• Tidak ada hasil yang ditemukan

Doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA dipilih berdasarkan kenyataan bahwa penghayatan iman Bunda Maria mahasiswa PAK perlu ditingkatkan. Prodi PAK merupakan salah satu prodi yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan iman. Untuk itu prodi PAK mempunyai harapan besar pada mahasiswa PAK untuk menghayati imannya dalam menghadapi kesulitan yang ada. Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang kurang menghayati imannya. Mahasiswa PAK mengikuti kegiatan doa rosario yang diadakan di kampus maupun di luar kampus hanya sekedar rutinitas belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan. Dan yang lebih memprihatinkan adalah jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan doa Rosario sangat sedikit dari jumlah mahasiswa yang ada.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah seberapa besar mahasiswa yang mengetahui indikator bahwa mahasiwa memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa Rosari dan seberapa besar mahasiswa PAK meneladani sikap iman Bunda Maria, sebagai sumber kekuatan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang sangat akurat, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan cara penyebaran kuesioner, penyebaran kuesioner dilaksanakan di kampus PAK yang diwakili oleh mahasiswa angkatan 2013, dan sudah terlaksana.

(2)

ABSTRACT

Thesis title ROSARY PRAYER AS A MEANS OF APPRECIATION FOR THE FAITH OF THE MOTHER MARIAE FOR STUDENT OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS OF 2013 SANATA DHARMA UNIVERSITY IN YOGYAKARTA been based on the fact that the appreciation of the faith of Mary students PAK needs to be improved. Prodi PAK is one that has a great responsibility in developing faith. For that Prodi has great expectations on the PAK students to live their faith in the face of difficulties. But in reality there are still many students who lack living their faith. Students PAK following the activities of the rosary were held on campus and off-campus just a mere routine without any positive impact generated. And even more alarming is the number of students involved in the activities of the Rosary very few of the students there.

A key issue for this paper is how much students know the indicators that students have a deep appreciation of the prayer of the Rosary and how much students PAK emulate the attitude of faith in the Virgin Mary, as a source of student power in the face of any problems that exist. To examine this issue needed highly accurate data, therefore the author doing research by distributing questionnaires, questionnaires conducted on campus PAK represented by student class of 2013, and has been implemented.

(3)

i

DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Ignatius Dwi Cahyo Jiwandono

NIM: 111124021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Bunda Maria dan PutraNya Tuhan Yesus Kristus.

Keluargaku yang selalu mendukung dan mendoakanku : Ibu, Mbak, Mas, Mbah,

(7)

v MOTTO

“Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji,

melainkan orang yang dipuji Tuhan”

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA dipilih berdasarkan kenyataan bahwa penghayatan iman Bunda Maria mahasiswa PAK perlu ditingkatkan. Prodi PAK merupakan salah satu prodi yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan iman. Untuk itu prodi PAK mempunyai harapan besar pada mahasiswa PAK untuk menghayati imannya dalam menghadapi kesulitan yang ada. Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang kurang menghayati imannya. Mahasiswa PAK mengikuti kegiatan doa rosario yang diadakan di kampus maupun di luar kampus hanya sekedar rutinitas belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan. Dan yang lebih memprihatinkan adalah jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan doa Rosario sangat sedikit dari jumlah mahasiswa yang ada.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah seberapa besar mahasiswa yang mengetahui indikator bahwa mahasiwa memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa Rosari dan seberapa besar mahasiswa PAK meneladani sikap iman Bunda Maria, sebagai sumber kekuatan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang sangat akurat, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan cara penyebaran kuesioner, penyebaran kuesioner dilaksanakan di kampus PAK yang diwakili oleh mahasiswa angkatan 2013, dan sudah terlaksana.

(11)

ix

ABSTRACT

Thesis title ROSARY PRAYER AS A MEANS OF APPRECIATION FOR THE FAITH OF THE MOTHER MARIAE FOR STUDENT OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS OF 2013 SANATA DHARMA UNIVERSITY IN YOGYAKARTA been based on the fact that the appreciation of the faith of Mary students PAK needs to be improved. Prodi PAK is one that has a great responsibility in developing faith. For that Prodi has great expectations on the PAK students to live their faith in the face of difficulties. But in reality there are still many students who lack living their faith. Students PAK following the activities of the rosary were held on campus and off-campus just a mere routine without any positive impact generated. And even more alarming is the number of students involved in the activities of the Rosary very few of the students there.

A key issue for this paper is how much students know the indicators that students have a deep appreciation of the prayer of the Rosary and how much students PAK emulate the attitude of faith in the Virgin Mary, as a source of student power in the face of any problems that exist. To examine this issue needed highly accurate data, therefore the author doing research by distributing questionnaires, questionnaires conducted on campus PAK represented by student class of 2013, and has been implemented.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Kasih, Sang

sumber hidup karena atas berkat, rahmat dan kasih-Nya telah membimbing,

menuntun dan menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN

BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA.

Skripsi ini penulis susun sebagai kepedulian dan keprihatinan terhadap

mahasiswa yang kurang memaknai doa rosario dengan sungguh-sungguh. Banyak

diantara mereka masih banyak yang berdoa Rosario hanya sebatas mengucapkan

kata-kata saja tanpa menghayati isinya sehingga dapat mengurangi makna dari doa

Rosario tersebut

Berkat dukungan, pendampingan, bimbingan dan kerja sama yang baik dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, akhirnya penulisan

skirpsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan penuh rasa syukur

penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya dan mengucapkan

banyak terimakasih melalui kesempatan ini kepada:

1. Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing utama dan pembimbing

akademik yang telah memberikan kesempatan, memberikan waktu luang,

rendah hati untuk membimbing, mengarahkan, memberikan masukan-masukan

(13)

xi

penulisan skripsi dengan penuh kesabaran dan murah hati sehingga selesainya

penulisan skripsi ini.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing penelitian dan

penguji II yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi,

masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis ketika menghadapi hambatan maupun

masalah dalam menyelesaikan skripsi dan selama proses kuliah di PAK.

3. YH. Bintang Nusantara SFK., M.Hum selaku dosen penguji III yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan saran, masukan

yang berarti dan membangun dalam perkembangan skripsi dan hidup penulis.

4. Kaprodi PAK-USD Yogyakarta, Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed.,

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dari awal

hingga akhir proses penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta

pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.

6. Staf dan karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan

bagi penulis.

7. Keluargaku : Ibu Theresia Partinah, Mbah Pujo, Mbak Veronika Kurnia

Purwantari, Mas Kobi yang dengan penuh kasih dan cinta selalu mendoakan,

mendukung, memberi semangat, menegur, mengingatkan, membantu penulis

dalam setiap perjalanan studi di PAK-USD Yogyakarta sehingga mendorong

(14)
(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SINGKATAN………xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan... 4

D. Manfaat Penulisan... 4

E. Metode Penulisan... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA MELALUI PERISTIWA-PERISTIWA DOA ROSARIO ... 7

A. Penghayatan Iman ... 8

1. Penghayatan Iman Sebuah Refleksi ... 8

2. Pengertian Iman... 9

a. Iman adalah Anugerah... 10

b. Iman adalah Keputusan ... 10

(16)

xiv

B. Pengertian Penghayatan Iman Bunda Maria... 11

1. Bunda Maria ... 11

2. Penghayatan Iman Bunda Maria ... 12

a. Maria Menyimpan Segala Perkara di dalam Hatinya ... 12

b. Penyerahan Diri ... 13

c. Pendoa ... 13

3. Keteladanan Maria melalui Peristiwa dalam doa Rosario ... 14

a. Peristiwa Gembira ……….. 14

b. Peristiwa Terang ……… 15

c. Peristiwa Sedih ……….. 16

d. Peristiwa Mulia ……….. 17

C. Doa Rosario ... 18

1. Pengertian Doa ……… 18

2. Pengertian Doa Rosario ……….. 20

3. Asal-usul Doa Rosario ……… 23

4. Tujuan Doa Rosario ……… 28

a. Menimba Inspirasi untuk Hidup ……… 28

b. Iman Makin Kuat………... 31

c. Iman Makin Terwujud dalam Perbuatan ………... 33

d. Hidup Makin Terfokus Kepada Tuhan ……….. 34

5. Corak Doa Rosario ………. 38

a. Doa Rosario adalah Doa Renungan ……….. 38

b. Doa Rosario adalah Ringkasan Injil ……….. 39

c. Doa Rosario adalah Doa Kristologis ………. 40

6. Unsur-Unsur Doa Rosario ……….. 41

a. Doa-doanya ……… 41

1) Doa Bapa Kami ………. 41

2) Doa Salam Maria ……….. 41

3) Kemuliaan ………. 42

(17)

