• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi kabupaten Kutai Barat program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deskripsi perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi kabupaten Kutai Barat program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DESKRIPSI KUALITATIF PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWA-MAHASISWI KABUPATEN KUTAI BARAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Slamet Rianto Aji NIM : 121124028. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI. DESKRIPSI KUALIT ATIF PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWA-MAHASISWI KA BU PATEN KUT Al BARAT PROGRAM STUDT PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA. Oleh: /. ... Slamet Rianto Aji. l I. NIM: 121124028. __.... \ �. ...... .. ....... • 'I. Pembimbing. 111. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. 11. Tanggal 11 Nopcmber 2016. /.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIP ST DESKRIPSI KUALITATIF PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWA-MAHASISWI KABUPATEN KUTAl BARAT PROGRAM STUDI PENDTOIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA. Dipersiapkan dan ditulis oleh Slamet Rianto Aji NIM: 121124028 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 28 Nopernber 2016 dan dinyatakan mcmcnuhi syarat. SlJSUNAN PANl'T'JA PENGUJI. /I. I;. I. J. •:�I• I. anda tangan. \\. Ketua. : Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.f;:d. Sekrctaris. : Y oscph Kristianto, SFK., M.Pd.. Anggota. : I. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. ,). ). · ·it;···· ... � .. ... . .. M.rd.;, ··.;··_t·. ...· .. �. 3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si. Ill. 1····. ·. 2. Yoseph Kristianto, SfK.,. ·. 1i ,f_ f.J._)i· _·. .. Nama. '1 /f/..� /1.?..

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya dedikasikan bagi masyarakat Kabupaten Kutai Barat, Program Studi PAK (Romo dan para dosen), kedua orang tuaku (Arief Mardian Aji dan Rosalina Seria), Kakakku (Aji Suryanto), adik-adikku (Heri Ramadhan, Felisia Vina Meriana, Stepanus Ardianto) dan seluruh keluarga yang terkasih, sahabat-sahabat angkatan 2012, orang muda dan seluruh umat Paroki Santo Yohanes Penginjil, serta semua orang yang mendukung penyusunan skripsi ini.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO Non Scholae, Sed Vitae Discimus (belajar bukan untuk sekolah/nilai, tetapi untuk hidup). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 28 Nopember 2016. �t� Slamet Rianto Aji. Vl.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dhanna Yogyakarta:. Nama. : SlametRianto Aji. NIM. : 121124028. Demi pengembangan ilmu pengetah.uan penulis memberikan wewenang kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul:. DESKRIPSI KUALITATIF PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWAMABASISWI. KABUPATEN. KUTAI. BARAT. PROGRAM. STUDI. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian penulis memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di media intemat atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis selama tetap mencantumkan nama. saya sebagai penulis. Demikian. pemyataan ini penulis buat dengan sebenarnya,. a,.. Yogyakarta, 28 Nopember 2016. Slamet Rianto Aji. vu.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWA-MAHASISWI KABUPATEN KUTAI BARAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap perkembangan iman para peserta program beasiswa pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang belajar di Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Dalam kenyataannya sebagian besar mahasiswa-mahasiswi program beasiswa ini belum menghayati dan mewujudkan imannya secara utuh. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat menggantungkan banyak harapan terhadap para peserta ini, terlebih bagi para calon guru agama dan katekis. Mereka tidak hanya diharapkan menjadi tokoh dalam bidang pendidikan, tetapi juga dalam bidang pastoral. Bagi seorang guru agama atau calon katekis tugas utamanya adalah membantu siswa atau umat dalam mengembangkan iman. Oleh sebab itu syarat utama sebagai guru agama atau katekis harus memiliki iman terlebih dahulu. Bertolak dari keadaan ini penulis tergerak untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten Kutai Barat maupun instansi terkait dalam menyiapkan generasi muda sebagai tokoh penggerak di tengah masyarakat. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah perkembangan iman para mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat selama kuliah di PAK dan upaya yang perlu dilakukan untuk membantu mereka memperkembangkan iman. Untuk menjawab persoalan tersebut penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian. Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni Kitab Suci, dokumen Gereja, serta pandangan dari beberapa ahli yang berkaitan dengan perkembangan iman. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data guna keperluan penelitian penulis melakukan wawancara terhadap 12 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi iman sebagian besar mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat yang paling berkembang selama 4 tahun belajar di PAK adalah dimensi kognitif dan masih berada dalam tahap sintetis-konvensional. Dalam tahap ini iman belum dihayati sebagai milik pribadi, sehingga hidup beriman hanya berdasarkan pendapat orang lain. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis mengusulkan program kegiatan retret sebagai upaya untuk membantu para mahasiswa memiliki iman yang individuatifreflektif. Melalui kegiatan ini, para mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat diharapkan dapat beriman dengan penuh kebebasan dan menjadikan iman sebagai milik pribadi.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT This small thesis entitled "DESCRIPTION OF FAITH DEVELOPMENT OF DISTRICT KUTAI BARAT STUDENTS DEPARTMENT OF CATHOLIC RELIGION EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY". This title chosen based on the writer's concerns regarding the faith development of the participants scholarship program the Government of Kutai Barat District who studied in Department Of Catholic Religion Education, Sanata Dharma University. In reality, most of the students of this scholarship program is not living up to and realize his faith intact. Government of Kutai Barat District rely much hope against the participants of this, especially for prospective teachers of religion and catechists. They are not only expected to be a prominent figure in the field of education, but also in the pastoral field. For a religious teacher or catechist candidate whose main task is to help students or people in developing faith. Therefore, the main requirement as a religious teacher or catechist must have faith first. Starting from this state of the writer moved to contribute thoughts for Kutai Barat District government and related institutions in preparing young people as the driving figure in a society. A key issue of this small thesis is the development of the faith of the students of Kutai Barat District students during a lecture in Department Of Catholic Religion Education, Sanata Dharma University as well as the efforts of what needs to be done to help students develop their faith. To answer these problem, the writer used literature study and research. A literature study is done by studying various sources, namely the Bible, Church Documents, and experts opinions relating to the development of faith. The type of research used by the writer is a qualitative research. To obtain the data for the purposes of the research writer did interviews against 12 respondents. The results of this research show that the dimension of faith in the majority of District Kutai Barat students which is most developed over four years of study at Department Of Catholic Religion Education, Sanata Dharma University is the dimension of cognitive and were still in the stage of the synthetic-conventional. In this stage the faith has not live as private property, so that the life of faith based solely on the opinions of others. To follow up on the results of this research, the author proposes a program activity retreats as an attempt to help the students have faith that individuatif-reflective. Through this activity, it is hoped the students of Kutai Barat District can have faith in full freedom and to make the faith as their personal property.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul DESKRIPSI KUALITATIF. PERKEMBANGAN. IMAN. MAHASISWA-MAHASISWI. KABUPATEN KUTAI BARAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA. Skripsi. ini. disusun. berdasarkan. keprihatinan. penulis. terhadap. perkembangan iman para mahasiswa-mahasiswi Prodi PAK, terlebih mahasiswamahasiswi peserta program beasiswa Kabupaten Kutai Barat. Masyarakat ataupun umat yang dalam hal ini diwakilkan oleh pemerintah memiliki harapan yang sangat besar bagi para mahasiswa ini agar kelak dapat kembali ke daerah dan membawa perubahan yang positif. Oleh sebab itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memberi sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten Kutai Barat maupun instansi-instansi terkait dalam menyiapkan generasi muda sebagai tokoh penggerak di tengah masyarakat. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama Katolik sekaligus dosen pembimbing utama yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah bersedia membaca, menguji, memberikan kritik dan saran serta menyediakan waktu bagi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah bersedia membaca,. menguji,. memberikan. kritik. dan. masukan,. dalam. mempertanggungjawabkan skripsi ini. 4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma dengan baik. 5. Seluruh staf dinas pendidikan Kabupaten Kutai Barat dan Yohanes Salin yang telah memberikan kesempatan serta bantuan moril bagi penulis, sehingga bisa menyelesaikan seluruh proses studi. 6. Orang tua, kakak, adik, Margareta Ayu Panca Anggraini, Mas Hara, Helsi, Hida (Sr. Donatila, PRR), Pater Tono, SVD, Pastor Aldus Muspida, SVD, Lewis dan Bang Marto yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini. 7. Umat lingkungan Yohanes Paulus, Tukangan yang selalu mendukung penulis dalam menggulati iman dan memberi motivasi, sehingga penulis mampu menjalani rangkaian dinamika perkuliahan. 8. Sahabat-sahabat mahasiswa terkhusus angkatan 2012 yang selalu memberi warna, semangat, motivasi, dorongan dan bantuan bagi penulis selama mengikuti proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Teman-teman peserta beasiswa Pemerintah Kabupaten Kutai Barat angkatan 2012 yang telah memberi semangat clan berjuang bersama penulis dalam proses belajar sampai pada penyelesaian skripsi ini. 10. Seluruh warga kampus Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah menemani, memberi semangat serta dukungan doa hingga dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan tulus ikhlas memberi masukan dan dorongan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kek:urangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap segala saran clan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan pemanfaatan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.. Yogyak:arta, 28 Nopember 2016. Slamet Rianto Aji. X11.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv. HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi. PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................................ vii. ABSTRAK ....................................................................................................... viii. ABSTRACT ....................................................................................................... ix. KATA PENGANTAR ..................................................................................... x. DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii. DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1. A. Latar Belakang ........................................................................................ 1. B. Rumusan Permasalahan .......................................................................... 6. C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 6. D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 6. E. Sistematika Penulisan ............................................................................. 6. BAB II. POKOK-POKOK PERKEMBANGAN IMAN ................................ 8. A. Perkembangan Iman .............................................................................. 8. 1. Pengertian Perkembangan .................................................................. 9. 2. Pengertian Iman ................................................................................. 9. a. Pengertian Iman Menurut Kitab Suci ............................................ 9. 1) Perjanjian Lama ........................................................................ 9. 2) Perjanjian Baru ......................................................................... 11. b. Pengertian Iman Menurut Dokumen Gereja ................................. 14. 1) Konsili Vatikan II ..................................................................... 14. 2) Katekismus Gereja Katolik ....................................................... 15. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. c. Pengertian Iman Menurut Para Ahli .............................................. 17. 1) Pengertian Iman Menurut Thomas H. Groome ........................ 17. 2) Pengertian Iman Menurut Fowler ............................................. 20. B. Tahap-Tahap Perkembangan Iman Menurut Fowler ............................... 22. 1. Tahap Intuitif-Proyektif (2-6 Tahun) ................................................ 23. 2. Tahap Mitis-Harafiah (6-11 Tahun) ................................................. 23. 3. Tahap Sintetis-Konvensional (12-21 tahun) .................................... 24. 4. Tahap Individuatif-Reflektif (21-35 tahun) ...................................... 25. 5. Tahap Konjungtif (Setengah Baya: 35-40 tahun) ............................. 27. 6. Tahap Iman yang Mengacu Pada Universalitas (30 tahun ke atas) .. 28. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Iman ...................... 29. 1. Faktor Internal .................................................................................... 29. a. Kebebasan ..................................................................................... 29. b. Suara Hati ...................................................................................... 30. c. Tanggungjawab ............................................................................. 31. 2. Faktor Eksternal ................................................................................. 32. a. Keluarga ........................................................................................ 32. b. Gereja ............................................................................................ 34. c. Sekolah .......................................................................................... 35. d. Lingkungan Masyarakat ............................................................... 37. D. Tantangan Perkembangan Iman ............................................................ 38. 1. Pragmatisme ..................................................................................... 39. 2. Individualisme .................................................................................. 40. 3. Konsumerisme .................................................................................. 41. 4. Hedonisme ........................................................................................ 41. E. Penghayatan dan Perwujudan Iman ........................................................ 42. F. Gambaran Iman yang Berkembang ........................................................ 45. BAB III. DESKRIPSI PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWAMAHASISWI KABUPATEN KUTAI BARAT SELAMA BELAJAR DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA ...................... A. Gambaran umum mahasiswa-mahasiswi Kabupaten Kutai Barat ........ 50 51. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. Latar belakang .................................................................................... 51. 2. Harapan umat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat Terhadap Guru Agama Katolik dan Katekis ..................................... 58. B. Profil Prodi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma .... 61. C. Penelitian tentang gambaran perkembangan iman mahasiswamahasiswi Kabupaten Kutai Barat ......................................................... 64. 1. Rencana Penelitian ............................................................................ 64. a. Latar belakang ............................................................................. 64. b. Tujuan penelitian ........................................................................ 65. c. Definisi konseptual ..................................................................... 66. d. Jenis penelitian ............................................................................ 66. e. Desain penelitian ......................................................................... 66. f. Responden ................................................................................... 67. g. Instrumen pengumpulan data ...................................................... 68. h. Tempat dan waktu penelitian ...................................................... 69. i. Variabel penelitian ...................................................................... 69. j. Kisi-kisi penelitian ...................................................................... 69. 2. Laporan Hasil Penelitian ................................................................... 71. 3. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 87. 4. Kesimpulan Penelitian ...................................................................... 98. BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN MAHASISWA-MAHASISWI MELALUI KEGIATAN RETRET ......................................................................................... A. Pemikiran Dasar Kegiatan ...................................................................... 100 100. B. Usulan Kegiatan Retret ........................................................................... 102. 1. Tema .................................................................................................. 102. 