• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta."

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Skripsi ini bejudul PERANAN DOA MEDITASI BAGI

PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI PARA

MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan peranan doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswi di Prodi IPPAK. IPPAK sebagai lembaga yang mendidik calon katekis dan guru agama sangat memperhatikan dan membina kehidupan rohani para mahasiswa. Maka, upaya yang dilakukan Prodi untuk mencapai hal tersebut ialah salah satunya dengan melatihkan doa meditasi. Namun, pada kenyataannya banyak dari para mahasiswa tidak menjalankan latihan doa meditasi di luar pembinaan spiritualitas. Mahasiswa cenderung sibuk dengan tugas-tugas dan tantangan untuk menyelesaikan masalah pribadi sehingga lupa untuk mengolah hidup rohaninya. Bertitik tolak pada kenyataan ini, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dan pendamping spiritualitas dalam proses meningkatkan penghayatan hidup rohani melalui doa meditasi.

Tujuan pokok dalam skripsi ini adalah mengetahui peranan doa meditasi yang telah mereka peroleh untuk menjadi bekal sebagai calon pewarta (katekis dan guru agama). Untuk mengkaji hal tersebut diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penulis mengumpulkan data dengan metode pendekatan deskriptif analitis didukung dengan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui pengalaman dan wawancara dengan 5 dosen pendamping spiritualitas dan 20 mahasiswa yang telah menjalani latihan doa meditasi pada mata kuliah spiritualitas.

(2)

ABSTRACT

This small thesis entitles THE ROLE OF MEDITATION ON THE IMPROVEMENT OF SPIRITUAL LIFE OF STUDENTS OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA. This title has been chosen based on the curiosity of the role of meditation on the performance of spiritual life in IPPAK. Department of IPPAK as institution that educates prospective catechists and religion teachers is very attentive and nurtures the spiritual life of the students. Thus, the efforts made to achieve this department is to train prayer meditation. However, in reality many of the students do not practice meditation outside spirituality program. The students tend to be busy with the tasks and challenges to resolve personal problems so that they forget to cultivate spiritual life.

This paper is intended to help the students and spirituality lecturers in the process of increasing the spiritual life through meditation. The main objective of this small thesis was to determine the role of meditation that they have acquired to be equipped as a candidate of evangelizers (catechists and teachers of religion). To examine this it required accurate data. Therefore, the authors collected data with descriptive analytical approach supported by qualitative research. Data obtained through experience and interviews with lecturers of spirituality 5 and 20 students who have undergone training on the subject of meditation.

(3)

PENGHAYATAN HIDUP ROHANI PARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Fransisca Anida Dyan Kusuma NIM: 101124008

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Skripsi ini saya persembahkan kepada yang tercinta: Agustinus Suyono & Canisia Martini,

Beatriks Christma Antari & Maria Graciela Wuri Nastiti, serta bagi semua pihak,

yang dengan caranya masing-masing

(7)

v

(8)
(9)
(10)

viii

Skripsi ini bejudul PERANAN DOA MEDITASI BAGI PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI PARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan peranan doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswi di Prodi IPPAK. IPPAK sebagai lembaga yang mendidik calon katekis dan guru agama sangat memperhatikan dan membina kehidupan rohani para mahasiswa. Maka, upaya yang dilakukan Prodi untuk mencapai hal tersebut ialah salah satunya dengan melatihkan doa meditasi. Namun, pada kenyataannya banyak dari para mahasiswa tidak menjalankan latihan doa meditasi di luar pembinaan spiritualitas. Mahasiswa cenderung sibuk dengan tugas-tugas dan tantangan untuk menyelesaikan masalah pribadi sehingga lupa untuk mengolah hidup rohaninya. Bertitik tolak pada kenyataan ini, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dan pendamping spiritualitas dalam proses meningkatkan penghayatan hidup rohani melalui doa meditasi.

Tujuan pokok dalam skripsi ini adalah mengetahui peranan doa meditasi yang telah mereka peroleh untuk menjadi bekal sebagai calon pewarta (katekis dan guru agama). Untuk mengkaji hal tersebut diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penulis mengumpulkan data dengan metode pendekatan deskriptif analitis didukung dengan penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui pengalaman dan wawancara dengan 5 dosen pendamping spiritualitas dan 20 mahasiswa yang telah menjalani latihan doa meditasi pada mata kuliah spiritualitas.

(11)

ix

This small thesis entitles THE ROLE OF MEDITATION ON THE IMPROVEMENT OF SPIRITUAL LIFE OF STUDENTS OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA. This title has been chosen based on the curiosity of the role of meditation on the performance of spiritual life in IPPAK. Department of IPPAK as institution that educates prospective catechists and religion teachers is very attentive and nurtures the spiritual life of the students. Thus, the efforts made to achieve this department is to train prayer meditation. However, in reality many of the students do not practice meditation outside spirituality program. The students tend to be busy with the tasks and challenges to resolve personal problems so that they forget to cultivate spiritual life.

This paper is intended to help the students and spirituality lecturers in the process of increasing the spiritual life through meditation. The main objective of this small thesis was to determine the role of meditation that they have acquired to be equipped as a candidate of evangelizers (catechists and teachers of religion). To examine this it required accurate data. Therefore, the authors collected data with descriptive analytical approach supported by qualitative research. Data obtained through experience and interviews with lecturers of spirituality 5 and 20 students who have undergone training on the subject of meditation.

(12)

x

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih karunia yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN DOA MEDITASI BAGI PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI BAGI PARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.

Skripsi ini disusun berdasarkan kesadaran bahwa ketika berdoa meditasi akan memberikan dampak positif bagi perkembangan hidup rohani. Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) sebagai lembaga yang memperkembangkan hidup rohani mahasiswa mengupayakannya dengan diadakannya pendampingan spiritualitas berupa latihan berdoa meditasi. Penulis selama menyusun skripsi ini juga memberikan sumbangan masukan untuk dapat membantu pendampingan spiritualitas yang menggunakan doa meditasi sehingga semakin meningkatkan penghayatan hidup rohani sebagai calon pewarta (Katekis dan Guru Agama).

Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada:

1. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang selalu memberikan perhatian sepenuhnya dalam mendampingi penulisan skripsi ini, dan dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis dalam penyelesaiaan skripsi ini.

(13)
(14)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... ... xii

DAFTAR SINGKATAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penulisan ... 6

D.Manfaat Penulisan ... 6

E.Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. DOA MEDITASI TERHADAP PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI ..………... 9

A.Doa Meditasi dalam Hidup Rohani... 9

1. Pengertian Doa secara Umum ... 9

2. Pengertian Meditasi ... 10

3. Sikap Badan Doa Meditasi ... 12

4. Pengertian Hidup Rohani ... 15

(15)

xiii

Menyiapkan Panggilan sebagai Pewarta ... 23

1. Panggilan sebagai Pewarta Iman ... 23

2. Spiritualitas Pewarta Iman ... 25

3. Kepribadian Pewarta Iman ... 31

BAB III. GAMBARAN SITUASI PENDAMPINGAN DOA MEDITASI MAHASISWA DI PRODI IPPAK ... 34

A.Gambaran Umum Prodi IPPAK... 34

1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK ... 34

2. Visi Misi Prodi IPPAK ... 35

3. Pendampingan Spiritualitas Mahasiswa IPPAK ... 36

B.Penelitian tentang Doa Meditas bagi Peningkatan Penghayatan Hidup Rohani Mahasiswa di Prodi IPPAK ... 37

1. Permasalahan Penelitian ... 37

2. Tujuan Penelitian ... 38

3. Variabel Penelitian ... 38

4. Manfaat Penelitian ... 39

5. Pendekatan Penelitian ... 39

6. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

7. Responden Penelitian ... 40

8. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 41

9. Teknik Analisis Data... 42

C.Hasil Penelitian tentang Doa Meditasi sebagai Peningkatan Hidup Rohani Mahasiswa di Prodi IPPPAK ... 43

1. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 44

2. Rangkuman Hasil Penelitian dan Permasalahan yang Ditemukan ... 64

BAB IV. USULAN KEGIATAN UNTUK MENINGKATKAN PROGRAM PEMBINAAN SPIRITUALITAS MAHASISWA PRODI IPPAK ... 67

A. Latar Belakang Pemilihan Program ... 67

(16)

xiv

D. Manfaat Panduan Refleksi bagi Peningkatan Penghayatan Hidup

Rohani Mahasiswa ... 73

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 76

A.Simpulan ... 76

B.Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 82

Lampiran 1: Panduan Pertanyaan Wawancara... (1)

Lampiran 2: Rangkuman Hasil Wawancara... (2)

Lampiran 3: Transkrip Hasil Wawancara... (9)

(17)

xv A.Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2005.

