ABSTRAK
Judul skripsi DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA dipilih berdasarkan kenyataan bahwa penghayatan iman Bunda Maria mahasiswa PAK perlu ditingkatkan. Prodi PAK merupakan salah satu prodi yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan iman. Untuk itu prodi PAK mempunyai harapan besar pada mahasiswa PAK untuk menghayati imannya dalam menghadapi kesulitan yang ada. Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang kurang menghayati imannya. Mahasiswa PAK mengikuti kegiatan doa rosario yang diadakan di kampus maupun di luar kampus hanya sekedar rutinitas belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan. Dan yang lebih memprihatinkan adalah jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan doa Rosario sangat sedikit dari jumlah mahasiswa yang ada.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah seberapa besar mahasiswa yang mengetahui indikator bahwa mahasiwa memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa Rosari dan seberapa besar mahasiswa PAK meneladani sikap iman Bunda Maria, sebagai sumber kekuatan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang sangat akurat, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan cara penyebaran kuesioner, penyebaran kuesioner dilaksanakan di kampus PAK yang diwakili oleh mahasiswa angkatan 2013, dan sudah terlaksana.
ABSTRACT
Thesis title ROSARY PRAYER AS A MEANS OF APPRECIATION FOR THE FAITH OF THE MOTHER MARIAE FOR STUDENT OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS OF 2013 SANATA DHARMA UNIVERSITY IN YOGYAKARTA been based on the fact that the appreciation of the faith of Mary students PAK needs to be improved. Prodi PAK is one that has a great responsibility in developing faith. For that Prodi has great expectations on the PAK students to live their faith in the face of difficulties. But in reality there are still many students who lack living their faith. Students PAK following the activities of the rosary were held on campus and off-campus just a mere routine without any positive impact generated. And even more alarming is the number of students involved in the activities of the Rosary very few of the students there.
A key issue for this paper is how much students know the indicators that students have a deep appreciation of the prayer of the Rosary and how much students PAK emulate the attitude of faith in the Virgin Mary, as a source of student power in the face of any problems that exist. To examine this issue needed highly accurate data, therefore the author doing research by distributing questionnaires, questionnaires conducted on campus PAK represented by student class of 2013, and has been implemented.
i
DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Ignatius Dwi Cahyo Jiwandono
NIM: 111124021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Bunda Maria dan PutraNya Tuhan Yesus Kristus.
Keluargaku yang selalu mendukung dan mendoakanku : Ibu, Mbak, Mas, Mbah,
v MOTTO
“Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji,
melainkan orang yang dipuji Tuhan”
viii ABSTRAK
Judul skripsi DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA dipilih berdasarkan kenyataan bahwa penghayatan iman Bunda Maria mahasiswa PAK perlu ditingkatkan. Prodi PAK merupakan salah satu prodi yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan iman. Untuk itu prodi PAK mempunyai harapan besar pada mahasiswa PAK untuk menghayati imannya dalam menghadapi kesulitan yang ada. Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang kurang menghayati imannya. Mahasiswa PAK mengikuti kegiatan doa rosario yang diadakan di kampus maupun di luar kampus hanya sekedar rutinitas belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan. Dan yang lebih memprihatinkan adalah jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan doa Rosario sangat sedikit dari jumlah mahasiswa yang ada.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah seberapa besar mahasiswa yang mengetahui indikator bahwa mahasiwa memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa Rosari dan seberapa besar mahasiswa PAK meneladani sikap iman Bunda Maria, sebagai sumber kekuatan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang sangat akurat, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan cara penyebaran kuesioner, penyebaran kuesioner dilaksanakan di kampus PAK yang diwakili oleh mahasiswa angkatan 2013, dan sudah terlaksana.
ix
ABSTRACT
Thesis title ROSARY PRAYER AS A MEANS OF APPRECIATION FOR THE FAITH OF THE MOTHER MARIAE FOR STUDENT OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS OF 2013 SANATA DHARMA UNIVERSITY IN YOGYAKARTA been based on the fact that the appreciation of the faith of Mary students PAK needs to be improved. Prodi PAK is one that has a great responsibility in developing faith. For that Prodi has great expectations on the PAK students to live their faith in the face of difficulties. But in reality there are still many students who lack living their faith. Students PAK following the activities of the rosary were held on campus and off-campus just a mere routine without any positive impact generated. And even more alarming is the number of students involved in the activities of the Rosary very few of the students there.
A key issue for this paper is how much students know the indicators that students have a deep appreciation of the prayer of the Rosary and how much students PAK emulate the attitude of faith in the Virgin Mary, as a source of student power in the face of any problems that exist. To examine this issue needed highly accurate data, therefore the author doing research by distributing questionnaires, questionnaires conducted on campus PAK represented by student class of 2013, and has been implemented.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Kasih, Sang
sumber hidup karena atas berkat, rahmat dan kasih-Nya telah membimbing,
menuntun dan menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN
BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA.
Skripsi ini penulis susun sebagai kepedulian dan keprihatinan terhadap
mahasiswa yang kurang memaknai doa rosario dengan sungguh-sungguh. Banyak
diantara mereka masih banyak yang berdoa Rosario hanya sebatas mengucapkan
kata-kata saja tanpa menghayati isinya sehingga dapat mengurangi makna dari doa
Rosario tersebut
Berkat dukungan, pendampingan, bimbingan dan kerja sama yang baik dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, akhirnya penulisan
skirpsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan penuh rasa syukur
penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya dan mengucapkan
banyak terimakasih melalui kesempatan ini kepada:
1. Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing utama dan pembimbing
akademik yang telah memberikan kesempatan, memberikan waktu luang,
rendah hati untuk membimbing, mengarahkan, memberikan masukan-masukan
xi
penulisan skripsi dengan penuh kesabaran dan murah hati sehingga selesainya
penulisan skripsi ini.
2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing penelitian dan
penguji II yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi,
masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis ketika menghadapi hambatan maupun
masalah dalam menyelesaikan skripsi dan selama proses kuliah di PAK.
3. YH. Bintang Nusantara SFK., M.Hum selaku dosen penguji III yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan saran, masukan
yang berarti dan membangun dalam perkembangan skripsi dan hidup penulis.
4. Kaprodi PAK-USD Yogyakarta, Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed.,
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dari awal
hingga akhir proses penyusunan skripsi ini.
5. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta
pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.
6. Staf dan karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan
bagi penulis.