2. Tujuan ................................................................................................. 103. 3. Peserta ................................................................................................ 103. 4. Tempat dan Waktu ............................................................................. 103. 5. Bentuk Kegiatan ................................................................................. 103. 6. Metode ............................................................................................... 104. 7. Sarana ................................................................................................. 104. 8. Tim ..................................................................................................... 104. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Susunan Acara ................................................................................... 104. 10. Matriks Program ................................................................................ 106. C. Contoh Persiapan Sesi III Hari II .......................................................... 109. 1. Pemikiran Dasar .............................................................................. 108. 2. Materi .............................................................................................. 108. 3. Sumber bahan .................................................................................. 108. 4. Metode ............................................................................................. 109. 5. Sarana .............................................................................................. 109. 6. Langkah-Langkah Sesi III .............................................................. 109. a. Pengantar .................................................................................... 109. b. Penyampaian Materi ................................................................... 109. BAB V. Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 114. A. Kesimpulan .......................................................................................... 114. B. Saran ..................................................................................................... 115. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 117. LAMPIRAN ..................................................................................................... (1). Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ............................................................. (1). Lampiran 2 : Panduan Wawancara ........................................................... (2). Lampiran 3 : Identitas Responden ............................................................ (3). Lampiran 4 : Transkrip Hasil Wawancara ................................................ (4). xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2009.. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja DV. : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.. GE. : Gravissimum Educationis, Penyataan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristiani, 28 Oktober 1965.. KGK. : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral Gereja Katolik, 22 Juni 1992.. KHK. : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.. SC. : Sacrosantum Concilium, Konstitusi Tentang Liturgi Suci.. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Singkatan Lain Art. : Artikel. IPM. : Indeks Pembangunan Manusia. KWI. : Konferensi Waligereja Indonesia. PAK. : Pendidikan Agama Katolik. PRODI. : Program Studi. R. : Responden. SD. : Sekolah Dasar. SDM. : Sumber Daya Manusia. SMA/SMK. : Sekolah Menengah Atas/Kejuruan. SMP. : Sekolah Menengah Pertama. USD. : Universitas Sanata Dharma. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang mutlak diperlukan terutama bagi daerah yang mayoritas penduduknya terisolir, seperti Kabupaten Kutai Barat. Manusia yang berkualitas merupakan modal dasar pembangunan. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membentuk pribadi-pribadi berkualitas yang memiliki kecerdasan, daya saing dan integritas. Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2002, Kabupaten Kutai Barat mendapat angka 67,8 lebih rendah dari rata-rata IPM Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 69,9. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas SDM merupakan masalah yang penting bagi Kabupaten Kutai Barat (Nikolaus, 2007: 577). Sejauh ini, kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Kutai Barat dalam upaya mengembangkan pendidikan selain kondisi geografis yang berupa daerah perbukitan dan pegunungan serta dataran rendah yang rawan banjir, juga masalah tenaga kerja dalam bidang pendidikan. Data yang dirilis oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah guru cenderung mengalami penurunan terutama di daerah hulu Sungai Mahakam (Nikolaus, 2007: 581). Pemerintah Kabupaten terus berupaya untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan meningkatkan mutu pendidikan melalui program beasiswa untuk putra-putri daerah yang berprestasi dan siap mengabdi. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat melakukan berbagai upaya untuk menyeleksi peserta beasiswa, sehingga yang terpilih adalah yang terbaik. Melalui program beasiswa ini pemerintah berharap agar dapat membentuk generasi muda yang dapat menjadi tokoh penggerak masyarakat, terutama.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. dalam pendidikan. Oleh sebab itu para peserta program beasiswa ini diharapkan dapat belajar dan mengembangkan seluruh potensi diri, sehingga dapat menjadi guru yang profesional dan berkompeten serta siap mengabdi kepada masyarakat. Keprihatinan lain yang mendorong pemerintah Kabupaten Kutai Barat mengirim mahasiswa-mahasiswi untuk menjadi guru agama dan katekis adalah kondisi pembinaan iman umat yang sangat memprihatinkan. Hampir semua paroki tidak memiliki tenaga kerja yang kompeten dalam membina iman umat. Selama ini pendamping atau aktivis yang peduli dan mau terlibat dalam kegiatan pendampingan iman di paroki atau lingkungan sebagian besar adalah relawan atau katekis volunteer yang hanya bermodalkan pengalaman dan ketulusan. Kegiatan-kegiatan pembinaan iman masih sangat minim dan dilaksanakan dalam momen tertentu saja, misalnya Paskah atau Natal. Sebagai akibatnya umat tidak memiliki banyak pengetahuan tentang imannya dan. tidak mampu memaknai. pengalaman hidupnya, sehingga iman menjadi kering dan tidak relevan lagi. Universitas Santa Dharma, Yogyakarta menjadi salah satu universitas yang dipilih oleh pemerintah daerah kabupaten Kutai Barat. Universitas Sanata Dharma (USD) memiliki perhatian besar terhadap tenaga pendidik (guru). Universitas Sanata Dharma selalu berupaya meningkatkan kualitas para lulusan, agar tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki moral yang baik. Hal ini terlihat nyata dari motto universitas Sanata Dharma, yakni Cerdas dan Humanis. Lulusan Santa Dharma diharapkan mempunyai pemahaman yang mendalam dan juga peduli terhadap sesama. Dr.Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. dalam sambutannya untuk mahasiswa-mahasiswi baru angkatan 2012 menegaskan bahwa mahasiswa-mahasiswi Sanata Dharma, harus memiliki karakter yang bercirikan competence, conscience dan commpassion..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Competence artinya mahasiswa-mahasiswi Sanata Dharma diharapkan memiliki kemampuan akademik yang memadukan unsur-unsur pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Conscience berarti mahasiswa-mahasiswi diharapkan memiliki kemampuan memahami alternatif dan menentukan pilihan secara pribadi. Sedangkan commpassion artinya mahasiswa-mahasiswi diharapkan memiliki hasrat bela rasa dengan peduli dan peka terhadap lingkungan dan sesama. Hal ini juga selaras dengan ungkapan Dr. C. Kuntoro Adi S.J., M.A., M.Sc dalam kesempatan yang sama, beliau mengatakan: “pendidikan Sanata Dharma lebih dari sekedar membantu tersedianya tenaga berkualifikasi unggul, melainkan pribadi yang juga memperlihatkan kefasihan akan logika dan bahasa dunia. Jernih dalam pemikiran, lurus dalam bertutur, unggul dalam moral, dan bela rasa dalam kehidupan sosial” (Panduan Insadha, 2012 : 2-4). Program Studi Pendidikan Agama Katolik (Prodi PAK) merupakan salah satu program studi yang dipercaya oleh pemerintah Kabupaten Kutai Barat untuk mendidik dan membimbing para mahasiswa-mahasiswinya. Prodi PAK memiliki visi yang sama dengan harapan pemerintah yakni, mendidik calon Sarjana Pendidikan Agama Katolik yang. beriman. tangguh. dan. profesional. demi. terwujudnya. Gereja. yang. memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat. PAK merupakan salah satu program studi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang bertujuan untuk menghasilkan sarjana pendidikan yang beriman mendalam, berkompeten, berkepribadian, dan berintegritas, dengan sikap yang unggul dapat membantu sesama umat beriman mengembangkan imannya, yang dapat berprofesi menjadi guru agama Katolik, katekis, dan pengembang karya katekese melalui kerja sama dengan tokoh-tokoh umat dan pemimpin gerejawi lainnya..