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

C.Singkatan Lain

AKKI : Akademia Kateketik Katolik Indonesia Art. : Artikel

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama

FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Kan : Kanon

KWI :Konferensi Waligereja Indonesia

(18)

xvi

PTIP : Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan PTS : Perguruan Tinggi Swasta

PUSKAT : Pusat Kateketik R : Responden SJ : Serikat Jesus

STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik TV : Televisi

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I ini, akan penulis jelaskan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika dalam penulisan.

A.LATAR BELAKANG

Doa pertama-tama dan terutama suatu pernyataan iman di hadapan Allah (KWI, 1996: 194), sama halnya seperti yang telah diingatkan St. Agustinus bahwa doa mempersiapkan kita untuk menerima karunia dari Tuhan yang ditawarkan kepada

kita: “...Allah Bapa kita tidak meminta kita untuk menunjukkan hasrat kita kepada

-Nya, karena kita pasti tidak akan menyadarinya. Akan tetapi Ia meminta, bahwa melalui doa, kemampuan kita untuk berhasrat kepada-Nya akan tumbuh.” (Letter to Probo, letter 130, 8, 15, CSEL 44,56-76). Demikian halnya melalui doa manusia menyatakan imannya kepada Allah menjadikan diri lebih siap dekat dengan-Nya.

(20)

Lebih dekat dengan Allah sebagai seorang katekis oleh mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (prodi IPPAK) tentunya diperlukan. Kedekatan melalui doa tentunya akan membatu mengenal Allah dan mampu membantu umat lainnya mengenal Dia. Alangkah disayangkan ketika menjadi seorang katekis namun belum dekat dengan Allah sendiri. Karena pada dasarnya katekis adalah seorang Kristen dulu, baru ia menjadi katekis (Goopio, 1984: 07).

Sama seperti halnya lembaga pendidikan tersebut di atas yang menerapkan pengolahan hidup rohani para mahasiswa sebagai calon pewarta (katekis dan guru agama) melalui doa meditasi. Thomas Hidya Tjaya (2011: 65) menyatakan bahwa kebanyakan dari kita diperkenalkan kepada hidup rohani lewat agama kita masing-masing dengan cara berdoa dan kegiatan tertentu. Sekalipun memang menjadi tantangan banyak orang mengalami sulitnya untuk berdoa seperti halnya berdoa meditasi. Griffiths (2010: 18-19) menyatakan bahwa:

Bagi kebanyakan orang ketertarikan untuk menyelami kedalaman diri mereka hampir hilang. Ketertarikan untuk menyelami kedalaman diri sudah begitu kabur sehingga mereka tidak lagi menyadarinya. Secara khusus dalam dunia sekarang ini, dalam dunia yang mementingkan harta benda, orang telah kehilangan dimensi ini dalam kehidupan mereka. Mereka begitu sibuk dengan dunia di sekitar mereka dan begitu tenggelam ke dalam masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari, kesenangan maupun penderitaan mereka, sehingga mereka tidak melampaui semua pengalaman duniawi. Mereka telah kehilangan keterbukaan terhadap Allah, terhadap yang transenden.

(21)

Doa merupakan tindakan positif serta baik dilakukan bagi orang beriman. Melalui doa seorang yang beriman dapat mengungkapkan harapan maupun kerinduannya pada Tuhan. Namun, tidak jarang ketika permohonan dalam doa nya tidak kunjung dikabulkan orang menjadi putus asa. Keputusasaan tersebut mengakibatkan dalam diri seseorang bersikap mengabaikan doa. Sehingga doa tidak menjadi prioritas dalam hidupnya.

Di lain pihak saat ini doa meditasi sudah mulai berkembang di berbagai kalangan. Banyak tempat-tempat dibangun sebagai sarana untuk meditasi seperti yoga. Meditasi merupakan bagian dari relaksasi, pengaturan napas yang berpengaruh pada pengendalian emosi (Budi Sardjono, 2012: 6). Sedangkan, Griffiths (2010: 25) menyatakan bahwa doa, meditasi, adalah cara untuk melampaui apa-apa yang tampak dan menyentuh kenyataan yang terdalam. Kenyataan itu adalah Allah sendiri yang selalu mewahyukan diri-Nya di balik apa yang tampak dan kelihatan. Melalui pengertian dari meditasi tersebut maka banyak kalangan menggunakan meditasi sebagai cara dalam membantu pengolahan diri terkhusus dalam hidup rohani manusia.

(22)

Mahasiswa di prodi IPPAK juga mengalami berbagai kesibukan dengan berbagai tugas yang ada. Selama di kampus mereka tentu tidak hanya mempelajari hal-hal teori saja namun praktek pun dilakukan untuk menunjang teori. Melihat berbagai kesibukan di luar tugas kampus, masalah pribadi yang sering muncul serta dengan kegiatan lainnya menjadikan permasalah hidup semakin kompleks. Maka tidak heran jika para mahasiswa mengalami kejenuhan. Sebagai calon pewarta profesional mereka perlu menyikapi segala persoalan dengan sikap positif.

Bagi para mahasiswa di prodi IPPAK untuk menjadi seorang pewarta profesional diperlukan bimbingan untuk lebih dekat dengan Allah. Dalam Tradisi Kristiani, hal doa diberikan waktu tersendiri. Seperti halnya para mahasiswa di Program studi (prodi) IPPAK yang juga memberikan waktu dalam hal berdoa. Melalui mata kuliah Spiritualitas pada semester lima, bimbingan akan pengolahan hidup rohanipun diolah. Salah satu cara pengolahan hidup rohani oleh mahasiswa ialah dengan doa meditasi.

Para mahasiswa di Prodi IPPAK sangatlah beruntung dalam hal untuk menyikapi segala kejenuhan dan kepenatan yang mereka hadapi. Pada program mata kuliah Pembinaan Spiritualitas diberikan waktu untuk lebih mengalami kehadiran Allah agar lebih mampu memperkuat hidup rohani para mahasiswa. Salah satu materi yang dilatihkan dalam pembinaan Spritualitas adalah doa meditasi.

(23)

meditasi pun tidak lagi dilakukan dalam kesehariannya. Mahasiswa dalam kesehariannya kembali disibukkan dengan tugas-tugas yang lain, sehinga mereka kurang menyadari menyapa Tuhan. Hal tersebut menjadikan para mahasiswa lebih cenderung tenggelam dalam kesibukan menyelesaikan tugas kuliah daripada hal lainnya seperti pengolahan hidup rohani melalui doa meditasi. Alangkah baiknya di luar pembinaan oleh pihak kampus, mahasiswa mau melaksanakan doa meditasi dan merasakan dampak dan manfaatnya bagi hidup mereka. Sehingga memampukan para mahasiswa semakin lebih mengalamai Allah sendiri di dalam dirinya.

Disamping untuk lebih menghadirkan Allah dan mengenal-Nya untuk kepentingan mewartakan Kerajaan Allah, doa meditasi dapat dilakukan agar membantu dalam penghayatan hidup rohani. Penghayatan rohani secara lebih khusus diperlukan oleh para mahasiswa di prodi IPPAK sebagai para calon guru agama Katolik dan katekis. Maka untuk dapat melihat kenyataan bagaimana peranan doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa di prodi IPPAK, penulis pun ingin mengambil judul: PERANAN DOA MEDITASI BAGI PENINGKATAN PENGHAYATAN HIDUP ROHANI PARA MAHASISWA DI PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYKARATA.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

(24)

2. Apa peranan doa meditasi terhadap penghayatan hidup rohani bagi para mahasiswa IPPAK?

3. Bagaimana penghayatan hidup rohani bagi para mahasiswa IPPAK sebagai calon guru agama dan katekis?

4. Bagaimana para mahasiswa menyikapi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam doa meditasi sebagai peningkatan penghayatan hidup rohaninya?

5. Apa usaha para mahasiswa IPPAK untuk meningkatkan penghayatan hidup rohani?

C.TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian doa meditasi dan penghayatan hidup rohani.

2. Mengetahui peranan doa meditasi terhadap penghayatan hidup rohani para mahasiswa IPPAK.

3. Mengetahui penghayatan hidup rohani para mahasiswa IPPAK sebagai calon guru agama dan katekis.

4. Membantu para mahasiswa IPPAK dalam menyikapi hambatan-hambatan dalam doa meditasi sebagai peningkatan penghayatan hidup rohani.

5. Mengetahui usaha para mahasiswa di Prodi IPPAK dalam meningkatkan hidup rohani.

D.MANFAAT PENULISAN

(25)

1. Bagi Lembaga IPPAK

Mendorong kepada Kepala Prodi IPPAK untuk tetap mengadakan pendampingan spiritualitas dengan menggunakan sarana doa meditasi bagi mahasiswa. Penulisan ini diharapkan mampu mendorong para sosen pendamping spiritualitas untuk terus mengupayakan pelatihan doa meditasi bagi para mahasiswa IPPAK selama pendampingan spiritualitas, terkhusus pada semester lima.