7. Keluargaku : Ibu Theresia Partinah, Mbah Pujo, Mbak Veronika Kurnia
Purwantari, Mas Kobi yang dengan penuh kasih dan cinta selalu mendoakan,
mendukung, memberi semangat, menegur, mengingatkan, membantu penulis
dalam setiap perjalanan studi di PAK-USD Yogyakarta sehingga mendorong
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR SINGKATAN………xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penulisan... 4
D. Manfaat Penulisan... 4
E. Metode Penulisan... 5
F. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II. PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA MELALUI PERISTIWA-PERISTIWA DOA ROSARIO ... 7
A. Penghayatan Iman ... 8
1. Penghayatan Iman Sebuah Refleksi ... 8
2. Pengertian Iman... 9
a. Iman adalah Anugerah... 10
b. Iman adalah Keputusan ... 10
xiv
B. Pengertian Penghayatan Iman Bunda Maria... 11
1. Bunda Maria ... 11
2. Penghayatan Iman Bunda Maria ... 12
a. Maria Menyimpan Segala Perkara di dalam Hatinya ... 12
b. Penyerahan Diri ... 13
c. Pendoa ... 13
3. Keteladanan Maria melalui Peristiwa dalam doa Rosario ... 14
a. Peristiwa Gembira ……….. 14
b. Peristiwa Terang ……… 15
c. Peristiwa Sedih ……….. 16
d. Peristiwa Mulia ……….. 17
C. Doa Rosario ... 18
1. Pengertian Doa ……… 18
2. Pengertian Doa Rosario ……….. 20
3. Asal-usul Doa Rosario ……… 23
4. Tujuan Doa Rosario ……… 28
a. Menimba Inspirasi untuk Hidup ……… 28
b. Iman Makin Kuat………... 31
c. Iman Makin Terwujud dalam Perbuatan ………... 33
d. Hidup Makin Terfokus Kepada Tuhan ……….. 34
5. Corak Doa Rosario ………. 38
a. Doa Rosario adalah Doa Renungan ……….. 38
b. Doa Rosario adalah Ringkasan Injil ……….. 39
c. Doa Rosario adalah Doa Kristologis ………. 40
6. Unsur-Unsur Doa Rosario ……….. 41
a. Doa-doanya ……… 41
1) Doa Bapa Kami ………. 41
2) Doa Salam Maria ……….. 41
3) Kemuliaan ………. 42
xv
c. Cara Berdoa Rosario ………. 47
1) Pendarasan Salam Maria ……… 47
2) Kontemplasi ………... 48
BAB III. PRAKTEK DOA ROSARIO DI KALANGAN MAHASISWA PAK ANGKATAN 2013 ... 50
A. Situasi Umum Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 50
1. Latar Belakang ... 50
B. Persiapan Penelitian tentang Praktek Doa Rosario di Kalangan Mahasiswa PAK angkatan 2013 ... 53
1. Latar Belakang Penelitian ... 53
2. Rumusan Permasalahan Penelitian ... 55
3. Tujuan Penelitian ... 55
4. Metode Penelitian ... 56
a. Jenis Penelitian ………... 56
b. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 56
c. Responden Penelitian ………. 57
d. Instrumen Penelitian ……….. 57
e. Teknik Analisis Data ………. 58
f. Variabel Penelitian ……… 59
g. Definisi Konseptual ……….. 59
h. Definisi Operasional ………. 60
i. Kisi-Kisi ……… 60
C. Laporan Hasil Penelitian... 61
1. Identitas Responden ... 62
2. Tingkat Pemahaman Akan Doa Rosari ………... 63
3. Tingkat Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 65
xvi
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Penghayatan Iman Bunda
Maria……… 68
6. Harapan Mahasiswa PAK untuk Mewujudkan Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 70
D. Pembahasan HasilPenelitian ………... 72
1. Identitas Responden ... 72
2. Tingkat Pemahaman Akan Doa Rosario……….. 73
3. Tingkat Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 75
4. Pelaksanaan kegiatan di Kampus dalam rangka penghayatan iman Bunda Maria ……… 76
5. Faktor pendukung dan penghambat penghayatan iman Bunda Maria……… 77
6. Harapan mahasiswa PAK untuk meningkatkan penghayatan iman Bunda Maria ……….... 79
E. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 79
BAB IV.USULAN PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS BAGI MAHASISWA PAK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA ………... 81
A. Katekese dengan Model Shared Cristian Praxis ... 81
B. Usulan Program Katekese Umat bagi Mahasiswa PAK Angkatan 2013 dalam menghayati iman Bunda Maria melalui Peristiwa-peristiwa Doa Rosario ... 83
1. Tema dan Tujuan ……… 84
2. Matriks Usulan Program Pendampingan Mahasiswa PAK ……… 85
3. Contoh Satuan Pendamping Katekese Umat Model Shared Christian Praxis(SCP) ………... 87
a. Identitas ……….. 87
b. Pemikiran Dasar ………. 88
c. Pengembangan Langkah-Langkah ……… 89
BAB V. PENUTUP ... 99
A. Kesimpulan ... 99
xvii
DAFTAR PUSTAKA ... 103
LAMPIRAN ... 104
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian... (1)
Lampiran 2: Kuisioner Penelitian ... (2)
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Gereja
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
KGK : Katekismus Gereja Katolik
SJ : Serikat Jesus
B. Singkatan Lain Art. : Artikel
M : Masehi
dst : dan seterusnya
bdk : bandingkan
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
USD : Universitas Sanata Dharma
HMPS : Himpunan Mahasiswa Program Studi
HIMKA : Himpunan Mahasiswa
BEMU : Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
BEMF : Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
No. : Nomor
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Doa Rosario sebagai suatu penghormatan kepada Bunda Allah.
Sesungguhnya doa Rosario merupakan devosi yang dilahirkan pada Yesus Kristus
sebagai pusat iman kita sehingga “bila si ibu dihormati, sang Putra pun dikenal,
dikasihi dan dimuliakan dengan semestinya” (LG, a. 66). Dengan berdoa Rosario
umat dihantarkan untuk sampai pada Kristus, sehingga umat tidak hanya sampai
pada devosi saja tetapi dihantar untuk sampai pada pertobatan yang sejati.( LG,
Art. 66 ).
Dalam Rosarium Virginis Mariae, (art. 3) Paus Yohanes Paulus II
memberikan perhatian terhadap doa Rosario dengan memaklumkan Tahun
Rosario yang berlangsung dari Oktober 2002 sampai Oktober 2003. Ia
menganjurkan untuk menggalangkan doa tersebut di seluruh kalangan umat
Kristiani. Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi hal itu, yakni
pertama, adanya krisis Rosario di mana menurunnya nilai Rosario dan doa Rosario kurang dihayati maknanya, serta tidak lagi diajarkan kepada generasi
muda jaman sekarang. Kedua, bahwa doa Rosario menjadi tersisih kedudukannya
dalam liturgi. Ada kesan bahwa Rosario bertentangan dengan liturgi. Ketiga, dari
sejumlah umat memiliki rasa takut bahwa doa Rosario kurang ekumenis karena
memiliki sifat khas yaitu menonjolkan Maria. Padahal, seperti dijelaskan oleh
liturgi, bahkan doa Rosario itu menopang liturgi karena Rosario dapat menjadi
pengantar dalam liturgi (RVM, Art. 4). Doa Rosario dapat membuat umat
semakin berpartisipasi secara penuh lahir dan batin dalam liturgi dan darinya
mereka dapat memetik buah-buah kehidupan.
Sebagai seorang mahasiswa calon katekis kita juga harus bisa terlibat aktif
dalam kegiatan doa Rosario baik itu di lingkungan kampus maupun di lingkungan
kost tempat kita tinggal, oleh karena itu kita tidak hanya terlibat dalam kegiatan
doa Rosario saja tetapi sebagai calon katekis kita harus siap saat diminta untuk
memimpin doa Rosario. Agar apa yang kita dapatkan dari perkuliahan bisa kita
wujud nyatakan dalam kehidupan kita.
Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti doa Rosario, timbul kesan
bahwa mahasiswa kurang merefleksikan dan mengolah makna doa Rosario
tersebut. Mereka kurang mengerti apa makna doa Rosario. Mereka menghayati
doa Rosario sebagai suatu doa permohonan, artinya bahwa dengan doa Rosario
permohonan mereka akan dikabulkan. Dengan kondisi seperti ini, doa Rosario
menjadi menurun nilainya dan tergeser kedudukannya dalam liturgi. Doa Rosario
menjadi kurang menarik karena dilaksanakan secara monoton dan doa ini identik
dengan doa orang-orang tua. Banyak kaum muda yang tidak tertarik dengan doa
Rosario ini karena ada kesan membosankan.
Hal ini juga penulis temukan di lingkungan kampus khususnya mahasiswa
prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam mengikutin doa
Rosario, mahasiswa PAK kurang memaknai doa Rosario dengan
mengucapkan kata-kata tersebut tanpa menghayati isinya sehingga dapat
mengurangi makna dari doa tersebut. Selain itu, yang sangat memprihatinkan
bahwa kehadiran mahasiswa PAK dalam doa Rosario yang diadakan di kampus
PAK sangat kurang. Kenyataannya yang hadir hanya pengurusnya saja dan
beberapa mahasiswa (15-20 orang). Tentu hal ini sangat jauh dari apa yang
diharapkan untuk menjadi seorang katekis yang beriman mendalam.
Berkaitan dengan hal di atas, ada juga hal positif dari mahasiswa Ilmu
Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yakni mereka
mempunyai kebiasaan untuk mendaraskan doa Rosario setiap bulan Mei dan
Oktober di depan Gua Maria Della Strada untuk memberikan penghormatan
terhadap Bunda Maria. Kegiatan seperti ini merupakan kegiatan yang sangat
bagus, mahasiswa itu mempunyai wadah kegiatan yang bisa mengembangkan
iman mereka dan memperat persaudaraan antar angkatan. Oleh karena itu, untuk
menemukan penghayatan doa Rosario yang sesungguhnya, penulis tergerak untuk
menyusun skripsi dengan judul : “DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA
PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa indikator bahwa mahasiswa PAK memiliki penghayatan yang mendalam
2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan membantu suasana penghayatan doa
Rosario di kalangan mahasiswa PAK dan faktor-faktor apa yang menghambat
suasana penghayatan doa Rosario tersebut?
3. Bagaimana cara supaya makna doa Rosario sungguh-sungguh dapat dihayati
oleh mahasiswa PAK?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa melalui doa
Rosario.
2. Menemukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penghayatan
doa Rosario dalam rangka mengembangkan iman mahasiswa.
3. Menemukan cara dalam usaha memaknai doa Rosario sebagai sarana
penghayatan iman mahasiswa.