xv

c. Cara Berdoa Rosario ………. 47

1) Pendarasan Salam Maria ……… 47

2) Kontemplasi ………... 48

BAB III. PRAKTEK DOA ROSARIO DI KALANGAN MAHASISWA PAK ANGKATAN 2013 ... 50

A. Situasi Umum Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 50

1. Latar Belakang ... 50

B. Persiapan Penelitian tentang Praktek Doa Rosario di Kalangan Mahasiswa PAK angkatan 2013 ... 53

1. Latar Belakang Penelitian ... 53

2. Rumusan Permasalahan Penelitian ... 55

3. Tujuan Penelitian ... 55

4. Metode Penelitian ... 56

a. Jenis Penelitian ………... 56

b. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 56

c. Responden Penelitian ………. 57

d. Instrumen Penelitian ……….. 57

e. Teknik Analisis Data ………. 58

f. Variabel Penelitian ……… 59

g. Definisi Konseptual ……….. 59

h. Definisi Operasional ………. 60

i. Kisi-Kisi ……… 60

C. Laporan Hasil Penelitian... 61

1. Identitas Responden ... 62

2. Tingkat Pemahaman Akan Doa Rosari ………... 63

3. Tingkat Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 65

(18)

xvi

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Penghayatan Iman Bunda

Maria……… 68

6. Harapan Mahasiswa PAK untuk Mewujudkan Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 70

D. Pembahasan HasilPenelitian ………... 72

1. Identitas Responden ... 72

2. Tingkat Pemahaman Akan Doa Rosario……….. 73

3. Tingkat Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 75

4. Pelaksanaan kegiatan di Kampus dalam rangka penghayatan iman Bunda Maria ……… 76

5. Faktor pendukung dan penghambat penghayatan iman Bunda Maria……… 77

6. Harapan mahasiswa PAK untuk meningkatkan penghayatan iman Bunda Maria ……….... 79

E. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 79

BAB IV.USULAN PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS BAGI MAHASISWA PAK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA ………... 81

A. Katekese dengan Model Shared Cristian Praxis ... 81

B. Usulan Program Katekese Umat bagi Mahasiswa PAK Angkatan 2013 dalam menghayati iman Bunda Maria melalui Peristiwa-peristiwa Doa Rosario ... 83

1. Tema dan Tujuan ……… 84

2. Matriks Usulan Program Pendampingan Mahasiswa PAK ……… 85

3. Contoh Satuan Pendamping Katekese Umat Model Shared Christian Praxis(SCP) ………... 87

a. Identitas ……….. 87

b. Pemikiran Dasar ………. 88

c. Pengembangan Langkah-Langkah ……… 89

BAB V. PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

(19)

xvii

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN ... 104

Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian... (1)

Lampiran 2: Kuisioner Penelitian ... (2)

(20)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Gereja

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

KGK : Katekismus Gereja Katolik

SJ : Serikat Jesus

B. Singkatan Lain Art. : Artikel

M : Masehi

dst : dan seterusnya

bdk : bandingkan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

USD : Universitas Sanata Dharma

HMPS : Himpunan Mahasiswa Program Studi

HIMKA : Himpunan Mahasiswa

BEMU : Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas

BEMF : Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

No. : Nomor

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Doa Rosario sebagai suatu penghormatan kepada Bunda Allah.

Sesungguhnya doa Rosario merupakan devosi yang dilahirkan pada Yesus Kristus

sebagai pusat iman kita sehingga “bila si ibu dihormati, sang Putra pun dikenal,

dikasihi dan dimuliakan dengan semestinya” (LG, a. 66). Dengan berdoa Rosario

umat dihantarkan untuk sampai pada Kristus, sehingga umat tidak hanya sampai

pada devosi saja tetapi dihantar untuk sampai pada pertobatan yang sejati.( LG,

Art. 66 ).

Dalam Rosarium Virginis Mariae, (art. 3) Paus Yohanes Paulus II

memberikan perhatian terhadap doa Rosario dengan memaklumkan Tahun

Rosario yang berlangsung dari Oktober 2002 sampai Oktober 2003. Ia

menganjurkan untuk menggalangkan doa tersebut di seluruh kalangan umat

Kristiani. Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi hal itu, yakni

pertama, adanya krisis Rosario di mana menurunnya nilai Rosario dan doa Rosario kurang dihayati maknanya, serta tidak lagi diajarkan kepada generasi

muda jaman sekarang. Kedua, bahwa doa Rosario menjadi tersisih kedudukannya

dalam liturgi. Ada kesan bahwa Rosario bertentangan dengan liturgi. Ketiga, dari

sejumlah umat memiliki rasa takut bahwa doa Rosario kurang ekumenis karena

memiliki sifat khas yaitu menonjolkan Maria. Padahal, seperti dijelaskan oleh

(22)

liturgi, bahkan doa Rosario itu menopang liturgi karena Rosario dapat menjadi

pengantar dalam liturgi (RVM, Art. 4). Doa Rosario dapat membuat umat

semakin berpartisipasi secara penuh lahir dan batin dalam liturgi dan darinya

mereka dapat memetik buah-buah kehidupan.

Sebagai seorang mahasiswa calon katekis kita juga harus bisa terlibat aktif

dalam kegiatan doa Rosario baik itu di lingkungan kampus maupun di lingkungan

kost tempat kita tinggal, oleh karena itu kita tidak hanya terlibat dalam kegiatan

doa Rosario saja tetapi sebagai calon katekis kita harus siap saat diminta untuk

memimpin doa Rosario. Agar apa yang kita dapatkan dari perkuliahan bisa kita

wujud nyatakan dalam kehidupan kita.

Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti doa Rosario, timbul kesan

bahwa mahasiswa kurang merefleksikan dan mengolah makna doa Rosario

tersebut. Mereka kurang mengerti apa makna doa Rosario. Mereka menghayati

doa Rosario sebagai suatu doa permohonan, artinya bahwa dengan doa Rosario

permohonan mereka akan dikabulkan. Dengan kondisi seperti ini, doa Rosario

menjadi menurun nilainya dan tergeser kedudukannya dalam liturgi. Doa Rosario

menjadi kurang menarik karena dilaksanakan secara monoton dan doa ini identik

dengan doa orang-orang tua. Banyak kaum muda yang tidak tertarik dengan doa

Rosario ini karena ada kesan membosankan.

Hal ini juga penulis temukan di lingkungan kampus khususnya mahasiswa

prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam mengikutin doa

Rosario, mahasiswa PAK kurang memaknai doa Rosario dengan

(23)

mengucapkan kata-kata tersebut tanpa menghayati isinya sehingga dapat

mengurangi makna dari doa tersebut. Selain itu, yang sangat memprihatinkan

bahwa kehadiran mahasiswa PAK dalam doa Rosario yang diadakan di kampus

PAK sangat kurang. Kenyataannya yang hadir hanya pengurusnya saja dan

beberapa mahasiswa (15-20 orang). Tentu hal ini sangat jauh dari apa yang

diharapkan untuk menjadi seorang katekis yang beriman mendalam.

Berkaitan dengan hal di atas, ada juga hal positif dari mahasiswa Ilmu

Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yakni mereka

mempunyai kebiasaan untuk mendaraskan doa Rosario setiap bulan Mei dan

Oktober di depan Gua Maria Della Strada untuk memberikan penghormatan

terhadap Bunda Maria. Kegiatan seperti ini merupakan kegiatan yang sangat

bagus, mahasiswa itu mempunyai wadah kegiatan yang bisa mengembangkan

iman mereka dan memperat persaudaraan antar angkatan. Oleh karena itu, untuk

menemukan penghayatan doa Rosario yang sesungguhnya, penulis tergerak untuk

menyusun skripsi dengan judul : “DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA

PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Apa indikator bahwa mahasiswa PAK memiliki penghayatan yang mendalam

(24)

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan membantu suasana penghayatan doa

Rosario di kalangan mahasiswa PAK dan faktor-faktor apa yang menghambat

suasana penghayatan doa Rosario tersebut?

3. Bagaimana cara supaya makna doa Rosario sungguh-sungguh dapat dihayati

oleh mahasiswa PAK?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa melalui doa

Rosario.

2. Menemukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penghayatan

doa Rosario dalam rangka mengembangkan iman mahasiswa.

3. Menemukan cara dalam usaha memaknai doa Rosario sebagai sarana

penghayatan iman mahasiswa.

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa PAK untuk

mengembangkan penghayatan imannya melalui doa Rosario.

2. Supaya Mahasiswa semakin mengenal, menghargai, dan mencintai doa

Rosario.