2. Bagi Para mahasiswa IPPAK

Memberikan masukan bahwa pembisaan berdoa meditasi dapat membantu untuk meningkatkan hidup rohani sebagai pewarta. Dengan demikian penulisan ini diharapkan mampu mendorong mahasiswa untuk tekun dan membagikan pengalaman berdoa meditasi bagi umat lainnya.

3. Bagi Penulis

Menambah pemahaman akan pentingnya berdoa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani sebagai pewarta. Melalui doa meditasi dan pengalaman pembiasaan berdoa meditasi semakin memperkembangkan dan mendewasakan diri terlebih dari aspek emosional melalui buah-buah meditasi.

E.METODE PENULISAN

(26)

F.SISTEMATIKA PENULISAN

Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam empat bab. Adapun perincian sebagai berikut:

BAB I: Bab ini berisi latar belakang penulisan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: Bab ini menguraikan doa meditasi dalam hidup rohani yang meliputi tiga hal pokok: Doa Meditasi, Penghayatan Hidup Rohani, dan Hidup Rohani Para Mahasiswa IPPAK .

BAB III: Bab ini akan berisi penelitian mengenai pengaruh doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani bagi mahasiswa di Prodi IPPAK yang terbagi dalam dua pokok bahasan yaitu: gambaran umum Prodi IPPAK dan penelitian tentang metode doa meditasi di Prodi IPPAK, dan hasil penelitian tentang metode doa meditasi bagi para mahasiswa di Prodi IPPAK.

BAB IV: Bab ini berisi usulan kegiatan untuk meningkatkan program pembinaan spiritualitas mahasiswa IPPAK. Bab ini menguraikan latar belakang usulan kegiatan, tujuan program, format lembar refleksi, dan manfaat panduan refleksi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani mahasiswa.

(27)

BAB II

DOA MEDITASI TERHADAP PENINGKATAN

PENGHAYATAN HIDUP ROHANI

Bab II ini menguraikan doa meditasi dalam hidup rohani yang meliputi tiga hal pokok: Doa Meditasi, Penghayatan Hidup Rohani, dan Hidup Rohani Para Mahasiswa Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK). Uraian mengenai doa meditasi meliputi: pengertian secara umum, pengertian secara khusus, tujuan dan sikap badan. Uraian mengenai Hidup Rohani meliputi: pengertian, tujuan, panggilan sebagai pewarta, spiritualitas pewarta, dan kepribadian pewarta.

Memanjatkan doa merupakan wujud kerinduan akan sapaan Allah. Selain berkomunikasi dengan-Nya ternyata berdoa juga memiliki dampak tersendiri. Adapun cara untuk berdoa adalah : “...ada doa lisan, doa meditasi, dan doa

kontemplatif” (Youcat art. 500). Ketiga cara doa tersebut menyatukan kembali pikiran

dan hati setiap orang.” Pada bagian ini akan dijelaskan arti doa meditasi dan

penghayatan hidup rohani.

A. Doa Meditasi dalam Hidup Rohani 1. Pengertian Doa secara Umum

(28)

tersebut tidak perlu dengan menggunakan banyak kata (Mat 6:7) meskipun kata-kata diperlukan sebagai pendukung dalam berdoa.

Darminta (1982: 42) juga mengungkapkan doa sebagai ungkapan normal dari cinta manusia kepada Allah. Melalui doa manusia mengungkapkan kerinduannya untuk hidup dalam hadirat Allah. Kerinduan itu tidak cukup hanya dengan berfikir terus tentang Allah. Tetapi yang lebih penting ialah “melaksanakan dengan penuh cinta kehendak Allah. Mengenal, mencintai dan melaksanakan kehendak Allah merupakan pokok hidup iman, harapan dan cinta”.

Seperti halnya Sr. Theresia Lisiux dalam Youcat (2012: 264) yang menyatakan bahwa “Doa adalah ayunan hati; suatu pandangan sederhana ke surga, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah percobaan maupun kegembiraan.” Doa

menjadi suatu ungkapan dari dalam hati yang sederhana sebagai bentuk syukur atas hidup yang masih didapat. Dari beberapa pengertian di atas dapat diperoleh pemahaman bahwa doa merupakan ungkapan secara natural yang menggambarkan kerinduan untuk menyapa Allah dan terbuka atas sapaan Allah.

2. Pengertian Meditasi

(29)

untuk “melampaui” dunia yang kelihatan ini untuk masuk ke dalam diri kita ke dasar

diri kita yang kita sebut Allah.

Seperti halnya dalam tradisi Kristiani bahwa memang meditasi dimaksudkan berdoa dengan berpikir, membandingkan serta membangkitkan rasa-perasaan tentang kebenaran iman (Heuken, 2005: 119). Dilihat dari pengertian di atas, kata meditasi merupakan doa yang berusaha dengan pemusatan diri untuk bertemu dengan Allah sendiri.

Bermeditasi bukan saja merupakan kegiatan yang tidak sekedar demi kesehatan seperti halnya dengan latihan pernafasan. Dalam tradisi Kristiani dikenal adanya doa batin. Dalam doa batin dilakukan dengan kegiatan merenungkan dan memusatkan pikiran budi yang disebut meditasi (KWI, 1996: 198).

Dalam hal doa meditasi Youcat (art. 504) mengatakan bahwa:

Dalam Meditasi, seorang Kristen mencari keheningan sedemikian rupa untuk mengalami keakraban dengan Allah dan untuk menemukan kedamaian dalam hadirat-Nya. Ia mengharapkan pengalaman yang menyentuh dari kehadiran Allah, yang merupakan rahmat dari hasil teknik tanpa syarat. Rahmat itu tidak muncul dari hasil teknik meditasi, namun sungguh dari kemurahan kasih Allah.

Berdasarkan uraian tentang meditasi di atas dapat dimengerti bahwa meditasi adalah merenungkan, memusatkan diri untuk melatih diri secara rileks dan menenangkan pikiran sehingga dibiarkan untuk tenang dan terpusat. Dengan pengaturan nafas dapat dimaksudkan untuk “melampaui” dunia yang tidak kelihatan untuk masuk dalam diri

(30)

3. Sikap Badan Doa Meditasi

Kerinduaan akan kebersamaan dengan Tuhan tidak terbatas dalam jiwa tetapi juga dirasakan oleh tubuh ragawi. Hal ini terungkap dalam Kitab Mazmur yang

berbunyi: ”Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan

dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup” (Mzm 84: 3). Dalam hal ini tubuh fisik manusia ikut menentukan pengalaman akan perjumpaan dengan Tuhan melalui doanya.

Dalam hal sikap berdoa Mangunhardjana (1979: 7) menguraikan:

Kesatuan jiwa dan tubuh harus dicapai pada waktu kita berdoa. Sikap tubuh menyiapkan jiwa untuk berdoa. Sikap tubuh menyiapkan jiwa untuk berdoa. Sikap jiwa tampak dalam sikap tubuh. Demikian dalam doa sendiri, jiwa dan tubuh bersatu dan saling mendukung.

Manusia memang terdiri dari jiwa dan tubuh. Maka kegiatan manusia juga berwajah dua: jiwa dan tubuh, bersifat badaniah dan rohaniah. Tetapi kalau kita berdoa, kita dalam kesatuan diri kita. Diri kita yang utuh itulah yang kita hadapkan kepada Tuhan dalam doa.

Dalam hal mempersiapkan diri dalam berdoa sikap badan dianggap penting. Seperti halnya akan berdoa dalam meditasi, diperlukan sikap yang mendukung pemusatan pada Allah sendiri.