D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa PAK untuk
mengembangkan penghayatan imannya melalui doa Rosario.
2. Supaya Mahasiswa semakin mengenal, menghargai, dan mencintai doa
Rosario.
3. Membantu mahasiswa untuk memaknai doa Rosario sebagai sarana
E. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode deskriptif analitis
yang bertujuan untuk memaparkan makna doa Rosario secara umum yang
diangkat melalui studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan faktor-faktor
pendukung dan penghambat penghayatan doa Rosario dalam mengembangkan
iman. Untuk mengetahuinya, maka penulis akan melaksanakan penelitian
terhadap mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Melalui data
yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan merumuskan
sumbangan berupa refleksi kateketis yang dapat membantu mahasiswa PAK
untuk semakin memaknai doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman seturut
teladan iman Bunda Maria.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab. Bab I berisikan pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II menguraikan kajian pustaka dan hipotesis. Bagian pertama meliputi
penghayatan iman dan pengertian iman. Bagian kedua meliputi pengertian
penghayatan iman Bunda Maria. Bagian ketiga berisi tentang doa Rosario.
Bab III terdiri dari 6 bagian yaitu: situasi umum, persiapan penelitian,
laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian.
Bab IV penulis memaparkan usulan program katekese umat yang sesuai
BAB II
PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA
MELALUI PERISTIWA - PERISTIWA DOA ROSARIO
Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai penghayatan iman
Bunda Maria melalui peristiwa doa Rosario. Pokok permasalahan yang akan
diangkat dalam bab II ini menyangkut indikator yang menunjukan bahwa
mahasiswa/i memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa rosario sebagai
penghayatan iman Bunda Maria.
Pada bab II ini membagi menjadi tiga pokok bahasan, yakni pada pokok
bahasan pertama menjelaskan tentang penghayatan iman. Pokok bahasan kedua
menjelaskan tentang penghayatan iman Bunda Maria, dan ketiga doa Rosario.
Pokok bahasan pertama berisi penjelasan mengenai penghayan iman dan
pengertian. Pokok bahasan kedua, penulis akan menjelaskan mengenai Bunda
Maria, penghayatan iman Bunda Maria. Dan ketiga menguraikan tentang
pengertian doa, pengertian doa Rosario, asal-usul doa Rosario, tujuan doa
A. Penghayatan Iman
1. Penghayatan Iman (Sebuah refleksi)
Para Mahasiswa yang didampingi, adalah pribadi yang beriman pada
Yesus Kristus, yang dalam hidupnya mengharapkan keselamatan. Kepenuhan
keselamatan itu akan dialami bila pewahyuan pribadi Yesus Kristus ditanggapi
oleh manusia. Tanggapan atas pewahyuan Allah dalam Yesus Kristus inilah yang
disebut iman Kristiani. Secara nyata iman yang dimengerti sebagai tanggapan atas
pewahyuan itu nampak dalam bentuk perbuatan-perbuatan nyata. Jika seorang
menyatakan dirinya beriman kepada Allah dalam Yesus Kristus, dia harus
menghayati hal ini dalam hidupnya. Jadi orang yang beriman sebetulnya adalah
orang yang berbuat sesuatu (Yak 2:17).
Penghayatan iman merupakan tindakan nyata ini menyangkut dua bentuk,
yaitu:
a. Yang meliputi kekhususan sesuai agamanya dan diketahui oleh kelompok
orang yang menganut agama yang bersangkutan. Bentuk perbuatan yang
menampakkan orang sebagai orang Kristiani mengungkapkan iman Kristen
yang dihayati oleh orang yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pengungkapan
iman Kristiani tersbut misalnya: Perayaan Ekaristi di paroki tempat tinggal
atau atau kost mahasiswa-mahasiswi, ibadat sabda, pendalaman iman, dan
doa-doa yang biasa dilakukan sebelum dan sesudah makan.
b. Bentuk penghayatan iman dalam seluruh tindakan manusia, dalam hidup dan
kuliah sehari-hari yang dilakukan dengan tanggungjawab dan demi
iman. Tidak lagi dapat dilihat apakah orang tersebut beriman Kristen atau
tidak. Pada umumnya perbuatan morallah yang menjadi perwujudan iman,
misalnya mengikuti perkuliahan dengan baik, mendengarkan dosen ketika
dosen sedang menerangkan materi, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
oleh dosen. Berbagai bentuk ini dapat disebut sebagai perwujudan iman,
sejauh mahasiswa dan mahasiswi melakukannya dengan penuh tanggung
jawab.
Penghayatan iman Kristiani yang sejati tentu saja menempatkan dua
bentuk tersebut sebagai hal yang penting dan harus dilaksanakan secara seimbang.
Pengungkapan iman tanpa perwujudan dalam hidup tidaklah nyata dan
perwujudan iman tanpa dilengkapi dengan pengungkapan iman akan kehilangan
kejelasannya dan ada bahaya hanya akan menjadi kepentingan manusia belaka.
2. Pengertian Iman
Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah yang menyatakan
diri tidak karena terpaksa, melainkan “sukarela” (KWI, 1996: 128). Iman juga
dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan. Untuk mencapai taraf iman orang
harus terlebih dahulu percaya. Orang dapat percaya akan sesuatu hanya jika ia
mengetahuinya, oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui apa
yang kita imani.
Iman dalam diri seseorang sangatlah pentingnya karena iman merupakan
suatu aspek yang esensial dari konversi. Bersama dengan pertobatan, keduanya
kita pada suatu keselamatan karena iman adalah sarana yang dengannya kita
diselamatkan (Roma 10:9), dan jalan menuju pengharapan yang pasti (Ibr 11:1).
Sampai saat kebangkitan, kita dijaga oleh kuasa Allah melalui iman (I Ptr 1:5).
Berikut ini akan diuraikan pokok-pokok iman menurut KWI (1996:
127-130) dalam buku “Iman Katolik” sebagai berikut:
a. Iman adalah Anugerah
Tuhan yang diimani jauh mengatasi yang mengimani-Nya. Tuhan adalah
Mahatinggi dan tak terjangkau oleh manusia. Dengan kekuatan sendiri tidak
mungkin manusia mengenal dan berhubungan dengan Tuhan. Demi melengkapi
kekurangan dan demi kebaikan manusia, Tuhan memperkenalkan sabda-Nya,
kehendak-Nya, perintah-Nya dan diri-Nya. Melalui iman Tuhan memberikan
Sabda-Nya, kehendak-Nya, perintah-Nya dan manusia menjawabnya. Iman
merupakan jawaban dan tanggapan manusia terhadap Tuhan yang
memperkenalkan Sabda, kehendak, perintah dan diri-Nya (KWI, 1996: 129).
b. Iman adalah Keputusan
Dalam iman manusia mengenal Tuhan sebagai yang paling diandalkan dan
mendatangkan kebaikan padanya (KWI, 1996: 129). Oleh karena itu, untuk
beriman dari pihak manusia harus ada keputusan. Manusia harus menentukan
apakah berhadapan dengan Tuhan yang dapat diandalkan dan mendatangkan
kebaikanNya itu manusia berani dan mau memutuskan untuk menyerahkan diri
kepadaNya. Iman berarti memilih, sehingga iman bukan hal yang otomatis apalagi
c. Iman adalah Keterlibatan
Iman berasal dari inisiatif Tuhan dan merupakan anugerahNya, dan
merupakan hasil jawaban manusia yang diambil dalam keputusan bebas (KWI,
1996: 128). Iman membawa akibat pada hidup orang yang beriman. Orang
beriman sejati menyerahkan diri kepada Tuhan, membiarkan dirinya berada di
bawah bimbingan Tuhan dan di bawah kepenuhan hidup dan masa depan yang
mampu dibuatNya. Iman yang menuntut keterlibatan, membawa kesetiaan dalam
segala hal dan sepanjang hidup terikat pada Tuhan dan kehendakNya. Oleh karena
itu iman tidak hanya menyangkut budi, tetapi seluruh diri manusia; cipta, rasa,
karsa dan karya (Hardjana, 1993: 57-58).
B. Pengertian Penghayatan Iman Bunda Maria 1. Bunda Maria
Bunda Maria adalah seorang perawan yang tinggal di Nazaret, Galilea.
Maria adalah anak dari anak Yoakim dan Anna. Sebagai seorang Yahudi tentu
saja Maria mengharapkan kedatangan seorang Mesias, Juru selamat dunia. Ketika
Allah hendak melaksanakan karya penyelamatan dan penebusan dunia, Allah
memilih Maria yang adalah seorang perempuan yang taat pada hukum Taurat”
(Gal 4:4-5) untuk mengandung Sang Juru Selamat.