3. Membantu mahasiswa untuk memaknai doa Rosario sebagai sarana

(25)

E. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode deskriptif analitis

yang bertujuan untuk memaparkan makna doa Rosario secara umum yang

diangkat melalui studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan faktor-faktor

pendukung dan penghambat penghayatan doa Rosario dalam mengembangkan

iman. Untuk mengetahuinya, maka penulis akan melaksanakan penelitian

terhadap mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Melalui data

yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan merumuskan

sumbangan berupa refleksi kateketis yang dapat membantu mahasiswa PAK

untuk semakin memaknai doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman seturut

teladan iman Bunda Maria.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab. Bab I berisikan pendahuluan

yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II menguraikan kajian pustaka dan hipotesis. Bagian pertama meliputi

penghayatan iman dan pengertian iman. Bagian kedua meliputi pengertian

penghayatan iman Bunda Maria. Bagian ketiga berisi tentang doa Rosario.

Bab III terdiri dari 6 bagian yaitu: situasi umum, persiapan penelitian,

laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian.

Bab IV penulis memaparkan usulan program katekese umat yang sesuai

(26)
(27)

BAB II

PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA

MELALUI PERISTIWA - PERISTIWA DOA ROSARIO

Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai penghayatan iman

Bunda Maria melalui peristiwa doa Rosario. Pokok permasalahan yang akan

diangkat dalam bab II ini menyangkut indikator yang menunjukan bahwa

mahasiswa/i memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa rosario sebagai

penghayatan iman Bunda Maria.

Pada bab II ini membagi menjadi tiga pokok bahasan, yakni pada pokok

bahasan pertama menjelaskan tentang penghayatan iman. Pokok bahasan kedua

menjelaskan tentang penghayatan iman Bunda Maria, dan ketiga doa Rosario.

Pokok bahasan pertama berisi penjelasan mengenai penghayan iman dan

pengertian. Pokok bahasan kedua, penulis akan menjelaskan mengenai Bunda

Maria, penghayatan iman Bunda Maria. Dan ketiga menguraikan tentang

pengertian doa, pengertian doa Rosario, asal-usul doa Rosario, tujuan doa

(28)

A. Penghayatan Iman

1. Penghayatan Iman (Sebuah refleksi)

Para Mahasiswa yang didampingi, adalah pribadi yang beriman pada

Yesus Kristus, yang dalam hidupnya mengharapkan keselamatan. Kepenuhan

keselamatan itu akan dialami bila pewahyuan pribadi Yesus Kristus ditanggapi

oleh manusia. Tanggapan atas pewahyuan Allah dalam Yesus Kristus inilah yang

disebut iman Kristiani. Secara nyata iman yang dimengerti sebagai tanggapan atas

pewahyuan itu nampak dalam bentuk perbuatan-perbuatan nyata. Jika seorang

menyatakan dirinya beriman kepada Allah dalam Yesus Kristus, dia harus

menghayati hal ini dalam hidupnya. Jadi orang yang beriman sebetulnya adalah

orang yang berbuat sesuatu (Yak 2:17).

Penghayatan iman merupakan tindakan nyata ini menyangkut dua bentuk,

yaitu:

a. Yang meliputi kekhususan sesuai agamanya dan diketahui oleh kelompok

orang yang menganut agama yang bersangkutan. Bentuk perbuatan yang

menampakkan orang sebagai orang Kristiani mengungkapkan iman Kristen

yang dihayati oleh orang yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pengungkapan

iman Kristiani tersbut misalnya: Perayaan Ekaristi di paroki tempat tinggal

atau atau kost mahasiswa-mahasiswi, ibadat sabda, pendalaman iman, dan

doa-doa yang biasa dilakukan sebelum dan sesudah makan.

b. Bentuk penghayatan iman dalam seluruh tindakan manusia, dalam hidup dan

kuliah sehari-hari yang dilakukan dengan tanggungjawab dan demi

(29)

iman. Tidak lagi dapat dilihat apakah orang tersebut beriman Kristen atau

tidak. Pada umumnya perbuatan morallah yang menjadi perwujudan iman,

misalnya mengikuti perkuliahan dengan baik, mendengarkan dosen ketika

dosen sedang menerangkan materi, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

oleh dosen. Berbagai bentuk ini dapat disebut sebagai perwujudan iman,

sejauh mahasiswa dan mahasiswi melakukannya dengan penuh tanggung

jawab.

Penghayatan iman Kristiani yang sejati tentu saja menempatkan dua

bentuk tersebut sebagai hal yang penting dan harus dilaksanakan secara seimbang.

Pengungkapan iman tanpa perwujudan dalam hidup tidaklah nyata dan

perwujudan iman tanpa dilengkapi dengan pengungkapan iman akan kehilangan

kejelasannya dan ada bahaya hanya akan menjadi kepentingan manusia belaka.

2. Pengertian Iman

Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah yang menyatakan

diri tidak karena terpaksa, melainkan “sukarela” (KWI, 1996: 128). Iman juga

dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan. Untuk mencapai taraf iman orang

harus terlebih dahulu percaya. Orang dapat percaya akan sesuatu hanya jika ia

mengetahuinya, oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui apa

yang kita imani.

Iman dalam diri seseorang sangatlah pentingnya karena iman merupakan

suatu aspek yang esensial dari konversi. Bersama dengan pertobatan, keduanya

(30)

kita pada suatu keselamatan karena iman adalah sarana yang dengannya kita

diselamatkan (Roma 10:9), dan jalan menuju pengharapan yang pasti (Ibr 11:1).

Sampai saat kebangkitan, kita dijaga oleh kuasa Allah melalui iman (I Ptr 1:5).

Berikut ini akan diuraikan pokok-pokok iman menurut KWI (1996:

127-130) dalam buku “Iman Katolik” sebagai berikut:

a. Iman adalah Anugerah

Tuhan yang diimani jauh mengatasi yang mengimani-Nya. Tuhan adalah

Mahatinggi dan tak terjangkau oleh manusia. Dengan kekuatan sendiri tidak

mungkin manusia mengenal dan berhubungan dengan Tuhan. Demi melengkapi

kekurangan dan demi kebaikan manusia, Tuhan memperkenalkan sabda-Nya,

kehendak-Nya, perintah-Nya dan diri-Nya. Melalui iman Tuhan memberikan

Sabda-Nya, kehendak-Nya, perintah-Nya dan manusia menjawabnya. Iman

merupakan jawaban dan tanggapan manusia terhadap Tuhan yang

memperkenalkan Sabda, kehendak, perintah dan diri-Nya (KWI, 1996: 129).

b. Iman adalah Keputusan

Dalam iman manusia mengenal Tuhan sebagai yang paling diandalkan dan

mendatangkan kebaikan padanya (KWI, 1996: 129). Oleh karena itu, untuk

beriman dari pihak manusia harus ada keputusan. Manusia harus menentukan

apakah berhadapan dengan Tuhan yang dapat diandalkan dan mendatangkan

kebaikanNya itu manusia berani dan mau memutuskan untuk menyerahkan diri

kepadaNya. Iman berarti memilih, sehingga iman bukan hal yang otomatis apalagi

(31)

c. Iman adalah Keterlibatan

Iman berasal dari inisiatif Tuhan dan merupakan anugerahNya, dan

merupakan hasil jawaban manusia yang diambil dalam keputusan bebas (KWI,

1996: 128). Iman membawa akibat pada hidup orang yang beriman. Orang

beriman sejati menyerahkan diri kepada Tuhan, membiarkan dirinya berada di

bawah bimbingan Tuhan dan di bawah kepenuhan hidup dan masa depan yang

mampu dibuatNya. Iman yang menuntut keterlibatan, membawa kesetiaan dalam

segala hal dan sepanjang hidup terikat pada Tuhan dan kehendakNya. Oleh karena

itu iman tidak hanya menyangkut budi, tetapi seluruh diri manusia; cipta, rasa,

karsa dan karya (Hardjana, 1993: 57-58).

B. Pengertian Penghayatan Iman Bunda Maria 1. Bunda Maria

Bunda Maria adalah seorang perawan yang tinggal di Nazaret, Galilea.

Maria adalah anak dari anak Yoakim dan Anna. Sebagai seorang Yahudi tentu

saja Maria mengharapkan kedatangan seorang Mesias, Juru selamat dunia. Ketika

Allah hendak melaksanakan karya penyelamatan dan penebusan dunia, Allah

memilih Maria yang adalah seorang perempuan yang taat pada hukum Taurat”

(Gal 4:4-5) untuk mengandung Sang Juru Selamat.

