design, John A. Walker (Pluto Press, 1989) hlm.14

Liftschitz & Leonardo Salamini, Praksis Seni: Marx & Gramci, diterjemahkan dari

The Philosophy of Art of Karl Marx, (London: Rouletdge & Kegan Paul, 1981), hlm.168,183

Gambar

Gambar 2.2 Beat  the Whites with the Red Wedge, 1920.  L.M. Lissitzky (http://russianposters.blogspot.com)
Gambar 3.1.1 Death to The World of Imperialism, Dr. Moor, 1920 (Sumber: http://russianposters.com/)
Gambar 3.1.2   God exists, but We don’t recognize him
Gambar 3.1.3  The Battleship Potemkin  movie poster Stenberg G. A., 1929  ( Sumber:Ibid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kecenderungan pertama ialah bahwa nama yang bersuku kata tertutup cenderung terdapat pada nama orang yang berumur tua, yaitu berumur lebih dari 59 tahun.. Kecenderungan

[r]

Hubungan kekerasan terhadap jenis material sprocket drive pada proses heat treatment, pada proses perlakuan panas yang diberikan pada sprocket driven (Original, KW

Koleksi rekaman data yang dianalisa dengan metode atau aturan yang tepat dapat menghasilkan pengetahuan baru atau informasi yang berguna, misalnya berupa pola

Karena sebelum di PAK saya tidak pernah peduli dengan hidup orang lain, tetapi pengalaman di PAK menyadarkan saya bahwa banyak sekali yang terlibat dalam hidupku dan aku rasa ini

Maka visual poster sebagai media yang cukup efektif dilihat oleh target ini dibuat hiperbolis dengan mengumpamakan suatu karakter dalam bermainnya, seperti pada visual poster

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik dengan konsentrasi pada Spesialisasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kemudian hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli produk luxuri fashion brand dengan gender sebagai moderating,