Dalam kehidupan umat Kristiani Bunda Maria dapat dijadikan teladan atau
spirit dalam menjalani hidup sehari-hari. Banyak yang bisa kita teladani dari kisah
hidup seorang Maria itu sendiri. Dalam Lumen Gentium art 57 dan 58
gembira dari Malaikat Gabriel. Maria dengan ketaatannya menerima kehendak
Allah tersebut. Selain itu dengan ketaatannya pula Maria dengan setia
mempertahankan persatuannya dengan Putra-Nya hingga wafat di Salib. Ia mau
menanggung penderitaan yang dahsyat bersama Putra-Nya yang tunggal, dengan
hati keibuan-Nya Ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, dan penuh kasih
menyetujui persembahan korban yang dilahirkan-Nya. Dan akhirnya oleh Yesus
Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di Kayu Salib, Ia dikaruniakan kepada
murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “ Ibu, inilah, anakmu!” (Yoh 19:
27).
2. Penghayatan Iman Bunda Maria
a. Maria Menyimpan Segala Perkara di dalam Hatinya
“Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan
merenungkannya” (Luk 2:19), ketika Maria mendengar sesuatu yang kurang jelas,
Maria tidak langsung mengungkapkan atau banyak bertanya tetapi
menempatkannya menjadi bahan doa atau permenungan, seperti halnya Yesus
berumur 12 tahun. Maria dan Yosef mencari-cari Yesus yang ketika itu tinggal di
Bait Allah dan ketika bertemu dengan Yesus berkatalah Yesus : “ Mengapa kamu
mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah
BapaKu?” (Luk 2:49). Ketika seorang ibu bertanya dan mendapatkan jawaban
seperti itu dari anaknya kiranya sang ibu akan marah-marah kepada anaknya,
b. Penyerahan Diri
“Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Sabda Tuhan itulah
yang menjadi pusat hidup Bunda Maria. Bunda Maria terlibat di dalam rencana
keselamatan Allah secara utuh. Sikap penyerahan diri Bunda Maria ini
sesungguhnya merupakan buah iman Bunda Maria yang tidak mengandalkan diri
pada kekuatannya sendiri tetapi kepada kuasa Allah yang menaungi dan akan
menyertai dengan berbagai rahmat yang lain.
c. Pendoa
Doa Bunda Maria dengan hati semakin lama semakin membuahkan
keakraban dengan Yesus yang lebih mendalam, yaitu tidak hanya bertindak
sebagai ibu jasmani bagi Yesus, melainkan menjadi rekan sekerja dengan Yesus
(Yoh 2:4). Doa hati inilah yang menjadikan Bunda Maria mengerti segala sesuatu
yang terjadi atas dirinya dalam menyambut Allah. Dengan berdoa seperti itu,
yaitu menyimpan dan merenungkan dalam hati, Bunda Maria mengajarkan kepada
kita bagaimana bersikap benar dan berdoa benar kepada Allah. Semakin dekat
dengan Tuhan, orang semakin merasa dirinya kecil, lemah dan tak pantas. Kita
diajak untuk berdoa dengan seluruh hati, dengan segala kerendahan hati dan
dengan segala penyerahan diri. Doa Maria sungguh doa seorang hamba, yang
3. Keteladanan Maria melalui Peristiwa-peristiwa dalam Doa Rosario Menurut Rosarium Virginis Mariae (art. 20-23) dalam berdoa Rosario
terdapat 4 peristiwa yaitu Peristiwa Gembira, Peristiwa Terang, Peristiwa Sedih,
dan Peristiwa Mulia. Berikut ini akan dijabarkan secara lebih rinci keteladanan
Maria berdasarkan peristiwa-peristiwa dalam doa Rosario:
a. Peristiwa Gembira
Peristiwa Gembira yang pertama “Maria Menerima Kabar Gembira dari
Malikat Gabriel” (Luk 1:26-38). Salam dari Malaikat Gabriel kepada gadis
Nazaret dikaitkan dengan undangan mesianis, “Bersukacitalah, Maria”. Seluruh
sejarah keselamatan, dalam arti tertentu seluruh sejarah dunia, telah dituntun
kepada salam ini adalah rencana Bapa untuk menyatukan segala sesuatu dalam
Kristus. (Ef 1:6). Maka seluruh alam dengan cara tertentu disentuh dengan penuh
kasih oleh perkenan ilahi; dengan perkenan ini Bapa menaruh hati pada Maria dan
mengangkatnya menjadi Bunda Putra-Nya. Karena hal ini, seluruh umat manusia
menyatakan bahwa Maria dengan tulus ikhlas menyetujui kehendak Allah (RVM
art. 20).
Sikap iman Maria yang sikap tulus ikhlas menerima undangan Allah untuk
mengandung Putra Allah mengartikan bahwa Maria meyerahkan dirinya secara
total pada kehendak Allah. Ungkapannya “Terjadilah padaku menurut kehendak
-Mu” inilah merupakan sikap iman yang penyerahan total atas rencana Allah pada
Selain itu, pada Peristiwa Gembira yang ke lima “Yesus diketemukan
dalam Bait Allah” (Luk 2:41-52) nampak juga sikap iman Maria yakni dengan
menyimpan segala perkara dalam hatinya. Maria tidak segera memarahi Yesus
ketika ia menemukan-Nya di Bait Allah tetapi Maria justru menyimpannya dalam
hati. Menyimpan dalam hati segala perkara di sini bukan berarti Maria tidak mau
tahu dengan apa yang dilakukan Yesus tetapi mengandung arti sebenarnya bahwa
ia merenungkan dalam hatinya dan dibawanya dalam doa. Sikap dan keteladanan
Maria yang selalu membawa setiap perkara dalam hatinya dan dibawa dalam doa
merupakan suatu sikap yang patut diteladani.
b. Peristiwa Terang
Peristiwa Terang yang ke dua “Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta
pernikahan di Kana” (Yoh 2:11) merupakan pewahyuan yang dinyatakan sendiri
oleh Bapa pada pembaptisan Yesus di Sungai Yordan dan digemakan oleh
Yohanes Pembaptis, serta diucapkan oleh Maria di Kana, “Lakukan apa yang Ia
katakan” (Yoh 2:5). Amanat ini menjadi amanat bundawi terbesar yang
disampaikan Maria kepada Gereja di setiap zaman. Amanat ini merupakan
pengantar yang tepat untuk kata-kata dan tanda-tanda yang dibuat Yesus dalam
pelayanan di hadapan umum, dan ini menjadi dasar keyakinan bahwa sungguh
terlibat dalam semua “Peristiwa Terang” (RVM art. 21).
Dalam peristiwa di kana ini tidak banyak menceritakan tetang Maria tetapi
pada akhir dari kisah ini pemimpin pesta bertanya pada mempelai laki-laki
asal-usul anggur tidak memberitahu pemimpin pesta apa yang sesungguhnya telah
terjadi, begitu pula dengan Maria. Di sini terlihat suatu sikap kerendahan hati
Maria yang tidak ingin menonjolkan diri akan setiap pengalaman hebat yang ia
alami apalagi peristiwa ini melibatkan putranya yakni Yesus. Hal ini bisa saja
membuat Maria menjadi bangga dan sombong ketika melihat Putranya mengubah
air menjadi anggur tetapi sebaliknya Maria tetap rendah hati. Inilah sikap iman
yang perlu diteladani dari Maria.
c. Peristiwa Sedih
Dalam peristiwa sedih ini, hampir semua bagian dari peristiwa ini
menceritakan Maria yang selalu setia dan penuh ketabahan hati menyaksikan
PutranyaYesus disiksa dan wafat di salib. “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya
dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena...” (Yoh.19: 25
-27). Kutipan ini menujukan bahwa ada sebuah relasi yang dekat dengan Yesus.
Maria selalu hadir dan menyaksikan penderitaan Putra-Nya, bahkan sampai wafat
di kayu salib. Paus Yohanes Paulus II menyebutkan bahwa penderitaan Bunda
Maria di kaki salib ini merupakan pengosongan “Kenosis” iman yang terdalam
yang pernah terjadi dalam sejarah manusia. Di kaki salib itulah dipenuhinya
nubuat Simeon, “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Luk 2:35).