Dalam kehidupan umat Kristiani Bunda Maria dapat dijadikan teladan atau

spirit dalam menjalani hidup sehari-hari. Banyak yang bisa kita teladani dari kisah

hidup seorang Maria itu sendiri. Dalam Lumen Gentium art 57 dan 58

(32)

gembira dari Malaikat Gabriel. Maria dengan ketaatannya menerima kehendak

Allah tersebut. Selain itu dengan ketaatannya pula Maria dengan setia

mempertahankan persatuannya dengan Putra-Nya hingga wafat di Salib. Ia mau

menanggung penderitaan yang dahsyat bersama Putra-Nya yang tunggal, dengan

hati keibuan-Nya Ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, dan penuh kasih

menyetujui persembahan korban yang dilahirkan-Nya. Dan akhirnya oleh Yesus

Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di Kayu Salib, Ia dikaruniakan kepada

murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “ Ibu, inilah, anakmu!” (Yoh 19:

27).

2. Penghayatan Iman Bunda Maria

a. Maria Menyimpan Segala Perkara di dalam Hatinya

“Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan

merenungkannya” (Luk 2:19), ketika Maria mendengar sesuatu yang kurang jelas,

Maria tidak langsung mengungkapkan atau banyak bertanya tetapi

menempatkannya menjadi bahan doa atau permenungan, seperti halnya Yesus

berumur 12 tahun. Maria dan Yosef mencari-cari Yesus yang ketika itu tinggal di

Bait Allah dan ketika bertemu dengan Yesus berkatalah Yesus : “ Mengapa kamu

mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah

BapaKu?” (Luk 2:49). Ketika seorang ibu bertanya dan mendapatkan jawaban

seperti itu dari anaknya kiranya sang ibu akan marah-marah kepada anaknya,

(33)

b. Penyerahan Diri

“Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Sabda Tuhan itulah

yang menjadi pusat hidup Bunda Maria. Bunda Maria terlibat di dalam rencana

keselamatan Allah secara utuh. Sikap penyerahan diri Bunda Maria ini

sesungguhnya merupakan buah iman Bunda Maria yang tidak mengandalkan diri

pada kekuatannya sendiri tetapi kepada kuasa Allah yang menaungi dan akan

menyertai dengan berbagai rahmat yang lain.

c. Pendoa

Doa Bunda Maria dengan hati semakin lama semakin membuahkan

keakraban dengan Yesus yang lebih mendalam, yaitu tidak hanya bertindak

sebagai ibu jasmani bagi Yesus, melainkan menjadi rekan sekerja dengan Yesus

(Yoh 2:4). Doa hati inilah yang menjadikan Bunda Maria mengerti segala sesuatu

yang terjadi atas dirinya dalam menyambut Allah. Dengan berdoa seperti itu,

yaitu menyimpan dan merenungkan dalam hati, Bunda Maria mengajarkan kepada

kita bagaimana bersikap benar dan berdoa benar kepada Allah. Semakin dekat

dengan Tuhan, orang semakin merasa dirinya kecil, lemah dan tak pantas. Kita

diajak untuk berdoa dengan seluruh hati, dengan segala kerendahan hati dan

dengan segala penyerahan diri. Doa Maria sungguh doa seorang hamba, yang

(34)

3. Keteladanan Maria melalui Peristiwa-peristiwa dalam Doa Rosario Menurut Rosarium Virginis Mariae (art. 20-23) dalam berdoa Rosario

terdapat 4 peristiwa yaitu Peristiwa Gembira, Peristiwa Terang, Peristiwa Sedih,

dan Peristiwa Mulia. Berikut ini akan dijabarkan secara lebih rinci keteladanan

Maria berdasarkan peristiwa-peristiwa dalam doa Rosario:

a. Peristiwa Gembira

Peristiwa Gembira yang pertama “Maria Menerima Kabar Gembira dari

Malikat Gabriel” (Luk 1:26-38). Salam dari Malaikat Gabriel kepada gadis

Nazaret dikaitkan dengan undangan mesianis, “Bersukacitalah, Maria”. Seluruh

sejarah keselamatan, dalam arti tertentu seluruh sejarah dunia, telah dituntun

kepada salam ini adalah rencana Bapa untuk menyatukan segala sesuatu dalam

Kristus. (Ef 1:6). Maka seluruh alam dengan cara tertentu disentuh dengan penuh

kasih oleh perkenan ilahi; dengan perkenan ini Bapa menaruh hati pada Maria dan

mengangkatnya menjadi Bunda Putra-Nya. Karena hal ini, seluruh umat manusia

menyatakan bahwa Maria dengan tulus ikhlas menyetujui kehendak Allah (RVM

art. 20).

Sikap iman Maria yang sikap tulus ikhlas menerima undangan Allah untuk

mengandung Putra Allah mengartikan bahwa Maria meyerahkan dirinya secara

total pada kehendak Allah. Ungkapannya “Terjadilah padaku menurut kehendak

-Mu” inilah merupakan sikap iman yang penyerahan total atas rencana Allah pada

(35)

Selain itu, pada Peristiwa Gembira yang ke lima “Yesus diketemukan

dalam Bait Allah” (Luk 2:41-52) nampak juga sikap iman Maria yakni dengan

menyimpan segala perkara dalam hatinya. Maria tidak segera memarahi Yesus

ketika ia menemukan-Nya di Bait Allah tetapi Maria justru menyimpannya dalam

hati. Menyimpan dalam hati segala perkara di sini bukan berarti Maria tidak mau

tahu dengan apa yang dilakukan Yesus tetapi mengandung arti sebenarnya bahwa

ia merenungkan dalam hatinya dan dibawanya dalam doa. Sikap dan keteladanan

Maria yang selalu membawa setiap perkara dalam hatinya dan dibawa dalam doa

merupakan suatu sikap yang patut diteladani.

b. Peristiwa Terang

Peristiwa Terang yang ke dua “Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta

pernikahan di Kana” (Yoh 2:11) merupakan pewahyuan yang dinyatakan sendiri

oleh Bapa pada pembaptisan Yesus di Sungai Yordan dan digemakan oleh

Yohanes Pembaptis, serta diucapkan oleh Maria di Kana, “Lakukan apa yang Ia

katakan” (Yoh 2:5). Amanat ini menjadi amanat bundawi terbesar yang

disampaikan Maria kepada Gereja di setiap zaman. Amanat ini merupakan

pengantar yang tepat untuk kata-kata dan tanda-tanda yang dibuat Yesus dalam

pelayanan di hadapan umum, dan ini menjadi dasar keyakinan bahwa sungguh

terlibat dalam semua “Peristiwa Terang” (RVM art. 21).

Dalam peristiwa di kana ini tidak banyak menceritakan tetang Maria tetapi

pada akhir dari kisah ini pemimpin pesta bertanya pada mempelai laki-laki

(36)

asal-usul anggur tidak memberitahu pemimpin pesta apa yang sesungguhnya telah

terjadi, begitu pula dengan Maria. Di sini terlihat suatu sikap kerendahan hati

Maria yang tidak ingin menonjolkan diri akan setiap pengalaman hebat yang ia

alami apalagi peristiwa ini melibatkan putranya yakni Yesus. Hal ini bisa saja

membuat Maria menjadi bangga dan sombong ketika melihat Putranya mengubah

air menjadi anggur tetapi sebaliknya Maria tetap rendah hati. Inilah sikap iman

yang perlu diteladani dari Maria.

c. Peristiwa Sedih

Dalam peristiwa sedih ini, hampir semua bagian dari peristiwa ini

menceritakan Maria yang selalu setia dan penuh ketabahan hati menyaksikan

PutranyaYesus disiksa dan wafat di salib. “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya

dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena...” (Yoh.19: 25

-27). Kutipan ini menujukan bahwa ada sebuah relasi yang dekat dengan Yesus.

Maria selalu hadir dan menyaksikan penderitaan Putra-Nya, bahkan sampai wafat

di kayu salib. Paus Yohanes Paulus II menyebutkan bahwa penderitaan Bunda

Maria di kaki salib ini merupakan pengosongan “Kenosis” iman yang terdalam

yang pernah terjadi dalam sejarah manusia. Di kaki salib itulah dipenuhinya

nubuat Simeon, “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Luk 2:35).