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Prodi PAK memiliki motto yakni, Pradnyawidya (cerdas dan bijaksana). Mahasiswa-mahasiswi Prodi PAK diharapkan menjadi insan yang cerdas, unggul dalam bidang akademik dan juga bijaksana dalam bertindak. Selain belajar tentang ilmu-ilmu kemanusian, mahasiswa-mahasiswi PAK juga dibekali dengan berbagai pembinaan spiritual melalui kuliah spiritualitas, rekoleksi, retret, misa bersama, kegiatan praktik di sekolah maupun paroki dan didukung dengan suasana belajar yang kondusif. Melalui semua proses ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi Kutai Barat yang belajar di Prodi PAK-USD sungguh berkembang secara utuh. Bukan hanya pribadinya tetapi juga imannya. Iman bukan hanya sebatas kata-kata atau pengakuan semata. Menurut Groome (2010 : 81), iman memiliki tiga dimensi, yakni : believing, trusting, dan doing. Dimensi yang pertama, believing berkenaan dengan aspek kognitif atau pengetahuan akan apa yang diimani. Dimensi yang kedua adalah trusting berkaitan dengan soal afeksi, tentang nilai-nilai yang diimani. Dimensi yang ketiga adalah doing yakni, melakukan apa yang diimani. Kualitas dalam hidup beriman berbeda dengan kualitas dalam bidang ekonomi, misalnya dalam bidang ekonomi berkualitas artinya barang tersebut tahan lama dan berfungsi dengan baik. Indikator untuk menentukan kualitas dalam bidang ekonomi dapat dilihat secara fisik. Tetapi sangat berbeda dalam hal iman. Seseorang yang rajin ke gereja, aktif dalam persekutuan doa dan kepengurusan paroki belum tentu memiliki iman yang berkualitas. Kualitas hidup beriman akan nyata bila seseorang sungguh hidup seperti gambaran Gereja sendiri, yakni : sebagai umat Allah (persekutuan pribadi-pribadi yang bebas dengan menekankan kasih Allah), Tubuh Kristus (solider dengan anggota Gereja.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. lainnya), Bait Roh Kudus (tempat perjumpaan dengan Allah), Misteri dan Sakramen (menjadi keselamatan dan mewujudkan cinta Allah), dan persekutuan dengan Roh Kudus. Krispurwana (2004: 67-69) menegaskan bahwa cara hidup beriman yang sesungguhnya adalah pelayanan, bukan kekuasaan, sabda Allah bukan ajaran-ajaran, karisma bukan jabatan dan memihak pada mereka yang miskin bukan hanya pada mereka yang kaya. Maka hidup beriman ditandai dengan gerak peristiwa kehidupan umat beriman. Berdasarkan hal ini penulis ingin mendeskripsikan perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi Kutai Barat setelah empat tahun belajar di Prodi PAK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah kabupaten Kutai Barat dan instansi yang bergerak dalam bidang pendidikan. Maka penulis menyusun karya tulis ini dengan judul : Deskripsi Kualitatif Perkembangan Iman Mahasiswa-Mahasiswi Kabupaten Kutai Barat Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud sebagai perkembangan iman? 2. Sejauh mana perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi Kutai Barat yang belajar selama empat tahun di Prodi PAK, USD? 3. Kegiatan apa yang dapat menjadi usulan demi perkembangan iman mahasiswamahasiswi yang berasal dari Kabupaten Kutai Barat?.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. C. Tujuan Penulisan 1. Mendeskripsikan arti perkembangan iman. 2. Mendeskripsikan perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi program studi PAK, USD. 3. Memberikan usulan kegiatan yang dapat dilakukan demi perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi Prodi PAK, USD yang berasal dari Kabupaten Kutai Barat.. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Secara teoritis Tulisan ini diharapkan memberi sumbangan bagi perkembangan dalam bidang pendidikan, serta menjadi acuan penelitian yang sejenis. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dan perhatian bagi instansi penyelenggara pendidikan di bidang agama, maupun bagi pemerintah daerah kabupaten Kutai Barat dalam rangka memberikan arahan atau pembinaan terkait perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi.. E. Sistematika Penulisan Bab I akan menjabarkan pendahuluan yang berisikan gambaran umum mengenai perkembangan iman dan tantangan dalam mengembangkan iman. Penulisan ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi pembahasan berkaitan dengan perkembangan iman berdasarkan Kitab Suci, dokumen Gereja dan pandangan para ahli..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. Sedangkan dalam Bab III ini penulis akan menggambarkan perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi Prodi PAK melalui proses wawancara yang mendalam (deep interview). Dalam Bab IV ini penulis akan menyampaikan usulan atau sumbangan pemikiran dalam bidang pendampingan iman, khususnya pendampingan iman mahasiswa-mahasiswi. Bab V menguraikan kesimpulan dan saran..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II POKOK-POKOK PERKEMBANGAN IMAN. Bab. pertama. telah. menguraikan. tentang. latar. belakang,. rumusan. permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan skripsi. Bab kedua akan membahas mengenai perkembangan iman. Bab kedua ini merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang pertama, yakni pokok-pokok yang berkaitan dengan perkembangan iman. Bab ini membahas pandangan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan perkembangan iman. Pembahasan dalam bab ini dibagi ke dalam enam bagian, yakni bagian pertama menjelaskan tentang konsep umum perkembangan dan pengertian iman berdasarkan Kitab Suci, Dokumen Gereja dan pendapat para ahli. Bagian kedua mengkaji tahap-tahap dalam perkembangan iman. Bagian ketiga menguraikan tema mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan iman. Bagian keempat mengidentifikasikan tantangan dalam perkembangan iman. Bagian kelima membahas tentang penghayatan dan perwujudan iman, sedangkan bagian keenam memberikan gambaran iman yang berkembang. A. Perkembangan Iman 1.. Pengertian Perkembangan Siti Rahayu (2006: 1) mengungkapkan pandangan Werner bahwa. “perkembangan menunjuk pada sebuah proses perubahan ke arah yang lebih sempurna dan proses tersebut bersifat tetap serta tidak dapat diulangi kembali. Pandangan ini menjelaskan bahwa perkembangan adalah sebuah perubahan menuju ke arah yang lebih baik”..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9 Siti Rahayu (2006: 2) juga membahasakan pandangan Knoers tentang perkembangan. Knoers mengatakan “perkembangan berkaitan dengan proses belajar. Dalam hal ini kebiasaan dan cara belajar menentukan apa yang akan berkembang. Pendapat ini menyampaikan bahwa perkembangan akan terjadi bila ada upaya atau proses belajar”. Selain mengutip pandangan Werner dan Knoers, Siti Rahayu (2006: 2) juga menguraikan pandangan Monks terhadap perkembangan. Monks mendefinisikan perkembangan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan lingkungan menentukan tingkah laku. Pandangan ini menegaskan bahwa perkembangan adalah proses yang terus bergerak maju dan mendapat pengaruh dari lingkungan. Dari tiga pendapat ini perkembangan dapat dipahami sebagai suatu proses perubahan yang dinamis menuju ke arah yang lebih baik dan hanya akan terjadi bila ada proses belajar. Perkembangan mendapat pengaruh yang besar dari faktor luar, yakni hubungan individu dengan lingkungan.. 2.. Pengertian Iman. a.. Pengertian Iman Menurut Kitab Suci. 1) Perjanjian Lama Menurut Mardiatmadja (1985: 139) Teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama menggunakan kata pέpoitha yang artinya adalah percaya atau diyakinkan. Kata pέpoitha digunakan sebagai terjemahan dari kata batah dalam Ibrani yang berarti percaya atau menaruh harapan. Kata percaya hasil terjemahan kata pέpoitha dalam teks Perjanjian Lama mengarah pada dasar harapan umat Israel yakni, Yahwe (Yes.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10 10:20). Kepercayaan ini berlandaskan kesetiaan Yahwe akan janji-janji-Nya. Sehingga kata “percaya” dalam konteks ini berbeda dengan kepercayaan terhadap manusia, benda-benda dan berhala (bdk. Yes 36:7; Maz 118:8). Tetapi istilah pistis lebih sering digunakan dalam Perjanjian Lama. Kata ini digunakan sebagai terjemahan dari kata aman yang berarti benar, dapat dipastikan, setia dan teguh. Istilah pistis dapat digunakan kepada manusia (Bil 12:7) dan juga terhadap Tuhan yang memberikan kasih setia serta menepati janji-Nya (Ul 7:9). Semua istilah ini memiliki arti yang sama yakni, percaya hanya konteks dan subyek penggunaan istilah-istilah tersebut berbeda. Maka dari uraian ini iman dapat dimaknai sebagai tindakan percaya terhadap kasih karunia Allah serta janji-Nya. Iman dalam Perjanjian Lama dapat dipahami dengan rinci melalui kisah Abraham. Ia meninggalkan tanah kelahirannya beserta sanak saudaranya ketika Allah berfirman dan meminta ia menuju tanah terjanji yang tidak diketahuinya sama sekali. Karena imannya terhadap Allah, Abraham rela pergi meninggalkan negerinya menuju tanah Kanaan yang dijanjikan oleh Allah kepadanya (Kej 12:1-8). Abraham sangat yakin bahwa yang dikatakan Allah kepadanya pasti akan terjadi. Sikap Abraham digambarkan sebagai jawaban yang bebas terhadap Allah yang menjanjikan perlindungan dan keturunan (Kej 15:7). Meskipun ia tahu bahwa Sarah istrinya adalah seorang yang mandul, tetapi ia tetap menerima dan percaya akan janji yang diberikan oleh Allah (Kej 16:1). Melalui tindakan ini, Abraham menaruh kepercayaan yang mutlak terhadap Allah dan yakin akan perlindungan-Nya. Mengimani Allah sebagai penyelamat ditampilkan secara lebih spesifik oleh umat Israel dalam kitab Keluaran. Kisah pembebasan umat Israel dari perbudakan Mesir menunjukkan bahwa Allah sungguh penyelamat dan menepati janji-Nya. Kisah.