Keterbukaan hati, tanda kesungguhan, hormat dan berkonsentrasi saat berdoa meditasi dapat nampak dalam sikap badan. Adapun sikap badan yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Sikap Padma

(31)

terlalu sukar; mereka dapat melakukan dengan cara duduk setengah padma; misalnya pada kaki kiri saja yang dilipatkan atau diletakkan pada paha kanan. Terlebih untuk orang yang agak tua sikap ini tidak mungkin. Mereka dapat duduk bersila saja (De Rooy, 1980: 10).

b. Duduk Tumit

Duduk tumit ini dapat disebut juga duduk intan. Kita berlutut pada lantai atau bantal, lalu pantat diturunkan sampai duduk pada tumit, badan dan kepala tegak lurus. Bagi orang tertentu yang tidak dapat duduk bertumit lebih baik menggunakan alat bantu bangku (dingklik) yang dapat dipakai sebagai bantal. Di negara-negara barat para biarawan-biarawati biasanya dalam hal berdoa memakai alat duduk bangku sebagai alasnya (De Rooy, 1980: 10).

c. Duduk Padma dengan Dingklik

Bagi mereka yang tidak dapat duduk seperti sikap padma maupun duduk di atas tumit, dapat dilakukan dengan bantuan alas dingklik atau kursi kecil biasa. Duduk dengan cara demikian itu sama bergunanya dan lebih mudah untuk orang yang baru mulai atau bagi mereka yang sudah agak tua. Yang perlu diperhatikan ialah: kedua lutut menyentuh permukaan lantai (De Rooy, 1980: 10).

d. Berlutut

(32)

e. Berlutut dengan Kepala Tertunduk Lantai

Di dalam Kitab Suci juga dikenal cara berlutut lain: seperti berlutut pada lantai dengan dahi tertunduk hingga mengenai lantai. Seringkali kita baca dalam Kitab Suci bahwa Musa (atau orang lain) merebahkan diri ketika berdoa. Sikap itu memang sukar dipakai untuk bermeditasi yang agak lama. Tetapi sikap itu membuktikan rasa hormat yang besar dan kerendahan hati (De Rooy, 1980: 11).

f. Berdiri

Bediri adalah sikap doa yang telah dipakai oleh segala jenis agama. Kita dapat menemukannya dalam Kitab Suci dan dalam liturgi. Sikap berdiri tegak itu dapat dialami sebagai rasa ketetapan, keseimbangan dan rasa rileks. Sikap badan dalam hal berdoa dapat dengan cara kaki bertumpu pada lantai, betis dan paha rileks tanpa ketegangan. Dalam sikap doa meditasi dengan berdiri dapat dilakukan dengan cara badan berdiri tegak, pinggang belakang tegap, bahunya tanpa ketegangan dan kepala tegak. Sementara kedua tangan dapat diletakkan pada sisi kanan dan kiri badan, atau dilipat di depan dada, atau dilipat menyerupai salib di muka dada (De Rooy, 1980: 11).

g. Duduk

(33)

h. Prosternasi

Sikap rebah (prosternasi) dapat mendukung untuk membantu mengarahkan seseorang dalam berdoa meditasi agar mengungkapkan sikap rendah hati di hadapan Allah. Sikap rebah seperti selebran pada pembukaan upacara Jum’at Suci, atau pada

upacara pentahbisan imam dan uskup, sedangkan kedua tangan terlipat di depan dada (De Rooy, 1980: 12).

i. Bergerak (berjalan)

Berjalan-jalan dengan tenang di alam terbuka atau di kebun dapat merupakan sikap yang baik untuk mencapai ketenangan hati (De Rooy, 1980: 12).

4. Pengertian Hidup Rohani

Pertanyaan akan kehidupan sungguh banyak diantaranya mengenai kehidupan rohani. Dalam jurnal yang berjudul Hidup Rohani Kristiani: Buah Pergaulan dengan Yesus Kristus (Sad Budianto, 2010: 72) diungkapkan bahwa:

Hidup rohani adalah hidup konkrit yang didasarkan atas ajaran Gereja maupun Kitab Suci. Inti hidup rohani ialah bahwa seseorang menghayati apa yang dipahaminya tentang iman Kristiani .... bahwa suatu hidup rohani adalah pengalaman pribadi bersama Yesus Kristus sendiri.

Uraian tersebut menegaskan bahwa hidup spiritual seseorang memanglah sebuah pengalaman bertemu dengan Allah sendiri. Allah adalah sumber hidup yang dicari oleh manusia dalam hidup ini.

(34)

pencarian yang berat jika belum dapat tercapai. Apalagi bagi para mahasiswa-mahasiswi Program studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik ( prodi IPPAK) Universitas Sanata Dharma yang juga mempelajari lebih dalam akan Allah, namun belum memiliki pengalaman bertemu dengan Allah. Padahal pengalaman bertemu dengan Allah diperlukan dan diprasyaratkan bagi para calon katekis sebagai pewarta yang mewartakan kabar suka cita dari Allah sendiri.

Sebagai pewarta dalam pencariannya untuk bertemu dengan Allah tentu akan menghadapi banyak tantangan dalam dimensi kehidupan sehari-hari. Dinamika kehidupan ini yang diwarnai perkembangan arus globalisasi akan mendatangkan banyak tantangan yang dapat mengalihkan pencarian akan Allah. Perkembangan dinamika kehidupan bahkan dapat menjadi ancaman bagi manusia dalam pencarian akan Allah.

Mengenai dampak modernisasi dan globalisasi menurut Magnis-Suseno (2012: 49) dikatakan sebagai berikut:

Dampak modernisasi dan globalisasi dirasakan berbeda oleh masyarakat sederhana dan masyarakat kelas menengah ke atas. Masyarakat sederhana (kelas menengah ke bawah) pada dasarnya terancam olehnya... Kehidupan orang kecil di kota besar dikuasai oleh persaingan brutal demi survival of the fittest. Akibatnya masyarakat cenderung cepat bertindak dengan memakai kekerasan.

(35)

Mengenai tantangan hidup beragama Iswarahadi (2013:53) mengatakan:

Tantangan hidup beragama, atau tepatnya hidup beriman di zaman ini sangat besar. Diantaranya ialah pluralisme, sekularisme, ateisme, dan invidualisme. Sungguhpun demikian, kita tidak perlu takut. Roh Kudus akan mengajari bagaimana kita berbicara dan bersaksi. Sejalan dengan ajaran Yohanes Paulus II, dan selalu bersikap waspada terhadap efek samping dari media, kita akan memanfaatkan media sebagai anugerah Tuhan.

Ungkapkan tersebut memberikan gambaran akan kekuatan karya Tuhan melalui Roh Kudus dalam mengahadapi berbagai tantangan kehidupan beragama saat ini.

Berkat limpahan Roh Kuduslah maka akan menjadi sebuah kekuatan hidup rohani bagi manusia. Hidup rohani adalah buah dari Roh Kudus yang telah dicurahkan Kristus ke dalam hati kita (Sad Budianto, 2010: 72). Kekuatan Roh Kudus yang merupakan rahmat kemurahan Allah tersebut perlu ditanggapi secara aktif dan terbuka oleh manusia agar berdampak bagi kehidupannya.

5. Doa Meditasi dalam Penghayatan Hidup Rohani a. Tujuan Doa Meditasi

Meditasi tentu memiliki tujuan tersendiri seperti yang diungkapkan oleh

Widagdo (2003:22) bahwa: “...tujuan meditasi cara Buddha adalah kedamaian dan

kegembiraan, hidup dalam kedalaman diri.” Sedangkan dalam doa meditasi juga

(36)

bertemu dengan Kristus di kedalaman diri, tanpa perantaraan kata-kata atau pikiran, tetapi melalui kehadiran Allah dalam Roh.”

Sikap mencari Allah dalam doa meditasi menjadi sikap aktif manusia untuk menyapa dan bertemu dengan Dia. Meditasi yang didasari oleh iman tentunya juga memiliki tujuan bagi perkembangan iman. Meditasi iman-kepercayaan adalah usaha untuk mencapai kontak dengan Allah, sekaligus mencapai hubungan yang lebih erat serta mendalam dengan sesama (De Rooy, 1980: 6).

Sama halnya dalam meditasi, doa juga bermaksud berkomunikasi dengan Allah sendiri. Dalam doa, pengaturan nafas menjadi suatu bentuk persiapan yang akan mengantar menuju inti doa. Doa menjadi pertemuan dan pengalaman akan Allah dalam hidup, yang aneka ragam suasananya dan sifatnya, seperti suasana gembira, takut, gentar, kagum dan cinta, hormat, percaya dan penyerahan.

Sering kali aktivitas doa hanya menjadi tindakan formalitas seseorang untuk memulai dan mengakhiri sesuatu kegiatan. Doa sesungguhnya bukan hanya sebagai tindakan formalitas melainkan merupakan ungkapan kerinduan akan kekuatan Allah dalam hidup manusia. Dalam Youcat (art. 470) diungkapkan bahwa:

Kita berdoa karena kita sangat rindu kepada Allah, dan Allah menciptakan kita untuk Diri-Nya: “Hati kami gelisah sebelum beristirahat di dalam Engkau”: (Santo Agustinus). Kita berdoa karena kita membutuhkan. Ibu Teresa berkata: “Karena saya tidak dapat bersandar pada diri saya sendiri, saya bersandar pada Allah dua puluh empat jam sehari.