Di sinilah keagungan dan kesempurnaan Maria yaitu mengutamakan kehendak

Allah, walupun harus menempuh jalan penderitaan. Maria menghadapi semua itu

(37)

keteladanan kesetiaan total sebagai hamba Allah dalam menanggapi dan

melaksanakan Sabda-Nya. Keteladanan hidupnya inilah yang patut mejadi contoh

teladan hidup umat beriman dalam meniti panggilannya sebagai umat Allah.

d. Peristiwa Mulia

Peristiwa Mulia ke empat yakni “Maria diangkat ke Surga” merupakan

puncak dari semua keteladanan dan ketaatan serta ketulusan Bunda Maria dan

juga puncak dari keikutsertaan Maria ambil bagian dalam karya keselamatan

Allah bagi semua orang. Dari seluruh keutamaan Maria membuahkan Kemuliaan

bagi-Nya. Berdasarkan pengalaman Maria tersebut membuahkan pengharapan

bagi orang beriman untuk bisa mengalami kemuliaan, bersama Kristus yang telah

dimuliakan. “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya Kristus sebagai buah

sulung, sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu

kedatangan-Nya”. (1 Kor 15:23).

Ketabahan, kesetiaan, dan sikap rendah hati Bunda maria sungguh

mengagumkan. Keterlibatannya dalam karya penebusan Yesus, Puteranya,

membuatnya menerima anugerah istimewa, dan kemudian Ia diangkat ke surga,

jiwa dan raganya. Keseluruhan sikap dan tindakan iman Maria inilah yang dapat

menjadi teladan bagi semua orang dalam menjalani hidup sehingga pada akhirnya

(38)

C. Doa Rosario 1. Pengertian Doa

Dalam KGK 2558; berdoa merupakan getaran hati suara nurani yang

menyapa Allah, itulah sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja

Katolik. Maka doa juga merupakan suatu permohonan dan syukur kepada Allah.

Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan suatu bagian

penting bagi orang beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering

dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang

hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Maka kebiasaan berdoa bagi kita umat

Katolik sangatlah penting, baik itu dari anak-anak hingga orang tua dan kakek

nenek tak terkecuali semuanya wajib berdoa.

Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan

kepada Tuhan demi hal-hal yang baik (KWI, 1996: 194). Dari mana kita

berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke

bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? “Siapa

yang merendahkan diri akan ditinggikan” (Luk 18:9-14). Kerendahan hati adalah

dasar doa, karena kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa (Rm 8:26).

Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah,

manusia adalah seorang pengemis atau hamba. (KGK 2559).

Dengan demikian dapat saya simpulkan bahwa terdapat hubungan yang

tidak terpisahkan antara doa dan iman. Hubungan itu terletak pada iman yang

dikuatkan, diteguhkankan, dan ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Iman

(39)

Menurut Xavier Leon – Dufour (1990: 87) dalam bukunya Ensiklopedi

Perjanjian Baru. Doa yaitu memperjelas hubungan dari orang perseorangan atau bangsa, yang ingin tetap bersama Allah. Doa merupakan bagian integral (utuh)

dari ibadat bangsa Israel. Baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri doa

menonjolkan kehadiran bangsa Yahudi. Dalam bahasa Yunani mempunyai

beberapa arti di antaranya adalah aiteo yang berarti meminta. Deomai (dengan

menegaskan kebutuhan konkret), erotao: menghimbau” (dengan menegaskan

kebebasan si pemberi). Kata-kata ini dipakai baik di bidang-bidang profan

maupun keagamaan, yang mengandung arti meminta dengan sangat, berdoa dan

mengemis.

Sedangkan menurut J.G.S.S Thomson dalam artikelnya di Ensiklopedia

Aklkitab Masa Kini jilid I A-L (1992: 249) menuliskan bahwa doa merupakan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada

Allah. Orang Kristiani berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji

dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan

tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai

persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakasa ilahi.

Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya.

(40)

untuk seluruh umat beriman, Paulus berdoa: “Semoga Allah memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Rm 15:13). Hidup orang Kristiani dirumuskan dalam tiga sikap dasar: “Berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengaharapan keselamatan” (1 Tes 5:8). Dan sikap dasar itu, sebagai tanggapan manusia terhadap kasih-karunia Allah, merupakan sumber doa. “Sebab bagi orang yang ada di dalam Kristus Yesus yang punya arti, hanyalah iman yang bekerja oleh kasih” (Gal 5:6). Maka ketekunan dalam doa pertama-tama berarti “bertekun dalam iman dan kasih” (1 Tim 2:1; 2 Tim 1:13). Bukan hanya dalam iman, tetapi juga dalam kasih, sebab doa, juga doa pribadi, tidak pernah bersifat “sendirian”. Orang selalu berdoa dalam Gereja, bahkan dalam kesatuan dengan semua orang lain”(KWI, 1996 :195).

2. Pengertian Doa Rosario

Setiap umat katolik pasti sudah mengenal doa rosario. Setiap bulan Mei

dan Oktober setiap hari umat katolik berdoa rosario bersama baik itu di

lingkungan, di gereja, di kampus, bahkan di lingkup keluarga. Rosario itu sendiri

artinya karangan bunga mawar, boleh putih atau merah, kuning; warna itu

mempunyai arti simbolik (C. Groenen. 1988:175). Bapa Paus sangat

menganjurkan seluruh umat Katolik untuk berdoa rosario terutama pada bulan

Mei dan Oktober dikhususkan untuk doa rosario.

Bapa Paus Yohanes Paulus II dalam Surat Apostolik Rosarium Virginis

Mariae tahun 2002 menyatakan bahwa “doa Rosario adalah doa sederhana tetapi sangat mendalam. Doa Rosario berciri khas Maria, tetapi pada intinya rosario

adalah doa yang Kristosentris” (RVM art. 1). Berdoa Rosario berarti juga

menyerahkan beban-beban hidup kita kepada Kristus dan BundaNya yang murah

hati. Dengan doa Rosario orang Kristiani berguru di sekolah Maria : mereka

dilatih untuk menatap keindahan wajah Kristus dan mengalami kedalaman

(41)

tangan Bunda Penebus sendiri. Mendaras doa Rosario tidak lain adalah menatap

wajah Kristus bersama Maria (RVM art. 3).

Bapa Suci Yohanes Paulus II mendaraskan bahwa “doa Rosario itu sendiri

merupakan sarana yang paling efektif untuk mengembangkan di kalangan kaum

beriman komitmen untuk berkontemplasi pada misteri kristiani. Doa Rosario

adalah salah satu tradisi kontemplasi kristiani yang terbaik dan paling berharga.

Rosario juga merupakan doa meditatif yang khas. (RVM art. 5). Bapa Suci

Yohanes Paulus II menegaskan bahwa di antara semua devosi, yang paling

mampu menguduskan dan menyerasikan jiwa dengan Tuhan kita adalah devosi

kepada Maria, ibuNya, dan semakin dikonsekrasikan kepada Maria, semakin ia

dikonsekrasikan kepada Yesus Kristus. Hanya dalam doa Rosariolah kehidupan

Yesus dan kehidupan Maria tampak begitu terpadu (RVM art. 16).

Namun, sesungguhya, doa Rosario hanyalah suatu metode kontemplasi.

Sebagai metode, doa Rosario merupakan sarana mencapai suatu tujuan, dan bukan

tujuan itu sendiri. Bapa Suci mengingatkan bila pemahaman tersebut diabaikan

ada bahaya doa Rosario akan gagal membuahkan dampak rohani yang merupakan

tujuan doa ini; bahkan, lebih dari itu, ada bahaya bahwa biji-biji Rosario, yang

menjadi sarana pendarasan, dilihat sebagai semacam jimat atau benda magis, dan

karenanya sama sekali menyimpang dari makna serta fungsinya (RVM art. 28).

Menurut Bapa Suci Yohanes Paulus II tiap renungan dimulai dengan

memaklumkan peristiwa, yang bahkan bisa diragakan dengan ikon

(patung/gambar) yang serasi. Pemakluman peristiwa ibarat penayangan skenario

(42)

dan perenungan ke episode atau saat tertentu dalam kehidupan Yesus.

Penghormatan ikon dan devosi-devosi memanfaatkan panca indera, seperti

misalnya metode doa yang menggunakan unsur-unsur visual dan imajinatif

(compositio loci). Metode tersebut dinilai sangat membantu memusatkan

perhatian pada misteri tertentu (RVM art. 29).

Bapa Suci Yohanes Paulus II menegaskan bahwa metode tersebut adalah

suatu metodologi, yang serasi dengan logika batin mengenai inkarnasi: dalam

Yesus, Allah ingin mengenakan sosok insani. Lewat realita ragawi inilah kita

dituntun untuk berkontak dengan misteri ilahiNya. Hal-hal yang konkret

sunguh-sungguh diperlukan dalam Rosario. Pemakluman peristiwa-peristiwa dalam doa

Rosario tidak menggantikan Injil, dan tidak juga menyerap seluruh isinya. Maka

dari itu, doa Rosario bukanlah pengganti bacaan Kitab Suci, sebaliknya doa

Rosario menuntut lectio divina dan mengembangkannya. Peristiwa-peristiwa yang

direnungkan dalam doa Rosario, juga dengan tambahan peristiwa terang, hanyalah

kerangka yang menampilakan unsur-unsur fundamental dalam kehidupan Yesus

(RVM art. 29).