Di sinilah keagungan dan kesempurnaan Maria yaitu mengutamakan kehendak
Allah, walupun harus menempuh jalan penderitaan. Maria menghadapi semua itu
keteladanan kesetiaan total sebagai hamba Allah dalam menanggapi dan
melaksanakan Sabda-Nya. Keteladanan hidupnya inilah yang patut mejadi contoh
teladan hidup umat beriman dalam meniti panggilannya sebagai umat Allah.
d. Peristiwa Mulia
Peristiwa Mulia ke empat yakni “Maria diangkat ke Surga” merupakan
puncak dari semua keteladanan dan ketaatan serta ketulusan Bunda Maria dan
juga puncak dari keikutsertaan Maria ambil bagian dalam karya keselamatan
Allah bagi semua orang. Dari seluruh keutamaan Maria membuahkan Kemuliaan
bagi-Nya. Berdasarkan pengalaman Maria tersebut membuahkan pengharapan
bagi orang beriman untuk bisa mengalami kemuliaan, bersama Kristus yang telah
dimuliakan. “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya Kristus sebagai buah
sulung, sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu
kedatangan-Nya”. (1 Kor 15:23).
Ketabahan, kesetiaan, dan sikap rendah hati Bunda maria sungguh
mengagumkan. Keterlibatannya dalam karya penebusan Yesus, Puteranya,
membuatnya menerima anugerah istimewa, dan kemudian Ia diangkat ke surga,
jiwa dan raganya. Keseluruhan sikap dan tindakan iman Maria inilah yang dapat
menjadi teladan bagi semua orang dalam menjalani hidup sehingga pada akhirnya
C. Doa Rosario 1. Pengertian Doa
Dalam KGK 2558; berdoa merupakan getaran hati suara nurani yang
menyapa Allah, itulah sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja
Katolik. Maka doa juga merupakan suatu permohonan dan syukur kepada Allah.
Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan suatu bagian
penting bagi orang beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering
dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang
hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Maka kebiasaan berdoa bagi kita umat
Katolik sangatlah penting, baik itu dari anak-anak hingga orang tua dan kakek
nenek tak terkecuali semuanya wajib berdoa.
Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan
kepada Tuhan demi hal-hal yang baik (KWI, 1996: 194). Dari mana kita
berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke
bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? “Siapa
yang merendahkan diri akan ditinggikan” (Luk 18:9-14). Kerendahan hati adalah
dasar doa, karena kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa (Rm 8:26).
Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah,
manusia adalah seorang pengemis atau hamba. (KGK 2559).
Dengan demikian dapat saya simpulkan bahwa terdapat hubungan yang
tidak terpisahkan antara doa dan iman. Hubungan itu terletak pada iman yang
dikuatkan, diteguhkankan, dan ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Iman
Menurut Xavier Leon – Dufour (1990: 87) dalam bukunya Ensiklopedi
Perjanjian Baru. Doa yaitu memperjelas hubungan dari orang perseorangan atau bangsa, yang ingin tetap bersama Allah. Doa merupakan bagian integral (utuh)
dari ibadat bangsa Israel. Baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri doa
menonjolkan kehadiran bangsa Yahudi. Dalam bahasa Yunani mempunyai
beberapa arti di antaranya adalah aiteo yang berarti meminta. Deomai (dengan
menegaskan kebutuhan konkret), erotao: menghimbau” (dengan menegaskan
kebebasan si pemberi). Kata-kata ini dipakai baik di bidang-bidang profan
maupun keagamaan, yang mengandung arti meminta dengan sangat, berdoa dan
mengemis.
Sedangkan menurut J.G.S.S Thomson dalam artikelnya di Ensiklopedia
Aklkitab Masa Kini jilid I A-L (1992: 249) menuliskan bahwa doa merupakan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada
Allah. Orang Kristiani berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji
dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan
tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai
persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakasa ilahi.
Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya.
untuk seluruh umat beriman, Paulus berdoa: “Semoga Allah memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Rm 15:13). Hidup orang Kristiani dirumuskan dalam tiga sikap dasar: “Berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengaharapan keselamatan” (1 Tes 5:8). Dan sikap dasar itu, sebagai tanggapan manusia terhadap kasih-karunia Allah, merupakan sumber doa. “Sebab bagi orang yang ada di dalam Kristus Yesus yang punya arti, hanyalah iman yang bekerja oleh kasih” (Gal 5:6). Maka ketekunan dalam doa pertama-tama berarti “bertekun dalam iman dan kasih” (1 Tim 2:1; 2 Tim 1:13). Bukan hanya dalam iman, tetapi juga dalam kasih, sebab doa, juga doa pribadi, tidak pernah bersifat “sendirian”. Orang selalu berdoa dalam Gereja, bahkan dalam kesatuan dengan semua orang lain”(KWI, 1996 :195).
2. Pengertian Doa Rosario
Setiap umat katolik pasti sudah mengenal doa rosario. Setiap bulan Mei
dan Oktober setiap hari umat katolik berdoa rosario bersama baik itu di
lingkungan, di gereja, di kampus, bahkan di lingkup keluarga. Rosario itu sendiri
artinya karangan bunga mawar, boleh putih atau merah, kuning; warna itu
mempunyai arti simbolik (C. Groenen. 1988:175). Bapa Paus sangat
menganjurkan seluruh umat Katolik untuk berdoa rosario terutama pada bulan
Mei dan Oktober dikhususkan untuk doa rosario.
Bapa Paus Yohanes Paulus II dalam Surat Apostolik Rosarium Virginis
Mariae tahun 2002 menyatakan bahwa “doa Rosario adalah doa sederhana tetapi sangat mendalam. Doa Rosario berciri khas Maria, tetapi pada intinya rosario
adalah doa yang Kristosentris” (RVM art. 1). Berdoa Rosario berarti juga
menyerahkan beban-beban hidup kita kepada Kristus dan BundaNya yang murah
hati. Dengan doa Rosario orang Kristiani berguru di sekolah Maria : mereka
dilatih untuk menatap keindahan wajah Kristus dan mengalami kedalaman
tangan Bunda Penebus sendiri. Mendaras doa Rosario tidak lain adalah menatap
wajah Kristus bersama Maria (RVM art. 3).
Bapa Suci Yohanes Paulus II mendaraskan bahwa “doa Rosario itu sendiri
merupakan sarana yang paling efektif untuk mengembangkan di kalangan kaum
beriman komitmen untuk berkontemplasi pada misteri kristiani. Doa Rosario
adalah salah satu tradisi kontemplasi kristiani yang terbaik dan paling berharga.
Rosario juga merupakan doa meditatif yang khas. (RVM art. 5). Bapa Suci
Yohanes Paulus II menegaskan bahwa di antara semua devosi, yang paling
mampu menguduskan dan menyerasikan jiwa dengan Tuhan kita adalah devosi
kepada Maria, ibuNya, dan semakin dikonsekrasikan kepada Maria, semakin ia
dikonsekrasikan kepada Yesus Kristus. Hanya dalam doa Rosariolah kehidupan
Yesus dan kehidupan Maria tampak begitu terpadu (RVM art. 16).
Namun, sesungguhya, doa Rosario hanyalah suatu metode kontemplasi.
Sebagai metode, doa Rosario merupakan sarana mencapai suatu tujuan, dan bukan
tujuan itu sendiri. Bapa Suci mengingatkan bila pemahaman tersebut diabaikan
ada bahaya doa Rosario akan gagal membuahkan dampak rohani yang merupakan
tujuan doa ini; bahkan, lebih dari itu, ada bahaya bahwa biji-biji Rosario, yang
menjadi sarana pendarasan, dilihat sebagai semacam jimat atau benda magis, dan
karenanya sama sekali menyimpang dari makna serta fungsinya (RVM art. 28).
Menurut Bapa Suci Yohanes Paulus II tiap renungan dimulai dengan
memaklumkan peristiwa, yang bahkan bisa diragakan dengan ikon
(patung/gambar) yang serasi. Pemakluman peristiwa ibarat penayangan skenario
dan perenungan ke episode atau saat tertentu dalam kehidupan Yesus.
Penghormatan ikon dan devosi-devosi memanfaatkan panca indera, seperti
misalnya metode doa yang menggunakan unsur-unsur visual dan imajinatif
(compositio loci). Metode tersebut dinilai sangat membantu memusatkan
perhatian pada misteri tertentu (RVM art. 29).