(37)

menyertai kehidupan manusia. Namun, kerap kali manusia lari dari pada-Nya dan bersembunyi, kadang juga mengingkari-Nya, sedangkan pada dasarnya Dia selalu ada untuk kita. Kehadiran-Nya tampak saat Dia mencari kita sebelum kita mencari-Nya, Diapun merindukan kita dan tidak jarang memanggil kita kembali kejalan-Nya. Seperti halnya Soren dalam Youcat (2012: 265) mengatakan bahwa “Berdoa bukan berarti mendengarkan apa yang engkau ucapkan sendiri; berdoa berarti mengheningkan diri dan menunggu sampai engkau mendengar Allah berbicara.”

Sehingga dalam doa tentu kita perlu memberi waktu juga untuk mendengar apa yang dimaui-Nya. Pada dasarnya doa meditasi merupakan doa yang diarahkan untuk mendengarkan kehendak Tuhan.

Dalam doa meditasi bukan banyaknya kata-kata yang terucap dalam doa tetapi bagaimana kita memberikan ruang untuk Allah juga berbicara. Georges Bernanos dalam Youcat (2012: 265) mengatakan bahwa: “Tiba-tiba aku mengalami keheningan. Pada inti keheningan, ada Dia yang Diri-Nya sendiri adalah keheningan, damai, dan ketenangan.” Keheningan saat berdoa sangat memungkinkan pengalaman

akan kehadiran Allah yang menyapa.

Dalam sebuah penelitian ditemukan juga bahwa doa dapat memberikan dampak positif dalam kesehatan diri. Penelitian yang dilakukan Miller (TheHealthSite.com.), profesor sekaligus direktur Clinical Psychology dan direktur Spirituality Mind Body Institute di Teachers College, Columbia University mendapatkan bahwa:

(38)

lebih tebal mengindikasikan bahwa peluang orang tersebut menderita depresi lebih kecil, sehingga menunjukkan bahwa doa dan kerohanian benar-benar menghasilkan beberapa manfaat luar biasa bagi otak manusia.

Penemuan tersebut tentunya menjadi masukan bagi tubuh untuk lebih menjadikan diri lebih baik. Doa tidak hanya berdampak bagi kesehatan jasmani akan tetapi juga kesehatan rohani.

Mendapatkan kesehatan rohani tentunya menjadi dambaan setiap manusia dalam kehidupannya. Dalam hal kesehatan rohani, menjalani hidup rohanipun juga perlu diperhatikan seperti halnya Thomas Hidya Tjaya (2011:158) yang menyatakan bahwa “..hidup rohani dapat dan semestinya menjadi landasan kehidupan kita.” Jika

dianalogikan dalam sebuah bangunan rumah, hidup rohani merupakan fondasinya, sementara aspek lainnya dibangun atas fondasi tersebut. Namun apabila kita meninggal, tiang atap roboh, tembok runtuh, tetapi fondasinya tetap kokoh, demikian halnya menjadikan suatu penyadaran hidup dengan memiliki tujuan yang jelas, mampu membedakan yang sifatnya sementara dan mana yang abadi, mana yang harus lebih diprioritaskan dan mana yang perlu direfleksikan, dan sebagainya.

(39)

meditasi, menurut Freeman (2004: 50) bahwa cara berdoa ini dapat membantu orang-orang modern untuk memperdalam hidup rohaninya. Terutama bagi orang-orang-orang-orang modern yang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya.

Dewasa ini, tantangan dalam diri seseorang timbul tidak hanya dari dalam diri tetapi juga dari luar diri. Tantangan dari luar tentunya perlu diatasi dari dalam diri dengan memiliki hidup rohani yang kuat. Maka perlu disadarilah bahwa untuk lebih memperdalam hidup rohani seseorang, dibutuhkan peningkatan penghayatan hidup rohaninya. Sebagai cara peningkatan penghayatan hidup rohani diperlukan jalan yang salah satunya dengan berdoa. Secara teristimewa ketika seseorang telah berdoa meditasi tentunya akan mengenal buah-buah dari meditasi. Sehingga buah-buah dari doa meditasi dapat membantu peningkatan penghayatan hidup rohaninya dan nantinya dapat dibagikan kepada orang-orang di sekitarnya. Mengenai buah-buah dalam doa meditasi telah disampaikan oleh St. Paulus dengan nama ‘buah Roh’ yang

adalah: Kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22).

Kasih merupakan buah keutamaan dari buah-buah Roh dan kasihlah yang memampukan seseorang menemukan kegembiraan dalam hidup untuk menghadapi tantangan hidupnya. Buah-buah kegembiraan dalam doa meditasi yang didapat menurut Freeman (2004: 35-36) diuraikan sebagai berikut:

(40)

2. Kedamaian adalah karunia yang Yesus berikan kepada kita dalam Roh-Nya. Kedamaian tersebut adalah pancaran dari keharmonisan hubungan-Nya dengan Bapa dan dengan seluruh ciptaan-Nya.

3. Kesabaran adalah penyembuhan terhadap letupan-letupan rasa dongkol, kemarahan atau ketidaksabaran kita, dan segala cara yang kita lakukan untuk menguasai dan memiliki orang lain.

4. Keramahan adalah karunia untuk memperlakukan orang lain seperti diri kita sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain.

5. Kebaikan bukan ‘milik kita’, karena kita pada hakikatnya adalah baik, dan kodrat

manusiawi kita adalah ilahi, karena kita telah diciptakan oleh Allah dan karena Allah hidup di dalam kita.

6. Kesetiaan adalah karunia yang telah kita terima melalui disiplin bermeditasi setiap hari. Agar setiap relasi kita menjadi hidup dan saling mencinta, penting bahwa kita memperdalam relasi kita dengan kesetiaan.

7. Kelemahlembutan adalah sikap tanpa kekerasan, terhadap orang lain dan juga terhadap diri kita sendiri.

8. Penguasaan diri adalah perlu kalau kita mau menikmati hidup dalam kebebasan. Inilah buah dari meditasi yang membuat perjalanan hidup kita seimbang di tengah-tengah semua yang berlebihan.

(41)

menjalani kehidupan di jaman modern saat ini. Sehingga pencarian akan Allah dapat terbantu dengan pengamalan buah-buah meditasi terhadap sesama.

B. Unsur-unsur yang Mengembangkan para Mahasiswa dalam Menyiapkan Panggilan sebagai Pewarta

1. Panggilan sebagai Pewarta Iman

Panggilan menjadi pewarta iman merupakan tugas perutusan yang sudah diberikan oleh Yesus sendiri dengan bersabda: “Karena itu pergilah, jadikanlah

semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan

kepadamu” (Mat 28: 19-20). Dari Sabda tersebut ditegaskan bahwa setiap orang yang

mengaku murid Yesus dikenakan tugas perutusan yakni mewartakan kabar gembira.

(42)

perkembangan hidup rohani umat selaras dengan rencana ilahi. Katekese sangat

menentukan semua itu” (CT art. 13).

Menurut Suhardiyanto (2012: 12) proses katekese kurang diminati umat

karena kegiatannya cenderung monoton dan proses penyajiannya hanya ‘begitu

-begitu saja’ sehingga membosankan. Perkembangan jaman dengan maraknya produk

teknologi dan perkembangan dunia media sosial yang ada, memberikan tatangan bagi kegiatan pewartaan. Berbeda dengan umat dahulu yang menanggapi pertemuan katekese itu menjadi kegiatan yang menarik bagi umat, sedangkan sekarang sudah tergeser dengan hiburan dalam media televisi (TV).

(43)

Menjawab tantangan tersebut prodi IPPAK telah menanggapainya dengan menyiapkan mahasiswa-mahasiswinya sebagai calon katekis yang profesional dalam karyanya di sekolah (guru agama) maupun Gereja yang nantinya akan menjalankan tugas perutusannya. Mereka yang telah terpanggil untuk menjadi pewarta iman perlu disiapkan dan dikembangkan hidup rohaninya. Sehingga jika para calon pewarta berkarya dan semakin terkembangkan dalam hidup rohaninya, nantinya juga dapat membantu para umat lainnya mengembangkan iman mereka akan Allah.

Tugas pewartaan merupakan panggilan dari Allah melalui Roh-Nya yang menuntut kesediaan manusia untuk menanggapinya secara rohani. Konsekuensinya diperlukan kematangan hidup rohani (spiritualitas).

2. Spiritualitas Pewarta Iman

Kata spiritualitas ada hubungannya dengan kata Spirit atau Roh, yaitu daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan (Banawiratma, 1990: 57). Seperti halnya Indra Sanjaya (2011: 22) mengungkapkan Spiritualitas adalah cara bagaimana pengalaman kita akan Allah menentukan cara kita memandang dunia, dan juga cara kita berinteraksi dengan dunia. Ada beberapa definisi yang diungkapkan oleh Lalu (2009: 20) mengenai spiritualitas.

Hubungan pribadi seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan.

Hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih.

Usaha mengintegrasikan segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara bertumpu pada iman akan Yesus Kristus.