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11 pembebasan ini bermula dari penampakan Tuhan kepada Musa untuk mewahyukan nama-Nya dan menawarkan kerelaan Musa untuk membebaskan Israel (Kel 3:1-22). Menanggapi pengutusan tersebut Musa tidak yakin bangsa Israel akan percaya kepadanya, lalu Tuhan memberikan mukjizat kepada Musa agar. bangsa Israel. mempercayai-Nya. Allah meminta Musa untuk menyampaikan mukjizat tersebut kepada Harun agar memberitakan mukjizat tersebut kepada bangsa Israel (Kel 4:116). Bangsa Israel percaya bahwa Allah telah mengunjungi mereka dan sujud menyembah (Kel 4:28-31). Setelah meninggalkan Mesir dan mengalami berbagai kasih Allah, bangsa Israel percaya kepada Allah dan Musa, hamba-Nya (Kel 14:31). Dalam sejarah keselamatan bangsa Israel ini beriman diartikan sebagai sikap tunduk dan menerima sepenuhnya pewahyuan kekuasaan Ilahi dan percaya akan janji-janji Allah . Berdasarkan uraian ini maka iman dalam Perjanjian Lama dapat diartikan sebagai sikap percaya sepenuhnya kepada kuasa Allah dan percaya akan janji-Nya untuk menyelamatkan manusia serta patuh terhadap perintah-Nya. Percaya dalam hal ini bukan hanya pengakuan semata melainkan diikuti dengan sikap tunduk dan hormat terhadap Allah sumber keamanan dan ketentraman (Mardiatmadja, 1985: 139-142).. 2) Perjanjian Baru Dalam beberapa teks Kitab Suci Perjanjian Baru iman diartikan sebagai sikap percaya sepenuhnya terhadap penyelenggaraan Allah. Percaya bahwa Allah yang memprakarsai hidup manusia. Maka sebagai umat-Nya kita tidak perlu khawatir dengan perhitungan-perhitungan manusiawi tentang hidup ini (Mat 6:31). Allah sebagai pemberi kehidupan akan menyediakan semuanya itu bagi kita, asalkan kita.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12 percaya terhadap penyelenggaraan-Nya (Mat 7:7; Luk 11:9-10; Yoh 14:13-14). Sikap percaya yang dimaksud bukan semata-mata karena telah melihat bukti nyata yang tampak oleh indra manusia. Iman pertama-tama menuntut penyerahan diri secara total terhadap yang diimani, bukan bukti dari apa yang diimani. Paulus dalam suratnya menyatakan bahwa alasan utama mereka beriman bukan karena mereka telah melihat bukti, tetapi karena mereka percaya (2 Kor 5:7). Melalui suratnya kepada jemaat di Korintus ini Paulus menegaskan bahwa iman tidak harus selalu dibuktikan dengan cara-cara yang tampak oleh indra manusia. Seseorang percaya pada Allah bukan karena ia telah melihat Allah, tetapi karena ia mengalami kasih Allah dalam hidupnya. Yesus sendiri berfirman "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yoh 20:29). Teks Kitab Suci ini berisi tanggapan Yesus terhadap tindakan Tomas, salah seorang murid-Nya yang tidak percaya bahwa Ia telah bangkit karena tidak melihat Yesus dengan mata kepalanya sendiri (Yoh 20:29). Dalam uraian ingin ditegaskan bahwa iman bukan semata-mata diperoleh dari apa yang kita lihat, pahami dan kita rasakan menggunakan indra kita. Iman diperoleh melalui sikap berserah diri sepenuhnya terhadap Allah. Salah satu tokoh dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan sikap beriman adalah Maria seorang gadis dari Nazaret. Di usianya yang masih muda dan belum menikah ia berani menerima tanggungjawab untuk mengandung dan melahirkan seorang anak. Meskipun bagi Maria hal ini adalah tidak mungkin, karena ia belum bersuami. Tetapi karena imannya Maria mau mengambil bagian dalam rencana keselamatan Allah dan siap menanggung segala konsekuensinya (Luk 1:26-38). Keputusan ini bukanlah perkara yang mudah, mengandung tanpa suami adalah keadaan yang sangat memalukan, terlebih pada saat jaman itu. Melalui peristiwa ini.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13 Maria menunjukkan kepada kita sikap beriman yang sejati yakni, percaya sepenuhnya kendatipun bagi akal manusia hal tersebut tidak mungkin. Selain dipahami sebagai kegiatan percaya, iman juga. dimaknai sebagai. karunia atau anugerah dari Allah. Artinya, iman sesungguhnya bukanlah hasil dari usaha manusia, melainkan anugerah yang diberikan oleh Allah. Kata anugerah mengisyaratkan bahwa iman merupakan pemberian cuma-cuma oleh Allah bagi manusia. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menyatakan bahwa manusia seharusnya binasa karena perbudakan hawa nafsu. Tetapi melalui Yesus, Allah menyelamatkan manusia. Iman akan Kristus inilah yang menyelamatkan manusia dari kehancuran dan ini adalah karunia Allah (Ef 2:1-10; Kol 1:23). Iman berkaitan dengan pengharapan akan keselamatan kekal yang diberikan karena kasih karunia Allah. Kendati iman adalah sikap penyerahan diri seseorang dan merupakan anugerah dari Allah, bukan berarti iman tidak ada hubungannya dengan sesama. Rasul Yakobus mengajarkan, bahwa iman itu harus disertai perbuatanperbuatan kasih agar iman itu menyelamatkan. Iman memiliki kaitan yang sanga erat dengan perbuatan, sebab hanya dengan perbuatan iman menjadi sempurna. Yakobus menceritakan kembali kisah Abraham. yang dibenarkan karena perbuatan-. perbuatannya, bukan hanya karena imannya. Sama seperti halnya tubuh tanpa nyawa akan mati, demikian juga iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:22,24,26). Gagasan ini menegaskan bahwa iman bukan hanya soal seberapa sering kita berdoa dan merenungkan sabda Tuhan, tetapi juga menyangkut tindakan konkret dari apa yang kita imani. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka iman dalam Perjanjian Baru dapat dipahami sebagai penyerahan diri kita sepenuhnya kepada Allah dan menjadi bagian.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14 dari kisah-Nya, melaksanakan sabda-Nya, menerima setiap anugerah cinta dan keprihatinan-Nya bagi kita sebagai kebenaran dan mewujudkannya dalam setiap aspek hidup kita. Bukan sekedar melaksanakan sesuai dengan yang baik menurut pikiran kita, tetapi juga harus melibatkan hati dan seluruh hidup kita (Mardiatmadja. 1985: 154-155).. b. Pengertian Iman Menurut Dokumen Gereja Pada bagian ini penulis akan menguraikan pandangan dokumen-dokumen Gereja terkait dengan iman. Dokumen yang digunakan dalam pembahasan ini adalah Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi yakni, Dei Verbum dan Katekismus Gereja Katolik (KGK). 1) Dei Verbum Iman memiliki korelasi dengan wahyu Ilahi, sebelum mendefinisikan iman maka, wahyu harus dipahami terlebih dahulu. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi yakni, Dei Verbum merumuskan Wahyu sebagai berikut : Allah telah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya. Dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-Nya dan bergaul dengan mereka, untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya (DV art.2). Berdasarkan uraian ini, kita dapat memahami bahwa wahyu adalah tindakan Allah menyatakan diri-Nya bagi manusia dengan memberikan jawaban atas keresahan manusia akan makna hidupnya. Jawaban tersebut berupa janji Allah mengenai karya keselamatan-Nya bagi manusia. Keselamatan itu adalah kesatuan antara Allah dan manusia yang sepenuhnya terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Inilah yang dimaksud.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15 sebagai wahyu yakni, pernyataan diri Allah dan rencana keselamatan-Nya yang mengundang manusia untuk ambil bagian di dalamnya. Atas perbuatan Allah ini, manusia perlu memberikan tanggapan dalam bentuk sikap percaya dan berserah sepenuhnya pada penyelenggaraan Allah. Penyerahan diri ini merupakan suatu keputusan yang dilakukan dengan bebas dan menyangkut seluruh aspek manusia: akal budi dan kehendak. Konsili Vatikan II menyatakan : Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan “ketaatan iman”. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran, wahyu dikaruniakan oleh-Nya (DV art.5). Berdasarkan rumusan ini maka iman dapat dimengerti sebagai penyerahan seluruh hidup (kehendak dan budi) secara bebas kepada Allah yang telah mewahyukan dan menyatakan diri-Nya kepada kita manusia. Penyerahan ini berupa kepatuhan akal budi terhadap Allah, terutama dalam karya penciptaan dan sejarah keselamatan-Nya.. 2) Katekismus Gereja Katolik (KGK) Salah satu dokumen Gereja yang berbicara khusus mengenai iman adalah Katekismus Gereja Katolik. KGK mendefinisikan iman sebagai berikut : Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda dengan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang manusia. Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan mengimani secara absolut apa yang Ia katakan adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah memberikan kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makhluk (KGK, art. 150)..