Menurut Bapa Suci Yohanes Paulus II doa Rosario pada hakikatnya adalah

doa untuk perdamaian, karena inti doa ini adalah kontemplasi akan Kristus,

pangeran perdamaian. Dia yang adalah “damai kita”. Ia mempelajari rahasia

damai dan membuat damai menjadi proyek hidupnya. Berkat ciri meditatifnya,

dengan alur Salam Maria yang tenang, doa Rosario dapat menciptakan damai

dalam hati mereka yang mendaraskannya. Doa Rosario dapat membuka hati si

(43)

yang bangkit, mengalaminya dalam lubuk hati yang terdalam, dan

menyebarkannya (RVM art. 40).

Berdasarkan uraian mengenai doa Rosario di atas maka dapat dirumuskan

bahwa doa Rosario adalah sebuah sarana doa yang sederhana dan sangat

mendalam yang berciri khas Maria tetapi pada intinya mengarah pada

Kristosentris, di mana orang dapat menyerahkan beban-bebannya kepada Kristus

dan Bundanya yang murah hati.

3. Asal-usul Doa Rosario

Buku yang bejudul Doa Rosario: Menatap Untuk Menjadi Serupa

karangan Georges Madore, SMM menceritakan tentang sejarah Rosario, bahwa

Doa Rosario merupakan hasil suatu proses panjang yang ditimbulkan oleh

bermacam-macam bentuk devosi Maria pada abad pertengahan. Berikut ini garis

besar terjadinya bentuk Rosario sebagaimana kita mengenalnya dewasa ini. Pada

abad ke 9, kaum awam yang “bertobat” kepada hidup religuis (para “convers”)

menjadi anggota komunitas monastik. Namun karena buta huruf mereka tidak bisa

ikut dalam ibadat hariannya yang terdiri dari pendarasan 150 mazmur. Mereka

dianjurkan untuk mendasarkan 150 kami sebagai penggantinya, sambil

menghitung jumlahnya dengan batu-batu kecil dalam sebuah kantong atau dengan

menggunakan simpul-simpul pada sebuah tali.

Abad ke 11, Santo Petrus Damianus memprakarsai kebiasaan mendaraskan

150 Salam Maria sebagai ganti Bapa Kami. Saat itu, mereka punya kebiasaan

(44)

Kemudian pada Abad ke 12, muncul berbagai rumusan doa atau pengulangan

Salam Maria yang dikaitkan dengan perayaan berbagai “peristiwa” (misteri): 15 Salam Maria untuk 15 kegembiraan Maria; 7 Salam Maria untuk ketujuh

kedukaan atau ketujuh kegembiraan Maria; 33 Salam Maria untuk ke 33 tahun

kehidupan Yesus; 63 Salam Maria untuk ke 63 tahun kehidupan Maria.

Pada abad ke 13, beberapa teolog yang ingin mengungkapkan arti Kristiani

mazmur-mazmur Perjanjian Lama, menyusun “Kitab Mazmur Tuhan kita Yesus

Kristus”, suatu seri 150 pujian untuk menghormati Yesus Kristus, berdasarkan

penafsiran Kristiani Kitab Mazmur. Tidak lama kemudian muncul “Kitab Mazmur

Perawan Maria” disusun menurut pola yang sama. Maka, selama beberapa tahun

umat Kristiani dapat memilih antara berbagai jenis “Rosario” :

a. 150 Bapa Kami

b. 150 Salam Maria

c. 150 pujian kepada Kristus

d. 150 pujian kepada Maria.

Pada abad ke 14, seorang biarawan asal daerah sungai Rhein, Hendrik dari

Kalkar, meluncurkan gagasan untuk membagikan 150 Salam Maria dalam

puluhan yang dipisahkan oleh sebuah Bapa Kami. Kemudian abad ke 15,

menjelang tahun 1410, seorang biarawan Kratusia asal Jerman, Dominicus

Prutenus, menyusun seri 50 seruan pendek untuk disisip dalam setiap Salam

Maria untuk mendukung permenungan peristiwa-peristiwa. Pada tahun 1470,

(45)

Rosario pertama. Gerakan ini akan menyebar ke seluruh Eropa dan memberikan

sumbangan besar dalam menyebarluaskan kebiasaan berdoa Rosario.

Pada abad ke 16, setelah penemuan percetakan ada kemungkinan

menyertakan gambar pada setiap 150 peristiwa Kitab Mazmur Santa Perawan.

Namun, untuk menghemat tempat, mereka hanya sampai menyertakan gambar

pada gagasan ke 15 Bapa Kami. Dari situlah lahir ke 15 peristiwa yang masih kita

pakai sampai hari ini. Sekitar zaman yang sama bagian kedua Salam Maria mulai

tersebar di tengah masyarakat. Maka, Rosario dapat didaraskan di luar kepala dan

dalam kelompok yang sahut-bersahutan.

Doa Rosario sebagai salah satu sarana latihan kekudusan yang terbaik dan

berharga berkembang dalam sejarah kehidupan orang kudus. Sehubungan dengan

hal tersebut, Bapa Suci Paulus II mengenang kembali peranan para tokoh Gereja

pada masa itu yang telah menemukan jalan lurus untuk menjadi kudus dalam doa

Rosario. Bapa Suci menyebut St.Louis Marie Grignion de Montfort yang menulis

karya ulung mengenai Rosario. Dan secara khusus, Bapa Suci menampilkan

seorang tokoh pecinta Rosario yang disebut sebagai rasul sejati doa Rosario, yakni

Beato Bartolo Longo. (RVM art.8)

Bapa Suci Yohanes Paulus II menyatakan bahwa Beato Bartolo Longo

memiliki kharisma khusus. Langkahnya menuju kesucian bertumpu pada bisikan

nurani yang selalu mengiang dalam lubuk hatinya, “siapa saja yang menyebarkan

doa Rosario akan selamat”. Akibatnya, ia merasa terpanggil untuk membangun

sebuah gereja yang didedikasikan kepada Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci

(46)

pemakluman tentang Kristus sebelum tertimbun pada 79 M karena letusan

Gunung Vesusius. Baru berabad-abad kemudian kota ini muncul dari lahar

sebagai suatu kesaksian mengenai terang dan bayang-bayang peradaban klasik.

Lewat seluruh karya sepanjang hayatanya, dan utamanya lewat praktik doa “15

sabtu”, Bartolo Longo memajukan hakikat Kristosentris dan kontemplatif dari doa

Rosario. Dan dia mendapat dorongan serta dukungan kuat dari Paus Leo XIII,

yang dijuluki “Paus Rosario”. (RVM art. 8)

Pada awal mula, Rosario disebut “Kumpulan Mazmur Bunda Maria dan

Yesus Kristus”, sebab terdiri dari 150 Salam Maria dan 150 “misteri” (peristiwa)

menurut jumlah Mazmur. Istilah ini bisa ditemukan sampai akhir abad ke 17.

Istilah “Rosario” untuk pertama kalinya ditemukan dalam tulisan pada

tahun 1327. Bunga mawar (bhs. latin: “rosa”) mempunyai makna simbolis yang

kuat pada abad pertengahan. Karena keindahan dan khasiat penyembuhan yang

diduga dimilikinya (orang sakit dinasihati menggunakan tutup kepala terbuat dari

bunga mawar untuk bisa sembuh), bunga mawar diberi tempat penting dalam

sastra (antara lain dalam roman Misteri Bunga Mawar, La Divina Comedia, karya

Dante, dst.). Dengan sendirinya simbolisme ini ditetapkan kepada Santa Perawan

Maria: dialah bunga mawar “yang mengusir musim dingin”, yang “tumbuh di

tengah duri-duri”, ”yang menyembuhkan segala rasa sakit di dalam hati”.

Demikian misalnya puisi berikut dari abad ke 14 : (RVM art. 9 )

(47)

Salam kepada Yang Ilahi

Yang beristirahat dalam dirimu. Antara Surga dan bumi

Engkaulah yang paling manis. Salam Santa Maria,

Ratu yang mulia,

Kegembiraan segala wanita, Dan mahkotanya yang perawan Mintalah kepada Putramu

Agar Ia, bagaikan gunung yang menunduk, Menjadi obat bagi kesalahanku.

Salam Santa Maria.