(44)

Dari definisi di atas secara sederhana dapat dikatakan spiritualitas merupakan pengalaman seseorang beriman pada Allah yang mempengaruhi hidupnya karena mengikuti jejak-Nya dalam relasinya di tengah masyarakat. Segala bentuk sikap, perwujudan dan perbuatan-Nya dalam berelasi dengan sesama hendaknya dapat menjadi contoh bagi kita.

Spiritualitas menunjuk bentuk kehidupan rohani yang berlandaskan bimbingan Roh Kudus. Melalui pengertian spiritualitas dimaksudkan cara hidup para katekis sesuai tuntunan Roh Kudus dalam mengembangkan imam, harapan dan kasih pada pelayanan kepada Yesus Kristus. Spiritualitas katekis semestinya bersumber dari katekis sejati yakni Yesus Kristus yang diterapkan dalam keseharian. Seperti halnya dalam Kitab Suci dijelaskan bahwa kita mencari Kerajaan yang ada di tengah kita (Lukas 17: 20-21). Hubungan dengan Allah tentunya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam diri melalui kebersamaan dengan orang-orang di sekitar kita.

(45)

dan setiap orang Kristen yang secara serius menghayati mengambil bagian dalam tugas profetis Kristus, yang diterima setiap orang Kristen dalam pembaptisannya (Kan. 759).

Katekis serta guru agama yang juga kaum awam merupakan sebuah panggilan yang dirumuskan dalam Konsili Vatikan II, mengenai tugas mengajar umat. Menurut konsili Vatikan II, tugas mengajar itu pertama-tama ada pada Uskup sebagai pengganti Para Rasul, lalu imam sebagai pembantu Uskup dan selanjutnya umat sebagai yang mendapat mandat untuk juga mengajar (LG art. 24-25). Hal tersebut merumuskan bahwa umat juga mendapat tugas untuk saling mengembangkan iman umatnya.

Seorang pewarta dalam menghadapi tugas mengajar membutuhkan spiritualitas yang kuat sebagai landasan kesaksian akan Allah. Menjadi saksi tentunya mampu mengandalkan Roh Kudus yang memberdayakannya. Berkat Roh seorang pewarta iman dalam tugas perutusannya mendasarkan sikap-sikapnya terhadap motivasi-motivasi sebagai berikut:

a. Sedia Diutus

(46)

patner para imam dan biarawan-biarawati yang juga memeliki spiritualitas sedia diutus oleh Gereja.”

Kesediaan diutus oleh Gereja yang hidup dalam diri mereka pada dasarnya mengalir dari panggilan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus sendiri. Dimana pengalaman akan Yesus yang menjelma menjadi manusia, sungguh layaknya mereka yang juga telah dipersatukan dengan-Nya digerakkan untuk menjadi manusia yang layak seperti Yesus. Bukan saja menjadi cita-cita melainkan juga dapat terwujud nyata dalam kepribadiannya, keluarganya, maupun aspek hidupnya. Demikian pula seorang katekis dan guru agama sebagaimana patner Gereja dipanggil dalam kehidupan rohani yang khusus. Khususnya kehidupan doa, latihan rohani, pembacaan Kitab Suci dan devosi nampak menonjol (Sarjumunarsa, 1982: 33-34), perlu diungkapkan dalam keterlibatannya juga dalam pengutusan Gereja.

b. Semangat Menggereja

Menggereja dimaksudkan sebagai persekutuan hidup memasyarakat yang percaya akan Yesus Kristus (Sarjumunarsa, 1982: 34). Dimana tumbuhnya hidup menggereja tidak terlepas dari komunikasi pada persekutuan antar jemaat yang ada. Menurut Sarjumunarsa (1982: 34) diungkapkan bahwa “dilatarbelakangi pandangan

tetang Gereja sebagai persekutuan dan komunikasi inilah spiritualitas katekis mendapat identitasnya.”

(47)

gereja tidak dapat terpisahkan dari tugasnya sehari-hari sebagai aktifis dalam kegiatan katekese. Seorang katekis perlu memiliki sikap komunikatif dalam tugas perutusannya dengan demikian dapat membantu umat dalam mengkomunikasikan imannya dalam proses pendampingan iman. Dalam Kis 2: 41-47 digambarkan bagaimana ciri khusus persaudaraan Kristen pada jemaat purba. Sehingga dalam mewujudkan komunikasi yang mendasar dapat ditandai oleh kehidupan rukun dan damai layaknya jemaat perdana.

c. Menjadi Murid

Kesediaan diri menjadi pengikut Kristus tentunya juga dapat menjalani ajaran-Nya. Salah satu ajaran Kristus adalah tentang sikap lemah lembut dan rendah hati (Matius 11: 29). Sikap itulah yang selayaknya dimiliki oleh seorang pewarta, yang terus belajar menjadi seorang murid dan bukan hanya sebagai pengajar.

Dalam Injil Lukas dikatakan: “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” (Luk 10:16). Sabda

tersebut kembali menegaskan bahwasanya katekis adalah untusan yang dekat dengan Tuhan Yesus sendiri. Oleh sebab itu kepercayaan diri, keberanian, dan kesanggupan menanggung resiko karya tidak hanya tumbuh dari kekuatan sendiri melainkan didukung oleh Tuhan yang memanggilnya (Sarjumunarsa, 1982: 36).

(48)

berarti menjadi murid Yesus. Menjadi murid Yesus berarti menjadi alter Kristus, atau Kristus-Kristus kecil yang lain yang melanjutkan perutusan yang dilakukan oleh Yesus, yaitu mewartakan Kerajaan Allah.

d. Berakar dan Berbuah

Para pewarta yang terpanggil sebagai katekis maupun guru agama dikatakan berhasil tentunya memiliki kriteria tertentu, terlebih untuk melihat apakah sudah memiliki spiritualitas sesuai spiritualitas Gereja yang sesungguhnya. Menurut Sarjumunarsa (1982: 36) diungkapkan bahwa sebagai pewarta, akan berhasil jika mengembangkan spiritualitasnya dalam dua segi kehidupan Gereja, yaitu semakin berakarnya dan semakin berkembangnya Gereja dalam diri seseorang.

Berakarnya Gereja dapat pula dilihat dalam kehidupan Gereja dalam seluruh aspek kehidupan jemaat. Gereja menyatakan dirinya dalam segi kebudayaan, sosial, ekonomi, keagamaan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat secara jelas juga oleh masyarakat bahwa tidak ada satu segi kehidupan yang tidak terjangkau oleh iman, sebab iman merupakan akar dari perkembangan Gereja di tengah aspek kehidupan masyarakat (Sarjumunarsa, 1982: 36-37). Iman yang semakin berakar tentunya akan berakar dan berbuah. Buah dari perkembangan iman dapat pula didukung dengan pendidikan iman yang terus menerus dari diri sendiri maupun orang lain.

(49)

lanjut dalam bentuk katekese. Untuk itu perlu dilakukan pembaharuan katekese. Dalam pembaharuan tersebut Heselaars menyatakan: “untuk memperbaharui

katekese, janganlah mulai dengan para imam, melainkan mulailah dengan para katekis” (Putranta, 2012:11). Dari pernyataan ini jelaslah bahwa guru agama dan

katekis memiliki peran dalam pembaharuan katekese bagi Gereja yang perlu tetap mendapat pembaharuan pengetahuan iman.

3. Kepribadian Pewarta Iman

Kepribadian dapat diartikan keseluruhan sikap, sifat dan watak, sehingga meliputi keseluruhan diri seseorang, termasuk seluruh kekuatan dan kelemahan, kecenderungan dan cita-cita serta bagaimana unsur itu diintegrasikan dan diselaraskan dalam diri seseorang dalam tindakan nyata (Lalu, 2009: 18). Semangat spiritualitas yang telah dihidupi melalui Roh Kudus perlulah diwujudnyatakan dalam kepribadian seorang pewarta sebagai wujud panggilan dari-Nya. Wujud nyata panggilan-Nya di dunia ini ialah menjadi katekis dan guru agama, namun bukan pertama-tama apa yang dihasilkannya dalam perbuatannya dalam cara ia mengajar, akan tetapi bagaimana eksistensinya menjadi nyata di dalam bahasa dan perilakunya sehari-hari. Adapun aspek-aspek kepribadian seorang pewarta yang perlu dihayati adalah:

a. Saksi Kristus

(50)

telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita, yang tidak dikenal seorang penguasa dunia ini (Kamari, 1985: 4). Menjadi pewarta yang baik dalam kehidupan sehari-hari merupakan wujud kesaksian. Betapa pentingnya kesaksian karena kita sudah diajak untuk bergabung dengan-Nya dan mengambil bagian dalam karya-Nya dan sikap iman selalu mengacu kepada kesetiaan Allah, yang tidak pernah akan tinggal diam saja (CT art. 15).

b. Kerendahan Hati Para Pelayan

Tugas katekis dan guru agama ialah bukan mengajarkan diri sendiri melainkan tentang Kristus dan pesan ajaran-Nya. Sesuai dengan pesan Paulus yang mengatakan: “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2Kor 4: 5).