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16 Uraian dokumen ini menjelaskan bahwa unsur yang paling mendasar dari iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah yang berlandaskan kebebasan. Dalam ikatan tersebut dengan penuh kebebasan manusia menyerahkan diri kepada Allah dan percaya akan kebenaran yang diwahyukan-Nya. Dalam artikel yang lainnya KGK juga menjelaskan bahwa iman merupakan suatu rahmat cuma-cuma yang kita terima saat kita dengan sungguh-sungguh memohonkannya. Iman menjadi kekuatan adikodrati yang mutlak diperlukan jika ingin mencapai keselamatan. Kendati iman adalah rahmat yang diberikan secara cuma-cuma, iman tetap menuntut kehendak bebas dan pemahaman yang jelas dari seseorang ketika menerima undangan Ilahi ini. iman adalah kepastian yang mutlak karena Yesus sendiri yang menjaminnya. Iman tidak akan mendapat kepenuhan jika tidak dinyatakan lewat perbuatan cinta kasih yang nyata. Iman akan semakin bertumbuh ketika kita semakin cermat mendengarkan sabda Tuhan dan menjalin relasi dengan-Nya melalui doa. Iman memberikan kita kesempatan untuk menikmati suasana surgawi (KGK, art.153-165, 179-180,183-184 ). Berdasarkan uraian dokumen-dokumen ini dapat dipahami bahwa iman adalah sebuah relasi pribadi yang terjalin antara manusia dengan Allah. Di mana Allah terlebih dahulu mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Kemudian, dengan rahmat dan dorongan Roh Kudus, manusia tergerak untuk memberikan tanggapan terhadap wahyu tersebut. Manusia memberi tanggapan terhadap Wahyu Allah ini dalam bentuk penyerahan diri sepenuhnya pada Allah yang didasari dengan kebebasan (KWI, 2012: 127-129)..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17 c.. Pengertian Iman Menurut Para Ahli. 1) Pengertian Iman Menurut Thomas H. Groome Groome (2010: 81) menyatakan bahwa iman Kristen sebagai realitas yang hidup memiliki tiga ciri yang mendasar, yakni : 1) keyakinan, 2) hubungan yang penuh kepercayaan, 3) kehidupan agape yang hidup. Namun bila berbicara secara khusus iman Kristen sebagai realitas yang hidup maka, ketiga ciri ini diekspresikan dalam tiga dimensi, yakni iman sebagai keyakinan (faith as believing), iman sebagai kepercayaan (faith as trusting) dan iman sebagai tindakan (faith as doing). Dalam iman Kristen, ketiga dimensi ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dihayati secara terpisah. Iman akan berkembang apabila tiga dimensi ini dapat berkembang secara serentak. Groome menguraikan ketiga dimensi iman tersebut sebagai berikut:. a) Iman sebagai keyakinan (faith as believing) Iman sebagai keyakinan (faith as believing) adalah dimensi iman yang menekankan segi intelektual. Iman dipahami sebagai sebuah keyakinan, oleh sebab itu iman harus direnungkan, dipahami dan didalami agar iman dapat diyakini dengan teguh. Salah satu bentuk dari dimensi kognitif ini adalah kemampuan untuk mengkritisi informasi yang diterima, bukan hanya menolak tetapi juga memandang berbagai hal sebagai jalan untuk memperkembangkan iman. Dimensi kognitif iman menekankan bahwa iman dapat dipertanggungjawabkan menurut daya akal budi. Groome (2010: 82) mengungkapkan kembali pandangan David Tracy bahwa keyakinan adalah simbol yang menjelaskan pernyataan kognitif, moral atau historis tertentu yang terkandung dalam sikap iman. Sejauh keyakinan-keyakinan itu dapat digunakan, dimengerti dan diterima maka ada dimensi iman yang kognitif atau.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18 dimensi intelektual iman. Santo Agustinus adalah salah seorang tokoh Gereja yang menekankan dimensi intelektual dalam iman yang menyatakan bahwa pemahaman kognitif adalah hadiah dari iman. Artinya, keyakinan terhadap terang anugerah Allah harus menuju pada pengertian tentang apa yang diyakini. Dalam hal ini “mengerti” datang melalui kemampuan akal yang dibimbing oleh pernyataan dan pengajaran Gereja. Iman sebagai keyakinan (faith as believing) berkenaan dengan hal-hal yang bersifat kognitif dari iman. Thomas Aquinas seorang tokoh Gereja yang juga memberi perhatian pada dimensi kognitif dari iman menyatakan bahwa tindakan percaya adalah tindakan kecerdasan berpikir yang menyetujui kebenaran Ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah. Pernyataan ini memang cenderung menyamakan iman dengan kepercayaan yang maknanya direduksi menjadi persetujuan intelektual terhadap ajaran-ajaran yang dinyatakan secara resmi. Dalam pemahaman Gereja Katolik iman berarti memberi persetujuan intelektual terhadap ajaran magisterium. Penekanan segi kognitif iman ini memang penting, tetapi harus dipahami bahwa iman tidak bisa dianggap sama dengan keyakinan. Jika iman dianggap sama dengan keyakinan maka dimensi lain dari iman akan terabaikan. Oleh karena itu haruslah dipahami bahwa iman Kristen selalu merupakan anugerah Allah. Oleh anugerah yang sama dan pengaruh kecerdasan berpikir milik kita sendiri, kecenderungan untuk percaya diekspresikan dalam kepercayaan-kepercayaan yang kita yakini dan setujui. Tetapi harus selalu dipahami bahwa deskripsi intelektual bukanlah definisi yang lengkap dari iman Kristen, melainkan hanya sebagai salah satu dimensi iman (Groome, 2010: 81-87)..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19 b) Iman sebagai kepercayaan (faith as trusting) Iman sebagai kegiatan kepercayaan (trusting) lebih menekankan segi afektif dari iman yang berdasarkan kepercayaan. Dimensi iman yang bersifat afektif ini merupakan hubungan pribadi seseorang yang penuh kepercayaan dengan Allah yang telah menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus Putera-Nya dalam bentuk kesetiaan dan kasih. Karya penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus menimbulkan kepercayaan, kekaguman, hormat, pemujaan, rasa terima kasih, dan permohonan dari pihak kita. Perasaan-perasaan ini kemudian diungkapkan melalui doa, baik secara pribadi maupun komunal. Doa merupakan dimensi dialogis dari hubungan kita dengan Allah, tanpa dialog ini maka hubungan tersebut tidak akan bertahan. Groome (2010: 90) menyampaikan pendapat Bonhoeffer bahwa iman dan ketaatan tidak dapat dipisahkan karena iman akan nyata ketika ada ketaatan. Iman sebagai kepercayaan (faith as trusting) merupakan relasi pribadi seseorang dengan Tuhan. Relasi ini menekankan segi afeksi atau rasa yang terkait dengan hati nurani. Segi afeksi ini membahas soal isi hati, oleh karena itu hal yang paling utama dalam dimensi afektif ini adalah mendengarkan suara hati. Selain itu, untuk menjalin relasi tersebut harus ada rasa bangga terhadap apa yang di imani, kebebasan, dan tanggungjawab.. c) Iman sebagai kegiatan melakukan (faith as doing) Iman sebagai kegiatan melakukan (faith as doing) berkenaan dengan ungkapan nyata dari iman dalam wujud tindakan. Yesus sendiri menegaskan bahwa orang yang masuk Kerajaan Allah bukanlah mereka yang selalu berseru “Tuhan, Tuhan”, tetapi mereka yang melakukan kehendak Allah (Mat 7:21). Dari kisah ini.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20 ingin ditegaskan kembali bahwa iman tidak cukup hanya dengan kata-kata saja, iman membutuhkan sebuah tindakan nyata. Oleh sebab itu iman sebagai realitas hidup sangat penting. Artinya apa yang diimani harus sungguh dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Dalam tradisi Kristen tindakan tersebut terwujud dalam panggilan hidup untuk saling mengasihi. (Groome, 2010: 90).. 2) Pengertian Iman Menurut James W. Fowler Groome (2010: 95-99) mengungkapkan pandangan Fowler tentang iman berdasarkan prespektif strukturalis dengan berfokus pada struktur-struktur yang mendasari pikiran dan kepercayaan manusia. Berikut pengertian iman menurut Fowler: a) Iman sebagai yang utama Menurut Fowler iman adalah. inti hidup manusia yang. mewarnai dan. membentuk seluruh kehidupan manusia. Oleh karena itu, iman adalah fokus atau orientasi utama manusia untuk memaknai kehidupan di dunia ini. Pengertian iman sebagai yang utama ini menegaskan bahwa iman adalah hal yang mendasar bagi hidup manusia dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia.. b) Iman sebagai kegiatan mengetahui yang aktif Iman bukanlah keadaan yang statis yang tidak dapat bergerak dan berkembang. Iman merupakan kegiatan mengetahui, mengartikan dan menafsirkan pengalaman hidup. Pandangan ini menunjukkan bahwa iman adalah sebuah kegiatan. Melalui iman manusia dapat mengetahui, mengartikan dan menafsirkan pengalaman hidupnya sehingga pengalaman-pengalaman tersebut menjadi bermakna..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21 c) Iman sebagai hubungan Bagi Fowler “iman adalah fenomena hubungan yang mutlak”. Hubungan yang pertama adalah antara diri kita dengan sesama. Dalam hubungan ini iman memiliki dua kutub yang bersifat sosial atau hubungan antara satu dengan yang lain. Selain hubungan dengan sesama, iman juga merupakan “hubungan seseorang dengan kondisi-kondisi akhir dan eksistensi yang lebih dalam”. Hubungan ini membentuk kutub ketiga dari iman, dengan demikian iman adalah hubungan yang berkutub tiga. Hubungan tiga serangkai ini adalah antara diri kita dengan sesama dan Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus.. d) Iman sebagai sesuatu yang rasional dan berhubungan dengan perasaan Iman merupakan cara mengetahui dunia secara aktif dan cara berhubungan dengan dunia, maka iman memiliki dimensi kognitif dan juga afektif. Dimensi kognitif (rasionalitas) iman tidak dapat dipisahkan dari dimensi afektif (perasaan). Dimensi perasaan adalah emosi afektif yang muncul dari iman sebagai cara berhubungan, misalnya perasaan untuk mengasihi, memperhatikan, menghargai, kagum, hormat, takut. Maka dengan demikian beriman berarti berhubungan dengan seseorang atau sesuatu dengan cara sedemikian rupa, sehingga hati kita diarahkan, perhatian diberikan dan harapan kita tertuju pada orang lain.. e) Iman sebagai hal yang universal yang ada dalam diri manusia Groome (2010: 99) mengungkapkan kembali pandangan Fowler yang menyatakan bahwa iman adalah hal yang universal dalam diri manusia. Fowler menegaskan bahwa iman tidak selalu berhubungan langsung dengan agama, meskipun.