Pada zaman yang sama kata ‘Rosarium’ juga berarti bunga rampai,

kumpulan teks-teks yang indah, khususnya berisi pujian-pujian kepada Yesus atau

Maria. Maka, tidak mengherankan nama tersebut diberikan kepada kumpulan 150

pujian, kemudian kepada kumpulan 150 peristiwa yang sampai saat itu mengisi

“Kitab Mazmur Bunda Maria”.

Umat berbagai bangsa Eropa juga menggunakan istilah ‘mahkota mawar’

(chapele,’ rozenhoedje’ ,’ korona’ )untuk sepertiga dari doa Rosario, yang terdiri

dari 50 (kemudian hanya 5) peristiwa. Asal mula kata ini memang sebuah

rangkaian bunga mawar sebagai tutup kepala. “Memberikan mahkota mawar

kepada seorang gadis” merupakan suatu ungkapan kuno yang berarti: mengawini

(48)

mengucapkan sejumlah Salam Maria bagaikan rangkaian bunga mawar yang

membentuk sebuah mahkota bagi perawan Maria. Berbagai legenda bercerita

bagaimana bunga mawar bermunculan pada wajah atau keluar dari mulut

orang-orang suci setiap kali mereka mengucapkan sebuah Salam Maria. (Georges

Madore, SMM 2002: 32,33).

4. Tujuan Doa Rosario

a. Menimba Inspirasi untuk Hidup

Inspirasi itu penting bagi orang untuk menjadi sesuatu yang menguatkan

iman, untuk mengambil keputusan. Namun bagaimana inspirasi itu bisa diambil

dari doa Rosario yang hanya mendaraskan berulang-ulang. Inspirasi yang diambil

dalam doa Rosario ada pada peristiwa-peristiwa yang direnungkan di dalamnya.

Sumber inspirasi ini adalah Yesus dan Maria ibunya.

Doa Rosario sebagai salah satu doa kerakyatan bertujuan untuk umat

Kristiani menjalin kontak dengan Maria yang terus-menerus ingat akan Sang

Putra dan menatap wajah-Nya dalam kontemplasi. Maria terus-menerus

membeberkan “misteri-misteri” Putranya di hadapan kaum beriman dengan

dambaan agar kontemplasi pada misteri-misteri itu dapat menjadi saluran

turunnya semua kuasa yang menyelamatkan. Maka, dengan mendaraskan Rosario

umat Kristiani menjalin kontak dengan Maria yang terus-menerus ingat akan Sang

Putra dan menatap wajah-Nya dalam kontemplasi (RVM art. 11).

Sedari hakekatnya, pendasaran Rosario dapat membangun irama yang

(49)

terbantu dalam merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus sebagaimana

dilakukan oleh Maria yang memiliki hubungan paling dekat dengan Tuhan.

Melalui doa Rosario kekayaan tak terperikan dari misteri-misteri doa Rosario

yang akan dicurahkan kepada umat-Nya (RVM art. 12).

Kristus merupakan guru yang paling ulung, Sang Pewahyu dan sekaligus

Sang Terwahyu. Dalam hal ini, adakah guru yang lebih baik daripada Maria? Dari

sudut pandang ilahi, Roh Kuduslah guru batin yang menuntun kita kepada

kebenaran penuh tentang Kristus (Yoh 14:26; 15:26; 16:13).

Dengan kita berdoa Rosario, kita sebagai umat Allah berproses diri mulai

dari Maria untuk belajar mengenal Kristus. Bagi kita, Kristus merupakan guru

yang paling utama. Yang terpenting kita bukan hanya belajar mengetahui apa

yang Ia ajarkan, tetapi “belajar mengenal Dia” Dalam proses pengenalan

tersebut, umat Allah harus belajar pada Bunda Maria. Bapa Suci Yohanes Paulus

II menegaskan bahwa Maria adalah guru yang paling baik. Bersama Bunda Maria,

umat Allah belajar mengenal Kristus. Bapa Suci memberikan contoh tanda

pertama yang dibuat oleh Yesus adalah mengubah air menjadi anggur dalam pesta

perkawinan di Kana (RVM art. 14).

Maka, jelaslah bahwa misteri-misteri kehidupan Kristus menjadi sumber

inspirasi. Supaya bisa merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus, orang

harus belajar mengenal Kristus. Melalui Maria kita bisa belajar tentang Kristus.

Maria menjadi inspirasi bagaimana merenungkan misteri-misteri Kristus dan

(50)

Dalam perkawinan di Kana sangat jelas menampilkan Maria dalam sosok

seorang guru, yakni waktu ia mendesak para pelayan untuk melaksanakan apa

yang diperintahkan Yesus (Yoh 2:5). Maria pasti melakukan hal yang sama untuk

para murid sesudah kenaikan Yesus, saat ia bergabung dengan mereka

menantikan Roh Kudus dan membesarkan hati mereka dalam mengamalkan

perutusan perdana. Maka, merenungkan peristiwa-peristiwa Rosario bersama

Maria berarti belajar dari dia “mengenal” Kristus, menemukan rahasia

-rahasia-Nya, dan memahami amanat-Nya. Maka dalam menimba inspirasi belajar berguru

pada Bunda Maria merupakan cara belajar yang paling efektif karena ia mengajar

dengan memperoleh bagi kita karunia-karunia Roh Kudus secara berlimpah,

khususnya ketika ia memberikan contoh yang tak tertandingi, yakni “ziarah

iman”-nya sendiri (RVM art. 14).

Bapa Suci Yohanes II menandaskan bahwa doa Rosario itu ibarat ziarah

batin yang didaraskan pada kontemplasi terus-menerus atas wajah Kristus,

bersama Maria. Dalam ziarah batin ini ideal untuk menjadi serupa dengan Kristus

diupayakan lewat ikatan “persahabatan”. Dengan demikian, kita dapat masuk

secara alami dalam kehidupan Kristus, dan ikut merasakan gejolak-gejolak

hati-Nya yang terdalam. Dalam kaitan ini, B. Bartolo Longo telah menulis : “persis

seperti dua orang sahabat, makin sering bertemu satu sama lain, mereka

cenderung makin serupa dalam perilaku, demikian juga, dengan bergaul akrab

dengan Yesus dan Maria, dengan merenungkan peristiwa-peristiwa Rosario, dan

dengan mengahayati kehidupan yang sama dalam komuni kudus, sesuai dengan

(51)

unggul ini kita dapat belajar hidup dalam kesederhanaan, kemiskinan, kerendahan

hati, kesabaran, dan kesempurnaan. (RVM art. 15).

Proses untuk menjadi serupa dengan Kristus, dalam doa Rosario kita

mempercayakan diri secara khusus kepada kasih Bundawi Maria. Dia adalah

Bunda Kristus dan anggota Gereja, anggota yang “ulung dan istimewa”; sekaligus

ia adalah “Bunda Gereja”. Sebagai ibu, ia terus-menerus melahirkan anak untuk

Tubuh mistik Putranya. Hal ini dilakukannya lewat doa-doa, di mana ia memohon

[image:51.595.85.514.234.618.2]

bagi mereka pencurahan Roh Kudus yang tak kunjung habis. Maria adalah

gambar sempurna dari kebundaan Gereja (RVM art. 15).

b. Iman Makin Kuat

Hidup devosional atau hidup bakti berlandaskan kepada suatu hubungan

yang sifatnya kurang lebih personal. Hubungan personal tersebut mempunyai nilai

tinggi dalam hidup bakti (Darminta, 2001: 83). Hidup bakti terwujud baik dalam

hidup moral maupun dalam hidup peribadatan. Hidup bakti berarti suatu intensitas

hubungan personal (Darminta, 2001: 68).

Dari segi bentuk dan cara maupun sasaran hidup devosi, kehidupan

devosional itu bermula dari cara yang sederhana dan berkembang semakin

menjadi rumit dan sedemikian kaya. Bentuk doa juga mengalami perkembangan.

Begitu juga dengan sasaran devosi (Darminta, 2001: 71).

Ada pengaruh timbal balik antara praksis devosi dengan penghayatan

devosi, dan sebaliknya pemahaman devosi juga melahirkan penghayatan devosi

(52)

devosi, mempunyai arti pembaktian dan penghormatan. Dan pada intinya,

devosional berarti hidup takwa kepada Allah (Darminta, 2001: 71).

Devosi berarti persembahan hidup kepada Allah dengan kebesaran dan

kerelaan hati. Devosi juga berarti pemupukkan sikap batin untuk hidup sesuai

dengan iman dan tujuan hidup di dunia yaitu berbakti kepada Allah. Oleh karena

itu, memupuk hidup devosional berarti mempertahankan sikap jiwa agar tetap

hidup pada semangat pengabdian kepada Tuhan. (Darminta, 2001: 72).

Yang menjadi dasar hidup devosi adalah iman, dan sumbernya adalah

cinta kasih. Dan syarat untuk menghayati ialah ketaatan mutlak terhadap Allah

dan perintah-perintah-Nya. Tanpa devosi, cinta bakti dan takwa kepada Allah

dianggap tidak berguna. Devosi merupakan kualitas hubungan antar Allah dengan

manusia. Devosi merupakan kualitas iman, cinta, dan harapan. (Darminta, 2001:

72). Oleh karena itu, dengan berdoa Rosario hidup kita yang dibaktikan kepada

Allah merupakan kualitas iman, cinta, dan harapan. Dengan demikian devosi

kepada Maria menunjukan kualitas iman.

St. Thomas Aquino mengajarkan devosi pada intinya merupakan gerak

kemauan untuk memberikan diri seutuhnya untuk mengabdi dan beribadah kepada

Allah. Devosi itu merupakan sikap ciptaan kepada Pencipta. Dalam kehidupan

keagamaan devosi menunjukan hormat serta bakti, yang menjadi keharusan

manusia di hadirat Allah. Jadi, devosi itu merupakan sikap manusia di hadapan

Allah, ciptaan di hadapan Pencipta. Devosi merupakan dorongan yang hidup

dalam hati dan kehendak manusia untuk meluhurkan dan menghormati yang ilahi.

(53)

terdalam (Darminta, 2001: 83). Berlandaskan pemahaman tersebut, dapat

dikatakan bahwa dengan doa Rosario iman kita semakin kuat dan mendalam.

Kehidupan devosional mempunyai makna dan nilai. Kehidupan devosional

baru bermakna dan bernilai bila bentuk devosi tersebut mampu menumbuhkan

dan menyuburkan hidup rohani seseorang. Maka, doa Rosario sebagai sarana

menjalin relasi personal dengan Allah, mampu menumbuhkan dan menyuburkan

hidup rohani seseorang. Unsur hakiki dari kegiatan devosional adalah mampu

menyederhanakan berbagai unsur serta bentuk hidup rohani, dan dengan mudah

dapat dihayati oleh banyak orang untuk jangka waktu yang cukup lama dan

panjang (Darminta, 2001: 83). Maka, dengan berdoa Rosario, kita akan

mengalami proses pertumbuhan dan penyuburan hidup rohani.

Doa Rosario tetaplah bukan jaminan seseorang untuk dapat menghayati

dan memaknai hidup Yesus dan Maria. Terkadang makna yang hendak dicari

terlalu tinggi, tidak terlihat sederhana dan terasa jauh dari umat, dengan demikian

diperlukan penyederhanaan makna sehingga dapat dimengerti oleh banyak orang

dan dapat dihayati.

c. Iman Makin Terwujud dalam Perbuatan

Devosi merupakan sikap iman yang dinamis dalam budaya manusia.

Karena itu devosi memerlukan penerapan atau perwujudan konkret dari aspirasi

rohani entah itu cara pembatinan maupun cara penghayatan dalam kehidupan

(54)

yang secara sadar dapat dirasa, disentuh, dipandang serta diresapkan (Darminta,

2001: 82).

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Paulus yaitu pada

hakekatnya iman tanpa perbuatan adalah mati. Jika doa Rosario itu berpengaruh

pada iman, memperkuat iman dan meneguhkannya seharusnya orang beriman

yang berdoa Rosario semakin mewujudkan imannya dalam tindakan-tindakan

nyata.

Unsur terpenting dalam devosi ialah pergerakan hati atau kehidupan

afektif, bahkan kadang kala emosi diikutsertakan secara intensif pula. Hal tersebut

pula ada demi mewujudkan dan merasakan cinta kepada Dia yang dijadikan

sasaran penghormatan serta kebaktian, seperti nampak dengan adanya hiburan

rohani yang diperoleh, dorongan-dorongan untuk lebih mendekatkan diri kepada

Allah, niat-niat hidup serta cita-cita hidup dan lain sebagainya. Dengan

menyatakan rasa hormat dan bakti kepada Allah melalui doa Rosario, umat

beriman semakin mampu memupuk transformasi manusia ke dalam Kristus, yaitu

semakin menghayati rasa-perasaan Yesus tidak hanya seabagai sikap batin atau

keutamaan tetapi juga dalam tindakan dan pengabdian (Darminta, 2001: 83).

d. Hidup Makin Terfokus Kepada Tuhan

Ketika seseorang melakukan secara terus-menerus suatu kegiatan

pikirannya akan juga diarahkan pada kegiatan itu. Demikian pula dengan doa

Rosario orang akan memikirkan berdoa Rosario jika berdoa Rosario adalah

(55)

Spiritualitas Kristiani secara jelas terlihat dalam komitmen seorang murid

untuk menjadi makin “serupa” dengan gurunya (Rm8:29; Flp3:10.12). Pencerahan

Roh Kudus dalam pembaptisan mencangkokkan orang beriman pada Kristus

ibarat ranting pada pokok anggur (bdk. 1 Kor 12:12; Rm 12:5). Tetapi, kesatuan

awal ini mengundang orang baeriman untuk bertumbuh makin serupa dengan

Kristus, yang akan secara bertahap membentuk perilaku murid menjadi selaras

dengan “pikiran” Kristus: ”Hendaklah kamu menaruh pikiran dan perasaan yang

terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp 2:5). Rasul Paulus mengatakan, kita

dipanggil “untuk mengenakan Tuhan Yesus Kristus” (bdk.Rm 13:14; Gal 3:27). Dengan berdoa Rosario yang didaraskan pada kontemplasi terus-menerus

atas wajah Kristus, Bersama Maria umat beriman Kristiani diantar untuk menjadi

serupa dengan Kristus yang diupayakan lewat ikatan “Persahabatan”. Dengan

demikian, kita dapat masuk secara alami dalam kehidupan Kristus, dan ikut

merasakan gejolak-gejolak hatiNya yang terdalam. Dalam kutipan ini, B. Bartolo

Longo telah menulis:

”Persis seperti dua orang sahabat, makin sering bertemu satu sama lain, mereka cenderung makin serupa dalam perilaku, demikian juga, dengan bergaul akrab dengan Yesus dan Maria, dengan merenungkan peristiwa-peristiwa rosario, dan dengan menghayati kehidupan yang sama dalam komuni kudus, kita-sesuai dengan keterbukaan hati kita, dapat menjadi serupa dengan mereka; dari guru-guru yang unggul ini kita dapat belajar hidup dalam kesederhanaan, kemiskinan, kerendahan hati, kesabaran, dan kesempurnaan.”(Bapa Suci Yohanes Paulus II, 2002,art.15).

Doa Rosario secara mistik mengantar kita ke sisi Maria yang sedang sibuk

memperhatikan pertumbuhan insani Kristus dalm keluarga Nazaret. Ini

(56)

perhatian yang sama,sampai “Kristus sepenuhnya terbentuk” dalam diri kita (Gal

4:19).

Panggilan untuk menjadi serupa dengan Kristus mewajibkan yang

terpanggil untuk memusatkan perhatiannya kepada Kristus. Dalam hal ini cara

memperhatikan Kristus, mengenalnya dan merenungkannya dilakukan dengan

cara berdoa Rosario.

Bapa suci Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa

Rosario membangkitkan dalam hati kerinduan untuk mengenal Kristus yang

terus-menerus dipupuk oleh sumber murni Injil. Setiap peristiwa dalam kehidupan

Yesus, sebagaimana dituturkan oleh para penginjil, tampak cemerlang berkat

Misteri yang mengatasi segala pengertian (Ef 3:19), yakni Misteri Sabda menjadi

manusia; di dalamnya “segala kepenuhan Allah diam secara ragawi” (Kol 2:9) (a.

24).

Karena alasan ini, Bapa Suci menegaskan bahwa Ketekismus Gereja

Katolik sangat menonjolkan misteri-misteri Kristus, sambil menunjukkan bahwa

“segala sesuatu dalam kehidupan Yesus adalah tanda misteriNya.”Pengalaman

amanat “duc in altum” yang diemban Gereja pada milenium ketiga akan

ditentukan oleh kemampuan orang-orang Kristiani masuk ke dalam “pengenalan

sempurna akan misteri Allah, yakni pengenalan akan Kristus, sebab di dalam

Dialah

Gambar

gambar sempurna dari kebundaan Gereja (RVM art. 15).
Tabel 1. Kisi-kisi
Tabel 2. Identitas Responden (N=20)
Tabel 4. Tingkat Pemahaman akan Doa Rosario
+5

Referensi

Dokumen terkait