Bapa Suci Yohanes Paulus II menegaskan bahwa metode tersebut adalah
suatu metodologi, yang serasi dengan logika batin mengenai inkarnasi: dalam
Yesus, Allah ingin mengenakan sosok insani. Lewat realita ragawi inilah kita
dituntun untuk berkontak dengan misteri ilahiNya. Hal-hal yang konkret
sunguh-sungguh diperlukan dalam Rosario. Pemakluman peristiwa-peristiwa dalam doa
Rosario tidak menggantikan Injil, dan tidak juga menyerap seluruh isinya. Maka
dari itu, doa Rosario bukanlah pengganti bacaan Kitab Suci, sebaliknya doa
Rosario menuntut lectio divina dan mengembangkannya. Peristiwa-peristiwa yang
direnungkan dalam doa Rosario, juga dengan tambahan peristiwa terang, hanyalah
kerangka yang menampilakan unsur-unsur fundamental dalam kehidupan Yesus
(RVM art. 29).
Menurut Bapa Suci Yohanes Paulus II doa Rosario pada hakikatnya adalah
doa untuk perdamaian, karena inti doa ini adalah kontemplasi akan Kristus,
pangeran perdamaian. Dia yang adalah “damai kita”. Ia mempelajari rahasia
damai dan membuat damai menjadi proyek hidupnya. Berkat ciri meditatifnya,
dengan alur Salam Maria yang tenang, doa Rosario dapat menciptakan damai
dalam hati mereka yang mendaraskannya. Doa Rosario dapat membuka hati si
yang bangkit, mengalaminya dalam lubuk hati yang terdalam, dan
menyebarkannya (RVM art. 40).
Berdasarkan uraian mengenai doa Rosario di atas maka dapat dirumuskan
bahwa doa Rosario adalah sebuah sarana doa yang sederhana dan sangat
mendalam yang berciri khas Maria tetapi pada intinya mengarah pada
Kristosentris, di mana orang dapat menyerahkan beban-bebannya kepada Kristus
dan Bundanya yang murah hati.
3. Asal-usul Doa Rosario
Buku yang bejudul Doa Rosario: Menatap Untuk Menjadi Serupa
karangan Georges Madore, SMM menceritakan tentang sejarah Rosario, bahwa
Doa Rosario merupakan hasil suatu proses panjang yang ditimbulkan oleh
bermacam-macam bentuk devosi Maria pada abad pertengahan. Berikut ini garis
besar terjadinya bentuk Rosario sebagaimana kita mengenalnya dewasa ini. Pada
abad ke 9, kaum awam yang “bertobat” kepada hidup religuis (para “convers”)
menjadi anggota komunitas monastik. Namun karena buta huruf mereka tidak bisa
ikut dalam ibadat hariannya yang terdiri dari pendarasan 150 mazmur. Mereka
dianjurkan untuk mendasarkan 150 kami sebagai penggantinya, sambil
menghitung jumlahnya dengan batu-batu kecil dalam sebuah kantong atau dengan
menggunakan simpul-simpul pada sebuah tali.
Abad ke 11, Santo Petrus Damianus memprakarsai kebiasaan mendaraskan
150 Salam Maria sebagai ganti Bapa Kami. Saat itu, mereka punya kebiasaan
Kemudian pada Abad ke 12, muncul berbagai rumusan doa atau pengulangan
Salam Maria yang dikaitkan dengan perayaan berbagai “peristiwa” (misteri): 15 Salam Maria untuk 15 kegembiraan Maria; 7 Salam Maria untuk ketujuh
kedukaan atau ketujuh kegembiraan Maria; 33 Salam Maria untuk ke 33 tahun
kehidupan Yesus; 63 Salam Maria untuk ke 63 tahun kehidupan Maria.
Pada abad ke 13, beberapa teolog yang ingin mengungkapkan arti Kristiani
mazmur-mazmur Perjanjian Lama, menyusun “Kitab Mazmur Tuhan kita Yesus
Kristus”, suatu seri 150 pujian untuk menghormati Yesus Kristus, berdasarkan
penafsiran Kristiani Kitab Mazmur. Tidak lama kemudian muncul “Kitab Mazmur
Perawan Maria” disusun menurut pola yang sama. Maka, selama beberapa tahun
umat Kristiani dapat memilih antara berbagai jenis “Rosario” :
a. 150 Bapa Kami
b. 150 Salam Maria
c. 150 pujian kepada Kristus
d. 150 pujian kepada Maria.
Pada abad ke 14, seorang biarawan asal daerah sungai Rhein, Hendrik dari
Kalkar, meluncurkan gagasan untuk membagikan 150 Salam Maria dalam
puluhan yang dipisahkan oleh sebuah Bapa Kami. Kemudian abad ke 15,
menjelang tahun 1410, seorang biarawan Kratusia asal Jerman, Dominicus
Prutenus, menyusun seri 50 seruan pendek untuk disisip dalam setiap Salam
Maria untuk mendukung permenungan peristiwa-peristiwa. Pada tahun 1470,
Rosario pertama. Gerakan ini akan menyebar ke seluruh Eropa dan memberikan
sumbangan besar dalam menyebarluaskan kebiasaan berdoa Rosario.
Pada abad ke 16, setelah penemuan percetakan ada kemungkinan
menyertakan gambar pada setiap 150 peristiwa Kitab Mazmur Santa Perawan.
Namun, untuk menghemat tempat, mereka hanya sampai menyertakan gambar
pada gagasan ke 15 Bapa Kami. Dari situlah lahir ke 15 peristiwa yang masih kita
pakai sampai hari ini. Sekitar zaman yang sama bagian kedua Salam Maria mulai
tersebar di tengah masyarakat. Maka, Rosario dapat didaraskan di luar kepala dan
dalam kelompok yang sahut-bersahutan.
Doa Rosario sebagai salah satu sarana latihan kekudusan yang terbaik dan
berharga berkembang dalam sejarah kehidupan orang kudus. Sehubungan dengan
hal tersebut, Bapa Suci Paulus II mengenang kembali peranan para tokoh Gereja
pada masa itu yang telah menemukan jalan lurus untuk menjadi kudus dalam doa
Rosario. Bapa Suci menyebut St.Louis Marie Grignion de Montfort yang menulis
karya ulung mengenai Rosario. Dan secara khusus, Bapa Suci menampilkan
seorang tokoh pecinta Rosario yang disebut sebagai rasul sejati doa Rosario, yakni
Beato Bartolo Longo. (RVM art.8)
Bapa Suci Yohanes Paulus II menyatakan bahwa Beato Bartolo Longo
memiliki kharisma khusus. Langkahnya menuju kesucian bertumpu pada bisikan
nurani yang selalu mengiang dalam lubuk hatinya, “siapa saja yang menyebarkan
doa Rosario akan selamat”. Akibatnya, ia merasa terpanggil untuk membangun
sebuah gereja yang didedikasikan kepada Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci
pemakluman tentang Kristus sebelum tertimbun pada 79 M karena letusan
Gunung Vesusius. Baru berabad-abad kemudian kota ini muncul dari lahar
sebagai suatu kesaksian mengenai terang dan bayang-bayang peradaban klasik.
Lewat seluruh karya sepanjang hayatanya, dan utamanya lewat praktik doa “15
sabtu”, Bartolo Longo memajukan hakikat Kristosentris dan kontemplatif dari doa
Rosario. Dan dia mendapat dorongan serta dukungan kuat dari Paus Leo XIII,
yang dijuluki “Paus Rosario”. (RVM art. 8)
Pada awal mula, Rosario disebut “Kumpulan Mazmur Bunda Maria dan
Yesus Kristus”, sebab terdiri dari 150 Salam Maria dan 150 “misteri” (peristiwa)
menurut jumlah Mazmur. Istilah ini bisa ditemukan sampai akhir abad ke 17.
Istilah “Rosario” untuk pertama kalinya ditemukan dalam tulisan pada
tahun 1327. Bunga mawar (bhs. latin: “rosa”) mempunyai makna simbolis yang
kuat pada abad pertengahan. Karena keindahan dan khasiat penyembuhan yang
diduga dimilikinya (orang sakit dinasihati menggunakan tutup kepala terbuat dari
bunga mawar untuk bisa sembuh), bunga mawar diberi tempat penting dalam
sastra (antara lain dalam roman Misteri Bunga Mawar, La Divina Comedia, karya
Dante, dst.). Dengan sendirinya simbolisme ini ditetapkan kepada Santa Perawan
Maria: dialah bunga mawar “yang mengusir musim dingin”, yang “tumbuh di
tengah duri-duri”, ”yang menyembuhkan segala rasa sakit di dalam hati”.
Demikian misalnya puisi berikut dari abad ke 14 : (RVM art. 9 )
Salam kepada Yang Ilahi
Yang beristirahat dalam dirimu. Antara Surga dan bumi
Engkaulah yang paling manis. Salam Santa Maria,
Ratu yang mulia,
Kegembiraan segala wanita, Dan mahkotanya yang perawan Mintalah kepada Putramu
Agar Ia, bagaikan gunung yang menunduk, Menjadi obat bagi kesalahanku.
Salam Santa Maria.
Pada zaman yang sama kata ‘Rosarium’ juga berarti bunga rampai,
kumpulan teks-teks yang indah, khususnya berisi pujian-pujian kepada Yesus atau
Maria. Maka, tidak mengherankan nama tersebut diberikan kepada kumpulan 150
pujian, kemudian kepada kumpulan 150 peristiwa yang sampai saat itu mengisi
“Kitab Mazmur Bunda Maria”.
Umat berbagai bangsa Eropa juga menggunakan istilah ‘mahkota mawar’
(chapele,’ rozenhoedje’ ,’ korona’ )untuk sepertiga dari doa Rosario, yang terdiri
dari 50 (kemudian hanya 5) peristiwa. Asal mula kata ini memang sebuah
rangkaian bunga mawar sebagai tutup kepala. “Memberikan mahkota mawar
kepada seorang gadis” merupakan suatu ungkapan kuno yang berarti: mengawini
mengucapkan sejumlah Salam Maria bagaikan rangkaian bunga mawar yang
membentuk sebuah mahkota bagi perawan Maria. Berbagai legenda bercerita
bagaimana bunga mawar bermunculan pada wajah atau keluar dari mulut
orang-orang suci setiap kali mereka mengucapkan sebuah Salam Maria. (Georges
Madore, SMM 2002: 32,33).
4. Tujuan Doa Rosario
a. Menimba Inspirasi untuk Hidup
Inspirasi itu penting bagi orang untuk menjadi sesuatu yang menguatkan
iman, untuk mengambil keputusan. Namun bagaimana inspirasi itu bisa diambil
dari doa Rosario yang hanya mendaraskan berulang-ulang. Inspirasi yang diambil
dalam doa Rosario ada pada peristiwa-peristiwa yang direnungkan di dalamnya.
Sumber inspirasi ini adalah Yesus dan Maria ibunya.
Doa Rosario sebagai salah satu doa kerakyatan bertujuan untuk umat
Kristiani menjalin kontak dengan Maria yang terus-menerus ingat akan Sang
Putra dan menatap wajah-Nya dalam kontemplasi. Maria terus-menerus
membeberkan “misteri-misteri” Putranya di hadapan kaum beriman dengan
dambaan agar kontemplasi pada misteri-misteri itu dapat menjadi saluran
turunnya semua kuasa yang menyelamatkan. Maka, dengan mendaraskan Rosario
umat Kristiani menjalin kontak dengan Maria yang terus-menerus ingat akan Sang
Putra dan menatap wajah-Nya dalam kontemplasi (RVM art. 11).
Sedari hakekatnya, pendasaran Rosario dapat membangun irama yang
terbantu dalam merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus sebagaimana
dilakukan oleh Maria yang memiliki hubungan paling dekat dengan Tuhan.
Melalui doa Rosario kekayaan tak terperikan dari misteri-misteri doa Rosario
yang akan dicurahkan kepada umat-Nya (RVM art. 12).
Kristus merupakan guru yang paling ulung, Sang Pewahyu dan sekaligus
Sang Terwahyu. Dalam hal ini, adakah guru yang lebih baik daripada Maria? Dari
sudut pandang ilahi, Roh Kuduslah guru batin yang menuntun kita kepada
kebenaran penuh tentang Kristus (Yoh 14:26; 15:26; 16:13).
Dengan kita berdoa Rosario, kita sebagai umat Allah berproses diri mulai
dari Maria untuk belajar mengenal Kristus. Bagi kita, Kristus merupakan guru
yang paling utama. Yang terpenting kita bukan hanya belajar mengetahui apa
yang Ia ajarkan, tetapi “belajar mengenal Dia” Dalam proses pengenalan
tersebut, umat Allah harus belajar pada Bunda Maria. Bapa Suci Yohanes Paulus
II menegaskan bahwa Maria adalah guru yang paling baik. Bersama Bunda Maria,
umat Allah belajar mengenal Kristus. Bapa Suci memberikan contoh tanda
pertama yang dibuat oleh Yesus adalah mengubah air menjadi anggur dalam pesta
perkawinan di Kana (RVM art. 14).
Maka, jelaslah bahwa misteri-misteri kehidupan Kristus menjadi sumber
inspirasi. Supaya bisa merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus, orang
harus belajar mengenal Kristus. Melalui Maria kita bisa belajar tentang Kristus.
Maria menjadi inspirasi bagaimana merenungkan misteri-misteri Kristus dan
Dalam perkawinan di Kana sangat jelas menampilkan Maria dalam sosok
seorang guru, yakni waktu ia mendesak para pelayan untuk melaksanakan apa
yang diperintahkan Yesus (Yoh 2:5). Maria pasti melakukan hal yang sama untuk
para murid sesudah kenaikan Yesus, saat ia bergabung dengan mereka
menantikan Roh Kudus dan membesarkan hati mereka dalam mengamalkan
perutusan perdana. Maka, merenungkan peristiwa-peristiwa Rosario bersama
Maria berarti belajar dari dia “mengenal” Kristus, menemukan rahasia
-rahasia-Nya, dan memahami amanat-Nya. Maka dalam menimba inspirasi belajar berguru
pada Bunda Maria merupakan cara belajar yang paling efektif karena ia mengajar
dengan memperoleh bagi kita karunia-karunia Roh Kudus secara berlimpah,
khususnya ketika ia memberikan contoh yang tak tertandingi, yakni “ziarah
iman”-nya sendiri (RVM art. 14).
Bapa Suci Yohanes II menandaskan bahwa doa Rosario itu ibarat ziarah
batin yang didaraskan pada kontemplasi terus-menerus atas wajah Kristus,
bersama Maria. Dalam ziarah batin ini ideal untuk menjadi serupa dengan Kristus
diupayakan lewat ikatan “persahabatan”. Dengan demikian, kita dapat masuk
secara alami dalam kehidupan Kristus, dan ikut merasakan gejolak-gejolak
hati-Nya yang terdalam. Dalam kaitan ini, B. Bartolo Longo telah menulis : “persis
seperti dua orang sahabat, makin sering bertemu satu sama lain, mereka
cenderung makin serupa dalam perilaku, demikian juga, dengan bergaul akrab
dengan Yesus dan Maria, dengan merenungkan peristiwa-peristiwa Rosario, dan
dengan mengahayati kehidupan yang sama dalam komuni kudus, sesuai dengan
unggul ini kita dapat belajar hidup dalam kesederhanaan, kemiskinan, kerendahan
hati, kesabaran, dan kesempurnaan. (RVM art. 15).
Proses untuk menjadi serupa dengan Kristus, dalam doa Rosario kita
mempercayakan diri secara khusus kepada kasih Bundawi Maria. Dia adalah
Bunda Kristus dan anggota Gereja, anggota yang “ulung dan istimewa”; sekaligus
ia adalah “Bunda Gereja”. Sebagai ibu, ia terus-menerus melahirkan anak untuk
Tubuh mistik Putranya. Hal ini dilakukannya lewat doa-doa, di mana ia memohon
[image:51.595.85.514.234.618.2]bagi mereka pencurahan Roh Kudus yang tak kunjung habis. Maria adalah
gambar sempurna dari kebundaan Gereja (RVM art. 15).
b. Iman Makin Kuat
Hidup devosional atau hidup bakti berlandaskan kepada suatu hubungan
yang sifatnya kurang lebih personal. Hubungan personal tersebut mempunyai nilai
tinggi dalam hidup bakti (Darminta, 2001: 83). Hidup bakti terwujud baik dalam
hidup moral maupun dalam hidup peribadatan. Hidup bakti berarti suatu intensitas
hubungan personal (Darminta, 2001: 68).
Dari segi bentuk dan cara maupun sasaran hidup devosi, kehidupan
devosional itu bermula dari cara yang sederhana dan berkembang semakin
menjadi rumit dan sedemikian kaya. Bentuk doa juga mengalami perkembangan.
Begitu juga dengan sasaran devosi (Darminta, 2001: 71).
Ada pengaruh timbal balik antara praksis devosi dengan penghayatan
devosi, dan sebaliknya pemahaman devosi juga melahirkan penghayatan devosi
devosi, mempunyai arti pembaktian dan penghormatan. Dan pada intinya,
devosional berarti hidup takwa kepada Allah (Darminta, 2001: 71).
Devosi berarti persembahan hidup kepada Allah dengan kebesaran dan
kerelaan hati. Devosi juga berarti pemupukkan sikap batin untuk hidup sesuai
dengan iman dan tujuan hidup di dunia yaitu berbakti kepada Allah. Oleh karena
itu, memupuk hidup devosional berarti mempertahankan sikap jiwa agar tetap
hidup pada semangat pengabdian kepada Tuhan. (Darminta, 2001: 72).
Yang menjadi dasar hidup devosi adalah iman, dan sumbernya adalah
cinta kasih. Dan syarat untuk menghayati ialah ketaatan mutlak terhadap Allah
dan perintah-perintah-Nya. Tanpa devosi, cinta bakti dan takwa kepada Allah
dianggap tidak berguna. Devosi merupakan kualitas hubungan antar Allah dengan
manusia. Devosi merupakan kualitas iman, cinta, dan harapan. (Darminta, 2001:
72). Oleh karena itu, dengan berdoa Rosario hidup kita yang dibaktikan kepada
Allah merupakan kualitas iman, cinta, dan harapan. Dengan demikian devosi
kepada Maria menunjukan kualitas iman.
St. Thomas Aquino mengajarkan devosi pada intinya merupakan gerak
kemauan untuk memberikan diri seutuhnya untuk mengabdi dan beribadah kepada
Allah. Devosi itu merupakan sikap ciptaan kepada Pencipta. Dalam kehidupan
keagamaan devosi menunjukan hormat serta bakti, yang menjadi keharusan
manusia di hadirat Allah. Jadi, devosi itu merupakan sikap manusia di hadapan
Allah, ciptaan di hadapan Pencipta. Devosi merupakan dorongan yang hidup
dalam hati dan kehendak manusia untuk meluhurkan dan menghormati yang ilahi.
terdalam (Darminta, 2001: 83). Berlandaskan pemahaman tersebut, dapat
dikatakan bahwa dengan doa Rosario iman kita semakin kuat dan mendalam.
Kehidupan devosional mempunyai makna dan nilai. Kehidupan devosional
baru bermakna dan bernilai bila bentuk devosi tersebut mampu menumbuhkan
dan menyuburkan hidup rohani seseorang. Maka, doa Rosario sebagai sarana
menjalin relasi personal dengan Allah, mampu menumbuhkan dan menyuburkan
hidup rohani seseorang. Unsur hakiki dari kegiatan devosional adalah mampu
menyederhanakan berbagai unsur serta bentuk hidup rohani, dan dengan mudah
dapat dihayati oleh banyak orang untuk jangka waktu yang cukup lama dan
panjang (Darminta, 2001: 83). Maka, dengan berdoa Rosario, kita akan
mengalami proses pertumbuhan dan penyuburan hidup rohani.
Doa Rosario tetaplah bukan jaminan seseorang untuk dapat menghayati
dan memaknai hidup Yesus dan Maria. Terkadang makna yang hendak dicari
terlalu tinggi, tidak terlihat sederhana dan terasa jauh dari umat, dengan demikian
diperlukan penyederhanaan makna sehingga dapat dimengerti oleh banyak orang
dan dapat dihayati.
c. Iman Makin Terwujud dalam Perbuatan
Devosi merupakan sikap iman yang dinamis dalam budaya manusia.
Karena itu devosi memerlukan penerapan atau perwujudan konkret dari aspirasi
rohani entah itu cara pembatinan maupun cara penghayatan dalam kehidupan
yang secara sadar dapat dirasa, disentuh, dipandang serta diresapkan (Darminta,
2001: 82).
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Paulus yaitu pada
hakekatnya iman tanpa perbuatan adalah mati. Jika doa Rosario itu berpengaruh
pada iman, memperkuat iman dan meneguhkannya seharusnya orang beriman
yang berdoa Rosario semakin mewujudkan imannya dalam tindakan-tindakan
nyata.
Unsur terpenting dalam devosi ialah pergerakan hati atau kehidupan
afektif, bahkan kadang kala emosi diikutsertakan secara intensif pula. Hal tersebut
pula ada demi mewujudkan dan merasakan cinta kepada Dia yang dijadikan
sasaran penghormatan serta kebaktian, seperti nampak dengan adanya hiburan
rohani yang diperoleh, dorongan-dorongan untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah, niat-niat hidup serta cita-cita hidup dan lain sebagainya. Dengan
menyatakan rasa hormat dan bakti kepada Allah melalui doa Rosario, umat
beriman semakin mampu memupuk transformasi manusia ke dalam Kristus, yaitu
semakin menghayati rasa-perasaan Yesus tidak hanya seabagai sikap batin atau
keutamaan tetapi juga dalam tindakan dan pengabdian (Darminta, 2001: 83).
d. Hidup Makin Terfokus Kepada Tuhan
Ketika seseorang melakukan secara terus-menerus suatu kegiatan
pikirannya akan juga diarahkan pada kegiatan itu. Demikian pula dengan doa
Rosario orang akan memikirkan berdoa Rosario jika berdoa Rosario adalah
Spiritualitas Kristiani secara jelas terlihat dalam komitmen seorang murid
untuk menjadi makin “serupa” dengan gurunya (Rm8:29; Flp3:10.12). Pencerahan
Roh Kudus dalam pembaptisan mencangkokkan orang beriman pada Kristus
ibarat ranting pada pokok anggur (bdk. 1 Kor 12:12; Rm 12:5). Tetapi, kesatuan
awal ini mengundang orang baeriman untuk bertumbuh makin serupa dengan
Kristus, yang akan secara bertahap membentuk perilaku murid menjadi selaras
dengan “pikiran” Kristus: ”Hendaklah kamu menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp 2:5). Rasul Paulus mengatakan, kita
dipanggil “untuk mengenakan Tuhan Yesus Kristus” (bdk.Rm 13:14; Gal 3:27). Dengan berdoa Rosario yang didaraskan pada kontemplasi terus-menerus
atas wajah Kristus, Bersama Maria umat beriman Kristiani diantar untuk menjadi
serupa dengan Kristus yang diupayakan lewat ikatan “Persahabatan”. Dengan
demikian, kita dapat masuk secara alami dalam kehidupan Kristus, dan ikut
merasakan gejolak-gejolak hatiNya yang terdalam. Dalam kutipan ini, B. Bartolo
Longo telah menulis:
”Persis seperti dua orang sahabat, makin sering bertemu satu sama lain, mereka cenderung makin serupa dalam perilaku, demikian juga, dengan bergaul akrab dengan Yesus dan Maria, dengan merenungkan peristiwa-peristiwa rosario, dan dengan menghayati kehidupan yang sama dalam komuni kudus, kita-sesuai dengan keterbukaan hati kita, dapat menjadi serupa dengan mereka; dari guru-guru yang unggul ini kita dapat belajar hidup dalam kesederhanaan, kemiskinan, kerendahan hati, kesabaran, dan kesempurnaan.”(Bapa Suci Yohanes Paulus II, 2002,art.15).
Doa Rosario secara mistik mengantar kita ke sisi Maria yang sedang sibuk
memperhatikan pertumbuhan insani Kristus dalm keluarga Nazaret. Ini
perhatian yang sama,sampai “Kristus sepenuhnya terbentuk” dalam diri kita (Gal
4:19).
Panggilan untuk menjadi serupa dengan Kristus mewajibkan yang
terpanggil untuk memusatkan perhatiannya kepada Kristus. Dalam hal ini cara
memperhatikan Kristus, mengenalnya dan merenungkannya dilakukan dengan
cara berdoa Rosario.
Bapa suci Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa
Rosario membangkitkan dalam hati kerinduan untuk mengenal Kristus yang
terus-menerus dipupuk oleh sumber murni Injil. Setiap peristiwa dalam kehidupan
Yesus, sebagaimana dituturkan oleh para penginjil, tampak cemerlang berkat
Misteri yang mengatasi segala pengertian (Ef 3:19), yakni Misteri Sabda menjadi
manusia; di dalamnya “segala kepenuhan Allah diam secara ragawi” (Kol 2:9) (a.
24).
Karena alasan ini, Bapa Suci menegaskan bahwa Ketekismus Gereja
Katolik sangat menonjolkan misteri-misteri Kristus, sambil menunjukkan bahwa
“segala sesuatu dalam kehidupan Yesus adalah tanda misteriNya.”Pengalaman
amanat “duc in altum” yang diemban Gereja pada milenium ketiga akan
ditentukan oleh kemampuan orang-orang Kristiani masuk ke dalam “pengenalan
sempurna akan misteri Allah, yakni pengenalan akan Kristus, sebab di dalam
Dialah