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22 agama memiliki hubungan dengan iman. Agama hanya menyediakan model-model kegiatan iman dan model-model untuk membentuk iman dan menambah iman. Tetapi iman jauh lebih luas dari ekspresi-ekspresi yang terorganisasi dalam agama.. B. Tahap-Tahap Perkembangan Iman Menurut Fowler Cremers (1995: 95-96) mengungkapkan kembali pandangan Fowler bahwa tahap perkembangan iman sebagai keseluruhan operasi pengertian dan penilaian yang terintegrasikan dan spesifik secara kualitatif memungkinkan pribadi memiliki gambaran tentang iman yang berbeda sesuai dengan masing-masing tahap. Cremers berdasarkan pandangan Fowler membedakan dan mengidentifikasikan setiap tahap perkembangan iman berdasarkan tendensi perkembangan tertentu. Tahap tersebut dimulai dari struktur yang paling sederhana dan belum terdiferensiasi menuju struktur yang lebih kompleks dan terdiferensiasi. Penggunaan batas usia yang ditawarkan oleh Fowler dalam setiap tahap merupakan tanda minimal rata-rata. Artinya batas usia tersebut bukanlah patokan yang tidak dapat diubah, karena dalam kasus tertentu banyak orang mencapai suatu tahap perkembangan iman pada umur yang berbeda dari patokan tersebut. Menurut Cremers (1995: 95-96) setiap tahap perkembangan iman mencerminkan suatu kesadaran diri yang semakin intens. Setiap tahap memiliki struktur yang utuh, tetapi tahap-tahap tersebut juga saling berhubungan. Berikut adalah tahap-tahap perkembangan iman yang dikemukakan oleh Cermers berdasarkan pandangan Fowler :.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23 1. Tahap Intuitif-Proyektif ( umur 2-6 tahun) Dalam tahap ini anak terdorong oleh keinginan untuk mengekspresikan dorongan. hatinya. yang disertai. dengan. ketakutan. akan. hukuman. karena. kebebasannya. Anak mulai mempercayai orang lain, terutama orang tua yang telah mengasuhnya dan memberikan kasih sayang. Pada tahap ini juga anak mulai mengembangkan konsep tentang yang baik dan buruk. Mereka sering berimajinasi tentang kekuasaan yang mengatur kelangsungan hidup setiap makhluk di muka bumi ini. Bentuk-bentuk imajinasi yang sering muncul adalah gambaran tentang neraka, surga, Tuhan, yang pernah mereka dengar dari orang tua atau kisah dalam buku dongeng. Imajinasi anak pada tahap ini masih bersifat tidak masuk akal. Mereka masih sulit untuk membedakan antara fantasi dan realitas (Cremers, 1995 : 104-112). Pada tahap ini anak bersifat egoistis, mudah berubah dan tidak logis (magical). Kepercayaan yang ia dapatkan dibentuk secara intuitif dengan meniru orang dewasa. Dalam masa ini anak mulai menemukan realitas yang melampaui pengalaman sehari-hari dan bertemu dengan batas-batas kehidupan, misalnya kematian. Selain sikapnya yang masih egoistis, anak-anak juga sulit membedakan antara pandangan orang tua dengan pandangannya sendiri, terutama pandangan tentang Tuhan, malaikat dan iblis. Ketuhanan digambarkan secara pra-antropomorfis dan magis berdasarkan kualitas fisik semata. Misalnya Allah digambarkan seperti angin yang ada di mana-mana (Cremers, 1995 : 113-117).. 2. Tahap Mitis-Harafiah (6-12 tahun) Tahap ini adalah tahap di mana anak mulai memasuki usia sekolah. Anak mulai berpikir secara logis dan membedakan hal-hal yang natural dari hal-hal.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24 supranatural. Anak mulai mampu untuk menguji segala pikiran secara empiris atas dasar. pengamatan. sendiri. dengan. mengecek. apakah. pandangan-pandangan. kepercayaannya sesuai dengan ajaran dan pendapat orang dewasa yang dihargainya. Mereka juga dapat menyusun dan mengartikan dunia pengalamannya melalui cerita sebagai sarananya. Mereka langsung mengambil pemahaman harafiah terhadap pengalaman agama atau simbol-simbol agama seperti yang pernah mereka dengar. Dalam tahap ini kepercayaan menjadi soal bagaimana harus menilai cerita-cerita yang secara konkret mengandung seluruh simbol, kebiasaan, gambaran dan tradisi kepercayaan dalam kelompok. Dimensi naratif menjadi sarana yang utama untuk mengekspresikan kepercayaan anak pada suatu tatanan arti yang melampaui tingkat dunia konkret, serta menjadi sarana penjamin janji-janji di masa sekarang dan mendatang (Cremers, 1995 : 117-128). Dalam tahap ini seorang anak secara lebih sadar bergabung dengan kelompok atau komunitas iman terdekatnya. Kepercayaannya dibentuk melalui cerita-cerita dan mitos-mitos yang diartikan secara harafiah. Allah tidak lagi dipandang sebagai orang tua atau raja yang jauh dari jangkauan manusia, melainkan sebagai “seorang sahabat” yang dekat dan akrab dengannya. Artinya, sumber nilai kebenaran dan kekuasaan yang transenden mulai bersifat “pribadi” (Cremers, 1995 : 134).. 3. Tahap Sintetis-Konvensional (12 – 21 tahun) Pada umumnya yang masuk dalam tahap ini adalah anak usia remaja. Mereka mampu berpikir abstrak mulai dari bentuk ideologis sistem keyakinan dan komitmen sampai pada hal-hal yang ideal. Pada usia remaja mereka memasuki masa pencarian identitas diri. Oleh sebab itu, mereka mengharapkan hubungan yang pribadi dan.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25 bersifat intim dengan Tuhan. Remaja mulai berpikir bahwa kegiatan imannya tidak dapat dipuaskan oleh jawaban-jawaban yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka berupaya untuk mengikuti atau menjadi anggota organisasi keagamaan. Dalam tahap ini iman masih ditafsirkan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan kriteria yang dikatakan oleh orang dalam kelompoknya atau sesuai dengan pemahaman yang populer. Iman didasarkan pada pandangan orang lain, artinya dalam seluruh proses beriman seseorang akan menghidupi pandangan orang lain, sedangkan jati dirinya yang sesungguhnya semakin tidak tampak atau hilang. Tahap ini merupakan tahap penyesuaian diri di mana seseorang ingin sekali merespons dengan setia pengharapan-pengharapan dan keputusan orang lain yang dianggap penting. Mereka belum mampu memahami identitas pribadi untuk membuat keputusankeputusan yang otonom. Iman seseorang yang berada dalam tahap ini masih bersifat “konvensional” (kesepakatan bersama) dan sintesis (diterima begitu saja) dengan otoritas yang berada di luar dirinya (Groome, 2010 : 101-102).. 4. Tahap Individuatif-Reflektif (21-35 tahun) Pada tahap ini muncul kesadaran diri dan refleksi diri yang mendalam. Orang dewasa muda semakin kritis melihat perbedaan jati dirinya yang dipersepsikan oleh orang lain dengan yang ia alami sendiri. Dalam tahap ini refleksi diri tidak seluruhnya bergantung pada pandangan orang lain. Melalui sikap refleksivitasnya yang tinggi, orang muda mulai mengajukan pertanyaan kritis tentang keseluruhan nilai, pandangan hidup, kepercayaan, dan komitmen yang selama ini ia terima dan jalani. Ia tidak dapat lagi bersandar pada orang lain, tetapi dengan berani dan kritis ia harus memilih secara pribadi ideologi, filsafat dan cara hidup yang menghantar pada komitmen-komitmen.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26 kritis serta mawas diri dalam segala hubungan dengan tugasnya. Orang dewasa muda dalam tahap ini sudah memahami dirinya dan orang lain, tidak hanya menurut pola sifat “pribadi” atau “antar pribadi”, melainkan sebagai suatu bagian sistem sosial dan institusional. Tahap ini menghasilkan sikap kritis terhadap seluruh simbol, mitos dan lain sebagainya atau sering disebut sebagai tahap “demitologisasi”. Segala macam simbol dan mitos yang ia kenal selama ini mulai diselidiki dengan kritis dan radikal. Simbol tidak lagi dipandang identik dengan kesakralan, melainkan sebagai sarana yang memuat sejumlah arti tertentu. Ia menganggap agama sebagai organisasi yang “konvensional” serta bertentangan dengan pengalaman religius yang ia alami. Sebagai akibatnya, Allah tidak lagi dipandang sebagai pribadi yang paling mengenal hati dan menentukan hidup seseorang, melainkan sebagai Pribadi yang bebas dan dinamis mengundang setiap orang menjadi rekan-Nya. Kekhasan tahap kepercayaan individuatif-reflektif ini adalah seorang dewasa muda mengembangkan visi kepercayaannya sebagai hasil refleksi kritis semata-mata. Dengan sikap kritis yang tinggi terhadap tradisi religiusnya, ia memeriksa satu persatu ajaran dan gambaran religius, kemudian mulai meninggalkan hal-hal yang baginya tidak masuk akal. Ia menciptakan suatu integrasi baru dalam pola kepercayaannya dan berusaha memperoleh. suatu pandangan religius pribadi yang baru. Kepercayaan. dalam tahap ini ditandai oleh kesadaran yang tajam akan individualitas dan otonomi. Jika ia mengakui tokoh religius tertentu, misalnya Yesus, maka pengakuan itu bukan berdasarkan tradisi Kristen yang mengumumkan dan mengesahkan tokoh tersebut sebagai pendiri Gereja dan nabi yang utama, melainkan karena pribadi istimewa tersebut dipandang sebagai tokoh yang sungguh menghayati hubungan dengan Allah..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27 Bagi orang dewasa muda yang dijadikan kriteria adalah aspek penghayatan yang sungguh-sungguh pribadi dan mesra sebagaimana diilhami dan disemangati oleh Allah yang berkarya dan mendorong hati mereka. Dalam tahap ini seseorang menemukan identitasnya dan terbuka pada realitas sosial yang ada (Cremers, 1995: 160-179).. 