Perlulah dimengerti tugas sebagai saksi ketika mengajar yaitu hendaknyalah mewartakan Yesus bukan mewartakan diri pribadi katekis.

c. Bertanggungjawab sebagai Pewarta

(51)

panggilan Allah akan mendatangkan keselamatan bagi dirinya dan juga bagi umat lain yang merindukan kabar keselamatan.

(52)

BAB III

GAMBARAN SITUASI PENDAMPINGAN DOA MEDITASI MAHASISWA DI PRODI IPPAK

Bab III menguraikan mengenai gambaran situasi pendampingan doa meditasi dan pengaruh doa meditasi terhadap peningkatan penghayatan hidup rohani mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (Prodi IPPAK). Bab ini dibagi dalam dua pokok bahasan yaitu: gambaran umum Prodi IPPAK dan penelitian tentang metode doa meditasi di Prodi IPPAK, dan peranannya bagi para mahasiswa di Prodi IPPAK. Uraian tentang gambaran umum Prodi IPPAK meliputi: sejarah singkat, visi misi dan pendampingan spiritualitas mahasiswa. Sementara itu mengenai penelitian tentang metode doa meditasi bagi mahasiswa di Prodi IPPAK terdiri atas: permasalahan penelitian, tujuan penelitian, variabel penelitian, manfaat penelitian, pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik dan analisis data dan keabsahan data. Sedangkan uraian hasil penelitian tentang pendampingan spiritualitas mahasiswa yaitu: hasil dan pembahasan penelitian dan rangkuman hasil penelitian serta permasalahan yang ditemukan.

A.Gambaran Umum Prodi IPPAK 1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK

(53)

1959, Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI yang sekarang KWI) merencanakan usaha untuk menyusun “Katekismus” baru dan riset untuk kepentingan

katekese. MAWI kemudian menyerahkan tugas tersebut kepada P. F. Heselaars SJ yang kemudian bekerjasama dengan P. C. Carry SJ. Maka pada tahun 1960, Serikat Yesus (SJ) mendirikan Pusat Kateketik (PUSKAT). PUSKAT yang telah didirikanpun mengadakan kegiatan antara lain: menerbitkan buku-buku, mengadakan penataran para guru dan ceramah-ceramah untuk kelompok kategorial lainnya.

Pada tangaal 1 Agustus 1962, SJ mendirikan Yayasan Akademi Kateketik Katolik Indonesia (AKKI) sebagai tanggapan akan kurangnya tenaga-tenaga lapangan yang terdidik dapat memperlambat usaha memperbaharui katekese. Yayasan AKKI pun pada perkembangannya dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi kateketik dan disahkan dengan akte Notaris pada tanggal 3 April 1964. Selanjutnya pada 11 Mei 1965 AKKI memperoleh status terdaftar dari menteri PTIP dengan SK No. 108/B.Swt/P/65.

Bagi Sarjana Muda AKKI dapat melaksanakan ujian untuk pertama kalinya pada tahun 1966. Kemudian pada tahun 1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang mendorong perubahan nama lembaga. Hingga pada tanggal 31 Maret 1971 AKKI merubah nama menjadi Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya.

(54)

satu (S1) dengan nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya (STFK Pradnyawidya).

STFK Pradnyawidya selanjutnya untuk menanggapi peraturan pemerintah dan kebutuhan para mahasiswa dalam hal peraturan bahwa hanya lulusan dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memiliki akta mengajar dapat secara sah menjadi guru. Maka, STFK Pradnyawidya memerlukan jalur perubahan dengan merger cukup lama dengan FKIP Universitas Sanata Dharma. Hingga akhirnya berdasarkan SK Mendikbud No. 08/D/O/1995 tertanggal 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah nama menjadi Fakultas Pendidikan Agama (FIPA) Program studi Pendidikan Agama Katolik dengan status disamakan.

Pemerintah mengadakan ulang nama-nama program studi di lingkaran PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA berubah pada tahun 1999. perubahan FIPA menjadi program studi dengan nama program studi “Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” dan menjadi bagian FKIP USD.

2. Visi Misi Prodi IPPAK

Buku Panduan Prodi IPPAK (2010:4) mencantumkan mengenai visi dan misi lembaga ini, yaitu:

Visi

(55)

Misi

 Mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang

memasyarakat.

 Mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi masyarakat Indonesia yang

semakin bermartabat.

Melalui visi dan misi Prodi IPPAK dapat menjadikannya sebagai landasan untuk menjadikan lembaga pendidik dalam mengembangkan mahasiswanya dan membina para katekis dalam pencarian makna.

3. Pendampingan Spiritualitas Mahasiswa IPPAK

Pendampingan merupakan salah satu cara yang dilakukan Prodi IPPAK dalam proses pendidikan di IPPAK Universitas Sanata Dharma (USD). Pendampingan spiritualitas bagi calon katekis diperlukan untuk menolong mereka dalam memperkembangkan hidup rohaninya (Ariyanti, 2012: 42). Pedampingan spiritualitas yang dilakukan oleh Prodi IPPAK mencakup unsur-unsur akademik, sosial interpersonal, moral spiritual dan kemandirian pribadi.

(56)

Sebagaimana tercantum dalam Panduan Prodi IPPAK (2010: 19) arah pendampingan spiritualitas di prodi IPPAK adalah:

1. Mengembangkan kekaguman kepada realitas dunia yang secara hakiki mengungkapkan keagungan Penciptanya (kosmologi Kristiani – asas dan dasar LR, khususnya pembedaan tujuan dari sarana).

2. Mengembangkan kesadaran akan penyimpanan yang terus terjadi akibat kedosaan (misteri kedosaan-pembedaan Roh, LR, khususnya etos kerja).

3. Mendorong untuk terlibat khususnya di dalam proses penebusan yang terus berlangsung melalui disiplin ilmu yang ada (misteri penebusan – Panggilan Raja, LR, khususnya Etika Profesi).

4. Serta mendorong perkembangan diri yang selaras dengan realitas penciptaan tersebut, ialah semakin menjadi *men and women for/with others* (anthropologi Kristiani/alter christi contemplativus ad amorem/Kontemplasi untuk mendapatkan cinta, LR, khususnya pemaknaan hidup).

Pendampingan dalam latihan rohani itu dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa mengembangkan diri dalam segi kerohanian.

B.Penelitian tentang Doa Meditasi bagi Peningkatan Penghayatan Hidup Rohani Mahasiswa di Prodi IPPAK

1. Permasalahan Penelitian

(57)

b. Apa saja peranan doa meditasi terhadap hidup rohani mahasiswa IPPAK? c. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat keterlibatan mahasiswa

dalam doa meditasi sebagai peningkatan hidup rohaninya?

d. Usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup rohani mahasiswa di Prodi IPPAK?

2. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui penghayatan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai calon guru dan katekis.

b. Mengetahui peranan doa meditasi terhadap hidup rohani mahasiswa IPPAK. c. Mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat keterlibatan mahasiswa

dalam doa meditasi sebagai peningkatan hidup rohaninya.

d. Mengetahui usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup rohani mahasiswa di Prodi IPPAK.

3. Variabel Penelitian

a. Penghayatan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai calon guru dan katekis. b. Peranan doa meditasi terhadap hidup rohani mahasiswa IPPAK.

c. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keterlibatan mahasiswa dalam doa meditasi sebagai peningkatan hidup rohaninya.

(58)

4. Manfaat Penelitian

Penelitian dimaksudkan untuk memperoleh masukan untuk merancang suatu program pendampingan doa meditasi yang dapat membantu para mahasiswa meningkatkan hidup rohaninya sebagai calon guru dan katekis.

5. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitaif yang bertujuan untuk menemukan pola-pola yang memungkinkan dapat dikembangkan menjadi teori (Nasution, 1988: 11). Penelitian yang akan dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif (Husaini, 2008: 78). Sehingga data yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk uraian. Peneliti dalam penelitian ini adalah instrumen utama. Maksudnya, penelitian ini menuntut keterlibatan peneliti secara langsung dalam pengumpulan data sehingga peneliti dapat menghimpun data secara natural.

6. Tempat dan Waktu Penelitian

(59)

angkatan yang salah satunya dilakukan melalui latihan doa meditasi. Penelitian ini dilakukan selama tangggal 24 November – 5 Desember 2014.

7. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian kualitatif berkembang terus (snowball), selanjutnya, pemilihan responden dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan, sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan (Husaini, 2008: 78). Responden dari penelitian ini adalah Koordinator Bidang Spiritualitas, Dosen pendamping Spiritualitas dan retret, Mahasiswa IPPAK angkatan 2010 dan 2011. Dalam penelitian ini, penulisan telah mewawancarai 25 responden yang terdiri dari dosen dan mahasiswa. Dosen yang diwawancarai adalah Koordinator Bidang Spiritualitas, 3 dosen pendamping spiritualitas yaitu 2 awam dan 1 religius serta 1 dosen pendamping retret yang menggunakan metode doa meditasi selama mendampingi retret mahasiswa. Sedangkan mahasiswa terdiri atas: mahasiswa angkatan 2011, sebanyak 1 awam dan angkatan 2010 sebanyak 14 awam dan 5 religius.

(60)

Para responden seperti halnya koordinator bidang spiritualitas diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan dengan pengelolaan pendampingan spiritualitas yang ada di lembaga. Dosen pendamping mata kuliah spiritualitas diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keterlibatannya selama mendampingi para mahasiswa baik dari segi bentuk maupun proses pelaksanaannya. Sedangkan para mahasiswa diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan dengan pengalaman mereka dalam mengikuti proses doa meditasi dan perkembangan hidup rohani yang mereka rasakan sebagai calon pewarta.

8. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumen. Selain itu, pada tahap pra penelitian peneliti menggunakan kuesioner terbuka untuk memperoleh gambaran situasi mahasiswa dan sebagai pelengkap data yang merujuk pada variabel yang akan diteliti.

a. Wawancara

(61)

peneliti. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan wawancara adalah:

1) Menentukan kesepakatan waktu dengan responden kemudian melakukan wawancara.

2) Merekam dengan perekam suara.

3) Mentranskip data hasil wawancara dalam bentuk tulisan. 4) Mengkonfirmasi hasil wawancara kepada responden.

5) Melengkapi data sesuai dengan yang dimaksudkan oleh responden.

b. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Husaini, 2008: 69). Dokumen-dokumen cenderung data sekunder, adapun dokumen yang dipelajari adalah Panduan Prodi IPPAK.

9. Teknik Analisis Data

(62)

penulis kembali melakukan verifikasi ke lapangan guna menyempurnakan data untuk menarik kesimpulan akhir.

C.Hasil Penelitian tentang Doa Meditasi sebagai Peningkatan Hidup Rohani Mahasiswa di Prodi IPPAK

Penulis melakukan penelitian dengan wawancara dan studi pustaka pada 24 November – 5 Desember 2014. Dengan keragaman latar belakang dan kebiasaan dari para responden t, peneliti mendapatkan informasi dan data sesuai yang diharapkan terkait dengan pengertian doa meditasi, hidup rohani dan peranan doa meditasi bagi hidup rohani para mahasiswa.

(63)

1. Hasil dan Pembahasan Penelitian

a. Penghayatan Hidup Rohani para Mahasiswa 1) Hasil Penelitian

Melalui wawancara dengan responden diperoleh pemahaman mengenai penghayatan hidup rohani sebagai berikut:

Penghayatan hidup rohani sendiri merupakan proses bagaimana manusia dapat mendekatkan diri pada alam sehingga bisa menghargai nilai-nilai kehidupan sebagai proses pertumbuhan hidup rohani itu sendiri (R1). Sedangkan menurut R2, R6, R7, bahwa hidup rohani manusia merupakan semua tindakan manusia dalam memilih pilihan hidup berdasarkan nilai-nilai kristiani. Pernyataan tersebut didukung lebih lanjut oleh R3, R6, R8, R20 bahwa hidup rohani merupakan hidup yang senantiasa bersatu dengan Tuhan yang nantinya akan berdampak maupun berbuah dalam kehidupan sehari-hari dengan tetap menjaga nilai-nilai kehidupan.

Secara lebih rinci, R12 [Lampiran 3: (48)] menyampaikan:

Hidup rohani adalah ketika semua aspek-aspek kehidupan, kamu menyertakan Tuhan di dalamnya sehingga Tuhanlah yang ikut serta, ikut campur, mengendalikan yang memberikan petunjuk yang mengarahkan kamu dalam hidupmu untuk menjalani suatu kehidupan yang kamu rencanakan namun Tuhan yang menentukan.

(64)

lebih mementingkan berelasi dengan Tuhan sehingga mampu memberikan Roh pada kehidupan pribadi.

Diungkapkan oleh R15 bahwa Hidup rohani mengambarkan bagaimana hidup seturut sabda Allah yang dihayati secara pribadi dan tidak mudah dilihat oleh orang lain. Dijelaskan juga oleh R14 dan R19 bahwa keadaan hidup rohani dijalani dengan mengolah hidup melalui doa. Hal tersebut juga diungkapkan oleh R4 bahwa dengan berpegang dalam doa membantu mereka untuk mengolah hidup dan menjalani aktivitas sehari-hari. Secara singkat R18 juga menyampaikan bahwa hidup rohani adalah hidup dimana bisa menyelaraskan makna kehidupan jasmani dan rohani sehingga responden dapat intim berkomunikasi dengan Tuhan sendiri.

(65)

Pernyataan tersebut di atas juga dirasakan oleh R6, R7, R10, R17, R20. Mereka mengungkapkan bahwa kepekaan dalam mengambil hal-hal tersebut di dapat selama proses bersosialisasi dengan teman sekelas dan tentunya praktek hidup menggereja. Menurut mereka melalui sosialisasi secara baik dengan sesama merupakan wujud dari menghormati Tuhan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh R16 dan R19.

Melalui pembelajaran refleksi R5, merasakan perkembangan dalam hidupnya yang semakin membantu merenungkan pengalaman-pengalamannya sehingga dapat menemukan pembelajaran hidup dan pesan dari Kitab Suci. Berkat sharing pengalaman dari teman mengenai penyelesaian tugas menyemangati dan memampukan R13 menemukan pertumbuhan hidup rohani melalui tugas kuliah yang diberikan oleh dosen. Selain itu diungkapkan oleh R3, R8, bahwa akhirnya mereka setelah mengikuti proses pembelajaran di IPPAK dapat menemukan Tuhan dan diteguhkan dalam hidup panggilannya.

(66)

2) Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidup rohani yaitu hidup sesuai ajaran dari Allah sendiri sehingga memampukan seseorang bertemu dengan Allah melalui tuntunan Roh Kudus. Roh kudus yang telah memberi kekuatan merupakan rahmat kemurahan Allah perlu ditanggapi secara aktif. Seperti salah satunya dengan mengambil bagian menjadi pewarta iman atau dapat disebut sebagai katekis dan guru agama.

Untuk menjadi pewarta iman konsekuensinya diperlukan kesadaran bahwa tugas dari pewarta iman sendiri adalah memiliki kematangan hidup rohani yang memiliki spiritualitas mendalam. Spiritualitas berhubungan dengan Roh, yaitu daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan (Banawiratma, 1990:57). Kekuatan dari Roh Kuduslah yang memampukan para katekis dan guru agama dapat bersaksi Allah.

(67)

Selain itu Roh Kudus juga memampukan dan memberdayakan pewarta iman dalam tugas perutusannya dengan mendasarkan beberapa sikap. Adapun sikap-sikap tersebut ialah: sedia diutus sebagai tanggungjawab dari baptisan yang telah diterima untuk menjadi pelayan Gereja, memiliki semangat menggereja sebagai wujud persekutuan hidup bermasyarakat antar jem

Gambar

Tabel 1: Panduan Refleksi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sedikit memberikan gambaran kapada perusahaan mengenai tanggapan dari konsumen terhadap toko yang menggunakan iklan mural, sehingga

Peserta yang berbadan Usaha harus memiliki Surat Izin Usaha (SIUP) Non Kecil/menengah yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dan bergerak pada bidang/sub bidang bibit

Berdasarkan latar belakang tersebut, batasan masalah yang disajikan pada penulisan ini adalah untuk menyelesaikan masalah pemrograman non linear khususnya pemrograman kuadratik

Pada gambar II.5 menunjukkan hubungan antara tegangan lateral dan kuat tekan beton yang diperoleh dari hasil pengujian pembebanan inti beton, dalam bentuk nondimensional. Nilai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal yakni ada empat faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap tindak pidana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi operasi bentuk aljabar pada siswa kelas VIII, untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan

inklusi dan melaksanakan praktik inklusi ( Indek Inklusi yang dikeluarkan oleh CSIE : 2003).Sekolah reguler belum siap melaksanakan pendidikan inklusif, hal ini

Pemodelan airtanah sebagai bagian dari penelitian penggunaan airtanah secara kuantitatif dapat digunakan untuk memberikan informasi seberapa besar aktivitas eksploitasi airtanah