5. Tahap Konjungtif (Setengah baya: 35-40 tahun) Kepercayaan konjungtif biasanya muncul setelah usia paruh baya, yakni sekitar usia 35 tahun. Pada tahap ini gambaran diri yang telah tersusun ditinjau kembali secara lebih kritis. Berbagai pandangan hidup, kepribadian dan batas-batas diri yang sebelumnya telah ditetapkan dengan jelas, kini seakan-akan tidak ada. Muncul kesadaran baru dan pengakuan kritis terhadap berbagai macam ketegangan yang dirasakan oleh sang pribadi dalam diri dan hidupnya. Kebenaran tidak lagi dipandang sebagai hasil penangkapan arti yang bersifat rasional, konseptual dan jelas, melainkan hasil perpaduan berbagai paradoks. Dalam tahap ini seseorang mengalami tingkat kepolosan kedua yang mempengaruhinya dalam menafsirkan arti simbol. Semua simbol, bahasa, cerita, mitos, dan lain sebagainya, diterima sebagai salah satu sarana yang cocok untuk mengungkapkan realitas yang lebih mendalam (Cremers, 1995 : 185-205). Seorang yang berada dalam tahap ini mulai melihat bahwa kenyataan sekitar saling berkaitan. Mereka memiliki pengetahuan yang dialogis dengan pola komunikasi yang lebih matang. Dialog dipahami sebagai jalan untuk mengenal dan memahami pihak lain, sekaligus memperteguh imannya. Mereka mampu hidup dalam situasi.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28 paradoks dan meyakini bahwa Allah adalah penopang hidup serta terang yang selalu menyinari dari dalam (Heryatno, 2008 : 79).. 6. Tahap Yang Mengacu Pada Universalitas (30 tahun ke atas). Tahap ini dianggap sebagai tahap yang paling tinggi. Dalam tahap ini keyakinan transendental mampu melampaui seluruh ajaran agama dan kepercayaan di dunia. Pada tahap ini orang tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, bahkan kehadirannya dimaknai sebagai agen yang membawa perubahan di tengah dunia ke arah yang sebenarnya (Kerajaan Allah). Pada tahap ini seseorang sangat mencintai kehidupan, tetapi kehidupan tersebut tidak dipertahankan secara mati-matian. Dalam istilah teologi tahap ini adalah tahap di mana Kerajaan Allah dialami sebagai realitas kehidupan. Sedangkan dalam spiritualitas, tahap ini adalah keadaan penyatuan yang paling sempurna dengan Allah yang dapat dilakukan dalam kekekalan (Cremers, 1995 : 96-218). Seseorang yang berada dalam tahap ini memiliki pandangan hidup yang menyeluruh (comprehensif, holistic, integratif) dan menembus sekat-sekat yang ada. Mereka mampu mengatasi ego dan mengarah pada yang transenden. Orang-orang miskin, tersingkir, menderita dan tertindas menjadi prioritas perhatian mereka. Heryatno (2008: 79) mengungkapkan kembali pandangan Fowler yang menyatakan bahwa Bunda Teresa, M. Gandhi dan Marthin Luther merupakan tokoh yang telah mencapai tahap universalitas dalam beriman..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29 C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan iman 1. Faktor Internal a. Kebebasan Menurut Chang (2001: 57) kebebasan adalah kemampuan untuk menentukan pilihan yang berasal dari dalam diri tanpa ada paksaan dari pihak luar. Kendati kebebasan merupakan masalah perseorangan bukan berarti kebebasan adalah sesuatu yang tanpa aturan. Kebebasan harus ditempatkan dalam konteks hidup manusia yang terbatas. Manusia selalu hidup berdampingan dengan orang lain, sehingga kebebasan seseorang selalu terkait dengan tatanan nilai normatif yang disepakati bersama. Perwujudan kebebasan dalam hubungan. dengan batas-batas itu memungkinkan. manusia untuk menemukan dan mengamalkan kebebasan dalam arti yang utuh. Dalam hal ini kebebasan terarah pada kebebasan interior manusia. Kebebasan ini menghantar manusia untuk sampai pada kebebasan mengambil keputusan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Keputusan yang berasal dari dalam diri dan disadari oleh akal budi adalah keputusan yang lahir dari kebebasan. Keputusan yang diambil berdasarkan kebebasan ini sangat penting terutama keputusan dalam hal iman. Karena iman menyangkut seluruh hidup maka harus dipastikan bahwa tindakan yang dilakukan dalam upaya mewujudkan iman bukanlah intervensi dari pihak luar. Tindakan yang penuh kebebasan ini akan menjadikan seseorang sungguh menyadari apa yang ia lakukan dan menjadikan tindakan tersebut bagian dari hidupnya. Kebebasan merupakan hal yang paling mendasar dalam hidup beriman. Karena iman yang dewasa mengandaikan bahwa seseorang mampu memilih secara bebas, sehingga ia menyadari dan bertanggungjawab atas pilihan yang ia tentukan..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30 b. Suara Hati Menurut Chang (2001: 129) suara hati dalam bahasa Latin disebut conscientia yang terbentuk dari dua kata yakni, cum (dengan) dan scientia (pengetahuan). Secara harafiah suara hati berarti “pengetahuan dengan”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia suara hati berarti hati yang telah mendapat cahaya Tuhan atau perasaan yang paling murni. Dalam terjemahan bahasa Indonesia unsur “hati” lebih ditekankan daripada pengetahuan. Chang (2001: 129) juga mengemukakan kembali pemikiran Thomas Aquinas tentang suara hati yakni, “conscienta dicitur cum alio scientia” (“hati nurani sebagai pengetahuan beserta yang lain”). Kata “cum-scientia” dimengerti sebagai “manusia mengetahui sesuatu dengan yang lain”. Suara hati dalam pemikiran Thomas Aquinas mengandung pengertian yang lebih kaya, sebab bukan hanya “dengan pengetahuan”, tetapi memuat dimensi kebersamaan atau keterkaitan antar pribadi. Definisi ini ingin menegaskan bahwa suara hati tidak hanya mencakup unsur “pengetahuan” tetapi juga “hati”, hal ini berarti mencakup seluruh pribadi manusia. Katekismus Gereja Katolik memberikan uraian yang sangat jelas mengenai suara hati yakni, sebagai berikut : Di lubuk hati nuraninya manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, tetapi harus ditaatinya. Suara hati selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jauhkanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum, hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batin (KGK, art. 1776) Berdasarkan uraian ini suara hati dapat dipahami sebagai bisikan atau suara yang menyerukan untuk selalu berbuat kebaikan. Suara hati adalah kesadaran moral yakni,.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31 kesadaran tentang hal yang baik dan yang jahat. Suara hati tidak hanya sekedar kesadaran moral tetapi juga kemampuan untuk mengambil keputusan untuk melakukan yang baik dan menghindari yang jahat. Suara hati adalah inti terdalam dari manusia, karena melalui suara hati seseorang dapat mendengar suara Allah yang menggema.. c. Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan tanggapan atas tindakannya. Tanggapan tersebut berupa jawaban atas pertanyaan mengapa tindakan tersebut dilakukan dan kesanggupan untuk menanggung konsekuensi dari tindakan tersebut. Dalam konteks moral, tanggung jawab tidak hanya dimaknai sebagai kesanggupan memberi jawaban dan menanggung konsekuensi, tetapi merupakan komitmen untuk melakukan kebaikan (Dapiyanta, 2013: 34) Chang (2001: 59) mengungkapkan kembali pandangan Vidal tentang tiga unsur penting dalam menentukan tanggung jawab moral seseorang atas tindakannya yakni, unsur afektif, pengetahuan dan kehendak. Unsur afektif termasuk dalam bagian mendasar dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Karena tindakan manusia lahir dari iklim kejiwaan seseorang. Tatanan afektif manusia bukan hanya bersifat perasaan, tetapi sungguh mencerminkan kesatuan dalam diri manusia. Namun harus tetap dipahami bahwa masalah moral bukanlah masalah sentimental, karena moral berdasarkan kedalaman dan maksud tindakan seseorang. Unsur afektif dalam tindakan dijadikan sebagai kategori tindakan bertanggungjawab. Sedangkan unsur pengetahuan menyangkut keterlibatan akal budi manusia dalam melakukan suatu tindakan. Unsur pengetahuan mencakup perhatian,.

Gambar

Tabel 2  Identitas Responden
Tabel 4  Matriks Program   10. Matriks Program

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menyajikan presentasi penampilan mahasiswa sebagai seorang penyaji sangatlah penting. Penampilan penyaji yang baik tidak hanya mempengaruhi kenyamanan dirinya dalam

Judul skripsi EFEKTIVITAS PENERAPAN KEGIATAN PRESENTASI MATA KULIAH TERHADAP PERKEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA DI PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ USAHA MENINGKATKAN MUTU RENUNGAN HARIAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS KATEKIS BAGI

(26) lingkungan semakin rusak. Setiap manusia pasti mempunyai beban hidup atau dosa yang membuat manusia lumpuh semangatnya, lumpuh jiwanya dan lumpuh hidup. Secara harafiah

Skripsi ini berjudul UPAYA PENGEMBANGAN PENDAMPINGAN SPIRITUALITAS MAHASISWA-MAHASISWI CALON KATEKIS DI PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

“Ketika kebijaksanaan dimiliki oleh setiap orang, maka ia akan mampu melihat segala sesuatu apa adanya (Wisdom atau Butha Nyana Dasanam), sehingga ia mampu

memiliki spiritualitas yang menjadi kekuatan dalam mewartakan karya keselamatan Allah Sebagai calon Katekis, melalui perayaan Ekaristi yang saya rayakan, saya senantiasa siap diutus

Subbudaya (subculture), masing-masing budaya mengandung subbudaya yang lebih kecil atau kelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi